Anda di halaman 1dari 5

Ketuban Pecah Dini

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya kantong ketuban yang ditandai dengan keluar cairan
berupa air ketuban dari jalan lahir setelah kehamilan berusia 22 minggu yang terjadi sebelum
terdapat tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam belum ada tanda inpartu (dimulainya
persalinan).
2. Etiologi
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran atau
meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan
membran disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain
itu ketuban pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab ketuban pecah dini
masih belum diketahui dengan pasti kemungkinan yang menjadi faktor predisposisi adalah
a. Servik inkompeten
b. Ketegangan rahim berlebihan : kehamilan ganda, hidramnion
c. Kelainan letak dalam rahim: letak sungsang, letak lintang
d. Kemungkinan kesempitan panggul: bagian terendah belum masuk PAP, sefalopelvik
disproporsi
e. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
f. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk
proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah
3. Tanda Gejala
Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi ketuban pecah dini adalah keluarnya
cairan ketuban merembes melalui vagina, berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
kemungkinan cairan tersebut masih merembes atau menetes, disertai dengan demam atau
menggigil, bercak vagina yang banyak, denyut jantung janin bertambah cepat, juga nyeri pada
perut, keadaan seperti ini dicurigai mengalami infeksi. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering
karena terus diproduksi sampai kelahiran. Ada pula tanda dan gejala yang tidak selalu timbul
pada ketuban pecah dini seperti ketuban pecah secara tiba-tiba, kemudian cairan tampak
diintroitus dan tidak adanya his dalam satu jam. Keadaan lain seperti nyeri uterus, denyut jantung
janin yang semakin cepat serta perdarahan pervaginam sedikit tidak selalu dialami ibu dengan
kasus ketuban pecah dini. Namun, harus tetap diwaspadai untuk mengurangi terjadinya
komplikasi pada ibu maupun janin.

4. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini adalah :
a. Terjadinya pembukaan premature serviks
b. Membran terkait dengan pembukaan terjadi :
- Devaskularisasi
- Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan
c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang
d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan infeksi yang mengeluarkan enzim
proteolotik dan enzim kolagenase.
5. Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis antara lain :
a. Lakukan pemeriksaan dengan inspekulo steril (hindari pemeriksaan digital) untuk
mengetahui cairan yang keluar (jumlah, warna, bau, konsistensi) dan apakah cairan
keluar dari ostium uteri atau berkumpul di forniks posterior dan membedakan dengan
urine.
b. Lakukan pemeriksaan lakmus (kertas nitrazin). Jika kertas lakmus merah menjadi biru
menunjukkan adanya cairan ketuban (alkalis).
c. Lakukan pemeriksaan laboratorium : darah rutin dan urin rutin
d. Lakukan evaluasi kesejahteraan janin dengan NST secara serial bila diperlukan.
6. Penatalaksanaan
a. Kehamilan <37 minggu
Jika tidak ada tanda infeksi dalam kehamilan <37 minggu, lakukan perawatan
konservatif.
1) Berikan antibiotika Ampisilin/ cefotaksim 2 gram diikuti dengan 4 x 1 gram ampisilin
/cefotaksim injeksi dalam 48 jam, dilanjutkan dengan :
- Erithromisin 4 x 250 mg oral (10 hari), atau
- Amoksisilin 4 x 250 mg oral ( 5 hari )
2) Umur kehamilan =< 34 minggu
Terapi pematangan paru dengan :
- Deksamethason 6 mg / 12 jam, 4 kali pemberian, atau
- Betamethason 12 mg / 12 jam, 2 kali pemberian
b. Bila ada tanda-tanda inpartu, berikan pengobatan tokolitik (seperti pengeloaan persalinan
preterm)
c. Lakukan persalinan setelah umur kehamilan 37 minggu.
d. Terapi konservatif pada umur kehamilan< 28 minggu, sebaiknya lakukan KIE bahwa
kemungkinan terjadi sindrom Potter (oligo-hidramnion akibat terjadi agenesis ginjal,

deformitas ekstremitas/wajah dan hipoplasi pulmonal) serta jangka panjang dapat


mengakibatkan cerebral palsy.
e. Bila terdapat tanda-tanda infeksi (korioamnionitis, pengeluaran pervaginam berbau,
demam, laboratorium abnormal) berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan selesai
:
-

Ampisillin 2 gram /iv dilanjutkan 1 gram setiap 6 jam , ditambah gentamisin 80 mg /

12 jam
Jika persalinan pervaginam, hentikan antibiotika pasca persalinan
Jika persalinan dengan seksio cesaria, lanjutkan antibiotika dan tambahkan

metronidazol 500 mg iv setiap 8 jam sampai bebas demam 48 jam.


f. Terminasi kehamilan :
- Jika serviks matang (Bishop score =/>5) , lakukan induksi persalinan dengan
-

oksitosin
Jika serviks belum matang, matangkan dengan misoprostol (sesuai dengan
pengelolaan induksi persalinan) dan infus oksitosin, atau langsung dilakukan seksio

cesaria.
g. Umur kehamilan =/> 34 minggu, mengingat kemungkinan terjadi ascending infection,
sudah terjadi pematangan paru maka dianjurkan untuk terminasi kehamilan. Tetapi kalau
belum adanya pematangan paru, lakukan pengelolaan ekspektatif (tanpa kortikosteroid
dan tokolitik)
h. Selama pengelolaan konservatif /ekspektatif, selalu dilakukan pemantauan kesejahteraan
janin dan kemungkinan adanya infeksi
i. Kehamilan >= 37
Umur kehamilan>= 37 minggu (kehamilan aterm), lakukan terminasi kehamilan
pervaginam atau seksio cesaria sesuai kondisi ibu, janin dan kehamilan. Pengelolaan
pervaginam diawali dengan pematangan serviks kemudian dilanjutkan dengan oksitosin
drip (sesuai dengan pengelolaan induksi persalinan)

B. Konsep Dasar (SOAP)


1. Subjektif
a. Anamnesa

1) Keluhan utama dan riwayat keluhan yang dirasakan meliputi pengeluaran air
pervaginam, mulai kapan keluhan dirasakan (tanggal dan jam), warna, konsistensi
dan bau dari cairan yang keluar, pergerakan janin, serta tanda - tanda persalinan yang
dirasakan
2) Riwayat menstruasi (umur menarche, siklus, lama, volume dan keluhan saat
menstruasi)
3) Riwayat obstetric terdahulu
4) Riwayat pemakaian kontrasepsi dan rencana penggunaan kontrasepsi jenis apa
5) Riwayat antenatal care (hari pertama haid terakhir, perkiraan persalinan, frekuensi
antenatal care serta hasil pemeriksaannya, riwayat imunisasi TT, dan keluhan saat
hamil yang dirasakan)
6) Riwayat penyakit keluarga, operasi, penyakit yang pernah diderita berikut terapi yang
didapat
7) Riwayat alergi obat obatan atau makanan
8) Riwayat penyakit gynekologi
9) Kebutuhan biologis (pola nutrisi, eliminasi dan istirahat)
10) Kebutuhan psikologis (masalah perkawinan, pengalaman kekerasan fisik, trauma
dalam kehidupan, gangguan tidur, konsultasi dengan psikiater/psikolog, penerimaan
kondisi saat ini, dukungan sosial, dan pendamping persalinan yang diinginkan)
11) Kebutuhan sosial (status pernikahan, umur menikah pertama kali, pendidikan
terakhir, status kewarganegaraan, pekerjaan, tempat tinggal, kebiasaan, agama)
12) Tingkat nyeri/ kenyamanan
13) Kebutuhan komunikasi dan edukasi
2. Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum, tekanan darah, nadi, respirasi, suhu axila dan rectal, berat dan tinggi
badan
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan head to toe
c. Pemeriksaan khusus (pemeriksaan kebidanan)
- Inspeksi, palpasi, auskultasi pada abdomen
- Inspeksi anogenital, pengeluaran cairan pervaginam, pemeriksaan inspekulo untuk
mengetahui cairan yang keluar (jumlah, warna, bau) berikut pemeriksaan dengan test
lakmus
d. Pemeriksaan Laboratorium (darah dan urine rutin)
e. Pemantauan kesejahteraan janin dengan NST, pemeriksaan ultrasonografi bila
diperlukan

3. Assesment
Diagnosis kebidanan : G-P---- UK (dalam minggu) Presentasi (Kepala/Bokong) Puka/Puki
Tunggal Hidup dengan KPD (berapa jam)
Diagnosis ketuban pecah dini dibuat jika terdapat pengeluaran cairan pervaginam pada
kehamilan >22 minggu yang setelah ditunggu 1 jam tidak menunjukkan adanya tanda
tanda kemajuan persalinan.

4. Planning
a. Melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG terkait dengan rencana tindakan yang akan
diberikan
b. Menginformasikan hasil pemeriksaan, hasil kolaborasi dan melakukan inform consent
rencana tindakan
c. Asuhan kebidanan diberikan sesuai dengan penatalaksanaan
d. Penanganan konservatif (usia kehamilan <37 minggu dan tidak menunjukkan tanda
tanda infeksi)
e. Penanganan aktif (usia kehamilan >= 37 minggu atau <37 minggu dengan menunjukkan
tanda tanda infeksi)

Anda mungkin juga menyukai