PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama
pada bayi dan anak balita di negara berkembang.Infeksi Saluran Pernapasan Akut ini menyebabkan 4
dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun pada setiap tahunnya sebanyak
dua pertiga kematian tersebut adalah bayi (WHO, 2003). Penyakit saluran pernapasan pada masa bayi
dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa. dimana ditemukan adanya
hubungan dengan terjadinya Chronic obstructive pulmonary disease (WHO, 2003).ISPA merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang
meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan bawah.
Tingkat mortalitas akibat ISPA pada bayi, anak dan orang lanjut usia tergolong tinggi terutama di
negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. ISPA juga merupakan salah satu
penyebab utama konsultasi atau rawat inap di sarana pelayanan kesehatan terutama pada bagian
perawatan anak (WHO, 2007). ISPA hingga saat ini masih tercatatsebagai masalah kesehatan utama
pada anak di negara berkembang. Episodepenyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan
terjadi tiga sampai enam kali per tahun. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan
pasien di sarana pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 40-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan
15-30% kunjungan berobat di rawat jalan dan rawat inap rumah sakit (Depkes RI, 2009).
PenyakitISPA mencakup penyakit saluran nafas bagian atas (ISPaA) dan saluran nafas bagian bawah
(ISPbA) beserta bagian-bagiannya. ISPaA mengakibatkan kematian pada anak dalam jumlah kecil,
tetapi dapat menyebabkan kecacatan misalnya otitis media yang merupakan penyebab ketulian.
Sedangkan hampir seluruh kematian karena ISPA pada anak kecil disebabkan oleh Infeksi Saluran
Pernafasan bawah Akut (ISPbA), paling sering adalah pneumonia (WHO, 2003).
Di Indonesia, Data Riskesdas (2007) menyebutkan bahwa Pneumonia menduduki peringkat kedua
sebagai penyebab kematian bayi (23,8%) dan balita (15,5%). Menurut data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 digambarkan bahwa period prevalens dan prevalensi daripneumonia tahun 2013
adalah 1,8% dan 4,5%. Berdasarkan data Laporan Rutin Subdit ISPA Tahun 2017, didapatkan
insiden (per 1000 balita) di Indonesia sebesar 20,54%. Berdasarkan data tersebut, Pneumonia pada
bayi dan balita harus diwaspadai dan dikendalikan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk
mengendalikan penyakit ini yaitu dengan meningkatkan deteksi dini dan penemuan kasus Pneumonia
khususnya pada bayi dan balita. Pengendalian ISPA khususnya Pneumonia telah menjadi perhatian
pemerintah khususnya Kementrian Kesehatan melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
yang membawahi unit – unit pelayanan kesehatan di Indonesia. Puskesmas sebagai salah satu unit
pelayanan yang bernaung di bawah Kementrian Kesehatan adalah organisasi fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
1
dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1991). Dengan kata lain Puskesmas mempunyai
wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya
salah satunya dengan pelaksanaan program Pencegahan dan Pengendalian ISPA (P2 ISPA). Program
pengendalian ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan
oleh penyakit ISPA khususnya Pneumonia. UPTD Puskesmas Tegallalang II sebagai salah satu
Puskesmas di Kabupaten Gianyar melaksanakan Program P2 ISPA dengan tujuan untuk mencegah
penularan lebih luas dan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun langkah – langkah promotif
dan preventif. Penyusunan yang sistematis mengenai kegiatan - kegiatan diperlukan untuk mengatasi
masalah – masalah yang dihadapi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga
Puskesmas dapat mewujudkan tujuan Pembangunan Kesehatan di wilayah kerjanya yaitu derajat
kesehatan yang setinggi – tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat. Dengan latar
belakang tersebut, maka disusunlah Laporan Tahunan Program Pencegahan dan Pengendalian ISPA
yang memuat hasil kegiatan dan pencapaian program selama tahun 2020 sebagai bukti dan bahan
evaluasi untuk kegiatan program kedepan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hasil pelaksanaan dan pencapaian program selama tahun 2020, sehingga
masalah yang menjadi faktor penghambat atau pendorong keberhasilan program dapat
dianalisis dan diberikan solusi untuk meminimalisir permalasahan tersebut.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengevaluasi sejauh mana kegiatan berjalan sesuai dengan perencanaan dan
seberapa besar masalah yangmuncul memberi hambatan terhadap keberhasilan program.
b. Hasil capaian menjadi landasan bagi penyusunan perencanaan program tahun berikutnya.
c. Sebagai bahan penilaian kinerja program dan kinerja petugas UPTD Puskesmas
Tegallalang II.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM
3
2) Menggerakkan dan mengembangkan upaya kemandirian masyarakat dalam bidang
kesehatan ;
3) Meningkatkan kulitas pelayanan kesehatan sesuai standar mutu ;
4) Meningkatkan penyelenggaraan internal manajemen tenaga kesehatan professional.
c. Motto
Sebagai pedoman untuk member semangat kerja untuk mencapai etos kerja yang
maksimal maka UPTD Puskesmas Tegallalang II memilih Motto “PERMATA” yaitu :
PROFESIONAL:
Memberi pelayanan sesuai pada peraturan dan bidang yang dilayani.
EMPATI :
Mampu ikut merasakan apa yang dirasakan oleh klien.
RESPONSIBILITAS :
Tanggap dan bertanggung jawab.
MUTU :
Mampu menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan sesuai perkembangan
teknologi dan informasi.
AKUNTABILITAS :
Dapat dipertanggungjawabkan.
TRANSPARAN :
Terbuka.
ASPIRATIF :
Mampu menampung semua keluhan dan pengaduan terhadap pelayanan.
4
4) Melaksanakan pelayanan adminsitrasi kesehatan terpadu melalui sistem informasi
kesehatan (SIK).
5) Melaksanakan pelayanan informasi yang ramah, cepat dan tepat.
6) Meningkatkan kesejahteraan pegawai di UPTD Puskesmas Tegallalang II.
c. Sasaran
Adapun yang menjadi sasaran dari program / kegiatan pelayanan kesehatan di UPTD
Puskesmas Tegallalang II, baik upaya - upaya promotif, preventif dan kuratif adalah
seluruh masyarakat yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tegallalang II, ataupun
masyarakat umum yang berada di luar wilayah kerja yang secara geografis lebih
memungkinkan untuk datang ke unit pelayanan yang berada di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Tegallalang II.
5
Tabel 2. Indikator – Indikator Kunci dan Target RPJM 2015-2020 dan Renstra Kemenkes dan
Rencana Program P2 ISPA
Base- Target
No Indikator
line 2016 2017 2018 2020
1. RPJM : 14,8 30 40 50 60
Persentase kabupaten / kota (2015)
dengan cakupan penemuan
pneumonia balita minimal 80
%
2. Renstra Kemenkes : 14,8 30 40 50 60
Persentase kabupaten / kota (2015)
yang 50 % puskesmasnya
melaksanakan tata-laksana
pneumonia balita sesuai
standar
3. Rencana Program P2-ISPA 58,9 30 40 50 60
Cakupan penemuan (2015)
pneumonia balita
6
a. Penemuan dan tata laksana kasus pneumonia balita
1) Tujuan :
a) Terlaksananya penemuan bagi seluruh kasus kejadian pneumonia balita di
masyarakat.
b) Tersosialisasinya upaya care seeking di masyarakat agar masyarakat – terutama
kelompok Ibu – memahami dan mengenali gejala-gejala pneumonia pada balita,
dan bila ditemukan untuk segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan.
c) Terimplementasikannya pendekatan keluarga melalui kunjungan rumah untuk
melakukan deteksi dini dan pengobatan segera, serta implementasi upaya
preventif & promotif dalam pengendalian faktor risiko ISPA.
d) Terselenggaranya tatalaksana kasus pneumonia balita di fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai standar.
2) Indikator :
a) Cakupan penemuan kasus Pneumonia balita.
b) Jumlah kasus dan angka kematian pneumonia balita di Puskesmas.
c) Persentase Puskesmas yang memberi layanan ISPA sesuai standar.
3) Kegiatan Pokok
a) Kegiatan penemuan penderita secara aktif dan pasif.
b) Sosialisasi Care Seeking di masyarakat.
c) Sosialisasi Pendekatan Keluarga dalam program P2-ISPA melalui kunjungan
rumah.
d) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan pengelola ISPA.
e) Review Tata-laksana kasus di fasilitas pelayanan kesehatan.
7
e) Koordinasi dan integrasi lintas program dan lintas sektor dalam upaya-upaya
kesiapsiagaan dan respons terhadap pandemi influenza.
8
3) Kegiatan
a) Laporan rutin kegiatan pencegahan dan pengendalian ISPA secara periodik
b) Pelaksanaan surveilans ISPA
c) Peningkatan kapasitas untuk pencatatan dan pelaporan kegiatan P2 ISPA
d) Pelaksanaan kajian terkait faktor risiko ISPA, pencegahan dan pengendalian ISPA
e) Sentinel surveilans pneumonia di Puskesmas dan RS sentinel
f) Pembinaan/monitoring kegiatan
9
BAB III
HASIL KEGIATAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN (P2) ISPA
B. Sumber Data dan Capaian Program P2 ISPA di UPTD Puskesmas Tegallalang II Tahun
2020
Salah satu indikator kunci dalam program P2-ISPA adalah cakupan penemuan pneumonia balita.
Pencatatan dan pelaporan kasus dilakukan secara sistematis dengan memenuhi indikator proses,
output dan indikator program. Perkiraan kasus pneumonia balita suatu wilayah didasarkan pada
10
angka insidens Pneumonia Balita dan jumlah Balita.Angka insidens pneumonia (perkiraan)
menggunakan angka estimasi insidens pada provinsi terkait dimana Provinsi Bali menggunakan
angka estimasi 2,05% sesuai yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan. Sumber data yang
dipergunakan dalam penyusunan laporan ini adalah
- Register Harian Puskesmas
- Kartu Status / Rekam Medis Pasien
- Laporan Bulanan dari Jejaring (Puskesmas Pembantu, Poskesdes, Klinik Jejaring)
1. Indikator Proses
Indikator proses merupakan prosentase Kab/Kota yang 50% Puskesmasnya melakukan
Tatalaksana Standar Pneumonia. Definisi operasionalnya adalah jumlah kab/kota yang
sebagian (50%) puskesmasnya telah melaksanakan tatalaksana standar minimal 60% dari
seluruh kunjungan balita batuk atau kesukaran bernapas di Puskesmas tersebut. Adapun
pengertian Tatalaksana Standar Pneumonia adalah kegiatan deteksi dini terhadap seluruh
balita batuk atau kesukaran bernapas yang berkunjung ke Puskesmas dengan menghitung
frekuensi napas dalam 1 menit penuh dan melihat ada tidaknya tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam (TDDK) baik melalui pendekatan MTBS maupun tatalaksana program ISPA.
Mekanisme pencatatannya adalah sebagai berikut.
a. Semua balita yang berkunjung ke Puskesmas dengan gejala batuk atau kesukaran
bernapas tercatat dalam register Puskesmas.
b. Semua balita dengan gejala batuk atau kesukaran bernapas dilakukan perhitungan
frekuensi napas dan dilihat ada tidaknya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam
(TDDK).
c. Dilakukan pengklasifikasian atau didiagnosis berdasarkan manifestasi klinis, hasil
perhitungan napas dan ada tidaknya TDDK serta klasifikasi/diagnosis dicatat dalam
status penderita, yang kemudian di pindahkan/dicatat kembali dalam register (harian
ISPA atau register pasien Puskesmas).
d. Keseluruhan hasil pengklasifikasian dan diagnosis kemudian dituangkan ke dalam format
laporan Puskesmas yang telah ditentukan.
Jumlah balita yang datang dengan keluhan batuk atau
Puskesmas :
Prosentase balita yang diberikan kesukaran bernapas yang diberikan tatalaksana standar
(dihitung napas/dilihat TDDK)
= Tatalaksana Standar X100%
Adapun laporan hasil pelaksanaan indikator proses di UPTD Puskesmas Tegallalang II tahun
2020 tertera dalam tabel di bawah ini.
11
Tabel 3. Indikator Proses di UPTD Puskesmas Tegallalang II Tahun 2020
NO DESA/ JUMLAH JUMLAH BALITA BALITA PROSENTASE KASUS
KELURAHAN KUNJUNGAN BATUK YANG YANG YANG DILAKUKAN
BALITA BATUK / DIHITUNG DIDIAGNOSA PEMERIKSAAN DAN
KESUKARAN NAFAS ATAU PNEUMONIA TATALAKSANA
BERNAFAS LIHAT TDDK STANDAR
1 TARO 165 165 12 100%
2 SEBATU 329 329 26 100%
3 PUPUAN 258 258 23 100%
4. LUAR 16 16 0 100%
WILAYAH
JUMLAH 768 768 61 100%
Sesuai dengan tabel diatas, total kunjungan Balita ke UPTD Puskesmas Tegallalang II selama
tahun 2020 adalah sebanyak 76 8 Balita termasuk kunjungan dari luar wilayah. Dari total 768 Balita
yang berkunjung dengan keluhan batuk dan kesukaran bernafas, dapat disimpulkan bahwa 100 %
Balita sudah mendapatkan tatalaksana sesuai standar yaitu minimal dengan menghitung nafas atau
melihat ada atau tidaknya Tarikan Dinding Dada Kedalam. Hasil setelah dilakukan klasifikasi dan
diagnosis dari total kunjungan 768 Balita, ditemukan 61 Balita dengan Pneumonia.
Indikator proses dari masing – masing Puskesmas akan digunakan lebih lanjut dalam
menentukan prosentase Kab/Kota yang 50% Puskesmasnya melakukan Tatalaksana Standar
Pneumonia. Sehingga apabila seluruh Puskesmas di Kabupaten Gianyar telah melaksanakan
tatalaksana standar minimal 60% dari seluruh kunjungan balita batuk atau kesukaran bernapas, maka
secara otomatis Kabupaten Gianyar akan mencapai target sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan.
1. Grafik Penemuan Pneumonia Balita Perbulan UPTD Puskesmas Tegallalang II tahun 2020
16
14 14
12
10
9 9
8
7 7
6
5
4
2 2 2 2 2
1 1
0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES
12
2. Grafik Penemuan Kasus ISPA >5 tahun UPTD Puskesmas Tegallalang II tahun 2020
1,396
1,400
1,065
1,200
840
1,000
800
600
400
200
42
3
1
0
0
0
2. Indikator Output
Indikator Output adalah cakupan penemuan Pneumonia balita dalam kurun waktu satu tahun
yaitu selama tahun 2020.
Jumlah kasus pneumonia balita yang ditemukan
pada tempat dalam kurun waktu 1 tahun
Cakupan Penemuan
Pneumonia Balita = X 100%
Jumlah perkiraan kasus pada tempat dalam kurun
waktu 1 tahun
Jumlah perkiraan kasus pada tempat dalam kurun waktu 1 tahun di UPTD Puskesmas
Tegallalang II menggunakan estimasi 2,05 % dari jumlah Balita di wilayah setempat sehingga
diperoleh jumlah perkiraan kasus Pneumonia di UPTD Puskesmas Tegallalang II tahun 2020
adalah sebanyak 54 kasus.
Sementara itu, cakupan penemuan Pneumonia Balita di UPTD Puskesmas Tegallalang II pada
tahun 2020 adalah sebanyak 61 orang. Cakupan tersebut melebihi target perkiraan sehingga
diperoleh indikator output selama tahun 2020 sebesar 112,9 %.
Dari total 61 kasus yang ditemukan, seluruhnya telah mendapatkan penanganan sesuai standar
dan angka kematian akibat Pneumonia di UPTD Puskesmas Tegallalang II tahun 2020 adalah
nihil. Hasil penemuan kasus Pneumonia Balita berdasarkan jenis kelamin dan wilayah akan
dipaparkan lebih lanjut pada tabel yang tertera di bawah ini.
13
Tabel 3. PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS
UPTD PUSKESMAS TEGALLALANG II TAHUN 2020
140
118,2
120 112.9
100
80 80 80 80 TARGET
80 CAKUPAN
66,7
60
40
20
0
SEBATU PUPUAN TARO UPT KESMAS
Grafik menunjukkan indikator RPJM yaitu prosentase Kabupaten / Kota dengan cakupan
penemuan Pneumonia balita minimal 80 %. UPTD Puskesmas Tegallalang II yang berada di
wilayah Kabupaten Gianyar sudah mencapai target minimal 80 %, sehingga dapat
meningkatkan prosentase Kabupaten / Kota sesuai dengan indikatornya.
4. Grafik Perbandingan Cakupan Penemuan Pneumonia Balita tahun 2018 dan tahun 2020
70
61
60
50 45
40
30 26
23
19
20 16
12
10
10
0
SEBATU TARO PUPUAN PUSKESMAS
15
5. Grafik Cakupan Kematian Yang Diakibatkan oleh Pneumonia UPTD Puskesmas Tegallalang
II Tahun 2020
< 1 th 1-<5 Th
16
2. Kasus pneumonia balita yang under reported karena rendahnya pengetahuan dan pemahaman
petugas tentang ISPA atau Pneumonia balita di Fasyankes Primer dan Rumah Sakit.
3. Ketergantungan daerah kepada Pusat dalam :
a. Dukungan alat deteksi pneumonia
b. Buku pedoman
c. Peningkatan kapasitas Nakes
d. Media promotif-preventif dan KIE.
17
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Kegiatan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2) ISPA tahun 2020
berjalan dengan lancar.
2. Keberhasilan sesuatu kegiatan atau program tergantung dari bagaimana perencanaan suatu
kegiatan atau program itu dibuat, karena sangat terkait dengan fungsi – fungsinya manajemen
selanjutnya.
3. Cakupan penemuan Pneumonia Balita tahun 2020 sebesar 112,9 %, meningkat sebanyak 16
kasus dengan persentase peningkatan sebesar 29,6% jika dibandingkan dengan cakupan
tahun 2018.
4. Penemuan kasus Pneumonia masih dilakukan secara pasif dengan menunggu pasien yang
datang berobat ke Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Poskesdes.
B. SARAN
1. Pelatihan terkait tatalaksana kasus Pnemumonia perlu diberikan bagi pemegang program dan
tenaga kesehatan sehingga dapat meningkatkan kompetensi petugas dalam penemuan kasus
Pneumonia.
2. Kerjasama dengan kader di masing – masing Banjar perlu ditingkatkan terkait dengan peran
serta kader dalam mengantar bayi / balita yang mengalami keluhan batuk / kesukaran bernafas
datang ke Puskesmas.
3. Penyuluhan kepada masyarakat terutama orang tua balita tentang penyakit ISPA perlu
dijadwalkan secara rutin dan berkesinambungan bekerja sama dengan program terkait lainnya
4. Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah dilaksanakan sekarang ini agar
lebih ditingkatkan lagi.
5. Kerjasama lintas program agar ditingkatkan demi mencapai target dan keberhasilan program
yang ada di UPTD Puskesmas Tegallalang II.
18
19