Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama
pada bayi dan anak balita di negara berkembang.Infeksi Saluran Pernapasan Akut ini menyebabkan 4
dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun pada setiap tahunnya sebanyak
dua pertiga kematian tersebut adalah bayi (WHO, 2003). Penyakit saluran pernapasan pada masa bayi
dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa. dimana ditemukan adanya
hubungan dengan terjadinya Chronic obstructive pulmonary disease (WHO, 2003).ISPA merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang
meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan bawah.
Tingkat mortalitas akibat ISPA pada bayi, anak dan orang lanjut usia tergolong tinggi terutama di
negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. ISPA juga merupakan salah satu
penyebab utama konsultasi atau rawat inap di sarana pelayanan kesehatan terutama pada bagian
perawatan anak (WHO, 2007). ISPA hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama
pada anak di negara berkembang. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan
terjadi tiga sampai enam kali per tahun. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan
pasien di sarana pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 40-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan
15-30% kunjungan berobat di rawat jalan dan rawat inap rumah sakit (Depkes RI, 2009). Penyakit
ISPA mencakup penyakit saluran nafas bagian atas (ISPaA) dan saluran nafas bagian bawah (ISPbA)
beserta bagian-bagiannya. ISPaA mengakibatkan kematian pada anak dalam jumlah kecil, tetapi
dapat menyebabkan kecacatan misalnya otitis media yang merupakan penyebab ketulian. Sedangkan
hampir seluruh kematian karena ISPA pada anak kecil disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernafasan
bawah Akut (ISPbA), paling sering adalah pneumonia (WHO, 2003).
Di Indonesia, Data Riskesdas (2007) menyebutkan bahwa Pneumonia menduduki peringkat kedua
sebagai penyebab kematian bayi (23,8%) dan balita (15,5%). Menurut data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 digambarkan bahwa period prevalens dan prevalensi daripneumonia tahun 2013
adalah 1,8% dan 4,5%. Berdasarkan data Laporan Rutin Subdit ISPA Tahun 2017, didapatkan
insiden (per 1000 balita) di Indonesia sebesar 20,54%. Berdasarkan data tersebut, Pneumonia pada
bayi dan balita harus diwaspadai dan dikendalikan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk
mengendalikan penyakit ini yaitu dengan meningkatkan deteksi dini dan penemuan kasus Pneumonia
khususnya pada bayi dan balita. Pengendalian ISPA khususnya Pneumonia telah menjadi perhatian
pemerintah khususnya Kementrian Kesehatan melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
yang membawahi unit – unit pelayanan kesehatan di Indonesia. Puskesmas sebagai salah satu unit
pelayanan yang bernaung di bawah Kementrian Kesehatan adalah organisasi fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat

1
dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1991). Dengan kata lain Puskesmas mempunyai
wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya
salah satunya dengan pelaksanaan program Pencegahan dan Pengendalian ISPA (P2 ISPA). Program
pengendalian ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan
oleh penyakit ISPA khususnya Pneumonia. UPTD Puskesmas Tegallalang II sebagai salah satu
Puskesmas di Kabupaten Gianyar melaksanakan Program P2 ISPA dengan tujuan untuk mencegah
penularan lebih luas dan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun langkah – langkah promotif
dan preventif. Penyusunan yang sistematis mengenai kegiatan - kegiatan diperlukan untuk mengatasi
masalah – masalah yang dihadapi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga
Puskesmas dapat mewujudkan tujuan Pembangunan Kesehatan di wilayah kerjanya yaitu derajat
kesehatan yang setinggi – tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat. Dengan latar
belakang tersebut, maka disusunlah Laporan Tahunan Program Pencegahan dan Pengendalian ISPA
yang memuat hasil kegiatan dan pencapaian program selama tahun 2020 sebagai bukti dan bahan
evaluasi untuk kegiatan program kedepan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hasil pelaksanaan dan pencapaian program selama tahun 2020, sehingga
masalah yang menjadi faktor penghambat atau pendorong keberhasilan program dapat
dianalisis dan diberikan solusi untuk meminimalisir permalasahan tersebut.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengevaluasi sejauh mana kegiatan berjalan sesuai dengan perencanaan dan
seberapa besar masalah yang muncul memberi hambatan terhadap keberhasilan program.
b. Hasil capaian menjadi landasan bagi penyusunan perencanaan program tahun berikutnya.
c. Sebagai bahan penilaian kinerja program dan kinerja petugas UPTD Puskesmas
Tegallalang II.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Puskesmas


UPTD Puskesmas Tegallalang II adalah merupakan salah satu Puskesmas yang ada
diwilayah kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar yang mempunyai batas-batas wilayah
sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Kintamani ( Bangli )
Sebelah Timur : Kecamatan Tampaksiring
Sebelah Selatan : Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Tegallalang I
Sebelah Barat : Kecamatan Payangan
Secara umum wilayah kerja UPTD Puskesmas Tegallalang II adalah 3 Desa yaitu Sebatu,
Taro dan Pupuan dengan jumlah total 30 banjar/dusun. Luas wilayah kerja sekitar 25.5 Km 2.
UPTD Puskesmas Tegallalang II mempunyai 4 Puskesmas Pembantu (Pustu) yaitu : Pustu
Sebatu, Pustu Taro I, Pustu Taro II dan Pustu Pupuan serta memiliki 2 Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) yaitu Poskesdes Puakan dan Poskesdes Tegal Suci. Waktu tempuh dari masing –
masing Puskemas Pembantu dan Pos Kesehatan Desa ke UPTD Puskesmas Tegallalang II antara
10 sampai 30 menit.

Tabel 1. Jumlah Penduduk UPTD Puskesmas Tegallalang II tahun 2020


No Nama Desa Jumlah Penduduk ( Jiwa ) Jumlah Banjar
L P JML

1 Sebatu 4.177 4.381 8.558 9

2 Taro 5.510 5.429 10.939 14

3 Pupuan 3.519 3.429 6.984 7

Jumlah 13.206 13.239 26.481 30

1. Visi, Misi dan Motto UPTD Puskesmas Tegallalang II


Adapun visi, misi dan motto yang dimiliki UPTD Puskesmas Tegallalang II yaitu :
a. Visi :
Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Berkualitas Demi Terwujudnya Kesehatan
Masyarakat Mandiri di Wilayah Tegallalang II Tahun 2021.
b. Misi
1) Memberikan pelayanan kesehatan melalui kegiatan Promotif, Preventif, Kuratif dan
Rehabilitatif yang Paripurna ;

3
2) Menggerakkan dan mengembangkan upaya kemandirian masyarakat dalam bidang
kesehatan ;
3) Meningkatkan kulitas pelayanan kesehatan sesuai standar mutu ;
4) Meningkatkan penyelenggaraan internal manajemen tenaga kesehatan professional.
c. Motto
Sebagai pedoman untuk memberi semangat kerja untuk mencapai etos kerja yang
maksimal maka UPTD Puskesmas Tegallalang II memilih Motto “PERMATA” yaitu :
 PROFESIONAL :
Memberi pelayanan sesuai pada peraturan dan bidang yang dilayani.
 EMPATI :
Mampu ikut merasakan apa yang dirasakan oleh klien.
 RESPONSIBILITAS :
Tanggap dan bertanggung jawab.
 MUTU :
Mampu menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan sesuai perkembangan
teknologi dan informasi.
 AKUNTABILITAS :
Dapat dipertanggungjawabkan.
 TRANSPARAN :
Terbuka.
 ASPIRATIF :
Mampu menampung semua keluhan dan pengaduan terhadap pelayanan.

2. Tujuan dan Sasaran


Tujuan, sasaran dan kegiatan yang ada di UPTD Puskesmas Tegallalang II adalah sebagai
berikut
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari program/kegiatan UPTD Puskesmas Tegallalang II adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Tegallalang II pada khususnya dan masyarakat kabupaten Gianyar pada umumnya serta
masyarakat dari luar wilayah (domestik maupun mancanegara) melalui pelayanan
kesehatan dasar yang berkualitas.
b. Tujuan khusus
1) Melaksanakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat Tegallalang, Gianyar, Bali
dan mancanegara.
2) Melaksanakan pelayanan rawat jalan, rawat darurat (UGD) dalam tingkat pelayanan
kesehatan dasar.
3) Melaksanakan pelayanan rawat darurat yang dilengkapi dengan ambulance.

4
4) Melaksanakan pelayanan adminsitrasi kesehatan terpadu melalui sistem informasi
kesehatan (SIK).
5) Melaksanakan pelayanan informasi yang ramah, cepat dan tepat.
6) Meningkatkan kesejahteraan pegawai di UPTD Puskesmas Tegallalang II.
c. Sasaran
Adapun yang menjadi sasaran dari program / kegiatan pelayanan kesehatan di UPTD
Puskesmas Tegallalang II, baik upaya - upaya promotif, preventif dan kuratif adalah
seluruh masyarakat yang ada di wilayah kerja UPTD Puskesmas Tegallalang II, ataupun
masyarakat umum yang berada di luar wilayah kerja yang secara geografis lebih
memungkinkan untuk datang ke unit pelayanan yang berada di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Tegallalang II.

5
BAB III
HASIL KEGIATAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN (P2) ISPA

A. Pengertian Pneumonia Balita


Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru - paru (alveoli) yang ditandai
dengan batuk disertai napas cepat dan/atau kesukaran bernafas. Dalam penentuan klasifikasi
penyakit dibedakan atas dua kelompok yaitu kelompok untuk umur 2 bulan -< 5 tahun dan
kelompok umur < 2 bulan.
1. Untuk kelompok umur 2 bulan -< 5 tahun klasifikasi dibagi atas Pneumonia Berat ,
Pneumonia, dan batuk bukan Pneumonia.
2. Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi dibagi atas: Pneumonia berat dan batuk bukan
Pneumonia. Dalam pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) klasifikasi pada
kelompok umur < 2 bulan adalah infeksi bakteri sistemik dan infeksi bakteri local.
3. Klasifikasi Pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk dan/atau kesukaran bernafas
disertai tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK) pada anak usia 2 bulan - < 5
tahun.
4. Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi Pneumonia berat ditandai dengan TDDK kuat
atau adanya nafas cepat lebih atau sama dengan 60 x per menit.
5. Klasifikasi Pneumonia didasarkan pada adanya batuk dan/atau kesukaran bernafas disertai
adanya nafas cepat. Batas nafas cepat pada anak usia 2 bulan -< 1 tahun adalah 50 kali
permenit dan 40 kali permenit untuk anak usia 1 - < 5 tahun.
6. Klasifikasi batuk bukan Pneumonia mencakup kelompok penderita Balita dengan batuk
yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya
tarikan dinding dada bagian bawah kedalam. Dengan demikian klasifikasi batuk bukan
Pneumonia mencakup penyakit - penyakit ISPA lain diluar Pneumonia seperti batuk pilek
(common cold, pharyngitis, tonsillitis, otitis)
7. Diberikan tatalaksana adalah diberikan pelayanan sesuai klasifikasinya, untuk Pneumonia
diberikan antibiotika dan Pneumonia berat dirujuk ke Sarana Kesehatan yang lebih
memadai;
(Sumber : Lampiran Kepmenkes Nomor: 828/MENKES/SK/IX/2008.

B. Sumber Data dan Capaian Program P2 ISPA di UPTD Puskesmas Tegallalang II Tahun
2020
Salah satu indikator kunci dalam program P2-ISPA adalah cakupan penemuan pneumonia balita.
Pencatatan dan pelaporan kasus dilakukan secara sistematis dengan memenuhi indikator proses,
output dan indikator program. Perkiraan kasus pneumonia balita suatu wilayah didasarkan pada

6
angka insidens Pneumonia Balita dan jumlah Balita.Angka insidens pneumonia (perkiraan)
menggunakan angka estimasi insidens pada provinsi terkait dimana Provinsi Bali menggunakan
angka estimasi 2,05% sesuai yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan. Sumber data yang
dipergunakan dalam penyusunan laporan ini adalah
- Register Harian Puskesmas
- Kartu Status / Rekam Medis Pasien
- Laporan Bulanan dari Jejaring (Puskesmas Pembantu, Poskesdes, Klinik Jejaring)

1. Indikator Proses
Indikator proses merupakan prosentase Kab/Kota yang 50% Puskesmasnya melakukan
Tatalaksana Standar Pneumonia. Definisi operasionalnya adalah jumlah kab/kota yang
sebagian (50%) puskesmasnya telah melaksanakan tatalaksana standar minimal 60% dari
seluruh kunjungan balita batuk atau kesukaran bernapas di Puskesmas tersebut. Adapun
pengertian Tatalaksana Standar Pneumonia adalah kegiatan deteksi dini terhadap seluruh
balita batuk atau kesukaran bernapas yang berkunjung ke Puskesmas dengan menghitung
frekuensi napas dalam 1 menit penuh dan melihat ada tidaknya tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam (TDDK) baik melalui pendekatan MTBS maupun tatalaksana program ISPA.
Mekanisme pencatatannya adalah sebagai berikut.
a. Semua balita yang berkunjung ke Puskesmas dengan gejala batuk atau kesukaran
bernapas tercatat dalam register Puskesmas.
b. Semua balita dengan gejala batuk atau kesukaran bernapas dilakukan perhitungan
frekuensi napas dan dilihat ada tidaknya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam
(TDDK).
c. Dilakukan pengklasifikasian atau didiagnosis berdasarkan manifestasi klinis, hasil
perhitungan napas dan ada tidaknya TDDK serta klasifikasi/diagnosis dicatat dalam
status penderita, yang kemudian di pindahkan/dicatat kembali dalam register (harian
ISPA atau register pasien Puskesmas).
d. Keseluruhan hasil pengklasifikasian dan diagnosis kemudian dituangkan ke dalam format
laporan Puskesmas yang telah ditentukan.
Jumlah balita yang datang dengan keluhan batuk atau
Puskesmas : kesukaran bernapas yang diberikan tatalaksana standar
Prosentase balita yang
(dihitung napas/dilihat TDDK)
diberikan
Tatalaksana Standar
= X100%
Jumlah kunjungan balita dengan batuk dan kesukaran
bernapas

Adapun laporan hasil pelaksanaan indikator proses di UPTD Puskesmas Tegallalang II tahun
2021 tertera dalam tabel di bawah ini.

7
Tabel 3. Indikator Proses di UPTD Puskesmas Tegallalang II Tahun 2020
NO DESA/ JUMLAH JUMLAH BALITA BALITA PROSENTASE KASUS
KELURAHAN KUNJUNGAN BATUK YANG YANG YANG DILAKUKAN
BALITA BATUK / DIHITUNG DIDIAGNOSA PEMERIKSAAN DAN
KESUKARAN NAFAS ATAU PNEUMONIA TATALAKSANA
BERNAFAS LIHAT TDDK STANDAR
1 TARO 141 141 2 100%
2 SEBATU 180 180 8 100%
3 PUPUAN 153 153 1 100%
4. LUAR 3 3 0 100%
WILAYAH
JUMLAH 477 477 11 100%

Sesuai dengan tabel diatas, total kunjungan Balita ke UPTD Puskesmas Tegallalang II selama
tahun 2021 adalah sebanyak 477 Balita termasuk kunjungan dari luar wilayah. Dari total 477 Balita
yang berkunjung dengan keluhan batuk dan kesukaran bernafas, dapat disimpulkan bahwa 100 %
Balita sudah mendapatkan tatalaksana sesuai standar yaitu minimal dengan menghitung nafas atau
melihat ada atau tidaknya Tarikan Dinding Dada Kedalam. Hasil setelah dilakukan klasifikasi dan
diagnosis dari total kunjungan 477 Balita, ditemukan 11 Balita dengan Pneumonia.
Indikator proses dari masing – masing Puskesmas akan digunakan lebih lanjut dalam
menentukan prosentase Kab/Kota yang 50% Puskesmasnya melakukan Tatalaksana Standar
Pneumonia. Sehingga apabila seluruh Puskesmas di Kabupaten Gianyar telah melaksanakan
tatalaksana standar minimal 60% dari seluruh kunjungan balita batuk atau kesukaran bernapas, maka
secara otomatis Kabupaten Gianyar akan mencapai target sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan.
1. Grafik Penemuan Pneumonia Balita Perbulan UPTD Puskesmas Tegallalang II tahun 2020

8
2. Grafik Penemuan Kasus ISPA >5 tahun UPTD Puskesmas Tegallalang II tahun 2020

2. Indikator Output
Indikator Output adalah cakupan penemuan Pneumonia balita dalam kurun waktu satu tahun
yaitu selama tahun 2020.
Jumlah kasus pneumonia balita yang ditemukan
Cakupan Penemuan pada tempat dalam kurun waktu 1 tahun
Pneumonia Balita = X 100%
Jumlah perkiraan kasus pada tempat dalam kurun
waktu 1 tahun

Jumlah perkiraan kasus pada tempat dalam kurun waktu 1 tahun di UPTD Puskesmas
Tegallalang II menggunakan estimasi 2,05 % dari jumlah Balita di wilayah setempat sehingga
diperoleh jumlah perkiraan kasus Pneumonia di UPTD Puskesmas Tegallalang II tahun 2020
adalah sebanyak 59 kasus.
Sementara itu, cakupan penemuan Pneumonia Balita di UPTD Puskesmas Tegallalang II pada
tahun 2020 adalah sebanyak 11 orang. Cakupan tersebut berada dibawah target perkiraan
sehingga diperoleh indikator output selama tahun 2020 sebesar 18,6 %.
Dari total 11 kasus yang ditemukan, seluruhnya telah mendapatkan penanganan sesuai standar
dan angka kematian akibat Pneumonia di UPTD Puskesmas Tegallalang II tahun 2020 adalah
nihil. Hasil penemuan kasus Pneumonia Balita berdasarkan jenis kelamin dan wilayah akan
dipaparkan lebih lanjut pada tabel yang tertera di bawah ini.

9
Tabel 3. PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS
UPTD PUSKESMAS TEGALLALANG II TAHUN 2020

PNEUMONIA PADA BALITA


JUMLAH BALITA JUMLAH PERKIRAAN PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI
(10% DARI JUMLAH PENDERITA (2,05% L P L+P
NO KECAMATAN PUSKESMAS/DESA
PDDK) DARI JUMLAH
BALITA)
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
TEGALLALANG TEGALLALANG II

SEBATU 418 438 856 9 9 18 3 33,3 % 5 55,5 % 8 44,4 %

PUPUAN 352 343 695 7 7 14 0 0% 1 14,3 % 1 7,1 %

TARO 551 543 1094 11 11 22 1 9,1 % 1 9,1 % 2 9,1 %

JUMLAH 1321 1324 2645 27 27 54 4 14,8 % 7 25,9 % 11 20,4 %


10
4. Grafik Cakupan Kematian Yang Diakibatkan oleh Pneumonia UPTD Puskesmas Tegallalang
II Tahun 2020

C. Analisa Capaian Program P2 ISPA di UPTD Puskesmas Tegallalang II Tahun 2021


Cakupan penemuan Pneumonia Balita UPTD Puskesmas Tegallalang II pada tahun
2020 sebesar 20,4% dengan angka absolut 11 Balita dari target yang telah ditetapkan yaitu 59
kasus. Cakupan penemuan Pneumonia Balita di UPTD Puskesmas Tegallalang II pada tahun
2020 mengalami penurunan penemuan penderita Pneumonia Balita sebesar 92,5 % dengan
angka absolut 50 Balita. Penurunan penemuan jumlah penderita Pneumonia Balita di UPTD
Puskesmas Tegallalang II berbanding lurus dengan kunjungan masyarakat untuk berobat ke
Puskesmas pada masa pandemi Covid-19. Hal tersebut kemungkinan disebabkan kekhawatiran
masyarakat akan tertular virus Covid-19 jika berkunjung ke fasilitas kesehatan. Faktor seperti
situasi pandemi Covid-19 juga menyebabkan menurunnya pelaksanaan kegiatan luar gedung
seperti penyuluhan dan kunjungan rumah. Hal tersebut juga mengakibatkan kegiatan pemberian
informasi dan penyebaran leaflet kepada masyarakat oleh tenaga kesehatan dibantu kader pada
saat pelaksanaan Posyandu Balita sempat terhenti pada tahun 2020.
Pelaksanaan penyuluhan tentang ISPA selama masa pandemi Covid-19 tahun 2020
hanya dilaksanakan melalui penyuluhan keliling. Penyuluhan dilakukan di dalam Ambulans
yang bergerak mengelilingi 1-2 Banjar dalam sehari dengan bantuan pengeras suara sehingga
tidak ada kerumunan di masyarakat. Informasi yang diberikan terkait dengan tanda gejala
Pneumonia, bahaya Pneumonia serta anjuran untuk membawa bayi / balita yang sakit batuk dan
pilek untuk berobat ke Puskesmas. Faktor penyebab lainnya yang berpengaruh terhadap
Pneumonia pada balita adalah jenis kelamin, tipe tempat tinggal, pendidikan ibu, tingkat
ekonomi/kuintil indeks kepemilikan, letak dapur, keberadaan/kebiasaan membuka jendela dan
ventilasi kamar tidur.

11
D.Tantangan dan Kendala Program P2 ISPA
1. Keterbatasan jumlah dan kapasitas SDM di Fasyankes Primer dalam:
a. Deteksi pneumonia secara cepat dan akurat
b. Tatalaksana kasus
c. Manajemen program ISPA karena tingginya frekuensi mutasi pegawai di daerah
2. Kasus pneumonia balita yang under reported karena rendahnya pengetahuan dan pemahaman
petugas tentang ISPA atau Pneumonia balita di Fasyankes Primer dan Rumah Sakit.
3. Ketergantungan daerah kepada Pusat dalam :
a. Dukungan alat deteksi pneumonia
b. Buku pedoman
c. Peningkatan kapasitas Nakes
d. Media promotif-preventif dan KIE.

12
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Kegiatan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2) ISPA tahun 2020
berjalan dengan lancar.
2. Cakupan penemuan Pneumonia Balita UPTD Puskesmas Tegallalang II pada tahun 2020
mengalami penurunan dikarenakan situasi pandemi Covid-19.
3. Kasus Pneumonia yang ditemukan, seluruhnya telah mendapatkan tatalaksana sesuai standar.
4. Keberhasilan sesuatu kegiatan atau program tergantung dari bagaimana perencanaan suatu
kegiatan atau program itu dibuat, karena sangat terkait dengan fungsi – fungsinya manajemen
selanjutnya.
5. Cakupan penemuan Pneumonia Balita tahun 2020 sebesar 20,4%, menurun sebanyak 50
kasus dengan persentase penurunan sebesar 92,5% jika dibandingkan dengan cakupan tahun
2019.
6. Penemuan kasus Pneumonia masih dilakukan secara pasif dengan menunggu pasien yang
datang berobat ke Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Poskesdes.

B. SARAN
1. Pelatihan terkait tatalaksana kasus Pnemumonia perlu diberikan bagi pemegang program dan
tenaga kesehatan sehingga dapat meningkatkan kompetensi petugas dalam penemuan kasus
Pneumonia.
2. Kerjasama dengan kader di masing – masing Banjar perlu ditingkatkan terkait dengan peran
serta kader dalam mengantar bayi / balita yang mengalami keluhan batuk / kesukaran bernafas
datang ke Puskesmas.
3. Penyuluhan kepada masyarakat terutama orang tua balita tentang penyakit ISPA perlu
dijadwalkan secara rutin dan berkesinambungan bekerja sama dengan program terkait lainnya
4. Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA yang sudah dilaksanakan sekarang ini agar
lebih ditingkatkan lagi.
5. Kerjasama lintas program agar ditingkatkan demi mencapai target dan keberhasilan program
yang ada di UPTD Puskesmas Tegallalang II.

13

Anda mungkin juga menyukai