Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama
pada bayi dan anak balita di negara berkembang. Infeksi Saluran Pernapasan Akut ini menyebabkan
4 dari 15 juta perkiraan kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun pada setiap tahunnya sebanyak
dua pertiga kematian tersebut adalah bayi (WHO, 2003). Penyakit saluran pernapasan pada masa bayi
dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada masa dewasa. dimana ditemukan adanya
hubungan dengan terjadinya Chronic obstructive pulmonary disease (WHO, 2003). ISPA merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang
meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan bawah.
Tingkat mortalitas akibat ISPA pada bayi, anak dan orang lanjut usia tergolong tinggi terutama di
negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. ISPA juga merupakan salah satu
penyebab utama konsultasi atau rawat inap di sarana pelayanan kesehatan terutama pada bagian
perawatan anak (WHO, 2007). ISPA hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama
pada anak di negara berkembang. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan
terjadi tiga sampai enam kali per tahun. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan
pasien di sarana pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 40-60% kunjungan berobat di Puskesmas dan
15-30% kunjungan berobat di rawat jalan dan rawat inap rumah sakit (Depkes RI, 2009). Penyakit
ISPA mencakup penyakit saluran nafas bagian atas (ISPaA) dan saluran nafas bagian bawah (ISPbA)
beserta bagian-bagiannya. ISPaA mengakibatkan kematian pada anak dalam jumlah kecil, tetapi
dapat menyebabkan kecacatan misalnya otitis media yang merupakan penyebab ketulian. Sedangkan
hampir seluruh kematian karena ISPA pada anak kecil disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernafasan
bawah Akut (ISPbA), paling sering adalah pneumonia (WHO, 2003).
Di Indonesia, Data Riskesdas (2007) menyebutkan bahwa Pneumonia menduduki peringkat kedua
sebagai penyebab kematian bayi (23,8%) dan balita (15,5%). Menurut data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 digambarkan bahwa period prevalens dan prevalensi dari pneumonia tahun 2013
adalah 1,8% dan 4,5%. Berdasarkan data Laporan Rutin Subdit ISPA Tahun 2017, didapatkan
insiden (per 1000 balita) di Indonesia sebesar 20,54%. Berdasarkan data tersebut, Pneumonia pada
bayi dan balita harus diwaspadai dan dikendalikan. Salah satu upaya yang dilakukan untuk
mengendalikan penyakit ini yaitu dengan meningkatkan penemuan kasus Pneumonia khususnya pada
bayi dan balita. Pengendalian ISPA khususnya Pneumonia telah menjadi perhatian pemerintah
khususnya Kementrian Kesehatan melalui Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit yang
membawahi unit – unit pelayanan kesehatan di Indonesia. Puskesmas sebagai salah satu unit
pelayanan yang bernaung di bawah Kementrian Kesehatan adalah organisasi fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat

1
dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 1991). Dengan kata lain Puskesmas mempunyai
wewenang dan tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya
salah satunya dengan pelaksanaan program Pencegahan dan Pengendalian ISPA (P2 ISPA). Program
pengendalian ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan berupaya untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita yang disebabkan
oleh penyakit ISPA khususnya Pneumonia. UPTD Puskesmas Tegallalang II sebagai salah satu
Puskesmas di Kabupaten Gianyar melaksanakan Program P2 ISPA dengan tujuan untuk mencegah
penularan lebih luas dan sebagai bahan pertimbangan untuk menyusun langkah – langkah promotif
dan preventif. Penyusunan yang sistematis mengenai kegiatan - kegiatan diperlukan untuk mengatasi
masalah – masalah yang dihadapi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga
Puskesmas dapat mewujudkan tujuan Pembangunan Kesehatan di wilayah kerjanya yaitu derajat
kesehatan yang setinggi – tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat. Dengan latar
belakang tersebut, maka disusunlah Laporan Tahunan Program Pencegahan dan Pengendalian ISPA
yang memuat hasil kegiatan dan pencapaian program selama tahun 2018 sebagai bukti dan bahan
evaluasi untuk kegiatan program kedepan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hasil pelaksanaan dan pencapaian program selama tahun 2018, sehingga
masalah yang menjadi faktor penghambat atau pendorong keberhasilan program dapat
dianalisis dan diberikan solusi untuk meminimalisir permalasahan tersebut.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengevaluasi sejauh mana kegiatan berjalan sesuai dengan perencanaan dan
seberapa besar masalah yang muncul memberi hambatan terhadap keberhasilan program.
b. Hasil capaian menjadi landasan bagi penyusunan perencanaan program tahun berikutnya.
c. Sebagai bahan penilaian kinerja program dan kinerja petugas UPTD Puskesmas
Tegallalang II.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Puskesmas


UPTD Puskesmas Tegallalang II adalah merupakan salah satu Puskesmas yang ada
diwilayah kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar yang mempunyai batas-batas wilayah
sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Kintamani ( Bangli )
Sebelah Timur : Kecamatan Tampaksiring
Sebelah Selatan : Wilayah Kerja UPT KesmasTegallalang
Sebelah Barat : Kecamatan Payangan
Secara umum wilayah kerja UPTD Puskesmas Tegallalang II adalah 3 Desa yaitu Sebatu,
Taro dan Pupuan dengan jumlah total 30 banjar/dusun. Luas wilayah kerja sekitar 25.5 Km2.
UPTD Puskesmas Tegallalang II mempunyai 4 Puskesmas Pembantu (Pustu) yaitu : Pustu
Sebatu, Pustu Taro I, Pustu Taro II dan Pustu Pupuan serta memiliki 2 Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes) yaitu Poskesdes Puakan dan Poskesdes Tegalsuci. Waktu tempuh dari masing –
masing Puskemas Pembantu dan Pos Kesehatan Desa ke UPTD Puskesmas Tegallalang II antara
10 sampai 30 menit.

Tabel 1. JumlahPenduduk UPTD Puskesmas Tegallalang II tahun 2018


N0 Nama Desa Jumlah Penduduk ( Jiwa ) Jumlah Banjar
L P JML

1 Sebatu 4.188 4.354 8.542 9

2 Taro 5.455 5.412 10867 14

3 Pupuan 3.478 3.390 6.868 7

Jumlah 13.121 13.156 26.277 30

1. Visi, Misi dan Motto UPTD Puskesmas Tegallalang II


Adapun visi, misi dan motto yang dimiliki UPTD Puskesmas Tegallalang II yaitu :
a. Visi : Sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Berkualitas Demi Terwujudnya Kesehatan
Masyarakat Mandiri di Wilayah Tegallalang II Tahun 2020.
b. Misi
1) Memberikan pelayanan kesehatan melalui kegiatan Promotif, Preventif, Kuratif dan
Rehabilitatif yang Paripurna ;

3
2) Menggerakkan dan mengembangkan upaya kemandirian masyarakat dalam bidang
kesehatan ;
3) Meningkatkan kwalitas pelayanan kesehatan sesuai standar mutu ;
4) Meningkatkan penyelenggaraan internal manajemen tenaga kesehatan professional.
c. Motto
Sebagai pedoman untuk memberi semangat kerja untuk mencapai etos kerja yang
maksimal maka UPTD Puskesmas Tegallalang II memilih Motto “PERMATA” yaitu :
 PROFESIONAL:
Memberi pelayanan sesuai pada peraturan dan bidang yang dilayani.
 EMPATI :
Mampu ikut merasakan apa yang dirasakan oleh klien.
 RESPONSIBILITAS :
Tanggap dan bertanggung jawab.
 MUTU :
Mampu menjaga dan meningkatkan kwalitas pelayanan sesuai perkembangan
teknologi dan informasi.
 AKUNTABILITAS :
Dapat dipertanggung jawabkan.
 TRANSPARAN :
Terbuka.
 ASPIRATIF :
Mampu menampung semua keluhan dan pengaduan terhadap pelayanan.

2. Tujuan dan Sasaran


Tujuan, sasaran dan kegiatan yang ada di UPTD Puskesmas Tegallalang II adalah sebagai
berikut
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari program/kegiatan UPTD Puskesmas Tegallalang II adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Tegallalang II pada khususnya dan masyarakat kabupaten Gianyar pada umumnya serta
masyarakat dari luar wilayah (domestik maupun mancanegara) melalui pelayanan
kesehatan dasar yang berkualitas.
b. Tujuan khusus
1) Melaksanakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat Tegallalang, Gianyar, Bali
dan mancanegara.
2) Melaksanakan pelayanan rawat jalan, rawat darurat (UGD) dalam tingkat pelayanan
kesehatan dasar.
3) Melaksanakan pelayanan rawat darurat yang dilengkapi dengan ambulance.

4
4) Melaksanakan pelayanan adminsitrasi kesehatan terpadu melalui sistem informasi
kesehatan (SIK).
5) Melaksanakan pelayanan informasi yang ramah, cepat dan tepat.
6) Meningkatkan kesejahteraan pegawai di UPTD Puskesmas Tegallalang II.
c. Sasaran
Adapun yang menjadi sasaran dari program / kegiatan pelayanan kesehatan di UPTD
Puskesmas Tegallalang II, baik upaya - upaya promotif, preventif dan kuratifadalah
seluruh masyarakat yang ada diwilayah kerja UPTD Puskesmas Tegallalang II, ataupun
masyarakat umum yang berada diluar wilayah kerja yang secara geografis lebih
memungkinkan untuk datang ke unit pelayanan yang berada di wilayah kerja UPTD
Puskesmas Tegallalang II.

B. Gambaran Program Pencegahan dan Pengendalian (P2 ISPA) Di Indonesia


Pencegahan dan pengendalian ISPA merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
program pembangunan kesehatan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia,
sehingga setiap individu menjadi produktif, berdayasaing dan bermanfaat bagi pembangunan
nasional. Dengan demikian, tujuan pencegahan dan pengendalian ISPA ditujukan untuk
menurunkan angka kesakitan (morbiditas), angka kematian (mortalitas) dan disabilitas serta
mengurangi beban ekonomi akibat ISPA dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan
kesehatan dan pembangunan nasional (Buku Pedoman P2 ISPA, 2016).
1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengendalian ISPA sesuai dengan Struktur Organisasi terbaru dilingkungan
Kementerian Kesehatan telah mengalami pengembangan sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat yaitu:
a. Pneumonia Balita, yang difokuskan pada penemuan dan tata laksana kasus;
b. Influenza, yang difokuskan pada kesiap-siagaan dan repons terhadap pandemi influenza;
c. Pengendalian faktor risiko ISPA, dengan fokus penanganan gangguan pernapasan akibat
kabut asap
d. Penguatan Sistem Informasi, Surveilans dan Riset/Kajian
e. Penguatan Dukungan manajemen.

2. Tujuan Program Pencegahan dan Pengendalian ISPA


Tujuan kegiatan pencegahan dan pengendalian ISPA ditetapkan melalui indikator - indikator
kunci yang dituangkan dalam dokumen perencanaan seperti RPJMN 2015-2019, Rencana
Strategis Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan dan Rencana Kegiatan P2 ISPA.
Indikator-indikator kunci dan target dapat dilihat pada tabel.

5
Tabel 2. Indikator – Indikator Kunci dan Target RPJM 2015-2019 dan Renstra Kemenkes dan
Rencana Program P2 ISPA
Base- Target
No Indikator
line 2016 2017 2018 2019
1. RPJM : 14,8 30 40 50 60
Persentase kabupaten / kota (2015)
dengan cakupan penemuan
pneumonia balita minimal 80
%
2. Renstra Kemenkes : 14,8 30 40 50 60
Persentase kabupaten / kota (2015)
yang 50 % puskesmasnya
melaksanakan tata-laksana
pneumonia balita sesuai
standar
3. Rencana Program P2-ISPA 58,9 30 40 50 60
Cakupan penemuan (2015)
pneumonia balita

4.
Jumlah kumulatif Provinsi
8 12 16 20 24
yang menyusun Rencana
(2015)
Kontijensi Kesiapsiagaan
Pandemi Influenza

3. Strategi Pencegahan dan Pengendalian ISPA


Untuk menjamin tercapainya target yang telah ditetapkan pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian
Kesehatan tahun 2015-2019, diperlukan strategi nasional pencegahan dan pengendalian ISPA
di Indonesia. Strategi tersebut dikembangkan berdasarkan tantangan dan permasalahan serta
kapasitas sektor kesehatan, dengan memperhatikan strategi global maupun regional.
Implementasi strategi pencegahan dan pengendalian ISPA akan dipengaruhi oleh banyak
faktor, antara lain: arah kebijakan pembangunan kesehatan, kerangka regulasi, kerangka
kelembagaan, ketersediaan pendanaan, serta lingkungan strategis di tingkat pusat dan daerah.
Strategi yang dikembangkan dalam pencegahan dan pengendalian ISPA, terdiri dari 5 pilar
yang meliputi:

6
a. Penemuan dan tata laksana kasus pneumonia balita
1) Tujuan :
a) Terlaksananya penemuan bagi seluruh kasus kejadian pneumonia balita di
masyarakat.
b) Tersosialisasinya upaya care seeking di masyarakat agar masyarakat – terutama
kelompok Ibu – memahami dan mengenali gejala-gejala pneumonia pada balita,
dan bila ditemukan untuk segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan.
c) Terimplementasikannya pendekatan keluarga melalui kunjungan rumah untuk
melakukan deteksi dini dan pengobatan segera, serta implementasi upaya
preventif & promotif dalam pengendalian faktor risiko ISPA.
d) Terselenggaranya tatalaksana kasus pneumonia balita di fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai standar.
2) Indikator :
a) Cakupan penemuan kasus Pneumonia balita.
b) Jumlah kasus dan angka kematian pneumonia balita di Puskesmas.
c) Persentase Puskesmas yang memberi layanan ISPA sesuai standar.
3) Kegiatan Pokok
a) Kegiatan penemuan penderita secara aktif dan pasif.
b) Sosialisasi Care Seeking di masyarakat.
c) Sosialisasi Pendekatan Keluarga dalam program P2-ISPA melalui kunjungan
rumah.
d) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan pengelola ISPA.
e) Review Tata-laksana kasus di fasilitas pelayanan kesehatan.

b. Kesiapsiagaan dan respon terhadap pandemi influenza


1) Tujuan
Terwujudnya kesiapsiagaan dan respon pemerintah bersama masyarakat di suatu
wilayah untuk menghadapi potensi pandemi influenza.
2) Indikator
a) Jumlah provinsi yang mempunyai Rencana Kontinjensi Penanggulangan
Episenter Pandemi Influenza.
b) Jumlah provinsi yang melakukan simulasi dan review Renkon Penanggulangan
Episenter Pandemi Influenza
3) Kegiatan
a) Penyusunan revisi Pedoman Kesiapsiagaan dan Respon terhadap Pandemi.
b) Penyusunan Renkon, Table Top Exercise, simulasi lapangan di propinsi.
c) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan untuk menyusun Rencana Kontijensi;
d) Review upaya-upaya pengembangan kesiapsiagaan pandemi influenza.

7
e) Koordinasi dan integrasi lintas program dan lintas sektor dalam upaya-upaya
kesiapsiagaan dan respons terhadap pandemi influenza.

c. Pengendalian faktor risiko


1) Tujuan
a) Mewujudkan upaya penanganan kelompok rentan ISPA di rumah singgah pada
wilayah kabut asap.
b) Terselenggaranya koordinasi lintas program dan lintas sektor dalam pengendalian
faktor-faktor risiko ISPA.
2) Indikator
a) Tersedianya pedoman pelaksanaan rumah singgah pada wilayah kabut asap.
b) Jumlah penduduk yang memanfaatkan rumah singgah pada wilayah kabut asap
3) Kegiatan
a) Penanganan kelompok rentan ISPA pada tempat yang dikembangkan menjadi
rumah singgah pada wilayah kabut asap.
b) Penyusunan pedoman tatalaksana penanganan ISPA di rumah singgah, termasuk
standarisasi rumah singgah dan ketersediaan alat air purifier.
c) Penyediaan logistik rumah singgah, termasuk air purifier.
d) Pertemuan koordinasi LP/LS dalaam penanganan ISPA pada wilayah kabut asap.
e) Pertemuan koordinasi LP/LS dalam penanganan faktor-faktor risiko ISPA.

d. Penguatan sistem informasi dan kajian


1) Tujuan
a) Tersedianya data akurat melalui penguatan Sistem Pencatatan dan Pelaporan
b) Terlaksananya surveilans untuk ISPA & faktor risikonya sebagai bagian dari
penguatan Sistem Informasi P2-ISPA
c) Monitoring dan evaluasi implementasi kegiatan pencegahan dan pengendalian
ISPA
d) Pengembangan Riset untuk mendukung kebijakan pencegahan dan pengendalian
ISPA
2) Indikator
a) Jumlah kabupaten yang menyampaikan laporan rutin yang akurat, lengkap, tepat
waktu dan berkesinambungan.
b) Jumlah kabupaten yang menyampaikan laporan sentinel surveilan yang akurat,
lengkap, tepat waktu dan berkesinambungan.
c) Jumlah provinsi yang melakukan kajian/riset dalam pencegahan dan pengendalian
ISPA.

8
3) Kegiatan
a) Laporan rutin kegiatan pencegahan dan pengendalian ISPA secara periodik
b) Pelaksanaan surveilans ISPA
c) Peningkatan kapasitas untuk pencatatan dan pelaporan kegiatan P2 ISPA
d) Pelaksanaan kajian terkait faktor risiko ISPA, pencegahan dan pengendalian ISPA
e) Sentinel surveilans pneumonia di Puskesmas dan RS sentinel
f) Pembinaan/monitoring kegiatan

e. Penguatan manajemen program


1) Tujuan
a) Terlaksananya perencanaan program P2 ISPA di setiap tingkatan administrasi
b) Terlaksananya penguatan kapasitas manajemen dan teknis bagi tenaga kesehatan
pengelola P2 ISPA
c) Tersedianya dokumen anggaran yang mempunyai konektivitas antara pusat dan
daerah, dan dengan Renstra Kemenkes dan Rencana Program P2 ISPA
d) Terlaksananya pemantauan dan evaluasi program secara periodik
e) Terlaksananya pembinaan dan supervisi efektif secara berjenjang
2) Indikator
a) Sumber Daya Manusia
Proporsi Puskesmas dengan tenaga terlatih dalam manajemen dan teknis
pengendalian ISPA.
b) Logistik
Proporsi Puskesmas yang memiliki alat bantu hitung napas atau Sound Timer dan
Oksigen Konsentrator
c) Obat-obatan
Ketersediaan antibiotik, antiviral (oseltamivir) dan obat-obat penunjang (penurun
panas, dll)
3) Kegiatan
a) Peningkatan kapasitas manajemen pengelola ISPA di kabupaten
b) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan puskesmas dan rumah sakit dalam
manajemen dan teknis pencegahan dan pengendalian ISPA
c) Penyusunan dokumen perencanaan dan dokumen anggaran sesuai dengan
pedoman dan ketentuan yang berlaku.
d) Penyediaan logistik dan obat-obatan sesuai dengan kewenangan
e) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan Pencegahan dan Pengendalian
ISPA
f) Pembinaan dan supervisi terpadu yang efektif

9
BAB III
HASIL KEGIATAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN (P2) ISPA

A. Pengertian Pneumonia Balita


Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru - paru (alveoli) yang ditandai
dengan batuk disertai napas cepat dan/atau kesukaran bernafas. Dalam penentuan klasifikasi
penyakit dibedakan atas dua kelompok yaitu kelompok untuk umur 2 bulan -< 5 tahun dan
kelompok umur < 2 bulan.
1. Untuk kelompok umur 2 bulan -< 5 tahun klasifikasi dibagi atas Pneumonia Berat ,
Pneumonia, dan batuk bukan Pneumonia.
2. Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi dibagi atas: Pneumonia berat dan batuk bukan
Pneumonia. Dalam pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) klasifikasi pada
kelompok umur < 2 bulan adalah infeksi bakteri sistemik dan infeksi bakteri local.
3. Klasifikasi Pneumonia berat didasarkan pada adanya batuk dan/atau kesukaran bernafas
disertai tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK) pada anak usia 2 bulan - < 5
tahun.
4. Untuk kelompok umur < 2 bulan klasifikasi Pneumonia berat ditandai dengan TDDK kuat
atau adanya nafas cepat lebih atau sama dengan 60 x per menit.
5. Klasifikasi Pneumonia didasarkan pada adanya batuk dan/atau kesukaran bernafas disertai
adanya nafas cepat. Batas nafas cepat pada anak usia 2 bulan -< 1 tahun adalah 50 kali
permenit dan 40 kali permenit untuk anak usia 1 - < 5 tahun.
6. Klasifikasi batuk bukan Pneumonia mencakup kelompok penderita Balita dengan batuk
yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya
tarikan dinding dada bagian bawah kedalam. Dengan demikian klasifikasi batuk bukan
Pneumonia mencakup penyakit - penyakit ISPA lain diluar Pneumonia seperti batuk pilek
(common cold, pharyngitis, tonsillitis, otitis)
7. Diberikan tatalaksana adalah diberikan pelayanan sesuai klasifikasinya, untuk Pneumonia
diberikan antibiotika dan Pneumonia berat dirujuk ke Sarana Kesehatan yang lebih
memadai;
(Sumber : Lampiran Kepmenkes Nomor: 828/MENKES/SK/IX/2008.

B. Sumber Data dan Capaian Program P2 ISPA di UPTD Puskesmas Tegallalang II Tahun
2018
Salah satu indikator kunci dalam program P2-ISPA adalah cakupan penemuan pneumonia balita.
Pencatatan dan pelaporan kasus dilakukan secara sistematis dengan memenuhi indikator proses,
output dan indikator program. Perkiraan kasus pneumonia balita suatu wilayah didasarkan pada

10
angka insidens Pneumonia Balita dan jumlah Balita. Angka insidens pneumonia (perkiraan)
menggunakan angka estimasi insidens pada provinsi terkait dimana Provinsi Bali menggunakan
angka estimasi 2,05% sesuai yang ditetapkan oleh Kementrian Kesehatan. Sumber data yang
dipergunakan dalam penyusunan laporan ini adalah
- Register Harian Puskesmas
- Kartu Status / Rekam Medis Pasien
- Laporan Bulanan dari Jejaring (Puskesmas Pembantu, Poskesdes, Klinik Jejaring)

1. Indikator Proses
Indikator proses merupakan prosentase Kab/Kota yang 50% Puskesmasnya melakukan
Tatalaksana Standar Pneumonia. Definisi operasionalnya adalah jumlah kab/kota yang
sebagian (50%) puskesmasnya telah melaksanakan tatalaksana standar minimal 60% dari
seluruh kunjungan balita batuk atau kesukaran bernapas di Puskesmas tersebut. Adapun
pengertian Tatalaksana Standar Pneumonia adalah kegiatan deteksi dini terhadap seluruh
balita batuk atau kesukaran bernapas yang berkunjung ke Puskesmas dengan menghitung
frekuensi napas dalam 1 menit penuh dan melihat ada tidaknya tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam (TDDK) baik melalui pendekatan MTBS maupun tatalaksana program ISPA.
Mekanisme pencatatannya adalah sebagai berikut.
a. Semua balita yang berkunjung ke Puskesmas dengan gejala batuk atau kesukaran
bernapas tercatat dalam register Puskesmas.
b. Semua balita dengan gejala batuk atau kesukaran bernapas dilakukan perhitungan
frekuensi napas dan dilihat ada tidaknya tarikan dinding dada bagian bawah kedalam
(TDDK).
c. Dilakukan pengklasifikasian atau didiagnosis berdasarkan manifestasi klinis, hasil
perhitungan napas dan ada tidaknya TDDK serta klasifikasi/diagnosis dicatat dalam
status penderita, yang kemudian di pindahkan/dicatat kembali dalam register (harian
ISPA atau register pasien Puskesmas).
d. Keseluruhan hasil pengklasifikasian dan diagnosis kemudian dituangkan ke dalam format
laporan Puskesmas yang telah ditentukan.
Jumlah balita yang datang dengan keluhan batuk atau
Puskesmas :
Prosentase balita yang diberikan kesukaran bernapas yang diberikan tatalaksana standar
(dihitung napas/dilihat TDDK)
Tatalaksana Standar = X100%

Jumlah kunjungan balita dengan batuk dan kesukaran


bernapas

Adapun laporan hasil pelaksanaan indikator proses di UPTD Puskesmas Tegallalang II tahun
2018 tertera dalam tabel di bawah ini.

11
Tabel 3. Indikator Proses di UPTD Puskesmas Tegallalang II Tahun 2018
NO DESA/ JUMLAH JUMLAH BALITA BALITA YANG PROSENTASE KASUS
KELURAHAN KUNJUNGAN BATUK YANG DIDIAGNOSA YANG DILAKUKAN
BALITA BATUK / DIHITUNG NAFAS PNEUMONIA PEMERIKSAAN DAN
KESUKARAN ATAU LIHAT TATALAKSANA
BERNAFAS TDDK STANDAR
1 TARO 202 202 16 100%
2 SEBATU 298 298 10 100%
3 PUPUAN 229 229 19 100%
4. LUAR 93 93 - 100%
WILAYAH
JUMLAH 822 822 45 100%

Sesuai dengan tabel diatas, total kunjungan Balita ke UPTD Puskesmas Tegallalang II selama
tahun 2018 adalah sebanyak 822 Balita termasuk kunjungan dari luar wilayah. Dari total 822 Balita
yang berkunjung dengan keluhan batuk dan kesukaran bernafas, dapat disimpulkan bahwa 100 %
Balita sudah mendapatkan tatalaksana sesuai standar yaitu minimal dengan menghitung nafas atau
melihat ada atau tidaknya Tarikan Dinding Dada Kedalam. Hasil setelah dilakukan klasifikasi dan
diagnosis dari total kunjungan 822 Balita, ditemukan 45 Balita dengan Pneumonia.
Indikator proses dari masing – masing Puskesmas akan digunakan lebih lanjut dalam
menentukan prosentase Kab/Kota yang 50% Puskesmasnya melakukan Tatalaksana Standar
Pneumonia. Sehingga apabila seluruh Puskesmas di Kabupaten Gianyar telah melaksanakan
tatalaksana standar minimal 60% dari seluruh kunjungan balita batuk atau kesukaran bernapas, maka
secara otomatis Kabupaten Gianyar akan mencapai target sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan.
1. Grafik Penemuan Pneumonia Balita Perbulan UPTD Puskesmas Tegallalang II tahun 2018
9

8 8

7 7

5 5

4 4 4 4 4

3 3 3

2 2

1 1

0 0
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES

12
2. Grafik Penemuan Kasus ISPA >5 tahun UPTD Puskesmas Tegallalang II tahun 2018

1,327
1,400
1,200

916

830
1,000
800
600
400

108
200
0

0
0

Bukan Pneumonia Pneumonia

2. Indikator Output
Indikator Output adalah cakupan penemuan Pneumonia balita dalam kurun waktu satu tahun
yaitu selama tahun 2018.
Jumlah kasus pneumonia balita yang ditemukan
pada tempat dalam kurun waktu 1 tahun
Cakupan Penemuan
Pneumonia Balita = X 100%
Jumlah perkiraan kasus pada tempat dalam kurun
waktu 1 tahun

Jumlah perkiraan kasus pada tempat dalam kurun waktu 1 tahun di UPTD Puskesmas
Tegallalang II menggunakan estimasi 2,05 % dari jumlah Balita di wilayah setempat sehingga
diperoleh jumlah perkiraan kasus Pneumonia di UPTD Puskesmas Tegallalang II tahun 2018
adalah sebanyak 54 kasus.
Sementara itu, cakupan penemuan Pneumonia Balita di UPTD Puskesmas Tegallalang II pada
tahun 2018 adalah sebanyak 45 orang. Cakupan tersebut masih berada di bawah target
perkiraan sehingga diperoleh indikator output selama tahun 2018 sebesar 83,3 %.
Dari total 45 kasus yang ditemukan, seluruhnya telah mendapatkan penanganan sesuai standar
dan angka kematian akibat Pneumonia di UPTD Puskesmas Tegallalang II tahun 2018 adalah
nihil. Hasil penemuan kasus Pneumonia Balita berdasarkan jenis kelamin dan wilayah akan
dipaparkan lebih lanjut pada tabel yang tertera di bawah ini.

13
Tabel 3. PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS
UPTD PUSKESMAS TEGALLALANG II TAHUN 2018

PNEUMONIA PADA BALITA


JUMLAH BALITA JUMLAH PERKIRAAN PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI
(10% DARI JUMLAH PENDERITA (2,05% L P L+P
NO KECAMATAN PUSKESMAS/DESA
PDDK) DARI JUMLAH
BALITA)
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
TEGALLALANG TEGALLALANG II

6
SEBATU 419 435 854 9 9 18 4 44,4 66,6 10 55,5

9
PUPUAN 546 541 1087 11 11 22 10 90,9 81,8 19 86,4

3
TARO 348 339 687 7 7 14 13 185,7 42,8 16 114,3

JUMLAH 1313 1315 2628 27 27 54 27 100 18 66,6 45 83,3


14
3. Grafik Perbandingan Target RPJM dengan Cakupan Penemuan Pneumonia Balita UPTD
Puskesmas Tegallalang II Tahun 2018
140

120 114.3

100
86.4 83.3
80 80 80 80
80
TARGET
60 55.5 CAKUPAN

40

20

0
SEBATU PUPUAN TARO UPT KESMAS

Grafik menunjukkan indikator RPJM yaitu prosentase Kabupaten / Kota dengan cakupan
penemuan Pneumonia balita minimal 80 %. UPTD Puskesmas Tegallalang II yang berada di
wilayah Kabupaten Gianyar sudah mencapai target minimal 80 %, sehingga dapat
meningkatkan prosentase Kabupaten / Kota sesuai dengan indikatornya.

4. Grafik Cakupan Kematian Yang Diakibatkan oleh Pneumonia UPTD Puskesmas


Tegallalang II Tahun 2018

< 1 th 1-<5 Th

C. Analisa Capaian Program P2 ISPA di UPTD Puskesmas Tegallalang II Tahun 2018


Cakupan penemuan Pneumonia Balita UPT Kesmas Tegallalang II pada tahun 2018 sebesar
83,3% dengan angka absolut 45 Balita. Perhitungan cakupan ini digunakan untuk mengevaluasi

15
kinerja program, dan sebagai langkah awal perhitungan indikator prosentase Kab/kota dengan
cakupan penemuan Pneumonia balita minimal 80% sesuai dengan indikator RPJM.
Berdasarkan analisa dengan mengacu kepada Standar Pelayanan Minimal,
Masih rendahnya angka cakupan penemuan pneumonia Balita tersebut disebabkan antara lain
oleh :
1. Deteksi kasus di Puskesmas masih rendah karena sebagian besar tenaga belum terlatih
2. Penemuan kasus sementara hanya dilakukan secara pasif, yaitu menunggu pasien (Balita)
penderita pneumonia datang berkunjung ke Puskesmas
3. Kolaborasi dengan kader di masing – masing wilayah (Banjar) untuk memfasilitasi bayi /
Balita dengan keluhan batuk dan kesukaran bernafas datang berobat ke Puskesmas belum
dilakukan dengan optimal.

D. Tantangan dan Kendala Program P2 ISPA


1. Keterbatasan jumlah dan kapasitas SDM di Fasyankes Primer dalam :
a. Deteksi pneumonia secara cepat dan akurat
b. Tatalaksana kasus
c. Manajemen program ISPA karena tingginya frekuensi mutasi pegawai di daerah
2. Kasus pneumonia balita yang under reported karena rendahnya pengetahuan dan pemahaman
petugas tentang ISPA atau Pneumonia balita di Fasyankes Primer dan Rumah Sakit.
3. Ketergantungan daerah kepada Pusat dalam :
a. Dukungan alat deteksi pneumonia
b. Buku pedoman
c. Peningkatan kapasitas Nakes
d. Media promotif-preventif dan KIE.

16
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Kegiatan Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2) ISPA tahun 2018
berjalan dengan lancar.
2. Keberhasilan sesuatu kegiatan atau program tergantung dari bagaimana perencanaan suatu
kegiatan atau program itu dibuat, karena sangat terkait dengan fungsi – fungsinya manajemen
selanjutnya.
3. Cakupan penemuan Pneumonia Balita tahun 2018 sebesar 83,3 %, menurun jika
dibandingkan dengan cakupan tahun 2017.
4. Penemuan kasus Pneumonia masih dilakukan secara pasif dengan menunggu pasien yang
datang berobat ke Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Poskesdes.

B. SARAN
1. Pelatihan terkait tatalaksana kasus Pnemumonia perlu diberikan bagi pemegang program dan
tenaga kesehatan sehingga dapat meningkatkan kompetensi petugas dalam penemuan kasus
Pneumonia.
2. Kerjasama dengan kader di masing – masing Banjar perlu ditingkatkan terkait dengan peran
serta kader dalam mengantar bayi / balita yang mengalami keluhan batuk / kesukaran bernafas
datang ke Puskesmas.
3. Penyuluhan kepada masyarakat terutama orang tua balita tentang penyakit ISPA perlu
ditingkatkan dan dilaksanakan secara berkesinambungan, serta penatalaksanaan dan
pemberantasan kasus ISPA yang sudah dilaksanakan sekarang ini agar lebih ditingkatkan lagi
4. Kerjasama lintas program agar ditingkatkan demi mencapai target dan keberhasilan program
yang ada di UPTD Puskesmas Tegallalang II

17
18

Anda mungkin juga menyukai