Anda di halaman 1dari 20

PERUBAHAN BENTUK BANGUNAN BALE TANI DAN BALE

BONTAR DI DUSUN SADE LOMBOK TENGAH


Nur Fivi Anggraeny, Antariksa, Noviani Suryasari
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia, Telp. (0341) 567486
Email: pipi_chayg@yahoo.com

ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis perubahan secara fisik yang terjadi
pada bangunan Bale Tani dan Bale Bontar di Dusun Sade, kemudian menganalisis penyebab dan
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan tersebut. Metode yang digunakan dalam
studi ini adalah metode historiskualitatifdeskriptif. Perubahan yang paling banyak muncul pada
rumah tradisional, yakni pada perubahan pada ruang (denah) dan juga pada elemen pintu secara
bentuk maupun material dan warna yang digunakan. Perubahan juga banyak terjadi pada fasade
bangunan dengan adanya penambahan bukaan atau ventilasi sebagai jalur keluar masuknya
udara. Elemen bangunan yang yang tidak berubah, yang masih dijaga keasliannya, yakni pada
bentukan maupun material dan warna pada atap. Tidak dilakukan perubahan karena masyarakat
sudah cukup nyaman dengan pemakaian atap tersebut. Atap merupakan bagian yang paling
utama pada rumah karena atap mencerminkan rumah tradisional. Perubahanperubahan yang
terjadi tersebut dapat disebabkan oleh kebutuhan penghuni, kelangkaan material, kesehatan
rumah dan penghuni, perkembangan pola pikir masyarakat (pendidikan tinggi), bertambahnya
anggota baru, perawatan bangunan, adanya fungsi tambahan, kepraktisan pada pemakaian
elemen bangunannya, kenyamanan penghuni, estetika bangunan, dan lain sebagainya. Faktor
faktor yang mempengaruhi perubahan, yakni faktor ekonomi, geografis, dan sosial budaya.
Kata Kunci : Perubahan bentuk fisik, Rumah Tradisional Sasak, Bale Tani, Bale Bontar.

ABSTRACT
This study aims to identify and analyze the physical changes that occur in buildings of Bale Tani
and Bale Bontar Sade Village, then analyze the causes and that factors influence those of
changes. The methods in this study are historical research - qualitative - descriptive. The most
changes appear in traditional houses that are change at the space (layout) and also at the door
elements on a form in spite of materials and colors used. Changes also take place in the building
facade with the addition of openings or vents as pathways out of air entry. Building elements which
are unchanged, which still maintained its authenticity, that is the formation as well as material and
color to the roof. They are not changes because of people quite comfortable with the use of the
roof. It is the most important part of the house because the roof reflects of the traditional
house. The changes of building could be due to the needs of residents, the scarcity of materials,
and occupants of the home health, community development mind side (higher education), the
increase of new members, building maintenance, the presence of additional functionality,
practicality in the use elements of the building, occupant comfort, aesthetics buildings, etc. The
traditional houses changes because of economic, geographic, social and cultural.
Keywords: the changes in physical form, Sasak Traditional House, Bale Tani, Bale Bontar

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

123

Pendahuluan
Suku Sasak adalah penduduk asli dan suku mayoritas di Pulau Lombok, NTB.
Sebagai penduduk asli, Suku Sasak telah mempunyai sistem budaya, sebagaimana
terekam dalam kitab Nagara Kartha Gama karangan Empu Nala dari Majapahit. Suku
Sasak telah mempunyai sistem budaya yang mapan, maka kemampuannya untuk tetap
eksis sampai saat ini merupakan salah satu bukti bahwa suku ini mampu menjaga dan
melestarikan tradisinya (Anonim 2009). Bentuk rumah tradisional Lombok berkembang
saat pemerintahan Kerajaan Karang Asem (abad ke-17). Arsitektur Lombok dikawinkan
dengan arsitektur Bali (Zul 2006). Selain tempat berlindung, rumah juga memiliki nilai
estetika, filosofi, dan kehidupan sederhana para penduduk di masa lampau yang
mengandalkan sumber daya alam sebagai tambang nafkah harian, sekaligus sebagai
bahan pembangunan rumah. Dalam masyarakat Sasak, rumah berada dalam dimensi
sakral (suci) dan profan duniawi secara bersamaan. Artinya, rumah adat Sasak di
samping sebagai tempat berlindung dan berkumpulnya anggota keluarga juga menjadi
tempat dilaksanakannya ritual-ritual sakral yang merupakan manifestasi dari keyakinan
kepada Tuhan, arwah nenek moyang (papuk baluk), bale (penunggu rumah), dan
sebagainya. Sade merupakan salah satu dusun yang berada di Desa Rembitan,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah yang masih eksis mempertahankan
kebudayaan Sasaknya. Hal ini dapat dilihat pada desain rumahnya yang bergayakan
arsitektur tradisional khas Suku Sasak (Lombok Selatan), seperti rumah adat Bale Tani
yang dahulunya disebut Bale Gunung Rate yang merupakan simbol dari Keagungan Yang
Maha Kuasa. Masyarakat Dusun Sade masih cukup kuat mempertahankan tradisi
tradisi lama peninggalan para leluhur baik yang berhubungan dengan keyakinan ataupun
yang berkaitan dengan dasar kehidupan. Rumah tradisional Suku Sasak di Dusun Sade
sebagai identitas lokal tidak luput dari fenomena perubahan. Perubahan yang terjadi pada
rumah tradisional Suku Sasak ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya saja
karena perkembangan zaman, di mana masyarakatnya ingin lebih maju dan berkembang.
Perubahan bentuk rumah menunjukkan adanya usaha masyarakat untuk
mempertahankan diri dan meningkatkan kehidupan. Permasalahan khusus adalah
permasalahan spesifik yang berkaitan dengan kajian tentang perubahan secara fisik yang
terjadi pada rumah tradisional, yakni rumah tradisional Suku Sasak di Lombok Tengah.
Adapun pokok-pokok permasalahan yang diangkat 1. Perubahan apa sajakah yang terjadi
pada bentuk bangunan Bale Tani dan Bale Bontar di Dusun Sade, Lombok Tengah? 2.
Sebabsebab dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan tersebut?.
Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis perubahanperubahan yang terjadi pada bangunan Bale Tani dan Bale Bontar di Dusun Sade dan
menganalisis penyebab dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi adanya
perubahan tersebut.
Metode Penelitian
Dalam studi ini, digunakan metode penelitian historiskualitatifdeskriptif. Datadata
dari pengumpulan hasil survey primer, melalui media foto, alat pencatatan, dan alat
penggambaran, serta wawancara/interview yang dilakukan dengan pihakpihak yang
terkait. Survey sekunder diperoleh dari studi pustaka dan karya ilmiah.
Pada bangunan tradisional di Dusun Sade, diambil populasi rumah tinggal
berjumlah 148 unit bangunan, dengan rincian Bale Tani 140 rumah dan Bale Bontar
8 buah. Sampel yang terpilih 14 kasus yang terdiri dari 2 bangunan asli (1 Bale Tani dan 1
Bale Bontar), dan 12 kasus rumah yang telah mengalami perubahan (Gambar 1). Sampel
tersebut sudah mewakili perubahan yang ada di Dusun Sade. Sampel ditentukan secara
purposive sampling.

124

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

Gambar 1 Peta permukiman Dusun Sade.


Sumber: Digambar ulang dari Google Earth

Pada jenis rumah tinggal yang ada di Dusun Sade, yakni Bale Tani, dan Bale
Bontar, dipilih sampel bangunan pada tiap kategorinya. Sampel yang terpilih lalu
dikategorikan berdasarkan perubahannya, yakni.
- Bentuk bangunan yang masih asli;
- Elemen bangunan dengan bentuk, material dan warna yang masih tetap, tetapi denah
berubah;
- Elemen bangunan dengan bentuk, material dan warna yang sudah berubah, tetapi
denah tetap; dan
- Elemen bangunan dengan bentuk, material dan warna yang sudah berubah, serta
denah berubah atau keduanya telah berubah.
Kemudian mengidentifikasi dan menganalisis perubahanperubahan fisik tersebut.
Setelah mengidentifikasi dan menganalisis perubahanperubahan yang terjadi pada
masingmasing rumah tinggal, selanjutnya menganalisis sebabsebab dan faktorfaktor
yang mempengaruhi perubahan tersebut.

Hasil dan Pembahasan


1. Bentuk rumah tinggal Suku Sasak di Dusun Sade yang masih asli.
Bale Tani - Kasus rumah Inak Nawi
Bale Tani adalah bentuk bangunan rumah tinggal paling tua dan diakui sebagai
bangunan tradisional. Rumah ini berdiri kirakira pada abad ke-17, yang merupakan
awal berdirinya Dusun Sade.
- Denah
Denah bangunan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 4,5 m x 5,5 m (Gambar
2).

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

125

Serambi kanan : ruangan identik


dengan wanita. Biasanya tempat
wanita tidur di malam hari.

Bale dalem : tempat untuk melahirkan


dan tempat menyimpan benda pusaka.

Serambi kiri : ruangan identik


dengan laki laki. Digunakan
sebagai area untuk tidur.

Dalem bale : tempat untuk memasak


dan tempat gadis tidur.

Gambar 2. Struktur pembagian ruang pada kasus rumah Inak Nawi.

- Elemenelemen bangunan
Atap: Atap depan dibuat agak menjorok untuk menahan cahaya matahari yang
menyilaukan (Gambar 3). Material menggunakan alangalang yang dikeringkan,
yang mencerminkan kesederhanaan dan alami. Warna dari atap ini, yakni warna
coklat kekuningan, yang merupakan warna asli dari material
Atap berbentuk mengerucut
pada bagian atasnya, karena
meniru bentukan gunung. Bentuk
atap juga sudah dikondisikan
pada iklim tropis, sehingga
dibuat miring.

Gambar 3. Atap rumah Inak Nawi.

Dinding: Dinding rumah menutupi keseluruhan sisi rumah tanpa adanya jendela.
Dinding juga membatasi pembagian ruang antara langan dalem dan langan duah.
Dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang berfungsi juga sebagai hiasan.
Warna kuning kecoklatan yang merupakan warna asli dari materialnya (Gambar
4).
Dinding digunakan
sebagai pembatas
dalem bale dan
bale dalem.
Dinding digunakan
sebagai pembatas
langan dalem dan
langan duah.

Dinding
digunakan
sebagai pembatas
area luar dengan
bale. Pintu : (Gambar

Detail anyaman bambu


pada dinding rumah

6
Gambar 4. Dinding rumah Inak Nawi.

1. Pintu rumah untuk keluar masuk: Pintu geser yang terbuat dari anyaman
bambu atau bedek.
2. Pintu yang menghubungkan antara langan dalem dan langan duah: Pintu geser
yang terbuat dari kayu (kuri) yang didesain melengkung.

126

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

Warna pintu merupakan warna asli dari materialnya. (Gambar 5).

Pintu dari bambu (bedek).


Pintu dari bambu memperlihatkan kesederhanaan.

Pintu didesain dengan sederhana, terdapat


lengkungan pada bagian atas dan bawah.
Pintu dari kayu (kuri).

Gambar 5 Pintu rumah Inak Nawi.

Lantai: Lantai rumah dilakukan peninggian, karena dahulu kalanya rumah adat
tradisional Sasak berbentuk rumah panggung (Gambar 6). Materialnya dari
campuran tanah liat, abu jerami dan kotoran kerbau. Penggunaan tai kerbau
karena mengandung suatu kepercayaan tertentu dan juga merupakan perekat
yang kuat untuk lantai. Warna abu merupakan warna asli dari materialnya.
Lantai dibuat meninggai,
karena rumah asli Sasak
adalah rumah panggung.
Terdapat 3 anak tangga
yang bermakna lahir,
berkembang, dan mati.

Gambar 6. Lantai rumah Inak Nawi.

Tiang: Berbentuk persegi, ukuran 10 x 15 cm dan tinggi 120 cm (Gambar 7).


Material dari kayu. Warna coklat tua merupakan warna asli dari materialnya.

Bentuk tiang sangat sederhana,


tanpa adanya ukiran ukiran.
Tiang hanya memperlihatkan
tekstur kayu yang berkesan
alami, karena kayu didapat dari
alam.

Gambar 7. Tiang kayu rumah Inak Nawi.

Bale Bontar - Kasus rumah Inak Resah


Bale Bontar masuk ke Dusun Sade sekitar tahun 1976. Bentuk pada Bale
Bontar tidak memiliki aturanaturan khusus dalam pembangunannya. Rumah Inak
Resah dijadikan sampel untuk rumah asli, karena rumah ini belum mengalami
perubahan sejak dibangun pada tahun 1989.
- Denah
Denah bangunan berbentuk persegi dengan ukuran 5 m x 5 m (Gambar 8).

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

127

Teras untuk tempat


untuk bersosialisai,
dan menenun.
Dalem Bale sebelah kanan
bangunan ini berfungsi
untuk area memasak.

Area untuk menyimpan gabah ini


dibangun pada tahun 2001.

Dalem Bale sebelah kiri bangunan


ini berfungsi sebagai kamar tidur.
Tempat tidur untuk laki laki.

Gambar 8. Pembagian ruang Bale Bontar Inak Resah.

- Elemenelemen bangunan
Atap: bentuk atap Bale Bontar berbentuk atap limasan (Gambar 9). Material pada
atap menggunakan alangalang atau jerami yang telah dikeringkan. Warna asli
dari material yang digunakan, yakni coklat.

Tampak samping :
Atap berbentuk segitiga.
Atap rumah tidak mengalami perubahan
karena atap jenis limasan ini merupakan
atap yang sudah tanggap terhadap iklim,
sehingga penghuni merasa nyaman
beraktivitas di dalamnya.

Penggunaan pada plafon di ruamg


serambi/calung, merupakan ciri khas dari
Bale Bontar. Plafon digunakan dengan
maksud agar rumah kelihatan rapi, tidak
terlihat sarang laba laba di atap.
Material plafon menggunakan anyaman
bambu, yang berkesan sederhana, alami,
dan bertekstur.

Gambar 9. Atap rumah Inak Resah.

Dinding: Dinding rumah menutupi keseluruhan sisi rumah tanpa adanya jendela
(Gambar 10). Material bervariasi, mulai dari penggunaan anyaman bambu, hingga
kayu. Warna yang digunakan pada dinding anyaman bambu merupakan warna
asli dari meterialnya, sedangkan dinding dari material kayu, dicat dengan warna
coklat, lalu diberi pernis agar lebih mengkilat.
Dinding dengan
material anyaman
bambu.

Penggunaan material dengan anyaman bambu,


masih tetap dipertahankan sampai saat ini.

Dinding
dengan
material
kayu.
Dinding dengan material
kayu hanya merupakan
variasi saja. Dinding kayu
juga merupakan salah satu
ciri khas dari Bale Bontar,
itulah yang membedakan
Bale Tani dengan Bale
Bontar.

Gambar 10. Dinding rumah Inak Resah.

128

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

Pintu: Pintu yang digunakan merupakan pintu dorong dengan satu daun pintu
(Gambar 11), seperti rumahrumah pada umumnya. Penggunaan material pada
pintu, yakni papan kayu. Warna material yang digunakan, yakni coklat.
Penggunaan pintu pada rumah Inak Resah
sangat sederhana. Material dari kayu yang
ditutupi dengan sejenis wallpaper bermotif
kayu, agar terdapat kesan tekstur kayu.
Pintu tidak mengalami perubahan.
Penggunaan pintu dari kayu dirasa
lebih kuat dan tahan lama daripada
pintu dari bambu. Pintu berukuran 70
x 160 cm.

Gambar 11. Pintu rumah Inak Resah.

Lantai: Terdapat peninggian lantai pada teras. Tingginya 50 cm dengan satu buah
anak tangga. Peninggian lantai juga terdapat pada calung, tingginya 40 cm
(Gambar 12). Material yang digunakan, yakni semen dan campuran tanah.
Peninggian lantai pada teras rumah
sekitar 50 cm dari teras, dengan satu
buah anak tangga.

Peninggian lantai pada calung setinggi


40 cm dari tanah dengan satu buah
anak tangga.

Terdapat peninggian lantai, karena


mengikuti bentukan lantai pada bale yang
lebih dahulu ada, yakni Bale Tani.
Perbedaannya dengan Bale Tani, yakni
tidak terdapat peninggian di dalam rumah.

Gambar 12. Lantai rumah Inak Resah.

Tiang: Tiang rumah berbentuk persegi (Gambar 13) yang terletak di teras rumah.
Penggunaan material kayu dengan ukuran 15 x 15 cm. Warna coklat, yang
merupakan warna asli dari material kayu.

Tiang berjumlah tiga buah yang berfungsi sebagai penyangga


atap. Bentuk tiang persegi dengan ukuran 15 x 15 x 155 cm.
Tmaterial tiang dari kayu, sehingga berkesan alami, karena
kayu didapat dari alam. Penggunaan material dari alam,
sudah diterapkan sejak zaman dahulu kala.

Gambar 13. Tiang rumah Inak Resah.

2. Perubahan bentuk bangunan Bale Tani dan Bale Bontar di Dusun Sade
Perubahan rumah tinggal di Dusun Sade yang mengalami perubahan pada denah.
a. Bale Tani - Kasus perubahan rumah Inak Endep.
Rumah ini mengalami perubahan fungsi ruang pada serambi kiri dan adanya
perubahan fungsi ruang pada bale dalem. (Gambar 14).

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

129

Faktor: faktor kebutuhan


ruang. Faktor penyebab
perubahan, yakni
perubahan sosial budaya
masyarakat.
Ruang tempat melahirkan dan menyimpan benda
pusaka tempat gabah. (1999an)
Perubahan fungsi ruang
pada langan duah, yakni
pada serambi kanan
yang menjadi ruang
untuk tempat tidur bayi
(2008). Perubahan
karena adanya anggota
keluarga baru.

Gambar 14. Perubahan fungsi ruang rumah Inak Endep.

b. Bale Bontar - Kasus perubahan rumah Inak Susi.


Bale ini dibangun pada tahun 1991. Perubahan yang terjadi, yakni pada
dalem bale, posisi kamar dipindah ke sebelah kanan bangunan, terjadi tahun 2009.
Dapur dipindahkan ke luar bangunan, agar lebih leluasa untuk memasak. (Gambar
15)
Perubahan ruang pada kasus
rumah Inak Susi terjadi pada
tahun 2009.
- Dalem bale 1 : kamar
- Dalem bale 2 : kamar dan
tempat shalat.
Fungi dapur untuk memasak
terletak di luar bangunan.
Perubahan karena faktor kebutuhan
ruang dan faktor ekonomi.
Denah awal rumah Inak Susi

Ruang dalem bale


ini berfungsi
sebagai kamar.

Denah kondisi sekarang rumah Inak Susi

Ruang dalem bale ini


berfungsi sebagai kamar dan
tempat untuk beribadah
(shalat).

Serambi sebelah kanan


Serambi sebelah kanan berfungsi
berfungsi sebagai ruang
sebagai tempat untuk menyimpan
keluarga dan tempat
barang dagangan.
menerima tamu.
Teras tempat untuk bersosialisasi

Gambar 15 Perubahan denah rumah Inak Susi.

130

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

Perubahan rumah tinggal di Dusun Sade yang mengalami perubahan pada


elemen bangunannya.
a. Bale Tani - Kasus perubahan rumah Inak Rio.
Perubahan pada tahun 1999, yaitu pada jenis pintu yang digunakan, pada
tahun 2008, perubahan pada tampilan bangunannya, dan sebagainya.
Atap : (Gambar 16)
Material pengikat : Tali Bambu Tali nilon (Pemakaian sejak tahun 1999, karena
faktor kebutuhan).
Dinding : (Gambar 17)
Material : Anyaman bambu bambu dengan motif lain (Perubahan terjadi pada
tahun 2008, karena faktor perawatan, estetika dan kebutuhan).
Pintu : (Gambar 18)
Bentuk Pintu geser pintu dorong 2 daun pintu (bambu) pintu dorong 2 daun
pintu (kayu). (Faktor kebutuhan, dan estetika bangunan).

Perubahan terjadi karena dinding yang lama


telah rusak, dan karena pemilik rumah ingin agar
dindingnya awet, maka dipilih jenis bambu yang
kuat.

Gambar 16. Pengikat atap


rumah Inak Rio.

Gambar 17. Dinding rumah Inak Rio.


Perubahan terjadi karena
pemilik menginginkan
pintu yang kuat dan tahan
lama (faktor kebutuhan),
dan juga adanya faktor
estetika bangunan.

Gambar 18. Pintu rumah Inak Rio.

Lantai: Tidak mengalami perubahan.


Tiang: Tidak mengalami perubahan.
b. Bale Tani - Kasus perubahan rumah Inak Nayan.
Perubahan terjadi pada tahun 1989, yakni perubahan pada material lantai,
pintu depan juga telah mengalami perubahan pada tahun yang sama, dan lain
sebagainya.
Atap: (Gambar 19)
Material pengikat: Tali BambuTali nilon (Pemakaian sejak tahun 2009, karena
faktor kebutuhan).
Dinding: Tidak mengalami perubahan.
Pintu: (Gambar 20)
Bentuk: Pintu geser pintu dorong 2 daun pintu (bambu). Perubahan terjadi pada
sekitar tahun 1980an, karena faktor perawatan.

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

131

Perubahan terjadi karena


pintu lama telah lapuk.
Jenis pintu yang digunakan
kini, yakni pintu dorong
satu daun pintu yang masih
menggunakan material
anyaman bambu. Kesan
sederhana dan alaminya
masih tetap dipelihara.

Gambar 19 Pengikat atap


rumah Inak Nayan

Gambar 20 Pintu rumah Inak Nayan

Lantai: Material: Tanah liat campur kotoran sapi semen (Terjadi tahun 1989,
karena faktor sosial budaya, dan perawatan).
Tiang: Tidak mengalami perubahan.
c. Bale Bontar - Kasus perubahan rumah Inak Mawa.
Rumah Inak Mawa dibangun pada awal masuknya Bale Bontar ke Dusun
Sade, yakni sekitar tahun 1976.
Atap: (Gambar 21)
Material pengikat : Tali BambuTali nilon (Pemakaian sejak tahun 1999, karena
faktor kebutuhan).
Dinding: (Gambar 22)
Material: Anyaman bambubambu dengan motif lain (Perubahan motif bambu
pada dinding pada tahun 1998, karena faktor estetika).
Pintu : (Gambar 23)
Bentuk dan material: Pintu dorong satu daun pintu (bambu)pintu dorong satu
daun pintu (kayu), dengan bentuk yang modern (perubahan pada tahun 1999.
Faktor kebutuhan, sosial budaya, dan ekonomi).

Gambar 21 Pengikat atap


rumah Inak Mawa.

Perubahan terjadi karena


faktor kebutuhan akan
keadaan yang lebih baik
yang dipengaruhi oleh
sosial - budaya. Di
samping itu juga, faktor
ekonomi mendukung
terjadinya perubahan.

Perubahan ini tidak merubah kesan


alami terhadap dinding, karena
materialnya tetap menggunakan bahan
dari alam.

Gambar 22 Dinding rumah


Inak Mawa.

Gambar 23 Pintu rumah Inak Mawa.

Lantai: Tidak mengalami perubahan.


Tiang: d. Bale Bontar - Kasus perubahan rumah Inak Imi.
Rumah Inak Imi dibangun sekitar tahun 1976. Perubahan yang terjadi, yakni
meliputi warna bangunan, dan beberapa perubahan pada elemen bangunannya.
Atap: (Gambar 24)

132

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

Material pengikat: Tali BambuTali nilon (Pemakaian sejak tahun 2000, karena
faktor kebutuhan).
Dinding dan pintu: (Gambar 25)
Warna: Warna asli dari materialnyadicat dengan warna terang, merah dan hijau
(Tahun 1990, perubahan terjadi karena faktor estetika. dan ekonomi).

Pintu

Gambar 24 Pengikat
atap rumah Inak Imi

Frame kisi kisi


pasa bagian
fasade

Frame jendela

Gambar 25 Dinding dan pintu rumah Inak Imi.

Lantai: Material: Tanah liat campur kotoran sapi semen (Terjadi tahun 1999,
karena faktor sosial budaya).
Tiang: Perubahan rumah tinggal di Dusun Sade yang mengalami perubahan pada denah
dan elemen bangunannya.

a. Bale Tani - Kasus perubahan rumah Inak Sanah.


Rumah ini mengalami proses perubahan pada fasade dan elemen dalam
bangunan, serta perubahan pada denah (perubahan fungsi ruang).
- Perubahan pada denah (Gambar 26).
1

Ruangan yang
telah mengalami
perubahan
fungsi sebagai
kamar. Berubah
pada tahun
1999.

Ruangan untuk
tempat tidur bayi
dan Inak Sanah.
Berubah fungsi
pada tahun
2009.

2
Perubahan fungsi : bale
dalem dihilangkan.
Perubahan terjadi pada
tahun 1999.
Perubahan fungsi.
Perubahan terjadi pada
tahun 2009.

Perubahan terjadi karena


faktor kebutuhan pemilik
rumah yang sudah berbeda
dari sebelumnya dan adanya
tambahan anggota keluarga
baru.

Area keluarga,
tempat
menonton TV.
Berubah
fungsi pada
tahun 2009.

Gambar 26 Perubahan denah rumah Inak Saknah.

- Perubahan pada elemen bangunan


Atap: (Gambar 27)
Material pengikat: Tali BambuTali nilon (Pemakaian sejak tahun 2005, karena
faktor kebutuhan).
Dinding: (Gambar 28)

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

133

Bentuk: Tidak terdapat bukaan di fasade terdapat kisi kisi udara di fasade
(1999), karena faktor geografis.

Gambar 27. Pengikat pada atap rumah


Inak Saknah.

Gambar 28. Dinding dan kisi


kisi rumah Inak Saknah.

Pintu:
a. Pintu dalam (Gambar 29)
Pintu geser dengan lengkunganpintu geser tidak melengkung (1999), karena
faktor perawatan, dan ekonomi.
b. Pintu depan (Gambar 30)
Pintu geser pintu dorong 2 daun pintu (kayu) (1999), karena faktor estetika,
perawatan, dan ekonomi.

Gambar 29. Pintu dalam rumah


Inak Saknah.

Gambar 30. Pintu luar rumah


Inak Saknah.

Lantai: Material - Tanah liat campur kotoran sapi semen. Terjadi tahun 2009,
karena faktor sosial budaya, dan perawatan.
Tiang: Tidak mengalami perubahan.

b. Bale Tani - Kasus perubahan rumah Inak Juni.


Rumah ini telah mengalami perubahan pada denah dan elemen elemen
bagunannya baik pada bentuk, material, dan warna bangunannya.
- Perubahan pada denah (Gambar 31).

Perubahan yang terjadi


pada tahun 1990
1

134

Perubahan yang terjadi


pada tahun 2005

Perubahan terjadi karena


faktor kebutuhan ruang
yang berbeda dari
sebelumnya, adanya
penambahan anggota
keluarga, dan hal hal
tersebut didukung oleh
ekonomi yang semakin
meningkat.

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

2
Area untuk tempat
tidur penghuni
rumah. Dahulunya
merupakan area
untuk tempat tidur
wanita dan tempat
memasak.

3
Area untuk
meletakkan barang
dan juga area untuk
shalat. Dahulunya
area ini merupakan
area untuk
melahirkan dan
tempat menyimpan
benda pusaka.

4
Dapur diletakkan
di luar rumah
agar asap
kompor apabila
sedang
memasak tidak
menggempul di
dalam rumah.

5 Perubahan fungsi
Ruang
keluarga:
Perubahan
fungsi ruang ini
terjadi pada
tahun 2005,
dengan
pengaruh
ekonomi yang
meningkat.

ruang terjadi pada


tahun 2009 karena
adanya
penambahan
anggota baru.

Gambar 31. Perubahan denah rumah Inak Juni.

- Perubahan pada elemen bangunan


Atap: (Gambar 32)
Material pengikat : Tali BambuTali nilon (1999), karena faktor kebutuhan.
Dinding: (Gambar 33)
Bentuk: Tidak terdapat bukaan di fasade terdapat kisikisi udara di fasade.
Pemakaian sejak tahun 1990, karena faktor geografis.
Pintu: (Gambar 34)
Pintu depan: Pintu geser pintu dorong 2 daun pintu (kayu). Pemakaian sejak
tahun 1999, karena faktor perawatan, dan ekonomi.
Lantai: Material: Tanah liat campur kotoran sapisemen (1990), karena faktor
sosial budaya, dan perawatan.
Tiang: Penambahan tiang di luar bangunan (Gambar 35).

Gambar 32. Pengikat pada


atap rumah Inak Juni.

Gambar 33. Dinding dan jendela rumah Inak Juni.

Gambar 35. Pintu depan rumah Inak Juni.

Gambar 34. Tiang rumah Inak Juni.

c. Bale Tani - Kasus perubahan rumah Inak Lip.


Seiring dengan perkembangan zaman, rumah ini telah mengalami proses
perubahan pada elemen bangunannya, serta perubahan pada denah akibat adanya
perubahan fungsi ruang.

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

135

- Perubahan pada denah (Gambar 36)

Perubahan fungsi ruang menjadi kamar

Perubahan terjadi karena faktor kebutuhan ruang dan


faktor ekonomi yang meningkat. Terjadi sekitar tahun
1970an.
Penambahan fungsi ruang untuk dapur

Gambar 36. Perubahan Denah rumah Inak Lip.

- Perubahan pada elemen bangunan


Atap: (Gambar 37)
Bentuk: Penambahan atap pada sisi kiri bangunan. Perubahan tahun 1970an,
karena faktor fungsi tambahan.
Material pengikat: Tali Bambu Tali nilon (Pemakaian sejak tahun 2007, karena
faktor kebutuhan).
Dinding: (Gambar 38)
Bentuk: Tidak terdapat bukaan di fasade terdapat kisikisi udara di fasade.
Pemakaian sejak tahun 1970an, karena faktor geografis.
Pintu: (Gambar 39)
Pintu depan: Pintu geser pintu dorong 1 daun pintu (kayu dan bambu).
Pemakaian sejak tahun 1995, karena faktor perawatan, dan ekonomi.

Gambar 38. Perubahan Atap rumah Inak Lip.

Gambar 37. Dinding rumah Inak Lip.

Gambar 39. Pintu rumah Inak Lip.

Lantai: Material: Tanah liat campur kotoran sapi semen hanya pada langan
duah. Terjadi tahun 2008, karena faktor sosial budaya, dan perawatan.
Tiang: Tidak mengalami perubahan.

136

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

d. Bale Tani - Kasus perubahan rumah Inak Take.


Perubahan terjadi pada fasade dan elemen dalam bangunan, serta perubahan
pada denah akibat adanya perubahan fungsi ruang.
- Perubahan pada denah (Gambar 40).

Perubahan perubahan yang terjadi,


meliputi keseluruhan ruang.
1
2
- Bale Dalem :
Fungsi ruang berubah menjadi
kamar pasangan suami istri (anak
dari Inak Take), yang hanya
dibatasi oleh sebuah lemari.
Perubahan terjadi pada tahun
2005.
- Dalem Bale:
3
4
Fungsi dalem bale saat ini hanya
sebagai tempat tidur wanita,
fungsi dapurnya telah
dihilangkan. Perubahan terjadi
pada tahun 2007.
Perubahan fungsi ruang karena adanya faktor
- Serambi Kanan:
penambahan anggota keluarga, dan faktor
Fungsi ruang berubah menjadi
kebutuhan ruang dan faktor ekonomi yang
meningkat.

Perubahan terjadi pada


tahun 2005

Perubahan terjadi
pada tahun 2007

Perubahan terjadi
pada tahun 2010

Perubahan terjadi
pada tahun 2010

Gambar 40 Perubahan denah rumah Inak Take.

- Perubahan pada elemen bangunan


Atap: (Gambar 41)
Material pengikat: Tali BambuTali nilon. Pemakaian sejak tahun 2003, karena
faktor kebutuhan
Dinding: (Gambar 42)
Warna frame dinding: Warna asli dari materialnya dicat dengan warna coklat lalu
di pernis agar mengkilap (2005), karena faktor estetika dan ekonomi.
Pintu: (Gambar 43)
Bentuk:
Pintu depan: Pintu geserpintu dorong 2 daun pintu (bambu) pintu dorong 2
daun pintu (bambu dan kayu). Perubahan karena faktor perawatan, ekonomi, dan
estetika.

Gambar 42 Pengikat atap rumah Inak Take.

Gambar 41 Dinding rumah Inak Take.

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

137

Tahun 1980an

Tahun 2005

Gambar 43 Pintu depan rumah Inak Take.

Lantai: Material: Tanah liat campur kotoran sapi semen. Terjadi tahun 2005,
karena faktor sosial budaya, dan perawatan.
Tiang: Tidak mengalami perubahan.

e. Bale Tani - Kasus perubahan rumah Inak Johar.


Dahulunya, rumah ini merupakan rumah Tani (Bale Tani), yang kemudian
dirubah menjadi Bale Bontar karena faktor ekonomi yang meningkat dan juga bale
yang lama telah lapuk.
- Perubahan pada denah (Gambar 44).
Denah (kondisi awal) rumah Inak Johar

Kondisi rumah Inak Johar pada


tahun 1970an - 2005

Kondisi rumah Inak Johar pada tahun


2005 - sekarang

Ruang ruang pada bale mengalami


perubahan yang sangat besar. Perubahan
terjadi pada keseluruhan ruang baik pada
langan dalem dan langan duah (1980an)

Pelebaran terjadi karena


memanfaatkan tanah milik
sendiri (2005).

Gambar 44 Perubahan denah rumah Inak Johar.

- Perubahan pada elemen bangunan


Atap: (Gambar 45)
Material pengikat: Tali BambuTali nilon. Pemakaian sejak tahun 2005, karena
faktor kebutuhan.
Dinding: (Gambar 46)
Material: Dinding bambu dan kayu dinding batu bata. Perubahan terjadi pada
tahun 2001, karena faktor estetika, ekonomi, dan sosial budaya.
Pintu: (Gambar 47)
Bentuk pintu sudah modern. Pemakaian sejak tahun 1991 dan 2005, karena faktor
perawatan, dan ekonomi.

138

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

Gambar 45. Pengikat atap


rumah Inak Johar.

Gambar 46. Dinding rumah


Inak Johar.
Gambar 47. Pintu rumah Inak Johar.

Lantai: (Gambar 48)


Material: Tanah liat campur kotoran sapi semen. Terjadi tahun 1980an, karena
faktor sosial budaya, perawatan.
Bentuk: Bentuk lantai masih seperti undakan Bale Tan Mengikuti undakan
Bale Bontar. Terjadi tahun 1980an, karena faktor sosial budaya, ekonomi.

Awalnya menggunakan
bentuk lantai yang
merupakan ciri khas dari
Bale Tani, 3 tingkatan.

Terjadi
peninggian lantai
rumah pada sisi
depan saja,
setinggi 60 cm.

Gambar 48. Lantai rumah Inak Johar.

Tiang: (Gambar 49)


Perubahan letak dan bentuk tiang seiring perubahan jenis rumah menjadi Bale
Bontar.

Pada saat masih menjadi Bale


Tani, tiang terdapat di dalam rumah
dengan bentuk bulat yang
berjumlah tiga buah.

Tiang terbentuk saat perubahan rumah


dari Bale Tani menjadi Bale Bontar pada
tahun 1970an. Tiang asli dari Bale Tani
yang dahulu, sudah tidak digunakan lagi,
karena perubahan jenis rumah.

Gambar 49. Tiang rumah Inak Johar.

f. Bale Bontar - Kasus perubahan rumah Inak Coki.


Rumah ini didirikan sekitar tahun 1980an. Perubahan terjadi, yakni perubahan
pada ruang yang berubah setahun yang lalu. Elemenelemen bangunan yang
berubah terjadi pada sekitar tahun 1995.
- Perubahan pada denah (Gambar 50).

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

139

Denah setelah mengalami


perubahan pada tahun
2009. Perubahan hanya
pada posisi dalem bale
saja, sedangkan untuk
fungsi, tidak mengalami
perubahan.

2
1

Perubahan karena dinding


yang lama sudah rusak,
selain itu juga karena
faktor geografis.

3
1

Ruang keluarga yang mengalami


perluasan pada tahun 2009

Dalem bale yang berfungsi


sebagai dapur, mengalami
penyempitan ruang.
Dahulunya, ukuran dapur 3 x
1.8 meter, sedangkan saat ini
berukuran 2.2 x 1.8 meter.

Posisi kamar dipindahkan


pada tahun 2010. Faktor yang
mempengaruhi perubahan,
yakni faktor kebutuhan ruang
dan geografis.

Gambar 50. Proses perubahan denah rumah Inak Coki.

- Perubahan pada elemen bangunan


Atap: Tidak mengalami perubahan.
Dinding: (Gambar 51)
Bentuk: Tidak terdapat bukaan di fasade terdapat kisikisi udara di fasade.
Pemakaian sejak tahun 2009-an, karena faktor geografis.

Lubang lubang udara berukuran


60 x 60 cm. Penambahan lubang
pada dinding terjadi pada tahun
2009. Alasannya agar udara dapt
masuk ke dalam rumah secara
lebih leluasa.

Gambar 51. Dinding rumah Inak Coki.

Pintu: Tidak mengalami perubahan.


Lantai: Material: Tanah liat campur tai sapi semen. Terjadi tahun 2005, karena
faktor sosial budaya, ekonomi dan perawatan.
Tiang: Tidak mengalami perubahan.

Kesimpulan
Bale Tani
Atap: Perubahan terjadi pada pengikat atap, tali bambu tali nilon. Dinding:
Material bambu masih tetap digunakan, akan tetapi motif dan warna yang dihadirkan
sudah berbeda. Terdapat juga perubahan penggunaan material menjadi material batu
bata pada dinding rumah. Pada kasus beberapa rumah, juga terdapat penambahan
ventilasi udara pada fasade. Pintu: Pintu depan banyak yang telah mengalami perubahan
bentuk, material dan warna, sedangkan pada pintu dalam, salah satu kasus rumah, tidak
menggunakan bentuk pintu yang asli, sedangkan rumah yang lainnya masih tetap
mempertahankan. Lantai: Lantai rumah tidak mengalami perubahan pada bentuknya,

140

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

kebanyakan kasus rumah yang tetap mempertahankan bentuk lantainya dengan dua
tingkatan. Pada satu kasus rumah, bentuknya sudah berubah karena perubahan rumah
dari Bale Tani menjadi Bale Bontar. Material lantai juga sudah mulai banyak yang
berubah, dari tanah dengan campuran abu jerami dan kotoran sapi semen. Tiang:
Tiang penyangga atap sebagian besar tidak mengalami perubahan, karena masih awet
dan tahan lama. Dalam perkembangannya, pada salah satu kasus Bale Tani, terdapat
penambahan tiang pada bagian depan rumah (di luar bangunan). Denah: Perubahan
pada denah, kebanyakan melakukan perubahan pada bale dalem. Fungsi ruang yang
dahulunya sebagai tempat melahirkan dan tempat menyimpan benda pusaka, pada
perkembangannya telah mengalami perubahan fungsi. Perubahan fungsi ruang juga
biasanya terjadi pada serambi kanan dan serambi kiri.
Bale Bontar
Atap: Perubahan terjadi pada pengikat atap, tali bambu tali nilon. Dinding:
Material dinding merupakan variasi dari bambu dan kayu. Dalam perkembangannya,
warna dinding telah mengalami perubahan. Dinding juga mengalami perubahan posisi
pada letaknya. Pintu: Pintu rumah menggunakan jenis pintu dorong dengan satu daun
pintu yang terbuat dari kayu dan bambu. Dalam perkembangannya, jenis pintu tetap
menggunakan pintu dorong dari kayu dan bambu, akan tetapi desain pintu sudah berubah
ke arah modern. Lantai: Bentuk lantai tidak mengalami perubahan, akan tetapi material
yang digunakan sudah berbeda. Ada kasus rumah yang dahulunya menggunakan
material tenah liat dengan campuran jerami dan kotoran kerbau, saat ini sudah
menggunakan semen. Tiang: Tiang tidak mengalami perubahan pada bentuk, dan
materialnya. Akan tetapi, warna tiang sudah berubah karena diberi bernes agar tiang
terlihat mengkilap.Denah: Denah telah mengalami perubahan pada posisi pada ruang
dalem bale, yang juga mengakibatkan perubahan pada fungsi ruangnya juga.
Dari perubahan bentuk rumah tinggal tradisional di Dusun Sade sebabsebab
terjadinya perubahan bentuk pada elemen rumah tinggal, dikarenakan adanya kebutuhan
penghuni, perawatan bangunan, fungsi tambahan, kesehatan penghuni, estetika
bangunan, dan kepraktisan. Faktorfaktor terjadinya perubahan bentuk pada elemen
rumah tinggal, karena faktor sosial budaya, ekonomi, dan geografis.
Dari perubahan material rumah tinggal tradisional di Dusun Sade sebabsebab
terjadinya perubahan material pada elemen rumah tinggal, dikarenakan kebutuhan
penghuni, kelangkaan material, Perkembangan pola fikir masyarakat (pendidikan tinggi),
Kesehatan penghuni, estetika bangunan, dan perawatan bangunan. Faktorfaktor
terjadinya perubahan material pada elemen rumah tinggal, karena faktor sosial budaya
dan ekonomi.
Dari perubahan denah rumah tinggal tradisional di Dusun Sade sebabsebab
terjadinya perubahan denah rumah tinggal, dikarenakan kebutuhan penghuni, kesehatan,
bertambahnya anggota baru, dan kenyamanan. Faktorfaktor terjadinya perubahan
denah rumah tinggal, karena faktor sosialbudaya, ekonomi, dan geografis.
Saran
Studi ini dilakukan untuk mengetahui perubahan bentuk bangunan pada rumah
tinggal tradisional Bale Tani dan Bale Bontar di Dusun Sade. Studi ini dapat dijadikan
suatu bahan untuk melakukan pengembangan studi selanjutnya, baik dengan lokasi yang
sama atau berbeda. Studi ini hendaknya dapat dilakukan untuk menjaga agar perubahan
perubahan yang terjadi, tidak mengancam kelestarian bangunan bangunan peninggalan
nenek moyang.

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

141

Daftar Pustaka
Auliya, T. 2009. Permukiman Tradisional Suku Sasak di Dusun Senaru. arsitektur eJournal, 2 (2). (diakses 10 Januari 2011).
Bajang Z. 2006. Arsitektur dan Tata Ruang Rumah Tradisional Sasak Lombok.
http://labulia.blogsome.com. (diakses 10 Desember 2010).
Debbie & Shirly. - . Perubahan Wujud Fisik Rumah Tradisional Minahasa di Kota
Tomohon Dan Tondano Provinsi Sulawesi Utara (Desa Tonsealama Dan Desa
Rurukan).Sulawesi: Unima dan Unhas
Widyastomo. 2006. Perubahan Rumah Tradisional Suku Sentani di Danau Sentani. Jurnal
Pendidikan Profesional. IV (19).
Zulaycha, G.I. 2003. Rumah Tinggal Suku Sasak Desa Rembitan NTB. Tesis tidak
dipublikasikan. Jogjakarta: Universitas Gadjah Mada

Antariksa 2011

142

arsitektur e-Journal, Volume 4 Nomor 2, Juli 2011

Anda mungkin juga menyukai