ABSTRAK
Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis perubahan secara fisik yang terjadi
pada bangunan Bale Tani dan Bale Bontar di Dusun Sade, kemudian menganalisis penyebab dan
faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan tersebut. Metode yang digunakan dalam
studi ini adalah metode historiskualitatifdeskriptif. Perubahan yang paling banyak muncul pada
rumah tradisional, yakni pada perubahan pada ruang (denah) dan juga pada elemen pintu secara
bentuk maupun material dan warna yang digunakan. Perubahan juga banyak terjadi pada fasade
bangunan dengan adanya penambahan bukaan atau ventilasi sebagai jalur keluar masuknya
udara. Elemen bangunan yang yang tidak berubah, yang masih dijaga keasliannya, yakni pada
bentukan maupun material dan warna pada atap. Tidak dilakukan perubahan karena masyarakat
sudah cukup nyaman dengan pemakaian atap tersebut. Atap merupakan bagian yang paling
utama pada rumah karena atap mencerminkan rumah tradisional. Perubahanperubahan yang
terjadi tersebut dapat disebabkan oleh kebutuhan penghuni, kelangkaan material, kesehatan
rumah dan penghuni, perkembangan pola pikir masyarakat (pendidikan tinggi), bertambahnya
anggota baru, perawatan bangunan, adanya fungsi tambahan, kepraktisan pada pemakaian
elemen bangunannya, kenyamanan penghuni, estetika bangunan, dan lain sebagainya. Faktor
faktor yang mempengaruhi perubahan, yakni faktor ekonomi, geografis, dan sosial budaya.
Kata Kunci : Perubahan bentuk fisik, Rumah Tradisional Sasak, Bale Tani, Bale Bontar.
ABSTRACT
This study aims to identify and analyze the physical changes that occur in buildings of Bale Tani
and Bale Bontar Sade Village, then analyze the causes and that factors influence those of
changes. The methods in this study are historical research - qualitative - descriptive. The most
changes appear in traditional houses that are change at the space (layout) and also at the door
elements on a form in spite of materials and colors used. Changes also take place in the building
facade with the addition of openings or vents as pathways out of air entry. Building elements which
are unchanged, which still maintained its authenticity, that is the formation as well as material and
color to the roof. They are not changes because of people quite comfortable with the use of the
roof. It is the most important part of the house because the roof reflects of the traditional
house. The changes of building could be due to the needs of residents, the scarcity of materials,
and occupants of the home health, community development mind side (higher education), the
increase of new members, building maintenance, the presence of additional functionality,
practicality in the use elements of the building, occupant comfort, aesthetics buildings, etc. The
traditional houses changes because of economic, geographic, social and cultural.
Keywords: the changes in physical form, Sasak Traditional House, Bale Tani, Bale Bontar
123
Pendahuluan
Suku Sasak adalah penduduk asli dan suku mayoritas di Pulau Lombok, NTB.
Sebagai penduduk asli, Suku Sasak telah mempunyai sistem budaya, sebagaimana
terekam dalam kitab Nagara Kartha Gama karangan Empu Nala dari Majapahit. Suku
Sasak telah mempunyai sistem budaya yang mapan, maka kemampuannya untuk tetap
eksis sampai saat ini merupakan salah satu bukti bahwa suku ini mampu menjaga dan
melestarikan tradisinya (Anonim 2009). Bentuk rumah tradisional Lombok berkembang
saat pemerintahan Kerajaan Karang Asem (abad ke-17). Arsitektur Lombok dikawinkan
dengan arsitektur Bali (Zul 2006). Selain tempat berlindung, rumah juga memiliki nilai
estetika, filosofi, dan kehidupan sederhana para penduduk di masa lampau yang
mengandalkan sumber daya alam sebagai tambang nafkah harian, sekaligus sebagai
bahan pembangunan rumah. Dalam masyarakat Sasak, rumah berada dalam dimensi
sakral (suci) dan profan duniawi secara bersamaan. Artinya, rumah adat Sasak di
samping sebagai tempat berlindung dan berkumpulnya anggota keluarga juga menjadi
tempat dilaksanakannya ritual-ritual sakral yang merupakan manifestasi dari keyakinan
kepada Tuhan, arwah nenek moyang (papuk baluk), bale (penunggu rumah), dan
sebagainya. Sade merupakan salah satu dusun yang berada di Desa Rembitan,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah yang masih eksis mempertahankan
kebudayaan Sasaknya. Hal ini dapat dilihat pada desain rumahnya yang bergayakan
arsitektur tradisional khas Suku Sasak (Lombok Selatan), seperti rumah adat Bale Tani
yang dahulunya disebut Bale Gunung Rate yang merupakan simbol dari Keagungan Yang
Maha Kuasa. Masyarakat Dusun Sade masih cukup kuat mempertahankan tradisi
tradisi lama peninggalan para leluhur baik yang berhubungan dengan keyakinan ataupun
yang berkaitan dengan dasar kehidupan. Rumah tradisional Suku Sasak di Dusun Sade
sebagai identitas lokal tidak luput dari fenomena perubahan. Perubahan yang terjadi pada
rumah tradisional Suku Sasak ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya saja
karena perkembangan zaman, di mana masyarakatnya ingin lebih maju dan berkembang.
Perubahan bentuk rumah menunjukkan adanya usaha masyarakat untuk
mempertahankan diri dan meningkatkan kehidupan. Permasalahan khusus adalah
permasalahan spesifik yang berkaitan dengan kajian tentang perubahan secara fisik yang
terjadi pada rumah tradisional, yakni rumah tradisional Suku Sasak di Lombok Tengah.
Adapun pokok-pokok permasalahan yang diangkat 1. Perubahan apa sajakah yang terjadi
pada bentuk bangunan Bale Tani dan Bale Bontar di Dusun Sade, Lombok Tengah? 2.
Sebabsebab dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan tersebut?.
Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis perubahanperubahan yang terjadi pada bangunan Bale Tani dan Bale Bontar di Dusun Sade dan
menganalisis penyebab dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi adanya
perubahan tersebut.
Metode Penelitian
Dalam studi ini, digunakan metode penelitian historiskualitatifdeskriptif. Datadata
dari pengumpulan hasil survey primer, melalui media foto, alat pencatatan, dan alat
penggambaran, serta wawancara/interview yang dilakukan dengan pihakpihak yang
terkait. Survey sekunder diperoleh dari studi pustaka dan karya ilmiah.
Pada bangunan tradisional di Dusun Sade, diambil populasi rumah tinggal
berjumlah 148 unit bangunan, dengan rincian Bale Tani 140 rumah dan Bale Bontar
8 buah. Sampel yang terpilih 14 kasus yang terdiri dari 2 bangunan asli (1 Bale Tani dan 1
Bale Bontar), dan 12 kasus rumah yang telah mengalami perubahan (Gambar 1). Sampel
tersebut sudah mewakili perubahan yang ada di Dusun Sade. Sampel ditentukan secara
purposive sampling.
124
Pada jenis rumah tinggal yang ada di Dusun Sade, yakni Bale Tani, dan Bale
Bontar, dipilih sampel bangunan pada tiap kategorinya. Sampel yang terpilih lalu
dikategorikan berdasarkan perubahannya, yakni.
- Bentuk bangunan yang masih asli;
- Elemen bangunan dengan bentuk, material dan warna yang masih tetap, tetapi denah
berubah;
- Elemen bangunan dengan bentuk, material dan warna yang sudah berubah, tetapi
denah tetap; dan
- Elemen bangunan dengan bentuk, material dan warna yang sudah berubah, serta
denah berubah atau keduanya telah berubah.
Kemudian mengidentifikasi dan menganalisis perubahanperubahan fisik tersebut.
Setelah mengidentifikasi dan menganalisis perubahanperubahan yang terjadi pada
masingmasing rumah tinggal, selanjutnya menganalisis sebabsebab dan faktorfaktor
yang mempengaruhi perubahan tersebut.
125
- Elemenelemen bangunan
Atap: Atap depan dibuat agak menjorok untuk menahan cahaya matahari yang
menyilaukan (Gambar 3). Material menggunakan alangalang yang dikeringkan,
yang mencerminkan kesederhanaan dan alami. Warna dari atap ini, yakni warna
coklat kekuningan, yang merupakan warna asli dari material
Atap berbentuk mengerucut
pada bagian atasnya, karena
meniru bentukan gunung. Bentuk
atap juga sudah dikondisikan
pada iklim tropis, sehingga
dibuat miring.
Dinding: Dinding rumah menutupi keseluruhan sisi rumah tanpa adanya jendela.
Dinding juga membatasi pembagian ruang antara langan dalem dan langan duah.
Dinding rumah terbuat dari anyaman bambu yang berfungsi juga sebagai hiasan.
Warna kuning kecoklatan yang merupakan warna asli dari materialnya (Gambar
4).
Dinding digunakan
sebagai pembatas
dalem bale dan
bale dalem.
Dinding digunakan
sebagai pembatas
langan dalem dan
langan duah.
Dinding
digunakan
sebagai pembatas
area luar dengan
bale. Pintu : (Gambar
6
Gambar 4. Dinding rumah Inak Nawi.
1. Pintu rumah untuk keluar masuk: Pintu geser yang terbuat dari anyaman
bambu atau bedek.
2. Pintu yang menghubungkan antara langan dalem dan langan duah: Pintu geser
yang terbuat dari kayu (kuri) yang didesain melengkung.
126
Lantai: Lantai rumah dilakukan peninggian, karena dahulu kalanya rumah adat
tradisional Sasak berbentuk rumah panggung (Gambar 6). Materialnya dari
campuran tanah liat, abu jerami dan kotoran kerbau. Penggunaan tai kerbau
karena mengandung suatu kepercayaan tertentu dan juga merupakan perekat
yang kuat untuk lantai. Warna abu merupakan warna asli dari materialnya.
Lantai dibuat meninggai,
karena rumah asli Sasak
adalah rumah panggung.
Terdapat 3 anak tangga
yang bermakna lahir,
berkembang, dan mati.
127
- Elemenelemen bangunan
Atap: bentuk atap Bale Bontar berbentuk atap limasan (Gambar 9). Material pada
atap menggunakan alangalang atau jerami yang telah dikeringkan. Warna asli
dari material yang digunakan, yakni coklat.
Tampak samping :
Atap berbentuk segitiga.
Atap rumah tidak mengalami perubahan
karena atap jenis limasan ini merupakan
atap yang sudah tanggap terhadap iklim,
sehingga penghuni merasa nyaman
beraktivitas di dalamnya.
Dinding: Dinding rumah menutupi keseluruhan sisi rumah tanpa adanya jendela
(Gambar 10). Material bervariasi, mulai dari penggunaan anyaman bambu, hingga
kayu. Warna yang digunakan pada dinding anyaman bambu merupakan warna
asli dari meterialnya, sedangkan dinding dari material kayu, dicat dengan warna
coklat, lalu diberi pernis agar lebih mengkilat.
Dinding dengan
material anyaman
bambu.
Dinding
dengan
material
kayu.
Dinding dengan material
kayu hanya merupakan
variasi saja. Dinding kayu
juga merupakan salah satu
ciri khas dari Bale Bontar,
itulah yang membedakan
Bale Tani dengan Bale
Bontar.
128
Pintu: Pintu yang digunakan merupakan pintu dorong dengan satu daun pintu
(Gambar 11), seperti rumahrumah pada umumnya. Penggunaan material pada
pintu, yakni papan kayu. Warna material yang digunakan, yakni coklat.
Penggunaan pintu pada rumah Inak Resah
sangat sederhana. Material dari kayu yang
ditutupi dengan sejenis wallpaper bermotif
kayu, agar terdapat kesan tekstur kayu.
Pintu tidak mengalami perubahan.
Penggunaan pintu dari kayu dirasa
lebih kuat dan tahan lama daripada
pintu dari bambu. Pintu berukuran 70
x 160 cm.
Lantai: Terdapat peninggian lantai pada teras. Tingginya 50 cm dengan satu buah
anak tangga. Peninggian lantai juga terdapat pada calung, tingginya 40 cm
(Gambar 12). Material yang digunakan, yakni semen dan campuran tanah.
Peninggian lantai pada teras rumah
sekitar 50 cm dari teras, dengan satu
buah anak tangga.
Tiang: Tiang rumah berbentuk persegi (Gambar 13) yang terletak di teras rumah.
Penggunaan material kayu dengan ukuran 15 x 15 cm. Warna coklat, yang
merupakan warna asli dari material kayu.
2. Perubahan bentuk bangunan Bale Tani dan Bale Bontar di Dusun Sade
Perubahan rumah tinggal di Dusun Sade yang mengalami perubahan pada denah.
a. Bale Tani - Kasus perubahan rumah Inak Endep.
Rumah ini mengalami perubahan fungsi ruang pada serambi kiri dan adanya
perubahan fungsi ruang pada bale dalem. (Gambar 14).
129
130
131
Lantai: Material: Tanah liat campur kotoran sapi semen (Terjadi tahun 1989,
karena faktor sosial budaya, dan perawatan).
Tiang: Tidak mengalami perubahan.
c. Bale Bontar - Kasus perubahan rumah Inak Mawa.
Rumah Inak Mawa dibangun pada awal masuknya Bale Bontar ke Dusun
Sade, yakni sekitar tahun 1976.
Atap: (Gambar 21)
Material pengikat : Tali BambuTali nilon (Pemakaian sejak tahun 1999, karena
faktor kebutuhan).
Dinding: (Gambar 22)
Material: Anyaman bambubambu dengan motif lain (Perubahan motif bambu
pada dinding pada tahun 1998, karena faktor estetika).
Pintu : (Gambar 23)
Bentuk dan material: Pintu dorong satu daun pintu (bambu)pintu dorong satu
daun pintu (kayu), dengan bentuk yang modern (perubahan pada tahun 1999.
Faktor kebutuhan, sosial budaya, dan ekonomi).
132
Material pengikat: Tali BambuTali nilon (Pemakaian sejak tahun 2000, karena
faktor kebutuhan).
Dinding dan pintu: (Gambar 25)
Warna: Warna asli dari materialnyadicat dengan warna terang, merah dan hijau
(Tahun 1990, perubahan terjadi karena faktor estetika. dan ekonomi).
Pintu
Gambar 24 Pengikat
atap rumah Inak Imi
Frame jendela
Lantai: Material: Tanah liat campur kotoran sapi semen (Terjadi tahun 1999,
karena faktor sosial budaya).
Tiang: Perubahan rumah tinggal di Dusun Sade yang mengalami perubahan pada denah
dan elemen bangunannya.
Ruangan yang
telah mengalami
perubahan
fungsi sebagai
kamar. Berubah
pada tahun
1999.
Ruangan untuk
tempat tidur bayi
dan Inak Sanah.
Berubah fungsi
pada tahun
2009.
2
Perubahan fungsi : bale
dalem dihilangkan.
Perubahan terjadi pada
tahun 1999.
Perubahan fungsi.
Perubahan terjadi pada
tahun 2009.
Area keluarga,
tempat
menonton TV.
Berubah
fungsi pada
tahun 2009.
133
Bentuk: Tidak terdapat bukaan di fasade terdapat kisi kisi udara di fasade
(1999), karena faktor geografis.
Pintu:
a. Pintu dalam (Gambar 29)
Pintu geser dengan lengkunganpintu geser tidak melengkung (1999), karena
faktor perawatan, dan ekonomi.
b. Pintu depan (Gambar 30)
Pintu geser pintu dorong 2 daun pintu (kayu) (1999), karena faktor estetika,
perawatan, dan ekonomi.
Lantai: Material - Tanah liat campur kotoran sapi semen. Terjadi tahun 2009,
karena faktor sosial budaya, dan perawatan.
Tiang: Tidak mengalami perubahan.
134
2
Area untuk tempat
tidur penghuni
rumah. Dahulunya
merupakan area
untuk tempat tidur
wanita dan tempat
memasak.
3
Area untuk
meletakkan barang
dan juga area untuk
shalat. Dahulunya
area ini merupakan
area untuk
melahirkan dan
tempat menyimpan
benda pusaka.
4
Dapur diletakkan
di luar rumah
agar asap
kompor apabila
sedang
memasak tidak
menggempul di
dalam rumah.
5 Perubahan fungsi
Ruang
keluarga:
Perubahan
fungsi ruang ini
terjadi pada
tahun 2005,
dengan
pengaruh
ekonomi yang
meningkat.
135
Lantai: Material: Tanah liat campur kotoran sapi semen hanya pada langan
duah. Terjadi tahun 2008, karena faktor sosial budaya, dan perawatan.
Tiang: Tidak mengalami perubahan.
136
Perubahan terjadi
pada tahun 2007
Perubahan terjadi
pada tahun 2010
Perubahan terjadi
pada tahun 2010
137
Tahun 1980an
Tahun 2005
Lantai: Material: Tanah liat campur kotoran sapi semen. Terjadi tahun 2005,
karena faktor sosial budaya, dan perawatan.
Tiang: Tidak mengalami perubahan.
138
Awalnya menggunakan
bentuk lantai yang
merupakan ciri khas dari
Bale Tani, 3 tingkatan.
Terjadi
peninggian lantai
rumah pada sisi
depan saja,
setinggi 60 cm.
139
2
1
3
1
Kesimpulan
Bale Tani
Atap: Perubahan terjadi pada pengikat atap, tali bambu tali nilon. Dinding:
Material bambu masih tetap digunakan, akan tetapi motif dan warna yang dihadirkan
sudah berbeda. Terdapat juga perubahan penggunaan material menjadi material batu
bata pada dinding rumah. Pada kasus beberapa rumah, juga terdapat penambahan
ventilasi udara pada fasade. Pintu: Pintu depan banyak yang telah mengalami perubahan
bentuk, material dan warna, sedangkan pada pintu dalam, salah satu kasus rumah, tidak
menggunakan bentuk pintu yang asli, sedangkan rumah yang lainnya masih tetap
mempertahankan. Lantai: Lantai rumah tidak mengalami perubahan pada bentuknya,
140
kebanyakan kasus rumah yang tetap mempertahankan bentuk lantainya dengan dua
tingkatan. Pada satu kasus rumah, bentuknya sudah berubah karena perubahan rumah
dari Bale Tani menjadi Bale Bontar. Material lantai juga sudah mulai banyak yang
berubah, dari tanah dengan campuran abu jerami dan kotoran sapi semen. Tiang:
Tiang penyangga atap sebagian besar tidak mengalami perubahan, karena masih awet
dan tahan lama. Dalam perkembangannya, pada salah satu kasus Bale Tani, terdapat
penambahan tiang pada bagian depan rumah (di luar bangunan). Denah: Perubahan
pada denah, kebanyakan melakukan perubahan pada bale dalem. Fungsi ruang yang
dahulunya sebagai tempat melahirkan dan tempat menyimpan benda pusaka, pada
perkembangannya telah mengalami perubahan fungsi. Perubahan fungsi ruang juga
biasanya terjadi pada serambi kanan dan serambi kiri.
Bale Bontar
Atap: Perubahan terjadi pada pengikat atap, tali bambu tali nilon. Dinding:
Material dinding merupakan variasi dari bambu dan kayu. Dalam perkembangannya,
warna dinding telah mengalami perubahan. Dinding juga mengalami perubahan posisi
pada letaknya. Pintu: Pintu rumah menggunakan jenis pintu dorong dengan satu daun
pintu yang terbuat dari kayu dan bambu. Dalam perkembangannya, jenis pintu tetap
menggunakan pintu dorong dari kayu dan bambu, akan tetapi desain pintu sudah berubah
ke arah modern. Lantai: Bentuk lantai tidak mengalami perubahan, akan tetapi material
yang digunakan sudah berbeda. Ada kasus rumah yang dahulunya menggunakan
material tenah liat dengan campuran jerami dan kotoran kerbau, saat ini sudah
menggunakan semen. Tiang: Tiang tidak mengalami perubahan pada bentuk, dan
materialnya. Akan tetapi, warna tiang sudah berubah karena diberi bernes agar tiang
terlihat mengkilap.Denah: Denah telah mengalami perubahan pada posisi pada ruang
dalem bale, yang juga mengakibatkan perubahan pada fungsi ruangnya juga.
Dari perubahan bentuk rumah tinggal tradisional di Dusun Sade sebabsebab
terjadinya perubahan bentuk pada elemen rumah tinggal, dikarenakan adanya kebutuhan
penghuni, perawatan bangunan, fungsi tambahan, kesehatan penghuni, estetika
bangunan, dan kepraktisan. Faktorfaktor terjadinya perubahan bentuk pada elemen
rumah tinggal, karena faktor sosial budaya, ekonomi, dan geografis.
Dari perubahan material rumah tinggal tradisional di Dusun Sade sebabsebab
terjadinya perubahan material pada elemen rumah tinggal, dikarenakan kebutuhan
penghuni, kelangkaan material, Perkembangan pola fikir masyarakat (pendidikan tinggi),
Kesehatan penghuni, estetika bangunan, dan perawatan bangunan. Faktorfaktor
terjadinya perubahan material pada elemen rumah tinggal, karena faktor sosial budaya
dan ekonomi.
Dari perubahan denah rumah tinggal tradisional di Dusun Sade sebabsebab
terjadinya perubahan denah rumah tinggal, dikarenakan kebutuhan penghuni, kesehatan,
bertambahnya anggota baru, dan kenyamanan. Faktorfaktor terjadinya perubahan
denah rumah tinggal, karena faktor sosialbudaya, ekonomi, dan geografis.
Saran
Studi ini dilakukan untuk mengetahui perubahan bentuk bangunan pada rumah
tinggal tradisional Bale Tani dan Bale Bontar di Dusun Sade. Studi ini dapat dijadikan
suatu bahan untuk melakukan pengembangan studi selanjutnya, baik dengan lokasi yang
sama atau berbeda. Studi ini hendaknya dapat dilakukan untuk menjaga agar perubahan
perubahan yang terjadi, tidak mengancam kelestarian bangunan bangunan peninggalan
nenek moyang.
141
Daftar Pustaka
Auliya, T. 2009. Permukiman Tradisional Suku Sasak di Dusun Senaru. arsitektur eJournal, 2 (2). (diakses 10 Januari 2011).
Bajang Z. 2006. Arsitektur dan Tata Ruang Rumah Tradisional Sasak Lombok.
http://labulia.blogsome.com. (diakses 10 Desember 2010).
Debbie & Shirly. - . Perubahan Wujud Fisik Rumah Tradisional Minahasa di Kota
Tomohon Dan Tondano Provinsi Sulawesi Utara (Desa Tonsealama Dan Desa
Rurukan).Sulawesi: Unima dan Unhas
Widyastomo. 2006. Perubahan Rumah Tradisional Suku Sentani di Danau Sentani. Jurnal
Pendidikan Profesional. IV (19).
Zulaycha, G.I. 2003. Rumah Tinggal Suku Sasak Desa Rembitan NTB. Tesis tidak
dipublikasikan. Jogjakarta: Universitas Gadjah Mada
Antariksa 2011
142