Abstrak
Tujuan penelitian yaitu 1)Mengetahui sejarah dan karakteristik kearifan lokal masyarakat
Kampung Naga; 2)Memperoleh nilai-nilai kearifan lokal yang dapat diintegrasikan dalam mata
pelajaran IPS; 3) Menjadikan kearifan lokal pada Masyarakat Kampung Naga sebagai alternatif
sumber belajar IPS. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian yaitu 1)
Masyarakat Kampung Naga memiliki kearifan lokal terkait dengan kepemimpinan, interaksi so-
sial, dan tata cara hidup; 2) nilai-nilai kearifan lokal di dalamnya meliputi kepedulian lingkugan,
kerjasama, konsisten, kreativitas, kemandirian, kebersamaan, kesederhanaan, dan tanggungja
wab; 3) nilai-nilai kearifan lokal tersebut dapat diintegrasikan dalam materi mata pelajaran di ke-
las VII dan VIII, sehingga masyarakat Kampung Naga dapat menjadi alternatif sumber belajar IPS.
Kata kunci: Pembelajaran IPS, Kearifan Lokal, Sumber Belajar
Abstract
This research aims to 1) investigate the history and characteristics of local wisdom in Kampung
Naga society; 2) find out the local wisdom values which can be integrated in Social Studiessubject; 3)
use local wisdom values of Kampung Naga society as alternative of Social Studies learning sources
in Tasikmalaya. The method utilized in this research is qualitative descriptive. The findings are (1)
Kampung Nagasociety has local wisdom which include leadership, social interaction, and the way of
life; (2)the local wisdom values consist of environmentally friendly, good cooperation, consistency,
creativity, togetherness, autonomous, simplicity, and responsibility;and (3) local wisdom of Kam-
pung Nagas society can be integrated in learning materials for grade VII and VIII therefore Kam-
pung Naga society can become learning sources of Social Studies subject.
Keywords: social studies teaching, local wisdom, learning sources
10
Lelly Qodariah dan Laely Armiyati Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Adat Kampung Naga ...
11
socia Vol. 10 No. 1 Mei 2013 : 10-20
Atmodjo (1986: 37), kearifan lokal meru- and sociology, as well as appropriate con-
pakan kemampuan penyerapan kebudayaan tent from the humanities, mathematic and
asing yang datang secara selektif, artinya natural sciences. (Savage, 1996: 9)
disesuaikan dengan suasana dan kondisi se- Dari definisi tersebut, dikatakan bahwa
tempat. Kemampuan demikian sangat rele- melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan So-
van dengan tujuan pembelajaran IPS, dengan sial, peserta didik diajarkan untuk menjadi
kemampuan tersebut akan menyebabkan warga Negara Indonesia yang baik dan penuh
peserta didik dapat memilih dan memilah kedamaian. Ilmu Pengetahuan Sosial diper-
budaya mana yang sesuai dengan karakteris- lukan bagi keberhasilan transisi kehidupan
tik budaya sendiri. Kemampuan penyerapan menuju pada kehidupan yang lebih dewasa
kebudayaan asing yang datang secara selek- dalam upaya membentuk karakter bangsa
tif tentu memerlukan pengalaman langsung yang sesuai dengan prinsip dan semangat
dari masyarakat sekitar tempat tinggalnya. nasional. Dengan demikian para peserta
Hal itu dapat dilakukan dengan mengguna didik dalam pembelajaran IPS terlatih un-
kan budaya masyarakat adat sebagai sumber tuk menyelesaikan persoalan sosial dengan
belajar. pendekatan secara holistik dan terpadu dari
berbagai sudut pandang.
Kearifan Lokal sebagai Sumber Belajar Ruang kajian IPS adalah manusia, ruang,
IPS dan waktu, dimana ketiganya jika digabung-
Implementasi nilai-nilai budaya lokal kan memiliki sifat dinamis, meskipun statis
dalam pembelajaran IPS dapat dikaji dari dari segi fisik. Oleh karena kedinamisannya,
filsafat pendidikan yang mendasarinya yaitu pembelajaran IPS memiliki materi yang sa
Perenialisme. ngat padat dan kompleks, sebab mempela-
Perenialisme memandang pendidikan jari kedinamisan manusia dari masa ke masa
sebagai proses yang sangat penting dalam dan ruang ke ruang. Sumber belajar dalam
pewarisan nilai budaya terhadap peserta IPS tidak hanya berupa buku, tetapi perilaku
didik. Nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat sekitar dan kearifan lokal yang
masyarakat sangat penting ditransfromasi- ada di sekitarnya. Terkait dengan kearifan lo-
kan dalam pendidikan, sehingga diketahui, kal, pemanfaatannya sebagai sumber belajar
diterima dan dapat dihayati oleh peserta di- dapat pula dijadikan bagian dalam pendidi-
dik. Perenialisme memandang bahwa masa kan karakter yang hendak dikembangkan
lalu adalah sebuah mata rantai kehidupan guru.
umat manusia yang tidak mungkin diabaikan.
Masa lalu adalah bagian penting dari perjala- Kondisi Geografis Kampung Naga
nan waktu manusia dan memiliki pengaruh Secara administratif Kampung Naga ma-
kuat terhadap kejadian masa kini dan masa suk dalam pemerintahan desa/ kelurahan
yang akan datang. Nilai-nilai yang lahir pada Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten
masa lalu adalah hal yang berharga untuk di- Tasikmalaya, Jawa Barat. Secara geografis,
wariskan kepada generasi muda. Kampung Naga terletak di sebuah lembah
National Council for Social Studies (NSCC) yang jaraknya 1 km dari jalan raya dengan
mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Sosial se- ketinggian 488 meter dari permukaaan laut.
bagai berikut: Wilayah ini terdiri atas lahan permukiman,
Social studies as the integrated study of lahan persawahan, empang, bukit dan hutan.
the social science and humanities to pro- Di sebelah barat, Kampung Naga berbatasan
mote civic competence. Within the school dengan bukit Naga. Sebelah timur berbatasan
program, social studies provides coordi- dengan sungai Ciwulan dan hutan lindung
nated, systematic, study drawing upon (pembatas antara Kampung Naga dan kam-
such disciplines as anthropology, archeol- pong Babakan). Sebelah selatan berbatasan
ogy, economics, geography, law, philoso- dengan bukit dan jalan raya Tasikmalaya-
phy, political science, psychology, religion Bandung, lewat Garut.
12
Lelly Qodariah dan Laely Armiyati Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Adat Kampung Naga ...
Desa Neglasari terdiri atas empat dusun, sundan. Dalam perjalanan, ia sampai di suatu
yaitu dusun Naga, Cikeusik, Surakarta, dan daerah yang merupakan daerah cekungan, di
Tajuk Nangsi. Dusun Naga memiliki lima Ru- tempat itu ia mendirikan sebuah bangunan
kun Tangga (RT), yaitu Lodok Gede, Babakan, sebagai tempat tinggalnya, hingga kini dike-
Pondok Wani, Batar Sani, dan Kampung nal dengan bumi ageung, yang menjadi ba
Naga. Luas areal Kampung Naga 10 hektar, ngunan pertama masyarakat Kampung Naga
terdiri dari hutan, pertanian, dan perikanan. (Budi Sulistiono, 1997:11).
Sedangkan untuk lahan pemukiman luasnya Versi ketiga, penduduk asli Kampung
sebesar 1,5 hektar. Penduduk Kampung Naga Naga berasal dari lereng gunung Galunggung,
mendiami rumah berbentuk panggung yang orang Sunda asli, berasal dari keturunan
berjumlah 113 buah, membujur dari barat Si ngaparna. Singaparna adalah nama
ke timur dengan pintu rumah menghadap ke ulama sakti, putra Prabu Rajadipuntang
utara atau ke selatan. yang merupakan Raja Galunggung terakhir.
Prabu Raja dipuntang diserang oleh Prabu
Sejarah Kampung Naga Surawisesa dari Kerajaan Sunda, karena
Terdapat banyak versi terkait asal mu tidak lagi memeluk agama Hindu dan beralih
asal masyarakat Kampung Naga. Berdasar- pada agama Islam, peristiwa ini berlangsung
kan wawancara dengan punduh (28 Februari pada abad ke- 16 Masehi. Menghadapi
2013), ini dikarenakan, bukti tertulis yang ko- serangan tersebut, Prabu Rajadipuntang
non ditulis di atas daun lontar sudah terbakar menyelamatkan harta pusakanya dan
habis ketika peristiwa 1956, yaitu peristiwa menyerahkannya pada Singaparna, serta
dibakarnya Kampung Naga oleh gerombolan memintanya untuk menyelamatkan diri (Etty
DI Kartosuwiryo. Kampung Naga kemudian Saringendyanti, 2008:12).
dibangun kembali dengan tetap menerapkan Berdasarkan berbagai versi tersebut,
ketentuan dan bentuk pemukiman seperti peneliti mengambil beberapa kesimpulan.
sebelumnya. Kesulitan untuk melacak asal Pertama, adanya sosok Eyang Singaparna
usul penduduk Kampung Naga juga karena yang dipercayai sebagai karuhun (nenek
tidak adanya kebiasaan membicarakan asal moyang) atau primus interpares masyarakat
usul nenek moyang kepada orang umum Kampung Naga, hingga saat ini terdapat se-
(masyarakat biasa). Versi pertama, Seuwu buah makam yang dipercayai adalah makan
Putu Naga (sebutan untuk penduduk Kam- Singaparna, dan selalu diikutsertakan dalam
pung Naga), berasal dari Mataram. Konon berbagai kegiatan upacara. Kedua, Islam
ceritanya pada tahun 1630 ketika Sultan telah menjadi agama masyarakat Kampung
Agung menyerang Batavia, sekelompok pa- Naga antara abad 16 hingga 17 Masehi. Ke-
sukan Mataram di bawah pimpinan Singa- tiga, masyarakat Kampung Naga berasal dari
parna mengalami kekalahan. Pasukan terse- suku Sunda, karena merupakan keturunan
but tidak kembali ke Mataram dan tidak kerajaan Galunggung, kemudian terjadi per-
pula menyerahkan diri pada VOC, melainkan temuan budaya dengan Jawa ketika pasukan
bersembunyi di sebuah hutan perbukitan di Mataram menyerang Batavia dan meminta
dekat sungai Ciwulan. Untuk menutupi iden- bantuan penduduk sekitar.
titasnya, mereka mengubah nama dan dialek
mereka dengan Sunda. Sejak itu, penduduk METODE
tidak diperbolehkan menyebut nama Singa-
Penelitian ini menggunakan metode kua
parna dan menyebut kampung mereka de
litatif deskriptif. Tempat penelitian yaitu di
ngan Kampung Naga (Haditomo, 1989: 31).
Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan
Versi kedua, Eyang Singaparna yang
Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
merupakan karuhun (nenek moyang) me
Teknik pengumpulan data menggunakan
reka berasal dari Timur -dipercayai dari
wawancara, observasi, dan analisis dokumen.
Mataram. Ia bertugas sebagai utusan raja un-
Analisis data dalam penelitian ini bersifat in-
tuk menyebarkan agama Islam ke Tanah Pa-
13
socia Vol. 10 No. 1 Mei 2013 : 10-20
duktif melalui tiga proses yang bersifat siklik, kuncen, mangga di tampi. .. , yang bermakna
yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan saya tidak berani menerima tamu, kecuali su-
simpulan. dah diperintahkan oleh pak kuncen.
14
Lelly Qodariah dan Laely Armiyati Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Adat Kampung Naga ...
bagai upaya untuk memberi makan ikan Teu Saba, Teu Soba, Teu Banda, Teu Boga, Teu
yang hidup di empang tersebut. Kotoran Weduk, Teu Bedas, Teu Gagah, Teu Pinter (ti-
yang dibuang manusia, akan langsung di- dak mengutamakan kehidupan materiil, ti-
makan ikan. Dengan demikian, masyara- dak mengakui lebih dari yang lain, menjauhi
kat mendapat kemudahan dalam menga- perselisihan, dan cinta damai). (2) Nyalind-
tur sanitasinya. ung na Sihung Mahung, Diteker Nya Memen-
c) Benda Tradisional, yaitu lesung, tungku teng, Ulah Aya Guam (tidak boleh melawan
tanah liat, semprong, kentongan, beduk, walaupun mendapat hinaan dan berusaha
dan atap dari rumbia. menghindarkan diri dengan bersikap te
d) Kesenian, tradisi kesenian tidak hanya di- nang). (3)Elmu tungtut dunya siar, nu gore-
gunakan sebagai hiburan, tetapi juga me- ng kudu disinglar (seseorang harus mencari
miliki makna dan tujuan yang berkaitan ilmu sampai mendapatkan kearifan hidup,
dengan religi mereka, diantaranya adalah dengan demikian akan mampu membeda-
Terbang gembrung yaitu kesenian tra- kan yang baik dengan yang buruk, jika sudah
disional dalam bentuk nyanyian meng- tahu itu buruk, tidak baik, jahat maka harus
gunakan alat musik bernama terbangan dihindari).
berjumlah empat, tidak ceper atau tipis,
tetapi agak bulat; Angklung; Beluk dan 3. Tata Cara
Rengkong, beluk merupakan salah satu Terdapat tiga tata cara hidup masyara-
kesenian yang mengangkat tembang sun- kat Kampung Naga, yaitu terkait dengan tata
da dengan nada-nada tinggi. wilayah (penataan lahan), tata wayah (penga
Kesenian ini biasanya dilakukan pada turan waktu), dan tata lampah (penataan
malam hari di rumah keluarga yang baru perilaku), dalam konsep masyarakat Sunda,
saja memperoleh bayi; Karinding, dimain- analogi konsep tata cara adalah pamali, arti-
kan dengan tujuan untuk memanggil hujan. nya adalah tidak ada argumen jelas, karena
Selain itu, juga terdapat upacara adat yang sifatnya adalah turun temurun.
merupakan perpaduan antara Islam, Hindu, a) Tata wilayah, mengatur sistem pemuki-
dan animisme. Upacara tersebut ialah Hajat man dalam tiga kawasan, yaitu kawasan
Sasih, yang dilangsungkan enam kali tepat suci bukit kecil di sebelah barat pemuki-
pada bulan-bulan besar bagi umat Islam, se- man disebut dengan Bukit Naga dan hu-
lain untuk menghormati leluhur, juga digu- tan lindung (leuweung larangan) yang
nakan untuk silaturahmi penduduk sanaga terletak di sebelah timur dan barat sun-
-sebutan untuk keturunan Kampung Naga gai Ciwulan; kawasan bersih, yaitu ka-
yang tinggal di luar Kampung)-; upacara life wasan yang terletak di dalam pagar keli
cycle, yaitu upacara kelahiran, perkawinan, ling, dan terhindar dari kotoran hewan
dan kematian; dan upacara panen. ternah, di kawasan ini didirikan rumah,
Pelaksanaan berbagai upacara ini, dila- bale ageung, bale patemon, dan masjid;
rang pada hari-hari tertentu, yaitu selasa dan kawasan kotor, yaitu kawasan yang be-
kamis, yang dipercaya merupakan hari tidak rada di luar pagar, terdapat empang (ko
diperbolehkannya membicarakan sejarah, lam ikan), kandang kambing, dan tempat
asal-usul, dan berbagai tradisi adat Kampung MCK.
Naga. b) Tata wayah, diantaranya dilakukan dalam
Kedua, sistem nilai berbentuk intan- pengaturan sistem tanam padi, yang dise-
gible, yaitu diwariskan dalam bentuk tidak but dengan Janli, akronim dari Januari-Juli.
berwujud, biasanya berupa petuah yang c) Tata lampah, diantaranya adalah lara
disampaikan dalam bentuk nyanyian atau ngan sombong, larangan saling berteng-
petuah yang disampaikan secara oral atau kar, tidak boleh selonjoran menghadap
lisan, turun temurun dari generasi ke gene ke Barat, larangan berbicara sejarah dan
rasi. Berikut adalah beberapa petuah yang asal usul Kampung Naga pada hari se-
hidup pada masyarakat Kampung Naga: (1) lasa dan Kamis, larangan menggunakan
15
socia Vol. 10 No. 1 Mei 2013 : 10-20
16
Lelly Qodariah dan Laely Armiyati Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Adat Kampung Naga ...
17
socia Vol. 10 No. 1 Mei 2013 : 10-20
1. 1. Kelas VII
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
0. 1. Menghargai dan menghayati 0. 1. Menghargai karunia Tuhan YME yang telah mencip-
ajaran agama yang dianutnya takan waktu dengan segala perubahannya
0. 2. Menghargai ajaran agama dalam berfikir dan ber-
perilaku sebagai penduduk Indonesia dengan memper-
timbangkan kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan
politik dalam masyarakat
0. 3. Menghargai karunia Tuhan YME yang telah mencip-
takan manusia dan lingkungannya
1. Menghargai dan menghayati 1. 1. Menunjukkan perilaku jujur, gotong royong, bertang-
perilaku jujur, disiplin, tang- gung jawab, toleran, dan percaya diri sebagaimana di-
gungjawab, peduli (toleransi, tunjukkan oleh tokoh-tokoh sejarah pada masa lalu.
gotong royong), santun, per- 1. 2. Menunjukkan perilaku rasa ingin tahu, terbuka dan kri-
caya diri, dalam berinteraksi tis terhadap permasalahan sosial sederhana.
secara efektif dengan ling- 1. 3. Menunjukkan perilaku santun, peduli dan menghar-
kungan sosial dan alam dalam gai perbedaan pendapat dalam interaksi sosial dengan
jangkauan pergaulan dan ke- lingkungan dan teman sebaya
beradaannya
2. Memahami pengetahuan (fak- 3. 1. Memahami pengertian dinamika interaksi manusia
tual, konseptual, dan prose- dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi
dural) berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu penge-
tahuan, teknologi, seni, budaya
terkait fenomena dan kejadian
tampak mata
3. Mencoba, mengolah, dan me- 4. 3. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
nyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi,
(menggunakan,mengurai, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
merangkai, memodifikasi, dan menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai de
membuat) dan ranah abstrak ngan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang
(menulis, membaca, menghi- sama dalam sudut pandang/teori
tung, menggambar, dan men-
garang) sesuai dengan yang di-
pelajari di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam sudut
pandang/teori
18
Lelly Qodariah dan Laely Armiyati Nilai-Nilai Kearifan Lokal Masyarakat Adat Kampung Naga ...
1. 2. Kelas VIII
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1. Menghargai dan menghayati 1. 1 Menunjukkan perilaku jujur, gotong royong,
perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, toleran, dan percaya diri
tanggungjawab, peduli (toleransi, sebagaimana ditunjukkan oleh tokoh-tokoh
gotong royong), santun, percaya diri, sejarah pada masa lalu.
dalam berinteraksi secara efektif 1. 2. Memiliki rasa ingin tahu, terbuka dan sikap
dengan lingkungan sosial dan alam kritis terhadap permasalahan sosial sederha-
dalam jangkauan pergaulan dan na.
keberadaannya 1. 3. Menunjukkan perilaku santun, peduli dan
menghargai perbedaan pendapat dalam in-
teraksi sosial dengan lingkungandan teman
sebaya
2. Memahami dan menerapkan pe 3. 4. Mendeskripsikan bentuk-bentuk dan sifat
ngetahuan (faktual, konseptual, dinamika interaksi manusia dengan lingku
dan prosedural) berdasarkan rasa ngan alam, sosial,budaya, dan ekonomi
ingin tahunya tentang ilmu penge-
tahuan, teknologi, seni, budaya ter-
kait fenomena dan kejadian tampak
mata
3. Mengolah, menyaji, dan menalar 4. 3 Menyajikan hasil pengamatan tentang bentuk-
dalam ranah konkret (mengguna bentuk dan sifat dinamika interaksi manusia
kan, mengurai, merangkai, memodi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan
fikasi, dan membuat) dan ranah ekonomi di lingkungan masyarakat sekitar
abstrak (menulis, membaca, meng-
hitung, menggambar, dan menga-
rang) sesuai dengan yang dipela-
jari di sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori
Mencermati relevansi tersebut, maka ni- peneliti amati melalui tata kelola, sistem ni-
lai-nilai kearifan lokal pada masyarakat Kam- lai adat, tata cara atau prosedur (adat), dan
pung Naga dapat menjadi alternatif sumber ketentuan khusus dalam masyarakat dalam
belajar IPS, terutama di wilayah Tasikmalaya, hal ini terkait perlindungan dan pengelolaan
yang secara geografis berdekatan dengan lingkungan. Nilai-nilai yang muncul dalam
daerah tersebut. kearifan lokal masyarakat Kampung Naga
adalah mencintai lingkungan, gotong royong,
SIMPULAN kebersamaan, kesederhanaan dan keseta-
raan, interaksi sosial, kreatif, kemandirian,
Masyarakat Adat Kampung Naga yang
tanggung jawab, dan berprinsip. Nilai-nilai
mendiami Kabupaten Tasikmalaya, meru-
tersebut cocok dengan KI dan KD pada kelas
pakan salah satu masyarakat yang memiliki
VII dan kelas VIII. Dengan demikian, kearifan
kearifan lokal yang muncul dalam aktivi-
lokal masyarakat adat Kampung Naga dapat
tas dan tradisinya. Kearifan lokal tersebut
19
socia Vol. 10 No. 1 Mei 2013 : 10-20
20