PENDAHULUAN
(IFO)
14. Menjelaskan pemeriksaan diagnosis intoksikasi Insektisida Fosfat Organic
(IFO)
15. Menjelaskan penatalaksanaan intoksikasi Insektisida Fosfat Organic (IFO)
16. Menjelaskan prognosis intoksikasi Insektisida Fosfat Organic (IFO)
17. Menjelaskan contoh makanan dan Insektisida Fosfat Organik (IFO)
penyebab intoksikasi dan penatalaksanaannya
1.4 Manfaat
Mahasiswa mengetahui tentang keperawatan gawat darurat lanjut pada klien
denagn kasus intoksikasi makanan dan Insektisida Fosfat Organic (IFO) dan
mampu mengaplikasikan asuhan keperawatannya secara komprehensif.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Intoksikasi Makanan
Menurut Arisman (2009), makanan adalah sesuatu yang mengandung zatzat (nutrient) yang digunakan untuk kelangsungan hidup manusia. Makanan
mengandung zat yang dibutuhkan manusia dan secara kontinu dibutuhkan
setiap hari. Berbagai bahaya dapat terjadi berhubungan dengan makanan.
Bahaya itu mungkin karena proses yag terjadi pada makanan itu atau
merupakan sifat yang sudah ada atau zat yang berbahaya dari luar masuk
dan mengotori makanan itu. Bahaya yang dapat terjadi dari makanan adalah
keracunan. Racun yang terdapat dalam makanan mungkin merupakan racun
alam yang sudah ada dalam makanan itu yang baik di sengaja atau tidak
tercampur dalam makanan. Racun dalam makanan dapat berasal dari :
1. Racun alami, berbagai bahan makanan baik nabati maupun hewani yang
mengandung racun yang pada umumnya sudah di kenal oleh
masyarakat, yaitu: singkong yang mengandung HCN, cendawan dapat
mengandung muskarin, biji bengkuang mengandung pakpakrizida, dan
jengkol mengandung asam jengkol.
2. Racun yang berasal dari luar makanan, misalnya sayuran yang
terkontaminasi oleh insektisida racun yang berbentuk bubuk di sangka
tepung.
3. Racun yang disebabkan karena mikroorganisme yang terdapat pada
makanan, misalnya Clostridium botulium, mengeluarkan toxin yang
menyerang saraf, Streptococcus, menyebabkan diarrhea, Trichinella
spiralis pada daging sapi dan babi yang sakit.
(environmental
hygiene),
penyimpanan
makanan
harus
Sakit perut
Mual dan muntah
Sakit kepala
Kelemahan yang
5.
6.
7.
8.
9.
kelumpuhan
Diare-mungkin berair dan berlebihan atau mungkin berdarah
Demam dengan menggigil
Nyeri otot
Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
Gangguan saluran pencernaan
mungkin
parah
atau
bahkan
menyebabkan
Laksmono
(2007),
istilah
keracunan
makanan
(Food
tanpa
mempedulikan
mampu
tidaknya
mikroba
tersebut
infections,
foodborne
toxicoinfections,
dan
foodborne
oleh toksin ini biasanya cepat bermanifestasi (lihat gambar 2.1 Klasifikasi
Penyebab Foodborne Disease).
tersebut
mampu
menimbulkan
penyakit,
terutama
yang
2.6.2
perfusi jaringan.
Identifikasi Penyebab Keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya
usaha mencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha
penyelamatan penderita yang harus segera dilakukan. Upaya yang paling
penting adalah anamnese atau aloanamnesis yang rinci. Beberapa
pegangan anamnesis yang penting dalam upaya mengatasi keracunan,
ialah :
1. Kumpulkan informasi selengkapnya tentang seluruh obat yang
digunakan, termasuk yang sering dipakai.
2. Kumpulkan informasi dari anggota keluarga,teman dan petugas
tentang obat yang digunakan.
3. Tanyakan dan simpan sisa obat dan muntahan yang masih ada untuk
pemeriksaan toksikologi
4. Tanyakan riwayat alergi obat atau syok anafilaktik
Pada pemeriksaan fisik diupayakan untuk menemukan tanda/kelainan
fungsi autonom yaitu pemeriksaan tekanan darah, nadi, ukuran pupil,
keringat, air liur, dan aktivitas peristaltik usus.
12
2.6.3
Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang
sadar atau dengan pemberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang
setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan
pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar.
Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya
menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif
bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila
keracunan terjadi kurang dari 4 6 jam . pada koma derajat sedang hingga
berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan
pemasangan pipa endotrakeal berbalon untuk mencegah aspirasi
2.6.4
pnemonia.
Anti dotum (Penawar Racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh
pada tempat penumpukan.
1. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
2. Dilanjutkan dengan 0,5 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menit sampai timbul
gejala-gejala atropinisasi (muka merah, mulut kering, takikardi,
midriasis, febris dan psikosis).
3. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 30 - 60 menit selanjutnya
setiap 2 4 6 8 dan 12 jam.
4. Pemberian SA dihentikan minimal setelah 2 x 24 jam. Penghentian
yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru
dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
Sedangkan pertolongan pertama pada kasus keracunan makanan
diantaranya:
1.
Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyakbanyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4
2.
3.
13
4.
5.
Kejang
Koma
Henti jantung
Henti napas
Syok
14
Insektisida
penghambat
kholin
esterase
(cholinesterase
inhibitor
kelenjar-kelenjar
ludah/air
mata/keringat/urine/saluran
Keracunan ringan
15
1.
2.
3.
2.13.2
1.
2.
3.
2.13.3
1.
2.
3.
4.
2.15.2
Eliminasi
17
2. Tanda awal adalah rasa lelah dan lemas, serta gangguan penglihatan
( visus ).
3. Diare lebih sering tidak ada.
4. Gejala neorologi seperti disartria dan disfagia dapat menimbulkan
pneumonia aspirasi.
5. Otot-otot tungkai, lengan dan badan lemah.
6. Sementara itu daya rasa ( sensoris ) tetap baik, dan suhu tidak
meningkat.
Prinsip penanganan keracunan botolismus yaitu :
1. Usahakan penderita untuk muntah, guna membuang sisa-sisa racun
yang ada dilambung.
2. Jaga pernapasan tetap adekuat, bila perlu beri nafas buatan.
3. Bila ada tanda-tanda syok, segera mungkin rujuk ke rumah sakit.
4. Bilas lambung dengan norit
5. Beri ATS 10.000 unit.
6. Ber Fenobarbital 3 x 30-60 mg / oral.
2.17.2 Keracunan Jamur
Jamur Amanita spp paling sering mengandung racun, gejalanya dapat
muncul beberapa menit sampai 2 jam sesudah makan jamur yang beracun
tersebut. Gejala keracunan jamur yaitu : sakit perut yang hebat, muntah,
diare, rasa haus, banyak berkeringat, kekacauan mental dan pingsan.
Tindakan pertolongan : apabila tidak ada muntah-muntah, penderita
dirangsang agar muntah. Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan
encer Kalium Permanganat ( 1 gram Kalium Permanganat dalam 2 liter
air) atau dengan meminum putih telur dicampur susu. Bila ada gangguan
napas, berikan pernapasan buatan, setelah itu bawa penderita ke rumah
sakit.
2.17.3 Keracunan Jengkol
Keracunan jengkol dapat terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol
yang berlebih dalam saluran kencing. Gejalanya berupa nyeri pinggang
yang disertai dengan sakit perut, nyeri sewaktu kencing dan kristal-kristal
18
asam jengkol yang berwarna putih nampak keluar bersama air kencing.
Kadang juga disertai darah akibat gesekan kristal asam jengkol saat keluar
dan melukai saluran kemih. Bau khas jengkol pada napas, mulut dan air
kencing. Keracunan yang berat dapat mengakibatkan berkurangnya air
kencing atau tidak dapat kencing sama sekali.
Tindakan pertolongan : pada keracunan yang ringan, penderita diberi
minum air soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit
dapat diberikan untuk mengurangi sakitnya. Pada keracunan yang berat,
penderita harus dirawat di rumah sakit.
2.17.4 Keracunan Singkong
Racun yang terdapat dalam singkong merupakan unsur senyawa sianida.
Gejalanya muntah, mencret, sakit kepala, pusing, sesak napas, badan
lemah, mata melotot, mulut berbusa, pingsan, kejang-kejang.
Tindakan pertolongan :
1. Berikan uap amyl nitrit/amonia di depan hidungnya setiap 2-3 menit
sekali selama 15-30 detik.
2. Berikan pernapasan buatan.
3. Usahakan agar penderita memuntahkan singkong yang telah dimakan.
4. Berikan larutan natrium thiosulfat2-3 gram dalam segelas air untuk
diminum.
5. Selimuti korban dan bawa ke dokter atau rumah sakit, selama dalam
perjalanan usaha pertolongan harus dilanjutkan atau diulangi.
2.17.5 Keracunan Insektisida Fosfat Organik (IFO)
1. Insektisida Fosfat Organik (IFO) yang masuk melalui saluran napas
Jauhkan penderita dari tempat kecelakaan yang merupakan sumber
masuknya racun melalui hidung. Bawa korban ke tempat yang
udaranya lebih segar. Bila perlu berikan pernapasan buatan.
2. Insektisida Fosfat Organik (IFO) yang masuk melalui kulit
Kulit yang terkena racun disiram dengan air mengalir. Sedapat
mungkin, pakaiannya sudah dilepas terlebih dahulu. Demikian pula
pakaian yang dipakainya disiram dengan air mengalir atau dilepas.
Apabila sudah terjadi syok atau pingsan, penderita segera dibawa ke
rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.
19
20
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA An. X DENGAN
INTOKSIKASI MAKANAN
: 101012
: An. X
: Perempuan
: 10 tahun
: Islam
: Jawa/Indonesia
:: SD (Kelas 3)
:: RT/RW 001/002 Dusun Kendal Desa
3.2.2
:: TD
N
Tindakan Pra Hospital
GENERAL IMPRESSION
21
:::-
RR
:Suhu : -
3.2.3
Keluhan Utama
AIRWAY
Jalan nafas
Obstruksi
Suara nafas
Keluhan lain
Diagnosis Kep.
: Tidak paten
: Partial (Trakheo Bronkeal)
: Snoring
:: Pola nafas inefektif berhubungan dengan
bersih.
Intervensi
:
1) Observasi tanda-tanda vital
2) Berikan O2 sesuai anjuran dokter
3) Jika pernapasan depresi, berikan oksigen (ventiltor) dan lakukan
suction
4) Berikan kenyamanan dan istirahat pada pasien
3.2.4
3.2.5
BREATHING
Gerak dada
Pola nafas
Frekuensi nafas
Irama nafas
Tanda distress
Nafas
Bunyi nafas
Keluhan lain
: Simetris
: Dispneu
: 26 x/menit
: Tidak teratur
: Retraksi I.Costa
: Pernafasan cuping hidung
: vesikuler
:-
CIRCULATION
Perdarahan
Akral
CRT
Nadi
TD
Kulit/Mukosa
Turgor kulit
: Tidak
: Dingin, Lembab, Pucat
: >2 detik
: Radialis 100 x/menit, Lemah, Irregular
: 130/90 mmHg
: Pucat dan kering
: Baik
22
Keluhan lain
Diagnosis Kep.
kekurangan O2
Kriteria Hasil
normal, tidak ada sianosis, akral HKM, CRT dalam batas normal (<2
3.2.6
dtk).
Intervensi
:
1) Kaji adanya perubahan tanda-tanda vital
2) Kaji daerah ekstremitas dingin, lembab, pucat dan sianosis
3) Berikan kenyamanan dan istirahat
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi anti dotum
DISABILITY
Kesadaran
Nilai GCS
Pupil
Resp. Cahaya
Keluhan lain
: Compos mentis
: E:4 M:5 V:6 = 456
: Isokor
: +/+
: Pasien cemas dan gelisah
3.2.7
EXPOSURE
Adanya trauma : Tidak
Deformitas
: Tidak
Adanya jejas/luka: Tidak
Ukuran luka
: Kedalaman luka : Edema
: Tidak
Keluhan lain
:-
3.2.8
ANAMNESA
Riwayat Penyakit Sekarang
makan jajanan dari sekolah An. X mengeluh mulas dan sakit perut,
muntah disertai diare dan pusing, dan selang beberapa saat An. X
23
3.2.9
bantu pernapasan.
Palpasi
dan kiri
Auskultasi
24
Palpasi
perifer.
Punggung
- Inspeksi
- Palpasi
Neurologi
kelemahan, paralise.
Diagnosis Kep. :
1) Diagnosa 1
Diagnosa
muntah, diare
Kriteria Hasil
cc/kgBB/jam
Intervensi
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
medis
(6) Kolaborasi dalam pemberian antiemetic
(7) Berikan kembali pemasukan oral secara berangsurangsur
(8) Pantau studi laboratorium (Hb, Ht)
2) Diagnosa 2
Diagnosa
25
Kriteria Hasil
3) Diagnosa 3
Diagnosa
program dokter
(6) Ukur berat badan pasien setiap minggu
Diagnosa 4
Diagnosa
dengan kekurangan O2
Kriteria Hasil : tidak ada sianosis, akral HKM, CRT dalam
26
Leukosit
Trombosit
PCV
Kalium
Natrium
Urea N darah
SGOT
Kreatinin serum
: 14,3 X 109/L
: 227 X 109/L
: 0,42
: 3,82
: 142
:10,5
: 25
: 0,55
27
Implementasi
Paraf Jam
12.0
Keperawatan
Mengobservasi tanda- RF
12.1
tanda vital
Evaluasi Keperawatan
Respon :
- TD = 100/70 mmHg,
- RR 18 x/menit
- Nadi = 80x/ menit
- Suhu = 36,2 C
RF
12.1
5
Respon :
Memberikan O2 sesuai
- Klien
anjuran dokter
12.2
0
RF
mengatakan
sesak
napas
berkurang
- Sudah
tidak
menggunakan
otot
bantu pernapasan
- Irama regular
12.2
RF
Respon :
- Depresi
12.3
5
Memberikan
oksigen
(ventiltor)
napas
berkurang
dan
melakukan suction
12.3
0
Memberikan
kenyamanan
jalan
Respon :
- Kecemasan
kegelisahan
dan
berkurang
28
dan
klien
Para
f
RF
Diagnosis Keperawatan
Para
Evaluasi
12.4
f
Pola nafas inefektif berhubungan S : Klien mengatakan sesak RF
dengan
obstruksi
trakheo napas
bronkeal
berkurang,
mengatakan
klien
mulas
dan
muntah berkurang.
O:
- RR 18x/menit,
- TD = 100/70 mmHg,
- Nadi = 80x/ menit,
- sudah tidak menggunakan
otot bantu pernapasan,
- irama regular
A : masalah pola napas
inefektif pasien teratasi
P : intervensi selesai
Jam Keluar IRD
: 13.00 WIB
Tindak Lanjut Pasien : Pindah ke ICCU
29
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Racun yang terdapat dalam makanan dan Insektisida Fosfat Clorin (IFO)
mungkin merupakan racun alam yang sudah ada dalam makanan itu yang
baik di sengaja atau tidak tercampur dalam makanan, dapat berupa racun
alami yang berasal dari makanan dan cairan kimia itu sendiri, racun yang
berasal dari luar makanan misal makanan terkontaminasi pestisida, dan
racun yang disebabkan karena mikroorganisme. Gejala umum keracunan
makanann IFO dyang terjadi meliputi : sakit perut, mual dan muntah, sakit
kepala, kelemahan yang mungkin parah atau bahkan menyebabkan
kelumpuhan, diare-mungkin berair dan berlebihan atau mungkin berdarah,
demam dengan menggigil, dan nyeri otot. Masa inkubasi dari pathogen
sebagai penyebab keracunan makanan dan IFO terdiri dari masa inkubasi
singkat (1 hari, biasanya kurang dari 16 jam) masa inkubasi sedang (1-3
hari), masa inkubasi lama (3-5 hari), dan masa inkubasi yang sangat lama
(1-4 minggu).
Langkah penatalaksanaan pada keracunan makanan dan IFO yang dapat
dilakukan adalah sebagai berikut: 1) tindakan emergency, meliputi airway,
breathing, dan circulation, 2) identifikasi penyebab keracunan melalui
anamnesa dan pemeriksaan fisik, 3) dilakukan eliminasi dengan tindaka
emesis untuk merangsang penderita supaya bisa muntah, dan 4) pemberian
anti dotum (penawar racun). Komplikasi yang dapat terjadi pada keracunan
makanan bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka dapat terjadi
sebagai berikut : kejang, koma, henti jantung, henti napas, dan syok.
Masalah
keperawatan
yang
mungkin
muncul
pada
kasus
30
4.2 Saran
Diharapkan
dengan
penulisan
makalah
ini,
mahasiswa
mampu
31
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2009. Keracunan Makanan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC
Marilyn, D. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Pratiknjo, L. 2007. Keracunan Makanan Merupakan Salah Satu Indikator
Lemahnya Kontrol Pemerintah dan Masyarakat terhadap Produk Makanan
yang Beredar dalam Jurnal elib FK Uwks Vol.1 No.2.Januari:2007.
http://dokumen.tips/download/link/makalah-intoksikasi-makanan.
Intoksikasi Makanan. Andri. Sabtu. 17 Oktober 2015
Makalah
http://www.riyawan.com/p/makalah-keracunan-co-dan-ifo.html.
Makalah
Keracunan Co dan Ifo dalam Kumpulan Artikel dan Makalah
Keperawatan Farmasi. Riyawan. Kamis. 09 Oktober 2014
32