Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai permasalahan dihadapi oleh guru sekolah dasar dalam pembelajaran yaitu pada
mata pelajaran matematika, salah satunya adalah kesulitan siswa dalam belajar matematika yang
benar. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain kesulitan dalam pemahaman konsep, pemecahan
masalah (mathematical problem solving), penalaran matematika (mathematical reasoning),
koneksi matematika (mathematical conection), komunikasi matematika (mathematical
communication), dan lain-lain. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan
matematika di Indonesia telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak yang peduli kepada
pembelajaran matematika.
Matematika merupakan cabang ilmu yang mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak,
menekankan proses deduktif yang memerlukan penalaran logis dan aksiomatik yang mungkin
diawali dari proses induktif, yang meliputi penyusunan konjektur, model matematika, analogi
dan atau generalisasi berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah data. Karakteristik lain dari
matematika adalah merupakan ilmu terstruktur dan sistematis. Dalam arti bagian-bagian
matematika tersusun secara hierarkis dan terjalin dalam hubungan fungsional yang erat dan sifat
keteraturan yang indah, yang akan membantu menghasilkan model matematis yang diperlukan
dalam pemecahan masalah di berbagai cabang ilmu pengetahuan dan masalah kehidupan seharihari. Oleh karena itu, ada ungkapan mathematics as a human activity, yang maksudnya dalam
kegiatan hidupnya setiap orang akan terlibat dalam matematika, baik dalam bentuk sederhana
dan bersifat rutin, dan mungkin dalam bentuknya yang sangat kompleks.
Walaupun matematika sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, penyelesaian terhadap
soal aplikasi matematika masih sering sulit dilakukan. Padahal jika merujuk pada kurikulum
standar yang telah dikembangkan oleh NCTM (National Council Of Teachers Mathematics,
USA), maka kompetensi yang dikembangkan dalam pelajaran matematika meliputi kemamuan
dalam materi matematika dan kemampuan doing math. Kemampuan dalam materi matematika

disesuaikan dengan materi atau topik yang dibahas di kelas sesuai dengan jenjang kelas atau
sekolahnya, Sedangkan kemampuan doing math meliputi matematika sebagau pemecahan
masalah (mathematic as problem solving), matematika sebagai komunikasi (mathematics as
communication), matematika sebagai penalaran (mathematics as reasoning) dan koneksi-koneksi
matematika (mathematical connections).
Menurut teori belajar Gagne (Suherman, 2001), tahapan yang paling tinggi dalam
pembelajaran adalah pemecahan masalah. Dalam pemecahan masalah, siswa dituntut untuk
berhadapan dengan masalah-masalah nonrutin dan diharuskan mampu menyusun langkahlangkah dalam menyelesaikan masalah tersebut. Suatu soal dikatakan masalah apabila soal
tersebut menantang pikiran (Challenging) dan soal tersebut tidak otomatis ditemukan cara
penyelesainnya. Atau dalam pembelajaran, suatu masalah adalah suatu tugas yang mana
seseorang berhadapan dengan sesuatu yang memerlukan suatu penyelesaian sementara dia tidak
memiliki cara untuk menemukan solusinya.
Keberhasilan proses pembelajaran merupakan hal utama yang didambakan dalam
melaksanakan pendidikan di sekolah. Sebagai upaya meningkatkan keberhasilan dalam
pembelajaran matematika pada masa sekarang, telah banyak dikembangkan metode-metode yang
bersifat behavioristik (memanusiakan manusia), seperti: student active learning, quantum
learning, quantum teaching, dan accelerated learning. Seluruh metode tersebut digunakan dalam
rangka revolusi belajar yang melibatkan guru dan siswa sebagai satu kesatuan yang mempunyai
hubungan timbal balik. Peran guru sebagai pengajar/ fasilitator, sedangkan siswa merupakan
individu yang belajar.Namun semua hal tersebut didalam penerapannya banyak sekali
mengalami kendala, mulai dari sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah tersebut, sumber
daya manusia yang kurang menunjang, dan masih banyak lagi permasalahan-permasahan yang
timbul.
Meskipun demikian guru diharapkan mampu menerapkan metode yang tepat dan sesuai
dengan pengajaran matematika, guru diharapkan menanamkan prinsip atau rumus yang ada.
Dalam hal ini sebelum siswa menyelesaikan sebuah soal, siswa harus memahami soal tersebut
secara menyeluruh. Ia harus tahu apa yang diketahui, apa yang dicari, rumus atau teorema yang

harus digunakan dan cara penyelesaiannya. Untuk itu dalam mengerjakan soal-soal matematika
diperlukan siasat atau strategi dalam penyelesaiannya.
Salah satu strategi yang efektif dalam menciptakan pembelajaran aktif dan menyenangkan
tentunya dengan melibatkan siswa dalam kegiatan diskusi di kelas. Pembelajaran dengan suasana
belajar aktif dan bermakna. Salah satu pendekatan pembelajaran yang akan dibahas dalam
makalah ini yaitu Problem Posing dan Problem Solving dalam pembelajaran matematika.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Mengetahui pendekatan pembelajaran problem posing;
2. Mengetahui problem posing dan relevansinya dalam pembelajaran matamatika;
3. Mengetahui pendekatan pembelajaran problem solving;
4. Mengetahui problem solving dan relevansinya dalam pembelajaran matamatika;

Anda mungkin juga menyukai