PEMBAHASAN
A. Pendekatan Problem Posing
1. Pengertian
Problem posing merupakan istilah yang pertama kali dikembangkan oleh ahli
pendidikan asal Brasil, Paulo freire dalam bukunya Paedagogy of the Oppressed pada
tahun 1970. Prolem posing learning merujuk pada strategi pembelajaran yang
menekankan pemikiran kritis demi tujuan pembebasan. Ketika guru menerapkan
problem posing di ruang kelas, mereka harus berusaha mendekati peserta didiknya
sebagai partner dialog agar dapat menciptakan atmosfer harapan, cinta, kerendahan
hati, dan kepercayaan (Huda: 2014).
Problem
posing
merupakan
suatu
pendekatan
pembelajaran
yang
mewajibkan para maha peserta didik untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar
soal (berlatih soal) secara mandiri. Pembelajaran Problem posing awal mulanya
diterapkan dalam mata pelajaran matematika. Selanjutnya, dikembangkan pula pada
disiplin ilmu yang lain (Bestari, 2008). Suryanto dan Asari (Abdussakir, 2009)
memadankan istilah problem posing dengan pembentukan soal. Pembentukan soal
atau merumuskan masalah mencakup 2 (dua) macam kegiatan, yaitu: 1).
Pembentukan soal baru atau pembentukan soal dari situasi atau pengalaman peserta
didik, dan 2). Pembentukan soal dari soal lain yang sudah ada.
Shukkwan (Upu, 2003) mengartikan pengajuan masalah matematika sebagai
perumusan ulang serangkaian masalah matematika dari situasi yang diberikan.
Sutiarso (Muhfida, 2010) menjelaskan bahwa problem posing adalah suatu bentuk
pendekatan dalam pembelajaran matematika yang menekankan pada perumusan soal,
yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir matematis atau menggunakan pola
pikir matematis.
Menurut Ngalimun (2015: 232) problem posing yaitu pemecahan masalah
dengan melalui elaborasi yaitu dengan merumuskan kembali masalah menjadi
bagian-bagian yang lebih simpel sehingga dipahami. Sintaknya adalah pemahaman,
jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative,
menyusun soal pertanyaan.
Berbeda dengan definisi di atas, Brown dan Walter (Upu, 2003) menyatakan
bahwa pengajuan masalah matematika terdiri dari dua aspek penting, yaitu accepting
dan challenging. Accepting berkaitan dengan kemampuan peserta didik memahami
situasi yang diberikan oleh guru atau situasi soal yang sulit ditentukan. Sementara
challenging, berkaitan dengan sejauh mana peserta didik merasa tertantang dari
situasi yang diberikan sehingga melahirkan kemampuan untuk mengajukan masalah
matematika. Hal ini berarti bahwa pengajuan masalah matematika dapat membantu
peserta didik untuk mengembangkan proses nalar mereka.
Menurut Muhfida (Handayani,2008) problem posing mempunyai beberapa
arti. Pertama, problem posing adalah perumusan soal sederhana atau perumusan
ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana dan dapat
dikuasai. Kedua, problem posing adalah perumusan soal yang berkaitan dengan
syarat-syarat pada soal yang telah dipecahkan atau alternatif soal yang masih relevan.
problem posing
situasi yang tersedia atau soal yang diberikan oleh guru, yang dilakukan sebelum,
ketika dan setelah pemecahan masalah misalnya guru mengajukan masalah/soal
kepada peserta didik, selanjutnya peserta didik diminta mengajukan pertanyaanpertanyaan (masalah-masalah) yang mengarah kepada pemecahan masalah. Ketiga,
problem posing yaitu merumuskan atau membuat soal dari situasi yang diberikan.
Problem posing merupakan kegiatan penting dalam pembelajaran matematika.
NCTM merekomendasikan agar dalam pembelajaran matematika, para peserta didik
diberikan kesempatan untuk mengajukan soal sendiri (Abdussakir, 2009). Silver dan
Cai (Abdussakir, 2009) juga menyarankan agar pembelajaran matematika lebih
ditekankan pada kegiatan problem posing. Menurut Cars (Abdussakir, 2009) untuk
meningkatkan kemampuan menyelesaikan dapat dilakukan dengan cara membiasakan
peserta didik mengajukan soal. Sejalan dengan itu, Suparno (Abdussakir, 2009)
menyatakan bahwa mengungkapkan pertanyaan merupakan salah satu kegiatan yang
dapat menantang peserta didik untuk lebih berpikir dan membangun pengetahuan
mereka.
Berdasarkan uraian di atas tampak bahwa pembelajaran matematika dengan
pendekatan problem posing akan sangat bermanfaat, karena dengan pembelajaran
problem posing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan kritis dari
peserta didik. Namun dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan problem posing
adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana peserta didik diminta untuk
merumuskan, membentuk dan mengajukan pertanyaan atau soal dari situasi yang
disediakan kemudian menyelesaikan sendiri.
penyelesaian masalah merupakan salah satu dasar teoritis dari berbagai strategi
pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai isu utamanya. Pembelajaran muncul
ketika peserta didik bergumul dengan masalah-masalah yang tidak ada metode rutin
untuk menyelesaikannya. Masalah dengan demikian harus disajikan pertama kali
sebelum metode solusinya diajarkan. Guru seharusnya tidak terlalu ikut campur
ketika peserta didik mencoba menyelesaikan masalah. Malahan, guru sebaiknya
mendorong peserta didik untuk membandingkan metode-metode satu sama lain,
mendiskusikan masalah tersebut dan seterusnya.
Menurut Ngalimun (2015: 232) masalah didefenisikan sebagai suatu persoalan
yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah
mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, atau
algoritma).
Untuk memecahkan suatu masalah, John Dewey (Hamdani, 2011)
mengemukan sebagai berikut:
1) Mengemukakan persoalan atau masalah. Guru menghadapkan masalah yang akan
dipecahkan kepada peserta didik.
2) Memperjelas persoalan atau masalah. Masalah tersebut dirumuskan oleh guru
bersama peserta didik.
3) Peserta didik bersama guru mencari kemungkinan-kemungkinan yang akan
dilaksanakan dalam pemecahan masalah
menginterpretasi,
dan
mencoba
mengkonstruksi
penyelesaiannya.
d) Guru menerima jawaban yang tidak bukan untuk mengevaluasi.
e) Guru membimbing, melatih dan menanyakan dengan pertanyaan-pertanyaan
berwawasan dan berbagi dalam proses pemecahan masalah.
f) Sebaiknya guru mengetahui kapan campur tangan dan kapan mundur .
g) Karakteristik lanjutan adalah bahwa pendekatan problem solving dapat
menggiatkan siswa untuk melakukan generalisasi aturan dan konsep, sebuah
prosessentral dalam matematika.
Bagian-bagian pendekatan problem solving
Menurut Ngalimun (2015: 232) Sintak dari problem solving yaitu ajukan
permasalahan yang memenuhi kriterianya, peserta didik berkelompok atau individual
mengidentifkasi pola atau aturan yang disajikan, peserta didik mengidentifikasi,
mengeksplorasi, menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
Dengan
Melatih peserta didik untuk menghadapi problem atau situasi yang timbul
secara spontan.
2.
Peserta didik menjadi aktif dan berinisiatif sendiri serta bertanggung jawab
sendiri.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan problem solving, yaitu:
1. Memerlukan waktu yang lama.
2. Murid yang pasif dan malas akan tertinggal.
Pembelajaran
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA