Defensive tactics
Manajer perusahan target sering kali menolak usaha pengambilalihan. Aksi untuk
menggagalkan pengambilalihan mungkin bermanfaat untuk pemegang saham perusahaan target
jika perusahaan yang akan mengambil alih menaikkan harga penawarannya atau ada perusahaan
lain yang akan melakukan penawaran.
Penolakan pengambilalihan juga dapat merugikan pemegang saham perusahaan target karena
manajemen
takut
kehilangan
pekerjaan
mereka
sehingga
mereka
menolak
proses
pengambilalihan yang mungkin saja akan memberikan manfaat kepada pemegang saham.
Golden Parachute. Istilah ini mengacu pada paket remunasi yang sangat luar biasa
besar yang diberikan kepada manajemen apabila terjadi pengambilalihan perusahaan. Golden
parachute akan mencegah terjadinya pengambilalihan karena meningkatkan biaya akuisisi.
Poison pills adalah taktik defensive yang modern yang dikembangkan oleh martin
lipton di awal tahun 1980-an. Tidak ada definisi tunggal terkait dengan poison pills. Poison
pills menyebabkan persentase kepemilikan perusahaan yang akan mengambil alih turun secara
drastic di perusahaan target.
1.2.
b. Dalam hal rekapitalisasi, perusahaan target akan menerbitkan saham baru yang
memungkinkan manajemen untuk memperoleh pengendalian yang lebih besar
sebelum dilakukannya rekepitalisasi. Peningkatan pengendalian akan mempersulit
pengambilalihan.
4. Exclusionary self-tenders
Perusahaan membuat tender offer untuk sejumlah sahamnya sendiri yang dimiliki
tanpa melibatkan pemegang saham yang menjadi target.
5. Restrukturisasi asset
Untuk mencegah pengambilalihan, perusahaan dapat menjual asset yang ada atau
membeli yang baru. Perusahaan target umumnya menjual atau mendivestasikan asetnya
karena dua alas an:
a. Dengan menjual asset yang tidak menguntungkan dan focus kepada unit-unit usaha
yang prospektif maka harga saham diharapkan akan naik dan mengurangi daya tarik
perusahaan untuk di ambil alih.
b. Perusahaan yang ingin mengambil alih mungkin tertarik hanya kepada divisi tertentu
saja sehingga apabila divisi tersebut di jual maka daya tarik perusahaan target akan
berkurang.
perusahaan yang diakuisisi di anggap hanya menukar saham lama mereka dengan saham baru
yang nilainya sama sehingga tidak ada capital gain atau capital loss.
4. Akuntansi untuk kegiatan akuisisi
Metode pembelian mengharuskan asset dari perusahaan yang diakuisisi dilaporkan pada
nilai pasarnya yang wajar pada laporan keuangan perusahaan yang mengakuisisi. Hal ini akan
membuat perusahaan pengakuisisi untuk menetapkan basis harga perolehan baru dari asset yang
diakuisisi. Metode pembelian akan menghasilkan akun goodwill yang merupakan selisih antara
harga beli dengan total nilai wajar dari asset bersih yang diperoleh.
5. Going private dan leverage buyouts
Ketika perusahaan terbuka melakukan going private, berarti sekelompok investor
(
umumnya
manajemen
perusahaan
sendiri)
membeli
saham
perusahaan
tersebut.
Konsekuensinya adalah saham perusahaan tersebut ditarik dari bursa (delisting) dan pemegang
saham public akan menerima dana tunai dari saham yang dibeli. Going private sering kali
didanai dengan leverage buyouts. Dengan leverage buyouts (LBO) dana untuk membeli kembali
saham public diperoleh dari penerbitan utang. Terdapat dua alas an mengapa LBO menghasilkan
nilai, yaitu:
a. Tambahan utang akan mengurangi pajak
b. LBO menghasilkan efisiensi karena manajemen harus bekerja keras untuk melunasi
utang dan membayar bunganya.
6. Divestasi
Divestasi terjadi dengan beberapa cara yaitu:
1. Penjualan
Tipe paling umum dari kegiatan divestasi adalah penjualan sebuah divisi, unit bisnis,
segmen atau sekelompok asset perusahaan lain. Pembeli umumnya, namun tidak selalu,
membayar tunai. Beberapa alas an mengapa metode penjualan yang dipilih ketika
melakukan divestasi:
a. Penjualan asset adalah pertahanan terhadap pengambilalihan yang tidak
bersahabat
b. Penjualan asset memberikan dana tunai untuk perusahaan yang dilikuidasi.
2. Spin-off
Dalam spin-off perusahaan induk merubah sebuah divisi menjadi sebuah entitas
yang terpisah dan membagikan saham entitas tersebut kepada pemegang saham
perusahaan induk. Spin-off berbeda dengan penjualan karena dua alasan:
a. Perusahaan induk tidak memperoleh dana tunai dari spin-off
b. Pemegang saham awal dari divisi yang dipisahkan adalah sama dengan pemegang
saham induk.
3. Carve-out
Dengan carve-out perusahaan induk merubah sebuah divisi menjadi entitas yang
terpisah dan kemudian menjual saham entitas tersebut kepada masyarakat. Umumnya
pemegang saham perusahaan induk mempertahankan kepemilikan mayoritasnya di entitas
baru tersbut.
4. Tracking stock
Perusahaan induk menerbitkan tracking stock untuk menelusuri kinerja divisi
tertentu dalam perusahaan. Misalnya, jika tracking stock membagikan deviden maka
jumlah devidennya akan bergantung pada kinerja divisi. Divisi yang memiliki tracking
stock tetap menjadi bagian dari perusahaan induk meskipun sahamnya diperdagangkan
secara terpisah dengan perusahaan induk.