Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam tifoid menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi di
negara yang sedang berkembang karena akibat kemiskinan, kriminalitas dan
kekurangan air bersih yang dapat diminum. Diagnosa dari penyakit tipus dapat
sangat berbahaya apabila terjadi selama kehamilan atau pada periode setelah
melahirkan. Kebanyakan penyebaran penyakit demam tifoid ini tertular pada
manusia pada daerah daerah berkembang, ini dikarenakan pelayanan kesehatan
yang belum baik, hygiene personalyang buruk. Salah satu contoh yaitu di Negara
Nigeria, dimana terdapat 467 kasus dari tahun 1996 sampai dengan 2000.
(Susmanto, 2009)
Pada beberapa dekade terakhir demam tifoid sudah jarang terjadi di
negara-negara industri, namun tetap menjadi masalah kesehatan yang serius di
sebagian

wilayah

dunia,

seperti

bekas

negara

Uni

Soviet,

anak

benua India, Asia Tenggara, Amerika Selatan dan Afrika. Menurut WHO,
diperkirakan terjadi 16 juta kasus per tahun dan 600 ribu diantaranya berakhir
dengan kematian. Sekitar 70 % dari seluruh kasus kematian itu menimpa
penderita demam tifoid di Asia. (Susmanto, 2009)
Demam tifoid merupakan masalah global terutama di negara dengan
higiene buruk. Etiologi utama di Indonesia adalah Salmonella enterika subspesies
enterika serovar Typhi (S.Typhi) dan Salmonella enterika subspesies enterika
serovar Paratyphi A (S. Paratyphi A). CDC Indonesia melaporkan prevalensi
demam tifoid mencapai 358-810/100.000 populasi pada tahun 2007 dengan 64%
penyakit ditemukan pada usia 3-19 tahun, dan angka mortalitas bervariasiantara
3,1 10,4 % pada pasien rawat inap. (Susmanto, 2009)
Dua dekade belakangan ini, dunia digemparkan dengan adanya
laporan Multi Drug Resistant (MDR) strains S.Typhi. Strain ini resisten dengan
kloramfenikol, trimetropim-sulfametoksazol, dan ampicillin. Selain itu strain
resisten asam nalidixat juga menunjukan penurunan pengaruh ciprofloksasin yang
menjadi endemik di India, United State, United Kingdom dan juga beberapa

negara berkembang pada tahun 1997 menunjukan kedaruratan masalah global


akibat MDR. (Susmanto, 2009)
Morbiditas di seluruh dunia, setidaknya 17 juta kasus baru dan hingga
600.000 kematian dilaporkan tiap tahunnya. Di negara berkembang, diperkirakan
sekitar 150 kasus/ juta populasi/ tahun di Amerika Latin. Hingga 1.000 kasus/ juta
populasi/ tahun di beberapa negara Asia. Penyakit ini jarang dijumpai di Amerika
Utara, yaitu sekitar 400 kasus dilaporkan tiap tahun di United State, 70% terjadi
pada turis yang berkunjung ke negara endemis. Di United Kingdom, insiden
dilaporkan hanya 1 dalam 100.000 populasi. (Susmanto, 2009)
Di Indonesia, demam tifoid masih tetap merupakan masalah kesehatan
masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan untuk memberantas penyakit ini
tampaknya belum memuaskan. Di seluruh dunia WHO memperkirakan pada
tahun 2000 terdapat lebih dari 21,65 juta penderita demam tifoid dan lebih dari
216 ribu diantaranya meninggal . Di Indonesia selama tahun 2006, demam tifoid
dan demam paratifoid merupakan penyebab morbiditas peringkat 3 setelah diare
dan Demam Berdarah Dengue. (Susmanto, 2009)
Kejadian demam tifoid meningkat terutama pada musim hujan. Usia
penderita di Indonesia (daerah endemis) antara 3-19 tahun (prevalensi 91%
kasus). Dari presentase tersebut, jelas bahwa anak-anak sangat rentan untuk
mengalami demam tifoid. Demam tifoid sebenarnya dapat menyerang semua
golongan umur, tetapi biasanya menyerang anak usia lebih dari 5 tahun. Itulah
sebabnya demam tifoid merupakan salah satu penyakit yang memerlukan
perhatian khusus. Penularan penyakit ini biasanya dihubungkan dengan faktor
kebiasaan makan, kebiasaan jajan, kebersihan lingkungan, keadaan fisik anak,
daya tahan tubuh dan derajat kekebalan anak. (Susmanto, 2009)
Perlu penanganan yang tepat dan komprehensif agar dapat memberikan
pelayanan yang tepat terhadap pasien. Tidak hanya dengan pemberian antibiotika,
namun perlu juga asuhan keperawatan yang baik dan benar serta pengaturan diet
yang tepat agar dapat mempercepat proses penyembuhan pasien dengan demam
tifoid. (Susmanto, 2009)
Berdasarkan data dari rekam medis di RSUD Dr. M. Zein Painan dalam
tiga bulan terakhir yaitu pada bulan November tahun 2013, bulan Desember tahun
2013 dan bulan Januari tahun 2014, demam tifoid masuk ke dalam 10 penyakit
terbanyak pada anak, yaitu nomor dua setelah Dengue Hemorrhagic Fever (DHF).

Angka kejadian demam tifoid di ruang anak RSUD Dr. M. Zein Painan sebanyak
35 kasus.
Berdasarkan uraian di atas, maka kelompok tertarik untuk mengangkat
kasus tentang demam tifoid pada An. S umur 12 tahun di ruangan anak RSUD
Dr. M. Zein Painan pada tanggal 27 Januari -1 Februari 2014.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, batasan masalah dalam laporan kasus
ini adalah Bagaimana Manajemen Asuhan Kebidanan Pada An S Umur 12
Tahun dengan Demam Tifoid di Ruang Anak RSUD Dr. M. Zein Painan Pada
Tanggal 27 Januari - 1 Februari 2014?.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui manajemen asuhan kebidanan pada An. S usia
12 tahun dengan demam tifoid di ruang anak RSUD Dr. M. Zein Painan
pada tanggal 27 Januari 1 Februari 2014 dan menerapkan manajemen
Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada kasus demam tifoid melalui
pengumpulan data pada Manajemen Asuhan Kebidanan Pada An.
S Umur 12 Tahun Dengan Demam Tifoid di Ruang Anak RSUD Dr.
M. Zein Painan Pada Tanggal 27 Januari - 1 Februari 2014.
b. Mampu menginteprestasikan data pada Manajemen Asuhan
Kebidanan Pada An. S Umur 12 Tahun dengan Demam Tifoid di
Ruang Anak RSUD Dr. M. Zein Painan Pada Tanggal 27 Januari - 1
Februari 2014.
c. Mampu mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial yang
mungkin terjadi pada Manajemen Asuhan Kebidanan Pada An. S
Umur 12 Tahun dengan Demam Tifoid di Ruangan Anak RSUD Dr.
M. Zein Painan Pada Tanggal 27 Januari - 1 Februari 2014.
d. Mampu mengidentifikasi tindakan segera secara mandiri, kolaborasi,
dan rujukan pada Manajemen Asuhan Kebidanan Pada An. S
Umur 12 Tahun dengan Demam Tifoid di Ruang Anak RSUD Dr. M.
Zein Painan Pada Tanggal 27 Januari - 1 Februari 2014.
e. Mampu merencanakan asuhan yang rasional dan efektif pada
Manajemen Asuhan Kebidanan Pada An. S Umur 12 Tahun

dengan Demam Tifoid di Ruang Anak RSUD Dr. M. Zein Painan


Pada Tanggal 27 Januari - 1 Februari 2014.
f. Mampu melaksanakan asuhan pada Manajemen Asuhan Kebidanan
Pada An. S Umur 12 Tahun dengan Demam Tifoid di Ruang Anak
RSUD Dr. M. Zein Painan Pada Tanggal 27 Januari - 1 Februari
2014.
g. Mampu mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan pada
Manajemen Asuhan Kebidanan Pada An. S Umur 12 Tahun
dengan Demam Tifoid di Ruang Anak RSUD Dr. M. Zein Painan
Pada Tanggal 27 Januari - 1 Februari 2014.
h. Mampu melakukan pendokumentasian pada Manajemen Asuhan
Kebidanan Pada An. S Umur 12 Tahun dengan Demam Tifoid di
Ruang Anak RSUD Dr. M. Zein Painan Pada Tanggal 27 Januari - 1
Februari 2014.
D. Manfaat penulisan
Penulis mampu menerapkan manajemen asuhan kebidanan pada anak
dengan demam tifoid, maka penulis mengharapkan :
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai aplikasi dari ilmu yang telah didapat selama perkuliahan di
STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan laporan ini dapat dijadikan tambahan bahan kepustakaan
STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi petugas rumah sakit
tentang demam tifoid. Laporan ini bisa dijadikan sebagai masukan yang
dapat digunakan untuk evaluasi dan sebagai tindak lanjut dalam pelayanan
kebidanan pada anak dengan demam tifoid sehingga pelayanan yang
diberikan sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai