Anda di halaman 1dari 13

FLORA DAN FAUNA

D
I
S
U
S
U
N

OLEH :
NAMA

: ERIC AKBAR RIZKY DALIMUNTE

KELAS

: X AP

MEDAN
T.A 2016/2017

FAUNA DAN FLORA INDONESIA


Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan kekayaan fauna dan flora dan
merupakan yang terlengkap didunia.
Pada halaman akan membahas sebagian fauna dan flora kebanggaan Indonesia
1. FAUNA INDONESIA
Wilayah Indonesia memiliki kekayaan fauna yang sangat beragam. Keragaman fauna ini
karena berbagai hal :
1. Terletak di daerah tropis, sehingga mempunyai hutan hujan tropis (trophical rain
forest) yang kaya akan tumbuhan dan hewan hutan tropis.
2. Terletak di antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia
3. Merupakan negara kepulauan, hal ini menyebabkan setiap pulau memungkinkan
tumbuh dan dan menyebarnya hewan dan tumbuhan khas tertentu sesuai dengan
kondisi alamnya.
4. Indonesia terletak di dua kawasan persebaran fauna dunia, yaitu Australis dan
Oriental.
Karena berbagai kondisi tersebut maka wilayah Indonesia kaya akan keanekaragaman fauna.
Berbagai jenis fauna yang meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.

Mamalia (lebih dari 500 jenis)\


Kupu-kupu (lebih dari 100 jenis)
Reptil (lebih dari 600 jenis)
Burung (lebih dari 1.500 jenis)
Amfibi (lebih dari 250 jenis)

Persebaran fauna dikelompokkan dalam 3 wilayah geografis yaitu fauna Indonesia Barat,
fauna Indonesia Tengah dan fauna Indonesia Timur.

Fauna yang terdapat di wilayah Indonesia Barat bertipe Asiatis, di wilayah Indonesia Tengah
merupakan fauna khas/fauna asli Indonesia sedangkan wilayah fauna Indonesia Timur bertipe
Australis.
Berikut ini adalah beberapa fauna Indonesia
1.1 KOMODO

Komodo, atau yang selengkapnya disebut biawak komodo (Varanus komodoensis,


adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili
Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Biawak ini oleh penduduk asli pulau Komodo
juga disebut dengan nama setempat ora.
Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo merupakan kadal
terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan
dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan
tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau
tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena besar tubuhnya,
kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup.
Komodo ditemukan oleh peneliti barat tahun 1910. Tubuhnya yang besar dan reputasinya
yang mengerikan membuat mereka populer di kebun binatang. Habitat komodo di alam bebas
telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai
spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan
pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan
untuk melindungi mereka.
1.2 ORANG UTAN

Orang utan (atau orang hutan, nama lainnya adalah mawas) adalah sejenis kera besar
dengan lengan panjang dan berbulu kemerahan atau cokelat, yang
Orangutan ditemukan di wilayah hutan hujan tropis Asia Tenggara, yaitu di pulau Borneo dan
Sumatra di wilayah bagian negara Indonesia . Mereka biasa tinggal di pepohonan lebat dan
membuat sarangnya dari dedaunan. Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai

dari hutan dipterokarpus perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air
tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan.
Di Borneo, orangutan dapat ditemukan pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut ,
sedangkan kerabatnya di Sumatra dilaporkan dapat mencapai hutan pegunungan pada 1.000
m dpl. hidup di hutan tropika Indonesia, khususnya di Pulau Kalimantan dan Sumatra.
1.3 HARIMAU SUMATERA

Harimau

Sumatra atau

dalam

bahasa

latin disebut Panthera

tigris

sumatrae merupakan satu dari lima subspisies harimau (Panthera tigris) di dunia yang masih
bertahan hidup. Harimau Sumatera termasuk satwa langka yang juga merupakan satu-satunya
sub-spisies harimau yang masih dipunyai Indonesia setelah dua saudaranya Harimau Bali
(Panthera tigris balica) dan Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica) dinyatakan punah.
Hewan dari filum Chordata ini hanya dapat diketemukan di Pulau Sumatera, Indonesia.
Populasinya di alam liar diperkirakan tinggal 400500 ekor. Harimau Sumatera (Panthera
tigris sumatrae) semakin langka dan dikategorikan sebagai satwa yang terancam punah.
Harimau dipercaya merupakan keturunan hewan pemangsa zaman purba yang dikenal
sebagai Miacids. Miacids hidup pada akhir zaman Cretaceous kira-kira 70-65 juta tahun yang
lalu semasa zaman dinosaurus di Asia Barat (Andrew Kitchener, The Natural History of
Wild Cats). Harimau kemudian berkembang di kawasan timur Asia di China dan Siberia
sebelum berpecah dua, salah satunya bergerak ke arah hutan Asia Tengah di barat dan barat
daya menjadi harimau Caspian. Sebagian lagi bergerak dari Asia Tengah ke arah kawasan
pergunungan barat, dan seterusnya ke Asia tenggara dan kepulauan Indonesia, sebagiannya
lagi terus bergerak ke barat hingga ke India (Hemmer,1987).
Harimau Sumatera dipercaya terasing ketika permukaan air laut meningkat pada 6.000 hingga
12.000 tahun silam. Uji genetik mutakhir telah mengungkapkan tanda-tanda genetik yang
unik, yang menandakan bahwa subspesies ini mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan
subspisies harimau lainnya dan sangat mungkin berkembang menjadi spesies terpisah, bila
berhasil lestari.
\
1.4 BADAK JAWA

Badak Jawa atau Badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili
Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang
sama dengan badak India dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini
memiliki panjang 3,13,2 m dan tinggi 1,41,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak India
dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak Hitam. Ukuran culanya biasanya lebih
sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.
Badak ini pernah menjadi salah satu badak di Asia yang paling banyak menyebar. Meski
disebut Badak Jawa, binatang ini tidak terbatas hidup di pulau Jawa saja, tapi di seluruh
Nusantara, sepanjang Asia Tenggara dan di India serta Tiongkok. Spesies ini kini statusnya
sangat kritis, dengan hanya sedikit populasi yang ditemukan di alam bebas, dan tidak ada di
kebun binatang. Badak ini kemungkinan adalah mamalia terlangka di bumi. Populasi 40-50
badak hidup di Taman Nasional Ujung Kulon di pulau Jawa, Indonesia. Populasi badak Jawa
di alam bebas lainnya berada di Taman Nasional CaTien, Vietnam dengan perkiraan populasi
tidak lebih dari delapan pada tahun 2007. Berkurangnya populasi badak Jawa diakibatkan
oleh perburuan untuk diambil culanya, yang sangat berharga pada pengobatan tradisional
Tiongkok, dengan harga sebesar $30.000 per kilogram di pasar gelap. Berkurangnya populasi
badak ini juga disebabkan oleh kehilangan habitat, yang terutama diakibatkan oleh perang,
seperti perang Vietnam di Asia Tenggara juga menyebabkan berkurangnya populasi badak
Jawa dan menghalangi pemulihan.Tempat yang tersisa hanya berada di dua daerah yang
dilindungi, tetapi badak Jawa masih berada pada resiko diburu, peka terhadap penyakit dan
menciutnya keragaman genetik menyebabkannya terganggu dalam berkembangbiak. WWF
Indonesia mengusahakan untuk mengembangkan kedua bagi badak Jawa karena jika terjadi
serangan penyakit atau bencana alam seperti tsunami, letusan gunung berapi Krakatau dan
gempa bumi, populasi badak jawa akan langsung punah. Selain itu, karena invasi langkap
(arenga) dan kompetisi dengan banteng untuk ruang dan sumber, maka populasinya semakin
terdesak. Kawasan yang diidentifikasikan aman dan relatif dekat adalah Taman Nasional
Halimun di Gunung Salak, Jawa Barat yang pernah menjadi habitat badak Jawa.
Badak Jawa dapat hidup selama 30-45 tahun di alam bebas. Badak ini hidup di hutan hujan
dataran rendah, padang rumput basah dan daerah daratan banjir besar. Badak Jawa
kebanyakan bersifat tenang, kecuali untuk masa kenal-mengenal dan membesarkan anak,
walaupun suatu kelompok terkadang dapat berkumpul di dekat kubangan dan tempat

mendapatkan mineral. Badak dewasa tidak memiliki hewan pemangsa sebagai musuh. Badak
Jawa biasanya menghindari manusia, tetapi akan menyerang manusia jika merasa diganggu.
Peneliti dan pelindung alam jarang meneliti binatang itu secara langsung karena kelangkaan
mereka dan adanya bahaya mengganggu sebuah spesies terancam. Peneliti menggunakan
kamera dan sampel kotoran untuk mengukur kesehatan dan tingkah laku mereka. Badak Jawa
lebih sedikit dipelajari daripada spesies badak lainnya.
1.5 BADAK SUMATERA

Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) merupakan salah satu spesies badak yang
dipunyai Indonesia selain badak jawa (Rhinocerus sondaicus). Badak sumatera (Sumatran
rhino) juga merupakan spesies badak terkecil di dunia merupakan satu dari 5 spesies badak
yang masih mampu bertahan dari kepunahan selain badak jawa, badak india, badak hitam
afrika, dan badak putih afrika.
Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) seperti saudara dekatnya, badak jawa, semakin
langka dan terancam kepunahan. Diperkirakan populasi badak bercula dua ini tidak mencapai
200 ekor. Wajar jika IUCN Redlist kemudian memasukkan badak sumatera (Sumatran rhino)
dalam daftar status konservasi critically endangered (kritis; CE).
Badak sumatera dalam bahasa Inggris disebut sebagai Sumatran rhino. Sering kali juga
disebut sebagai hairy rhino lantaran memiliki rambut terbanyak ketimbang jenis badak
lainnya. Badak Sumatera dalam bahasa latin disebur sebagai Dicerorhinus sumatrensis.
Ciri-ciri dan Habitat Badak Sumatera. Badak sumatera memiliki dua cula dengan panjang
cula depan berkisar antara 25-80 cm dan cula belakang lebih pendek sekitar 10 cm. Badak
sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) mempunyai panjang tubuh antara 2-3 meter dengan
berat antara 600-950 kg. Tinggi satwa langka ini berkisar antara 120-135 cm.
Habitat badak sumatera meliputi hutan rawa dataran rendah hingga hutan perbukitan
meskipun umumnya binatang langka ini menyukai hutan bervegetasi lebat. Satwa langka
bercula dua ini lebih sering terlihat di hutan-hutan sekunder dataran rendah yang memiliki
air, tempat berteduh, dan sumber makanan yang tumbuh rendah. Makanan utama badak
sumatera meliputi buah (terutama mangga liar dan fikus), dedaunan, ranting-ranting kecil,
dan kulit kayu.

2. FLORA INDONESIA

Tumbuh-tumbuhan yang hidup di suatu tempat ada yang tumbuh secara alami dan ada juga
yang dibudidayakan oleh manusia. Flora ataua dunia tumbuhan di berbagai tempat di dunia
pasti berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut :
o

Iklim

Jenis tanah

Relief atau tinggi rendah permukaan bumi

Biotik (pengaruh makhluk hidup).

Adanya faktor-faktor tesebut, Indonesia memeliki keanekara- gaman jenis tumbuh-tumbuhan.


Iklim memiliki pengaruh yang sangat besar terutama suhu udara dan curah hujan. Daerah
yang curah hujannya tinggi memiliki hutan yang lebat dan jenis tanaman lebih bervariasi,
misalnya: di Pulau Sumatera dan Kalimantan
Sedangkan daerah yang curah hujannya relatif kurang tidak memiliki hutan yang lebat seperti
di Nusa Tenggara. Daerah ini banyak di tum- buhi semak belukar dengan padang rumput
yang luas.
Suhu udara juga mempengaruhi tanaman yang dapat hidup di suatu tempat. Junghuhn telah
membuat zonasi (pembatasan wilayah) tumbuh- tumbuhan di Indonesia sebagai berikut :
o

Daerah panas (0 650 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah kelapa,
padi, jagung, tebu, karet.

Daerah sedang ( 650 1500 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah kopi,
tembakau, teh, sayuran.

Daerah sejuk ( 1500 2500 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah teh,
sayuran, kina, pinus.

Daerah dingin (di atas 2500 meter) tidak ada tanaman budidaya

Beberapa jenis flora di Indonesia yang dipengaruhi oleh iklim antara lain sebagai berikut :
o

Hutan Musim, terdapat di daerah Indonesia yang memiliki suhu udara tinggi dan
memiliki perbedaan kondisi tumbuhan di musim hujan dan musim kemarau. Pada
musim kemarau pohonnya akan meranggas dan pada musim hujan akan tumbuh hijau
kembali. Contoh hutan mu- sim ialah hutan jati dan kapuk randu. Hutan musim
banyak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Hutan Hujan Tropis, terdapat di daerah yang curah hujannya tinggi. Indonesia
beriklim tropis dan dilalui garis khatulistiwa sehing- ga Indonesia banyak
memperoleh sinar matahari sepanjang tahun, curah hujan tinggi dan temperatur udara
tinggi. Di Indonesia hutan hujan tropis terdapat di Pulau Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi dan Papua.

Sabana, terdapat di daerah yang curah hujannya sedikit. Sabana beru- pa padang
rumput yang diselingi pepohonan yang bergerombol. Sabana terdapat di Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Steppa, adalah padang rumput yang sangat luas. Stepa terdapat di daerah yang curah
hujannya sangat sedikit atau rendah. Stepa terda- dapat di Nusa Tenggara Timur, baik
untuk peternakan.

Hutan Bakau atau Mangrove, adalah hutan yang tumbuh di pantai yang berlumpur.
Hutan bakau banyak terdapat di pantai Papua, Sumatera bagian timur, Kalimantan
Barat dan Kalimantan Selatan.

Jenis-jenis hutan yang dipengaruhi iklim antara lain


(a). Hutan Hujan Tropis, (b). Sabana, (c). Steppa, (d). Hutan Mangrove
2.1 MELATI

Bunga melati (Jasminum sambac) atau disebut juga melati putih merupakan salah satu
spesies melati yang berasal dari Asia Selatan. Tanaman perdu ini tersebar mulai dari daerah
Hindustan, Indochina, Malaysia, hingga ke Indonesia. Bunga melati putih ditetapkan sebagai
puspa bangsa, satu diantara tiga bunga nasional Indonesia.
Melati (Jasminum sambac) merupakan tanaman perdu, berbatang tegak merayap, hidup
menahun. Melati tumbuh baik di iklim panas tropik, kondisi tanah ringan, porus, berpasir
sampai agak liat. Bunga melati berukuran kecil, umumnya berwarna putih, petala (mahkota
bunga) selapis atau bertumpuk. Daun bentuk membulat.
Ada sekitar 200 jenis melati yang sudah teridentifikasi, tetapi hanya 8-9 jenis yang umum
dibudidayakan. Di Indonesia ada banyak nama lokal yang diberikan kepada bunga melati
seperti, menuh (bali), Meulu Cina, Meulu Cut (Aceh), Malete (Madura), Menyuru (Banda),
Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), dan Mundu (Bima, Sumbawa).
Melati mempunyai bentuk mahkota yang sederhana. Melati memiliki bunga berwarna putih
suci. Melati memiliki aroma yang lembut menenangkan. Melati tidak membutuhkan
pemeliharaan yang rumit. Harga melati yang merakyat (relatif murah). Dari semua kelebihan
melati itu, tidak berlebihan jika kemudian melati ditetapkan sebagai bunga bangsa, salah satu
dari 3 bunga nasional Indonesia.

2.2 ANGREK
Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan tanaman anggreknya, Imdonesia mempunyai
lebih dari 6.000 jenis anggrek dan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan spesies
anggrek terbanyak dan terlengkap di dunia. Tidak hanya itu jenis anggrek di Indonesia juga
merupakan jenis anggrek terindah dan terlangka didunia.
Berikut adalah beberapa jenis anggrek yang ada di Indonesia
Anggrek macan

Grammatophyllum

speciosum atau

seringpula

disebut-sebut

dengan

nama G.

papuanum yang diyakini sebagai salah satu variannya. Tanaman ini tersebar luas dari
Sumatera, Kalimantan, Jawa, hingga Papua. Oleh karena itu, tidak heran bila banyak
ditemukan varian-varian nya dengan bentuk tanaman dan corak bunga yang sedikit berbeda.
Dalam satu rumpun dewasa, tanaman ini dapat mencapai berat lebih dari 1 ton dan panjang
malai bunga hingga 3 meter dengan diameter malai sekitar 1,5-2 cm. Itulah sebabnya malai
bunganya mampu menyangga puluhan kuntum bunga berdiameter 7-10 cm.
Dari corak bungany penduduk lokal sering menjulukinya dengan sebutan anggrek macan
akan tetapi sebutan ini sering rancu dengan kerabatnya, Grammatophyllum scriptum yang
memiliki corak serupa. Oleh sebab itu, anggrek ini populer juga dengan sebutan sebagai
anggrek tebu, karena sosok batang tanamannya yang menyerupai batang pohon tebu.
Meskipun persebarannya cukup luasanggrek ini justru menghadapi ancaman serius dari
perburuan tak terkendali serta kerusakan habitat. Sosok pohonnya yang sangat besar mudah
terlihat oleh para pemburu, terlebih lagi saat memunculkan bunganya yang mencolok. Belum
lagi perkembangbiakan alami di habitat dengan biji sangatlah sulit diandalkan karena
lambatnya laju pertumbuhan dari fase biji hingga mencapai tanaman dewasa yang siap
berbunga. Mungkin hal inilah yang mendasari kenapa anggrek ini menjadi salah satu species
anggrek yang dilindungi.

Anggrek hitam

Anggrek hitam (Coelogyne pandurata) adalah spesies anggrek yang hanya tumbuh di
pulau Kalimantan. Anggrek hitam adalah maskot flora provinsi Kalimantan Timur. Saat ini,
habitat asli anggrek hitam mengalami penurunan jumlah yang cukup besar karena semakin
menyusutnya luas hutan di Kalimantan namun masih bisa ditemukan di cagar alam Kersik
Luway dalam jumlah yang sedikit. Diperkirakan jumlah yang lebih banyak berada di tangan
para kolektor anggrek.
Dinamakan anggrek hitam karena anggrek ini memiliki lidah (labellum) berwarna hitam
dengan sedikit garis-garis berwarna hijau dan berbulu. Sepal dan petal berwarna hijau muda.
Bunganya cukup harum semerbak dan biasa mekar pada bulan Maret hingga Juni.
Anggrek hitam termasuk dalam anggrek golongan simpodial dengan bentuk bulb
membengkak pada bagian bawah dan daun terjulur di atasnya. Setiap bulb hanya memiliki
dua lembar daun saja. Daunnya sendiri sekilas mirip seperti daun pada tunas kelapa.
Anggrek bulan

Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) merupakan salah satu bunga nasional


Indonesia, Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) ditetapkan sebagai Puspa Pesona
Indonesia mendampingi bunga melati (Jasminum sambac) yang ditetapkan sebagai puspa
bangsa Indonesia dan padma raksasa (Rafflesia arnoldii ) sebagai puspa langka Indonesia.
Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) merupakan salah satu anggota genus Phalaenopsis,
genus yang pertama kali ditemukan oleh seorang ahli botani Belanda, Dr. C.L.
Blume. Phalaenopsissendiri sedikitnya terdiri atas 60 jenis (spesies) dengan sekitar 140
varietas yang 60 varietas diantaranya terdapat di Indonesia.
Di Indonesia, anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) pertama kali ditemukan di Maluku.
Anggrek bulan memiliki beberapa nama daerah seperti anggrek wulan (Jawa dan Bali),
anggrek terbang (Maluku), dan anggrek menur (Jawa). Pemerintah menetapkan anggrek

bulan sebagai puspa pesona mendampingi melati (puspa bangsa), dan padma raksasa (puspa
langka) berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1993.
Pesona Anggrek Bulan. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) merupakan jenis anggrek
(Orchidaceae) yang mempunyai ciri khas kelopak bunga yang lebar dan berwarna putih.
Meskipun saat ini sudah banyak anggrek bulan hasil persilangan (anggrek bulan hibrida)
yang memiliki corak dan warna beragam jenis.
Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) termasuk dalam tanaman anggrek monopodial yang
menyukai sedikit cahaya matahari sebagai penunjang hidupnya. Daunnya berwarna hijau
dengan bentuk memanjang. Akar anggrek bulan berwarna putih berbentuk bulat memanjang
dan terasa berdaging. Bunga anggrek bulan memiliki sedikit keharuman dan waktu mekar
yang lama serta dapat tumbuh hingga diameter 10 cm lebih.
Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) tumbuh liar dan tersebar luas mulai dari Malaysia,
Indonesia, Filipina, Papua, hingga ke Australia. Anggrek bulan hidup secara epifit dengan
menempel pada batang atau cabang pohon di hutan-hutan. Secara liar anggrek bulan mampu
tumbuh subur hingga ketinggian 600 meter dpl.
Lantaran keindahannya itu wajar jika kemudian anggrek bulan ditetapkan sebagai puspa
pesona, satu diantara 3 bunga nasional Indonesia. Anggrek bulan ditetapkan sebagai puspa
pesona mendampingi melati (puspa bangsa) dan padma raksasa (puspa langka).
2.3 BUNGA BANGKAI

Bunga bangkai atau suweg raksasa atau batang krebuit (nama lokal untuk fase
vegetatif), Amorphophallus titanum Becc., merupakan tumbuhan dari suku talas-talasan
(Araceae) endemik dariSumatera, Indonesia, yang dikenal sebagai tumbuhan dengan bunga
(majemuk) terbesar di dunia, meskipun catatan menyebutkan bahwa kerabatnya, A.
gigas (juga endemik dari Sumatera) dapat menghasilkan bunga setinggi 5m. Namanya
berasal dari bunganya yang mengeluarkan bau seperti bangkai yang membusuk, yang
dimaksudkan sebenarnya untuk mengundang kumbang dan lalat penyerbuk bagi bunganya.
Bunga bangkai juga sering digunakan sebagai julukan bagi fatma raksasa Rafflesia arnoldii.
Di alam tumbuhan ini hidup di daerah hutan hujan basah. Bunga bangkai adalah bunga resmi
bagi Provinsi Bengkulu.

Tumbuhan ini memiliki dua fase dalam kehidupannya yang muncul secara bergantian, fase
vegetatif dan fase generatif. Pada fase vegetatif muncul daun dan batang semunya. Tingginya
dapat mencapai 6 meter . Setelah beberapa waktu (tahun), organ vegetatif ini layu dan
umbinya dorman. Apabila cadangan makanan di umbi mencukupi dan lingkungan
mendukung, bunga majemuknya akan muncul. Apabila cadangan makanan kurang tumbuh
kembali daunnya.
Bunganya sangat besar dan tinggi, berbentuk seperti lingga (sebenarnya adalah tongkol
atau spadix) yang dikelilingi oleh seludang bunga yang juga berukuran besar. Bunganya
berumah satu dan protogini: bunga betina reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya
bunga jantan, sebagai mekanisme untuk mencegah penyerbukan sendiri. Hingga tahun 2005,
rekor bunga tertinggi di penangkaran dipegang oleh Kebun Raya Bonn, Jerman yang
menghasilkan bunga setinggi 2,74m pada tahun 2003. Pada tanggal 20 Oktober 2005, mekar
bunga dengan ketinggian 2,91m di Kebun Botani dan Hewan Wilhelma, Stuttgart, juga di
Jerman. Namun demikian, Kebun Raya Cibodas, Indonesia mengklaim bahwa bunga yang
mekar di sana mencapai ketinggian 3,17m pada dini hari tanggal 11 Maret 2004 . Bunga
mekar untuk waktu sekitar seminggu, kemudian layu. Apabila pembuahan terjadi, akan
terbentuk buah-buah berwarna merah dengan biji di pada bagian bekas pangkal bunga. bijibiji ini dapat ditanam. Setelah bunga masak, seluruh bagian generatif layu. Pada saat itu umbi
mengempis dan dorman. Apabila mendapat cukup air, akan tumbuh tunas daun dan
dimulailah fase vegetatif kembali.karena keunikan bunga ini, bunga ini sering diperjual
belikan oleh manusia, itulah faktor utama bunga ini langka.
2.4 BUNGA RAFFLESIA ARNOLDI

Rafflesia Arnoldi merupakan salah jenis tanaman langka yang hanya tumbuh di
kawasan Sumatra bagian selatan, terutama di Provinsi Bengkulu. Tanaman ini pertama kali
ditemukan di Bengkulu pada tahun 1818, oleh seorang letnan dari Inggris, yang pada saat itu
tengah menjabat sebagai Gubernur Bengkulu, Thomas Stamford Raffles dan Dr. Arnoldy,
seorang ahli botani.
Oleh Pemerintah Provinsi Bengkulu, bunga ini ditetapkan sebagai lambang provinsi. Karena
Refflesia Arnoldi merupakan tanaman langka, maka sejak tahun 2000 Pemerintah Provinsi
Bengkulu menetapkannya sebagai tanaman yang dilindungi dan harus dilestarikan. Selain itu,

sejak tahun 2001, beberapa kawasan hutan yang menjadi habitat Rafflesia Arnoldi ditetapkan
sebagai kawasan hutan yang dilindungi.
Raflesia Arnoldi adalah bunga khas yang tumbuh di kawasan hutan bukit barisan Provinsi
Bengkulu. Keunikan bunga ini adalah selain dari bentuknya yang jauh lebih besar dari ukuran
bunga pada umumnya juga karena proses pemunculannya yang tiba-tiba tanpa memiliki
bentuk pohon tertentu. Menurut berbagai ahli botani, bunga ini diidentifikasi sebagai bunga
terbesar di dunia.
Bunga ini kerap tumbuh di hutan Bukit Barisan di Desa Taba Penanjung, Kabupaten
Bengkulu Tengah dan juga di sekitar Desa Tebat Monok, Kabupaten Kepahiang. Bagian
terbesar dari bunga ini adalah lima kelopak bunga yang mengelilingi bagian dalam, yang
tampak seperti mulut gentong. Di dasar bagian yang seperti gentong ini, terdapat benang sari
ataupun putik, bergantung pada jenis kelaminnya, Rafflesia Arnoldi jantan atau betina.
Terpisahnya benang sari dan putik ini, membuat pembuahan bunga yang berbau busuk ini
agak sulit. Dibutuhkan bantuan dari serangga, angin, ataupun air agar Rafflesia Arnoldi dapat
berbunga.
Masa pertumbuhan Rafflesia Arnoldi terhitung lama, dapat memakan waktu hingga sembilan
bulan, dan jika bunganya sedang mekar, hanya akan berlangsung selama seminggu. Maka tak
heran jika tidak banyak wisatawan yang cukup beruntung untuk melihat bunga yang biasanya
mekar di bulan Agustus hingga November ini. Jika sedang mekar, bunga ini dapat memiliki
diameter hingga 1 meter, dan beratnya dapat mencapai 11 kilogram. Bunga ini memang akan
mengeluarkan bau yang tak sedap, namun bau inilah yang memancing serangga untuk
mendekati Rafflesia Arnoldi, sehingga memungkinkan pembuahan terjadi.
Salah satu kebanggaan masyarakat Bengkulu yang merupakan puspa langka Indonesia, bunga
Raflesia Arnoldi yang hanya tumbuh di sekitar kawasan Hutan Lindung Bukit Daun
Bengkulu saat ini terancam punah. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bagian Tata Usaha Balai
Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Supartono. Kepunahan ini disebabkan oleh warga
di sekitar kawasan Hutan Lindung Bukit Daun, secara sengaja memindahkan bongkol puspa
langka tersebut ke daerah yang mudah dijangkau pengunjung atau diletakkan di sekitar rumah
atau pinggir jalan untuk dimanfaatkan menjadi sumber pendapatan, karena setiap bunga
Raflesia mekar selalu dipadati oleh pengunjung baik dari Provinsi Bengkulu maupun dari
provinsi lain untuk melihat dari dekat puspa langka Indonesia tersebut.
Pihak BKSDA sejak tahun 2006 sudah mencurigai indikasi ini, tetapi tidak pernah ditemukan
bukti yang kuat. Pihak BKSDA curiga dan heran kenapa bunga Raflesia selalu mekar dekat
dengan jalan, padahal puspa ini memerlukan iklim yang ekstrim dan hanya tumbuh di
kawasan Hutan Lindung Bukit Daun.
Hal ini hendaknya menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dan pihak terkait, jangan
sampai salah satu kebanggaan masyarakat Bengkulu dan koleksi puspa langka Indonesia
menjadi punah dan tinggal cerita.

Anda mungkin juga menyukai