Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN KASUS KEPANITERAAN UMUM

EKSTRAKSI GIGI 36
NEKROSIS PULPA

Ari Novita Rianti


J530165029

KEPANITERAAN UMUM PERIODE 5


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

I. PENDAHULUAN
A. DEFINISI PENYAKIT
Nekrosis pulpa adalah kematian yang merupakan proses lanjutan radang pulpa
akut maupun kronis atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat trauma.
Nekrosis pulpa dapat bersifat parsial atau total. Ada dua tipe nekrosis pulpa, yaitu:
1. Tipe koagulasi, di sini terdapat jaringan yang larut, mengendap, dan berubah
menjadi bahan yang padat.
2. Tipe liquefaction, enzim proteolitik mengubah jaringan pulpa menjadi suatu bahan
yang lunak atau cair.

B. ETIOLOGI
Nekrosis atau kematian pulpa memiliki penyebab yang bervariasi, pada
umumnya disebabkan keadaan radang pulpitis yang ireversibel tanpa penanganan
ataudapat terjadi secara tiba-tiba akibat luka trauma yang mengganggu suplai aliran
darah kepulpa. Meskipun bagian sisa nekrosiss dari pulpa dicairkan atau
dikoagulasikan, pulpa tetap mengalami kematian. Dalam beberapa jam pulpa yang
mengalami inflamasi dapat berdegenerasi menjadi kondisi nekrosis.
Penyebab nekrosis lainnya adalah bakteri, trauma, iritasi dari bahan restorasi
silikat, ataupun akrilik. Nekrosis pulpa juga dapat terjadi pada aplikasi bahan-bahan
devitalisasi seperti arsen dan paraformaldehid. Nekrosis pulpa dapat terjadi secara
cepat (dalam beberapa minggu) atau beberapa bulan sampai menahun. Kondisi atrisi
dan karies yang tidak ditangani juga dapat menyebabkan nekrosis pulpa. Nekrosis
pulpa lebih sering terjadi pada kondisi fase kronis disbanding fase akut.

C. PATOFISIOLOGI
Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf dan sel odontoblast; memiliki
kemampuan untuk melakukan defensive reaction yaitu kemampuan untuk
mengadakan pemulihan jika terjadi peradangan. Akan tetapi apabila terjadi inflames

ikronis pada jaringan pulpa atau merupakan proses lanjut dari radang jaringan pulpa
maka akan menyebabkan kematian pulpa/nekrosis pulpa. Hal ini sebagai akibat
kegagalan jaringan pulpa dalam mengusahakan pemulihan atau penyembuhan.
Semakin luas kerusakan jaringan pulpa yang meradang semakin berat sisa jaringan
pulpa yang sehat untukmempertahan kan vitalitasnya.
Nekrosis pulpa pada dasarny aterjadi diawali karena adanya infeksi bakteri
pada jaringan pulpa.Ini bisa terjadi akibat adanya radang pada jaringan pulpa. Apabila
tidak dilakukan penanganan, maka inflamasi pada pulpa akan bertambah parah dan
dapat terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya
menyebabkan nekrosis pulpa.
Nekrosis pulpa yang disebabkan adanya trauma pada gigi dapat
menyebabkan nekrosis pulpa dalam waktu beberapa minggu. Pada dasarnya
prosesnya sama yaitu terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada
akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Trauma pada gigi dapat menyebabkan
obstruksi pembuluh darah utama pada apek dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya
dilatasi pembuluh darah kapiler pada pulpa. Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti dengan
degenerasi kapiler dan terjadi edema pulpa. Karena kekurangan sirkulasi kolateral
pada pulpa, maka dapat terjadi ischemia infark sebagian atau total pada pulpa dan
menyebabkan respon pulpa terhadap inflamasi rendah. Hal ini memungkinkan bakteri
untuk penetrasi sampai kepembuluh darah kecil pada apeks. Semua proses tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis pulpa.

D.GEJALA
Gejala pada gigi biasanya asimtomatik. Tidak terdapat nyeri pada nekrosis
total. Pada nekrosis sebagian dapat simptomatik atau ditemui nyeri.

E. TANDA TANDA KLINIS


Simptomnya sering kali hampir sama dengan pulpitis irreversible
a. Nyeri spontan atau tidak ada keluhan nyeri tapi pernah nyeri spontan.

b. Sangat sedikit/ tidak ada perubahan radiografik


c. Biasanya terdapat perubahan warna pada gigi yang telah nekrosis
Bau mulut (halitosis)
Gigi berubah warna, menjadi abu-abu kehitam-hitaman
Terdapat lubang gigi yang dalam
Sondenasi, perkusi dan palpasi tidak sakit
Biasanya tidak bereaksi terhadap tes elektrik dan termal
Bila sudah ada peradangan jaringan periodontium, perkusi,palpasi dan sondenasi
sakit.

II. LAPORAN KASUS


A. DATA DIRI PASIEN :
Nama

: Supriyadi

Alamat

: Jalan Slamet Riyadi no.441

Jenis Kelamin : Laki-laki


TTL

: Boyolali, 22 September 1997

Pekerjaan

: Mahasiswa

Agama

: Islam

Alergi

: tidak ada

B. PEMERIKSAN SUBJEKTIF
CC:
Pasien datang dengan keluhan gigi belakang kiri bawah berlubang dan ingin
dicabut .
PI:
Pasien merasakan giginya berlubang kira-kira sejak satu tahun yang lalu
Pasien tidak merasakan sakit saat ini.
PMH:

Selama ini belum pernah menderita sakit yang memerlukan perawatan di


rumah sakit, pasien mengaku tidak memiliki penyakit sistemik dan tidak
memiliki alergi apapun
Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat saat ini.
PDH:
Pasien pernah ke dokter gigi untuk menambalkan giginya yang berlubang
beberapa tahun lalu.
FH:
Umum:
Ayah : Menurut keterangan pasien, ayah telah meninggal 7 tahun lalu karena
kecelakaan.
Ibu

: Menurut keterangan pasien, tidak memiliki penyakit sistemik.

Gigi:
Ayah : Tidak ada keluhan.
Ibu

: Tidak ada keluhan.

SH:
Pasien

adalah

seorang

mahasiswa

yang

tinggal

di

Panti

Asuhan

Muhammadiyah dengan kondisi lingkungan yang bersih dan memiliki


kebiasaan menyikat gigi 2x sehari yaitu saat sesudah saran dan sebelum tidur.
C. PEMERIKSAAN OBJEKTIF
a. Kesan Umum Kesehatan Penderita
Jasmani

: Sehat

Mental

: Sehat (kooperatif dan komunikatif)

Vital Sign
Tekanan Darah: 110/80 mm Hg
Nadi

: 65 x/menit

Respirasi

: 18 x/menit

Suhu

: 36,90 C

Berat badan

: 50 kg

Tinggi badan : 160 cm


b. Pemeriksaan Ekstra Oral
Fasial

Neuromuskular

Kelenjar

Kelenjar

Tulang

Ludah

Limfe

Rahang

TMJ

Deformitas TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

Nyeri

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

Tumor

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

Gangguan

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

TAK

Fungsi
c.

Pemeriksaan Intra Oral

Mukosa Bibir

: TAK

Mukosa Pipi

: Terdapat garis menimbul pada permukaan mukosa pada


bagian region posterior kanan kiri rahang atas dan rahang
bawah, berwarna putih dan jika diusap tidak hilang

Dasar Mulut

: TAK

Gingiva

: Terdapat kemerahan pada gingiva gigi 33,32,31,41,42,43,


palpasi tidak berdarah, konsistensi kenyal dan mengkilap.

Orofaring

: TAK

Oklusi

: Maloklusi normal

Torus Palatina

: Tidak ada

Torus Mandibula

: Tidak Ada

Frenulum

: sedang

Lidah

: Terdapat bekas penapakan gigi pada tepi lidah pada bagian


yang bersebalahan dengan gigi premolar satu dan premolar
dua kanan dan kiri rahang atas dan rahang bawah.

Oral Hygiene

: 4,16 (Sedang)

Lain- lain

:-

OHI

Pemeriksaan Gigi Geligi


Elemen

36

Ringkasan Hasil
Pemeriksaan

Diagnosis

Terdapat kavitas di
permukaan
distooklusal dan
bukal kedalaman
pulpa.
Sondasi (-)
Perkusi (-)
Palpasi (-)
Vitalitas (-)

D/Nekrosis
Pulpa

D. DIAGNOSIS
D/ Nekrosis Pulpa Gigi 36
E. RENCANA PERAWATAN
TP/ KIE
Ekstraksi gigi 36
Medikasi

Kode
Diagnosis
(ICD-10)
K04.1

Rencana
Perawatan
Ekstraksi

F. TAHAPAN PERAWATAN
Alat :

Kaca mulut: untuk melihat bagian rongga mulut yang tidak terjangkau
oleh mata

Sonde : untuk melihat kedalaman karies dan mengecek sensasi taktik


pada gigi

Pinset : mengambil gigi setelah terlepas dari soket

Tensimeter: untuk mengukur tekanan darah

Termometer: untuk mengukur suhu tubuh

Tang Mahkota Posterior Rahang Bawah: untuk mencabut gigi

Bein lurus: untuk elevasi, memisahkan gigi dengan tulang alveolar

Ekskavator : untuk separasi, memisahkan gigi dengan jaringan lunak di


sekitarnya

Bahan :

Spuit Injeksi : alat untuk menyuntikkan anestesikum dalam blok


mandibula

Handscoon dan Masker : Alat Perlindungan Diri

Jarum : alat untuk menyuntikkan anestesikum dalam blok mandibula

Pehacain : bahan anestesikum yang terdiri lidokain dan epinefrin

Tampon : untuk penanganan perdarahan pasca ekstraksi dengan cara


menginstruksikan pasien untuk menggigitnya

DEP : untuk menghentikan perdarahan

Kasa : untuk menghentikan perdarahan

Povidone Iodine : untuk asepsis

Alat dan Bahan


Tahap kerja Ekstraksi :
1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Memposisikan pasien dengan benar
Pasien diposisikan di sebelah kiri pasien, operator berdiri pada posisi jam
10 menghadap dalam arah yang sama dengan pasien.
3. Melakukan pemeriksaan subjektif
Operator melakukan pemeriksaan subjektif berupa anamnesis tentang
keluhan yang dialami pasien, sejak kapan keluhan dirasakan, riwayat
perjalanan penyakit, kondisi umum pasien, riwayat alergi yang dimiliki
pasien, riwayat penyakit yang dimiliki oleh pasien, riwayat perawatan gigi
pasien, riwayat penyakit sistemik yang dimiliki keluarga pasien, riwayat
kesehatan umum dan gigi dari keluarga pasien, kebiasaan pasien menyikat
gigi, kondisi lingkungan tempat tinggal pasien.
4. Melakukan pemeriksaan objektif
Operator melakukan pemeriksaan objektif meliputi:
1) Vital sign
Pemeriksaan vital sign meliputi : tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu
tubuh, berat badan, dan tinggi badan
2) Pemeriksaan ekstra oral

Pemeriksaan ekstra oral meliputi pemeriksaan adanya deformitas, nyeri,


tumor, gangguan fungsi pada fasial, neuromuskular, kelenjar ludah,
kelenjar limfe, tulang rahang dan TMJ
3) Pemeriksaan intra oral
Pemeriksaan intra oral meliputi OHI, pemeriksaan jaringan lunak,
pemeriksaan kondisi mukosa bibir, mukosa pipi, dasar mulut, gingiva,
orofaring, oklusi, torus palatinus, torus mandibula, bentuk palatum,
frenulum, alveolus dan pemeriksaan odontogram.
5. Melakukan pemeriksaan penunjang
Pada kasus pulpitis irreversible ini dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu
radiografi periapikal untuk mengetahui bentuk akar dan adanya penyulit.
6. Asepsis daerah yang akan dilakukan penyuntikan anestesi dengan
menggunakan povidone iodin
7. Anestesi blok

Pada kasus ini digunakan teknik anestesi blok mandibula dengan cara jari
telunjuk diletakkan di belakang gigi terakhir mandibula kemudian geser ke
lateral untuk meraba linea oblique eksterna. Selanjutnya telunjuk digeser ke
median untuk mencari linea oblique interna, ujung lengkung kuku berada
di line interna dan permukaan jari berada di bidang oklusal gigi rahang
bawah
Posisi I : Jarum diinsersikan di pertengahan lengkung kuku dari sisi rahang
yang tidak dianestesi yaitu regio premolar

Posisi II : Spuit digeser ke sisi yang akan dianestesi, sejajaar dengan bidang
oklusal dan jarum ditusukkan sedalam 5 mm, lakukan aspirasi bila negatif
keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi nervus
lingualis.
Posisi III : Spuit digeser ke arah posisi I tapi tidak penuh lalu jarum
ditusukkan sambil menelusuri tulang sedalam kira-kira 10-15 mm. Aspirasi
dan bila negatif keluarkan anestetikum sebanyak 1 ml untuk menganestesi
nervus alveolaris inferior. Setelah selesei, spuit ditarik kembali perlahanlahan.
8. Anestesi infiltsasi pada bagian bukal

Keterangan : anestesi infiltrasi bagian bukal pada pasien


9.

Separasi untuk memisahkan perlekatan gingiva menggunakan ekskavator

10. Lakukan elevasi untuk memisahkan gigi dengan jaringan pendukungnya


dengan menggunakan bein

Keterangan : elevasi dengan bein


11. Mengeluarkan gigi dari soket menggunakan tang mahkota posterior rahang
bawah. Lakukan gerakan ke mesial dan distal secara bergantian. Serta
gerakkan ke arah bukal dan lingual
12. Pengambilan gigi dengan menggunakan pinset

13. Lakukan massage pada soket gigi


14. Pasien diinstruksikan untuk menggigit tampon untuk menghentikan
perdarahan pasca ekstraksi
15. Instruksi kepada pasien
1) Jangan menghisap-hisap daerah yang telah dilakukan pencabutan
2) Minum air dingin dan menghindari makan dan minum panas
3) Menggigit tampon sampai perdarahan dirasa sudah berhenti.
4) Jangan merokok

16. Pemberian resep


R/Amoxicilin 500 mg no X
S 3 dd tab 1 pc
R/Asam mefenamat 500 mg no VI
S prn tab 1 pc

III. HASIL PERAWATAN

Keterangan : Kondisi gigi 36 sebelum dilakukan perawatan

Keterangan : Kondisi saat pasien kontrol pasca ekstraksi

IV. PEMBAHASAN
Tindakan ekstraksi yang dilakukan berhasil
Ekstraksi gigi 36 karena posisi operator dan pasien sudah benar, pemilihan
bahan yang tepat, penggunaan alat yang sesuai dengan fungsinya, tidak ada penyulit
dari pasien sendiri, medikasi dan instruksi yang diberikan kepada pasien sudah tepat.
Pada saat anastesi blok dan infiltrasi menggunakan larutan pehacain, pasien tidak
memiliki riwayat penyakit sistemik dan tidak dicurigai adanya penyakit sistemik.
sekitar 5 menit pasien sudah merasakan kebas, kemudian dicek anastesi
menggunakan sonde pasien sudah tidak sakit menunjukkan bahwa anastesi sudah
tepat. Pasien diinstruksikan untuk datang ke klinik melakukan kontrol dan evaluasi.
Masalah- masalah yang biasa terjadi setelah pencabutan yaitu perdarahan, syok
hipovolemik, rasa sakit, edema, dry socket atau alveolitis. Dry socket paling banyak
terjadi setelah pencabutan bisa disebabkan karena pasien tidak mengikuti instruksi
yang telah diberikan contohnya menghisap-hisap bekas luka, merokok setelah
dilakukan pencabutan, rasa nyeri tinggi, soket kering kosong tindakan yang dapat
dilakukan jika terjadi dry socket adalah spulling dengan NaCl atau larutan fisiologis,
buat perlukaan baru (tidak selalu), aplikasi alvogyl. Jika terjadi syok, tindakan yang
dilakukan adalah perbaiki jalan nafas, periksa fungsi kardiovaskular, amati perubahan
tingkat kesadaran, monitor, catat tekanan darah dan nadi.
Etiologi masalah dan Komplikasi pencabutan

terbagi menjadi Lokal dan

umum. Yang termasuk dalam lokal adalah Kegagalan untuk mendapat efek anastesi,
Sakit selama dan setelah penyuntikan , Kepucatan, patahnya jarum, trismus,
pembentukan hematoma pada daerah penyuntikan , infeksi sedangkan komplikasi
Umum yaitu Sinkop, Reaksi sensitivitas ,Interaksi obat ,Gangguan kardio respirasi,
fraktur, Syok hipovolemik .
Fase penyembuhan luka yaitu inflamasi, proliferasi, dan remodelling.
Inflamasi terjadi sekitar 1-4 hari, fase proliferasi terjadi sekitar 3-21 hari, sedangkan

fase remodelling terjadi sekitar 21 hari setelah terjadinya luka, fibroblas mulai
meninggalkan luka, jaringan parut tampak besar sampai fibril kolagen menyusun
kedalam posisi yang lebih padat. Maturasi jaringan seperti ini terus berlanjut dan
mencapai kekuatan maksimum dalam 10-12 hari.
Pada hari kelima setelah pencabutan pasien tidak mengeluhkan adanya rasa
sakit pada daerah gigi yang telah dilakukan pencabutan, pasien meminum obat
dengan rutin, dan tidak terjadi dry socket. Penutupun luka masih belum sempurna dan
sudah tida perdarahan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN :
Kesimpulan :
a) Nekrosis pulpa adalah kematian yang merupakan proses lanjutan radang pulpa
akut maupun kronis atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat
trauma. Ada dua tipe nekrosis pulpa yaitu tipe koagulasi dan liquefaction
b) Nekrosis pulpa ditandai dengan tidak adanya respon terhadap tes thermal,
biasanya terdapat perubahan warna pada gigi yang mengalami nekrosis
Saran :
a) Pasien di edukasi untuk tetap menjaga kebersihan mulut dan kontrol setelah
pencabutan
b) Operator sebaiknya menjelaskan tentang kasus gigi yang sudah tidak bisa
dipertahankan

VI. DAFTAR PUSTAKA


Pedersen, G.W., 2013. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, Jakarta : EGC.
Bakar, A., 2013. Buku Kedokteran Gigi Klinis. Edisi 4. Yogyakarta : CV. Quantum
Sinergis Media, pp: 34-38.
Howe, Geoffrey dan Whitehead, F.Ivor.,

2012, Anestesi Lokal, Jakarta : EGC

.Penerbit Buku Kedokteran. pp : 83.


Venkateshwar, Gokul Parameswar. 2011. A complication of exodontia. Department
of Oral and Maxillofacial Surgery. India. pp : 635.
Henry, Ciyan. 2016. Journal of the Irish Dental Association. Departement Oral and
maxillofacial Surgery. pp:217.

Anda mungkin juga menyukai