EKSTRAKSI GIGI 36
NEKROSIS PULPA
I. PENDAHULUAN
A. DEFINISI PENYAKIT
Nekrosis pulpa adalah kematian yang merupakan proses lanjutan radang pulpa
akut maupun kronis atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat trauma.
Nekrosis pulpa dapat bersifat parsial atau total. Ada dua tipe nekrosis pulpa, yaitu:
1. Tipe koagulasi, di sini terdapat jaringan yang larut, mengendap, dan berubah
menjadi bahan yang padat.
2. Tipe liquefaction, enzim proteolitik mengubah jaringan pulpa menjadi suatu bahan
yang lunak atau cair.
B. ETIOLOGI
Nekrosis atau kematian pulpa memiliki penyebab yang bervariasi, pada
umumnya disebabkan keadaan radang pulpitis yang ireversibel tanpa penanganan
ataudapat terjadi secara tiba-tiba akibat luka trauma yang mengganggu suplai aliran
darah kepulpa. Meskipun bagian sisa nekrosiss dari pulpa dicairkan atau
dikoagulasikan, pulpa tetap mengalami kematian. Dalam beberapa jam pulpa yang
mengalami inflamasi dapat berdegenerasi menjadi kondisi nekrosis.
Penyebab nekrosis lainnya adalah bakteri, trauma, iritasi dari bahan restorasi
silikat, ataupun akrilik. Nekrosis pulpa juga dapat terjadi pada aplikasi bahan-bahan
devitalisasi seperti arsen dan paraformaldehid. Nekrosis pulpa dapat terjadi secara
cepat (dalam beberapa minggu) atau beberapa bulan sampai menahun. Kondisi atrisi
dan karies yang tidak ditangani juga dapat menyebabkan nekrosis pulpa. Nekrosis
pulpa lebih sering terjadi pada kondisi fase kronis disbanding fase akut.
C. PATOFISIOLOGI
Jaringan pulpa yang kaya akan vaskuler, syaraf dan sel odontoblast; memiliki
kemampuan untuk melakukan defensive reaction yaitu kemampuan untuk
mengadakan pemulihan jika terjadi peradangan. Akan tetapi apabila terjadi inflames
ikronis pada jaringan pulpa atau merupakan proses lanjut dari radang jaringan pulpa
maka akan menyebabkan kematian pulpa/nekrosis pulpa. Hal ini sebagai akibat
kegagalan jaringan pulpa dalam mengusahakan pemulihan atau penyembuhan.
Semakin luas kerusakan jaringan pulpa yang meradang semakin berat sisa jaringan
pulpa yang sehat untukmempertahan kan vitalitasnya.
Nekrosis pulpa pada dasarny aterjadi diawali karena adanya infeksi bakteri
pada jaringan pulpa.Ini bisa terjadi akibat adanya radang pada jaringan pulpa. Apabila
tidak dilakukan penanganan, maka inflamasi pada pulpa akan bertambah parah dan
dapat terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada akhirnya
menyebabkan nekrosis pulpa.
Nekrosis pulpa yang disebabkan adanya trauma pada gigi dapat
menyebabkan nekrosis pulpa dalam waktu beberapa minggu. Pada dasarnya
prosesnya sama yaitu terjadi perubahan sirkulasi darah di dalam pulpa yang pada
akhirnya menyebabkan nekrosis pulpa. Trauma pada gigi dapat menyebabkan
obstruksi pembuluh darah utama pada apek dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya
dilatasi pembuluh darah kapiler pada pulpa. Dilatasi kapiler pulpa ini diikuti dengan
degenerasi kapiler dan terjadi edema pulpa. Karena kekurangan sirkulasi kolateral
pada pulpa, maka dapat terjadi ischemia infark sebagian atau total pada pulpa dan
menyebabkan respon pulpa terhadap inflamasi rendah. Hal ini memungkinkan bakteri
untuk penetrasi sampai kepembuluh darah kecil pada apeks. Semua proses tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya nekrosis pulpa.
D.GEJALA
Gejala pada gigi biasanya asimtomatik. Tidak terdapat nyeri pada nekrosis
total. Pada nekrosis sebagian dapat simptomatik atau ditemui nyeri.
: Supriyadi
Alamat
Pekerjaan
: Mahasiswa
Agama
: Islam
Alergi
: tidak ada
B. PEMERIKSAN SUBJEKTIF
CC:
Pasien datang dengan keluhan gigi belakang kiri bawah berlubang dan ingin
dicabut .
PI:
Pasien merasakan giginya berlubang kira-kira sejak satu tahun yang lalu
Pasien tidak merasakan sakit saat ini.
PMH:
Gigi:
Ayah : Tidak ada keluhan.
Ibu
SH:
Pasien
adalah
seorang
mahasiswa
yang
tinggal
di
Panti
Asuhan
: Sehat
Mental
Vital Sign
Tekanan Darah: 110/80 mm Hg
Nadi
: 65 x/menit
Respirasi
: 18 x/menit
Suhu
: 36,90 C
Berat badan
: 50 kg
Neuromuskular
Kelenjar
Kelenjar
Tulang
Ludah
Limfe
Rahang
TMJ
Deformitas TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
Nyeri
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
Tumor
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
Gangguan
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
TAK
Fungsi
c.
Mukosa Bibir
: TAK
Mukosa Pipi
Dasar Mulut
: TAK
Gingiva
Orofaring
: TAK
Oklusi
: Maloklusi normal
Torus Palatina
: Tidak ada
Torus Mandibula
: Tidak Ada
Frenulum
: sedang
Lidah
Oral Hygiene
: 4,16 (Sedang)
Lain- lain
:-
OHI
36
Ringkasan Hasil
Pemeriksaan
Diagnosis
Terdapat kavitas di
permukaan
distooklusal dan
bukal kedalaman
pulpa.
Sondasi (-)
Perkusi (-)
Palpasi (-)
Vitalitas (-)
D/Nekrosis
Pulpa
D. DIAGNOSIS
D/ Nekrosis Pulpa Gigi 36
E. RENCANA PERAWATAN
TP/ KIE
Ekstraksi gigi 36
Medikasi
Kode
Diagnosis
(ICD-10)
K04.1
Rencana
Perawatan
Ekstraksi
F. TAHAPAN PERAWATAN
Alat :
Kaca mulut: untuk melihat bagian rongga mulut yang tidak terjangkau
oleh mata
Bahan :
Pada kasus ini digunakan teknik anestesi blok mandibula dengan cara jari
telunjuk diletakkan di belakang gigi terakhir mandibula kemudian geser ke
lateral untuk meraba linea oblique eksterna. Selanjutnya telunjuk digeser ke
median untuk mencari linea oblique interna, ujung lengkung kuku berada
di line interna dan permukaan jari berada di bidang oklusal gigi rahang
bawah
Posisi I : Jarum diinsersikan di pertengahan lengkung kuku dari sisi rahang
yang tidak dianestesi yaitu regio premolar
Posisi II : Spuit digeser ke sisi yang akan dianestesi, sejajaar dengan bidang
oklusal dan jarum ditusukkan sedalam 5 mm, lakukan aspirasi bila negatif
keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi nervus
lingualis.
Posisi III : Spuit digeser ke arah posisi I tapi tidak penuh lalu jarum
ditusukkan sambil menelusuri tulang sedalam kira-kira 10-15 mm. Aspirasi
dan bila negatif keluarkan anestetikum sebanyak 1 ml untuk menganestesi
nervus alveolaris inferior. Setelah selesei, spuit ditarik kembali perlahanlahan.
8. Anestesi infiltsasi pada bagian bukal
IV. PEMBAHASAN
Tindakan ekstraksi yang dilakukan berhasil
Ekstraksi gigi 36 karena posisi operator dan pasien sudah benar, pemilihan
bahan yang tepat, penggunaan alat yang sesuai dengan fungsinya, tidak ada penyulit
dari pasien sendiri, medikasi dan instruksi yang diberikan kepada pasien sudah tepat.
Pada saat anastesi blok dan infiltrasi menggunakan larutan pehacain, pasien tidak
memiliki riwayat penyakit sistemik dan tidak dicurigai adanya penyakit sistemik.
sekitar 5 menit pasien sudah merasakan kebas, kemudian dicek anastesi
menggunakan sonde pasien sudah tidak sakit menunjukkan bahwa anastesi sudah
tepat. Pasien diinstruksikan untuk datang ke klinik melakukan kontrol dan evaluasi.
Masalah- masalah yang biasa terjadi setelah pencabutan yaitu perdarahan, syok
hipovolemik, rasa sakit, edema, dry socket atau alveolitis. Dry socket paling banyak
terjadi setelah pencabutan bisa disebabkan karena pasien tidak mengikuti instruksi
yang telah diberikan contohnya menghisap-hisap bekas luka, merokok setelah
dilakukan pencabutan, rasa nyeri tinggi, soket kering kosong tindakan yang dapat
dilakukan jika terjadi dry socket adalah spulling dengan NaCl atau larutan fisiologis,
buat perlukaan baru (tidak selalu), aplikasi alvogyl. Jika terjadi syok, tindakan yang
dilakukan adalah perbaiki jalan nafas, periksa fungsi kardiovaskular, amati perubahan
tingkat kesadaran, monitor, catat tekanan darah dan nadi.
Etiologi masalah dan Komplikasi pencabutan
umum. Yang termasuk dalam lokal adalah Kegagalan untuk mendapat efek anastesi,
Sakit selama dan setelah penyuntikan , Kepucatan, patahnya jarum, trismus,
pembentukan hematoma pada daerah penyuntikan , infeksi sedangkan komplikasi
Umum yaitu Sinkop, Reaksi sensitivitas ,Interaksi obat ,Gangguan kardio respirasi,
fraktur, Syok hipovolemik .
Fase penyembuhan luka yaitu inflamasi, proliferasi, dan remodelling.
Inflamasi terjadi sekitar 1-4 hari, fase proliferasi terjadi sekitar 3-21 hari, sedangkan
fase remodelling terjadi sekitar 21 hari setelah terjadinya luka, fibroblas mulai
meninggalkan luka, jaringan parut tampak besar sampai fibril kolagen menyusun
kedalam posisi yang lebih padat. Maturasi jaringan seperti ini terus berlanjut dan
mencapai kekuatan maksimum dalam 10-12 hari.
Pada hari kelima setelah pencabutan pasien tidak mengeluhkan adanya rasa
sakit pada daerah gigi yang telah dilakukan pencabutan, pasien meminum obat
dengan rutin, dan tidak terjadi dry socket. Penutupun luka masih belum sempurna dan
sudah tida perdarahan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN :
Kesimpulan :
a) Nekrosis pulpa adalah kematian yang merupakan proses lanjutan radang pulpa
akut maupun kronis atau terhentinya sirkulasi darah secara tiba-tiba akibat
trauma. Ada dua tipe nekrosis pulpa yaitu tipe koagulasi dan liquefaction
b) Nekrosis pulpa ditandai dengan tidak adanya respon terhadap tes thermal,
biasanya terdapat perubahan warna pada gigi yang mengalami nekrosis
Saran :
a) Pasien di edukasi untuk tetap menjaga kebersihan mulut dan kontrol setelah
pencabutan
b) Operator sebaiknya menjelaskan tentang kasus gigi yang sudah tidak bisa
dipertahankan