Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Padi hitam Yogyakarta (Cempo Ireng) merupakan salah satu sumber
daya genetik pertanian yang dimiliki Provinsi D.I. Yogyakarta. Beras hitam
dengan olahan dari padi hitam semakin populer akhir-akhir ini dan mulai
banyak dipasarkan sebagai pangan fungsional untuk meningkatkan kesehatan.
Beras hitam dapat dijadikan pilihan karena nilai kalori dari beras hitam
termasuk yang terendah diantara beras yang lain yaitu 362 Kkal per 100 gram
sehingga beras hitam cocok untuk diet dan aman bagi penderita diabetes dan
obesitas (Balipta, 2010). Selain itu beras hitam juga kaya akan antosianin yang
diketahui sebagai antioksidan dapat melindungi tubuh dari radikal bebas dan
menurunkan resiko diabetes (Guo et al., 2007). Antosianin yang terdapat pada
beras hitam sangat efektif dalam mengurangi level kolestrol didalam tubuh
(Lee et al., 2008). Cyanidin-3-glucosida dan peonidin-3-glucosida merupakan
jenis antosianin yang paling dominan pada beras hitam (Hu et al., 2003)
dilaporkan dapat menghambat perkembangan sel kanker (Chen et al., 2006).
Beras hitam mengandung zat besi (Fe) yang jumlahnya tiga kali lipat
dibanding dengan zat besi pada beras putih. Kandungan Fe ini sangat potensial
untuk menangani defisiensi zat besi yang banyak terjadi di negara
berkembang. Beras hitam juga kaya akan asam amino, kalium, magnesium,
kalsium dan flavonoid lima kali lebih besar dibandingkan beras putih

(Suhartini dan Suardi, 2010). Beras hitam sangat berbeda dari rasa, aroma dan
penampilan sangat spesifik dan unik. Bila sudah dimasak warnanya benarbenar hitam. Kandungan antosianin yang tinggi menyebabkan aleuron pada
padi hitam menjadi berwarna ungu pekat mendekati hitam.
Saat ini budidaya padi hitam masih tergolong langka karena upaya
pelestarian dari petani dianggap masih kurang. Petani kurang tertarik untuk
menanam padi hitam disebabkan oleh umur yang relatif panjang, rendahnya
hasil dan sangat disukai oleh burung (Kristiamtini, 2009). Hal ini
menyebabkan keberadaan sumber daya genetik padi lokal ini semakin langka,
bahkan hampir punah. Oleh karena itu, perlu ada usaha pelestarian dan
pemanfaatannya dengan baik.
Seiring dengan peningkatan taraf hidup masyarakat dan kesadaran
akan pentingnya pemenuhan nutrisi tubuh sebagian masyarakat mulai
mengkonsumsi beras hitam sehingga permintaan akan beras ini pun
meningkat. Meningkatnya permintaan beras hitam menjadi tidak sejalan
dengan hasilnya. Hal ini menyebabkan harga pasaran dari beras hitam
tergolong mahal. Menurut data dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Bioteknologi dan Sumber Genetik Pertanian D.I. Yogyakarta tahun 2009, hasil
padi Cempo Ireng 4,5 ton/ha dengan usia panen 5-6 bulan relatif lebih
rendah dibandingkan hasil padi (7 ton/ha) dengan usia panen lebih pendek
(BPS Prov. D.I Yogyakarta tahun 2013). Oleh karena itu hasil padi hitam
perlu ditingkatkan sebagai kompensasi umur padi yang relatif panjang

sehingga menjadi diminati untuk dibudidayakan demi lestarinya sumber daya


genetik lokal.
Salah satu cara meningkatkan hasil padi adalah dengan pemupukan.
Pupuk berperan menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Unsur hara
tersebut terkadang tersedia dalam jumlah yang sedikit, bahkan tidak tersedia
sama sekali didalam tanah. Keadaan ini mungkin disebabkan karena kondisi
tanah memang tidak mengandung unsur hara, pemakaian tanah yang terus
menerus tanpa adanya perawatan dan pengolahan tanah yang salah.
Penggunaaan pupuk kimia anorganik secara terus menerus tanpa disertai
dengan pupuk organik berkontribusi pada kerusakan ekosistem termasuk
pengerasan tanah, kehilangan materi organik dan kontaminasi logam berat.
Hal ini menyebabkan penurunan kualitas tanah dalam jangka panjang
(Aryantha dkk., 2002) dan berdampak pada penurunan hasil tanaman. Oleh
karena itu, perlu penggunaan pupuk yang ramah lingkungan, misalnya dengan
penggunaan pupuk organik cair.
Pupuk organik cair (POC) mengandung berbagai jenis unsur hara dan
zat yang diperlukan tanaman. Zat-zat ini berasal dari bahan organik yang
digunakan dalam pembuatannya. Zat tersebut terdiri dari mineral, baik makro
maupun mikro, asam amino, hormon pertumbuhan dan mikroorganisme.
Kandungan zat dan unsur hara harus dalam kondisi yang seimbang sehingga
dapat memacu pertumbuhan dan hasil tanaman (Parnata, 2004).
Peningkatan kualitas, pertumbuhan dan hasil tanaman selain dengan
pemberian hara makro dan hara mikro melalui pemupukan juga dapat

dilakukan dengan pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) salah satunya


adalah asam salisilat. Asam salisilat (SA) merupakan senyawa fenolik yang
berperan dalam menstimulasi berbagai proses fisiologis yang berkaitan dengan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Pacheco et al., 2013). Pemberian
SA dapat menyebabkan peningkatkan laju fotosintesis, efisiensi penggunaan
air, penurunan konduktansi stomata dan laju transpirasi pada berbagai jenis
tanaman (Khan et al., 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Ghasamzadeh et
al. (2013), menunjukkan bahwa SA berperan dalam meningkatkan produksi
senyawa bioaktif pada tanaman. Rao et al. (1997), menyebutkan aplikasi
eksogen SA dapat mempengaruhi produksi antioksidan pada tanaman,
memberikan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif (Larkindale & Huang,
2004) sehingga mendorong suatu tanaman dapat bertoleransi terhadap stress.
Aplikasi SA eksogen dapat meningkatkan kandungan antosianin pada
Zingiber officinale Roscoe (Ghasemzadeh et al., 2012) dan produksi
procyanidin dan antosianin pada kultur sel anggur (Obinata et al., 2003).
Penelitian lainnya oleh Mohammed et al. (2011), menunjukkan aplikasi
eksogen asam salisilat terhadap padi (Oryza sativa L.) dapat meningkatkan
hasil panen (gabah) mencapai 13,5%.
Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian tentang pengaruh POC dan
asam salisilat dalam meningkatkan pertumbuhan, hasil dan kadar antosianin
padi hitam. Mengingat pentingnya padi hitam baik bagi lestarinya
keanekaragaman plasma nutfah dan untuk meningkatkan kesehatan, maka
jenis padi ini sangat potensial untuk dikembangkan. Kandungan gizi yang

tinggi

diharapkan

dapat

membantu

menigkatkan

kesehatan

serta

menanggulangi gizi buruk pada masyarakat.

B. Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pertumbuhan (morfologi dan fisiologi) tanaman padi (Oryza
sativa L. Cempo Ireng) dengan perlakuan pupuk organik cair (POC) dan
asam salisilat?
2. Bagaimana hasil tanaman padi (Oryza sativa L. Cempo Ireng) dengan
perlakuan pupuk organik cair (POC) dan asam salisilat?
3. Berapa kadar antosianin tanaman padi (Oryza sativa L. Cempo Ireng)
dengan perlakuan pupuk organik cair (POC) dan asam salisilat?

C. Tujuan dan Manfaat


Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pertumbuhan (morfologi, fisiologi), tanaman padi (Oryza
sativa L. Cempo Ireng) dengan perlakuan pupuk organik cair (POC) dan
asam salisilat.
2. Mengevaluasi hasil tanaman padi (Oryza sativa L. Cempo Ireng) dengan
perlakuan pupuk organik cair (POC) dan asam salisilat.
3. Menentukan kadar antosianin tanaman padi hitam (Oryza sativa L.
Cempo Ireng) dengan perlakuan pupuk organik cair (POC) dan asam
salisilat.

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan


bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Memberikan informasi mengenai
teknik budidaya yang tepat berdasarkan prinsip pertanian berkelanjutan untuk
tanaman padi hitam (Oryza sativa L.) sehingga diperoleh tanaman padi hitam
dengan pertumbuhan, hasil dan kadar antosianin yang tinggi yang dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat maupun petani. Selanjutnya dapat
dijadikan sebagai bahan atau sumber data untuk penelitian lebih lanjut.

D. Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini adalah pertumbuhan padi (Oryza sativa L.
Cempo Ireng) yang mencakup tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan,
berat segar akar dan tajuk serta biomassa. Parameter fisiologis mencakup
kadar klorofil, kadar pati, kadar amilosa, dan antosianin. Parameter hasil dan
komponen hasil dilihat dari panjang malai, jumlah total gabah per malai,
persentase gabah isi dan berat 100 gabah isi.

Anda mungkin juga menyukai