Anda di halaman 1dari 3

DERMATITIS SEBOROIK

DEFINISI
Dermatitis seboroik merupakan penyakit papuloskuamosa yang kronik.
Kelainan ini dapat mengenai bayi dan dewasa dan berhubungan dengan
peningkatan produksi sebum pada skalp dan area yang memiliki banyak kelenjar
sebasea di wajah dan badan..(1)
EPIDEMIOLOGI
Dermatitis seboroik memiliki dua puncak usia, yang pertama pada bayi
dalam 3 bulan pertama kehidupan dan yang kedua sekitar dekade keempat sampai
dekade ketujuh kehidupan. Prevalensi dermatitis seboroik adalah sekitar 1-3%
pada populasi umum di Amerika Serikat, dan 3-5% pada orang dewasa muda,
tetapi insidensi pada penderita HIV dan AIDS dapat mencapai 85%. Pria lebih
sering terkena daripada wanita pada semua kelompok umur.(2, 5, 6)
ETIOLOGI
Penyebab dermatitis seboroik belum diketahui pasti. Dermatitis seboroik
dikaitkan dengan peningkatan produksi sebum pada kulit kepala dan folikel
sebasea terutama pada daerah wajah dan badan. Flora normal Pityrosporum
ovale kemungkinan merupakan penyebab.(1, 2)
PATOGENESIS
Dermatitis seboroik berhubungan erat dengan keaktifan glandula sebasea.
Glandula tersebut aktif pada bayi yang baru lahir, kemudian menjadi tidak aktif
selama 9-12 tahun akibat stimulasi hormon androgen dari ibu berhenti. Dermatitis
seboroik pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan pertama, kemudian jarang pada
usia sebelum akil balik, kemudian insidens mencapai puncaknya pada umur 18-40
tahun, kadang-kadang pada umur tua. Lebih sering terjadi pada pria daripada
wanita oleh karena pengaruh dari hormon androgen.(1)
GEJALA KLINIS
Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak
kekuningan, batasnya agak kurang tegas. Dermatitis seboroik yang ringan hanya
mengenai kulit kepala berupa skuama-skuama yang halus, mulai sebagai bercak

kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama-skuama yang
halus dan kasar..(1, 3, 8)
Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama
dan berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela,
telinga postaurikular dan leher. Pada daerah dahi tersebut, batasannya sering
cembung.Pada bayi, skuama-skuama yang kekuningan dan kumpulan debrisdebris epitel yang lekat pada kulit kepala disebut cradle cap.(1, 2, 8)
DIAGNOSIS BANDING.(1, 5)
1. Psoriasis
2. Kandidosis intertrigenosa
3. Otomikosis
PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan sistemik
a. Kortikosteroid : dosis prednisone 20-30 mg sehari. Jika telah ada
perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan.(4, 6)
b. Antijamur : Bila pada sediaan langsung terdapat malassezia furfur yang
banyak dapadiberikan ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari.(4, 5)
2. Pengobatan topikal
a. Antijamur
Biasanya digunakan ketokonazole 2 % dalam sampo dan krim. Dalam
pengujian yang berbeda menunjukkan 75-95 % terdapat perbaikan.(4, 5)
b. Kortikosteroid,
Misalnya krim hidrokortison 1% untuk dermatitis seboroik pada bayi dan
pada daerah wajah. Pada kasus dengan inflamasi yang berat dapat dipakai
kortikosteroid yang lebih kuat, misalnya betametason valerat, asalkan
jangan dipakai terlalu lama karena efek sampingnya.(2, 4)
DAFTAR PUSTAKA
1.

Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah


S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima ed. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2008. p. 200-3.

2.

James WD, Berger TG, Elston DM. Andrews' Diseases of the skin Clinical
Dermatology. Tenth ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2012.

3.

Roesyanto ID, Mahadi. Ekzema dan Dermatitis. In: Harahap M, editor.


Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates; 2000. p. 14-6.

4.

Sjamsoe ES, Menaldi SL, Wisnu IM. Penyakit Kulit Yang Umum Di
Indonesia Sebuah panduan bergambar. Jakarta: Medical Multimedia
Indonesia.

5.

Plewig G, Jansen T. Seborrheic Dermatitis. In: Wolff K, Goldsmith LA,


Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick's
Dermatology in General Medicine
Seventh ed. United States of America Mc Grow Hill 2008. p. 219-25.

6.

Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C. Rook's textbook of


dermatology. eigth ed. UK: Blackwell Publishing; 2010.

7.

Berk T, Scheinfeld N. Seborrheic Dermatitis. NCBI. 2010.

8.

Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL,
et al. Harrison's Principles of Internal Medicine. Mc Graw Hill Medical;
2008.

Anda mungkin juga menyukai