Secara
histopastologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltarsi sel-sel radang pada daerah tersebut.
Gastritis merupakan salah satu penyakit yang banyak dijumpai di klinik / ruangan penyakit dalam
pada umumnya. Kejadian penyakit gastritis meningkat sejak 5 6 tahun ini dan menyerang lakilaki lebih banyak dari pada wanita. Secara garis besar gastritis dapt dibagi menjadi beberapa
macam berdasarkan pada manifestasi klinis, gambaran histologi yang khas, distribusi anatomi dan
kemungkinan patogenesis gastritis. Berdasarkan pada manifestasi klinik, gastritis dapat dibagi
menjadi akut dan kronik. Masalah yang sering timbul pada gastritis umumnya mengalami masalah
keperawatan gangguan rasa nyaman nyrei.
Pengertian
Gastritis adalah inflamasi dari dinding lambung terutama pada mukosa gaster
(Sujono,1999)
Gastritis adalah suatu peradangan pada lambung ditandai dengan anoreksia, rasa penuh di perut,
rasa tidak enak dan nyeri epigastrium, mual dan muntah (Long,1996)
gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan sub mukosa lambung (Hirlan,2007).
Pembagian Gastritis menurut Sujono (1996)
1. Gastritis akut
Astritis akut adalah suatu peradangan permukaan lambung yang akut dengan kerusakankerusakan erosif erosif maksudnya kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam daripada mukosa
muskularis. Sering disebut juga tukak beban/tukak stress sebagai reaksi pada permukaan mukosa
lambung akibat iritasi (alkohol, aspirin,NSAID,lisol,reflux empedu, cairan pancreas).
Gambaran klinis
Biasanya tak bergejala namun nyeri epigastrium, mual, muntah, perdarahan terselubung maupun
nyata ditemukan. Dengan endoskopi terlihat mukosa lambung hyperemia dan udema, lesi mukosa
berupa erosi dan perdarahan.
Jenis gastritis akut :
Gastritis Eksogen akut
Dibagi menjadi : gastritis eksogen dan gastritis akut korosif bersifat korosif karena obat dan bahan
kimia.
Gastritis endogen akut
Dibagi menjadi : gastritis infeksiosa akut (disebabkan karena toksin/bakteri dalam darah dan
masuk ke jantung dan gastritis flegmans akut (proses inflamasi bersifat purulen di dinding
lambung).
2. Gastritis Kronik
Gastritis kronik adalah suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang menahun yang
disebabkan oleh ulkus benigna/maligna dari lambung atau oleh bakteri helicobacter pylori yang
menyerang permukaan gaster.
Jenis gastritis kronis : gastritis superfasialis,gastritis atrofikans kronika,gastritis hipertrofikans
kronika.
Penyebab
Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis antara lain :
1.
Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H. Pylori yang hidup di bagian dalam
lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti
bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi
melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri
ini. Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika
tidak dilakukan perawatan. Infeksi H. pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama
terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu
yang lama akan menyebabkan peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan
pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah atrophic gastritis,
sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti
menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat mengakibatkan racun-racun yang
dihasilkan oleh kanker tidak dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung
sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi sebagian besar orang
yang terkena infeksi H. pylori kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis,
hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat sebagian orang rentan terhadap
bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
2.
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan naproxen dapat
menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas
melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat obat tersebut hanya sesekali maka
kemungkinan terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara
terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan peptic ulcer.
3.
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding
lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.
4.
Penggunaan kokain.
Stress fisik.
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat
menyebabkan gastritis dan juga borok serta pendarahan pada lambung.
6.
Kelainan autoimmune.
Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang
berada dalam dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara bertahap
menipiskan dinding lambung, menghancurkan kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung dan
menganggu produksi faktor intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi
vitamin B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious anemia, sebuah konsisi
serius yang jika tidak dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune
atrophic gastritis terjadi terutama pada orang tua.
7.
Crohns disease.
Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan peradangan kronis pada dinding saluran cerna,
namun kadang-kadang dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika
lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari Crohns disease (yaitu sakit perut dan diare dalam
bentuk cairan) tampak lebih menyolok daripada gejala-gejala gastritis.
8.
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada
dinding lambung yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic ulcer. Ketika
tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi dalam dosis
besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding
lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
9.
Bile (empedu) adalah cairan yang membantu mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini
diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan
menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter yang berbentuk seperti cincin
(pyloric valve) akan mencegah empedu mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak
bekerja dengan benar, maka empedu masuk ke dalam lambung dan mengakibatkan peradangan
dan gastritis.
10. Faktor-faktor lain.
Gastritis sering juga dikaitkan dengan konsisi kesehatan lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh
parasit, dan gagal hati atau ginjal.
C.
Patofisiologi
Gastritis terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan
kerja asam lambung pencernaan (asam HCL) dan pepsi, erosi yang terkait berkaitan dengan
peningkatan konsentrasi dan kerja asam-pepsin atau berkenaan dengan penurunan pertahanan
normal dari mukosa. Mukosa yang rusak tidak dapat mensekresi mukus cukup untuk bertindak
sebagai barier terhadap HCL. Seseorang mungkin mengalami gastritis karena 2 faktor yaitu
hipersekresi asam pepsin dan kelemahan barrier mukosa lambung. Pada gastritis akut terdapat
gangguan keseimbangan antara faktor agresif dan faktor defensive yang berperan dalam
menimbulkan lesi pada mukosa lambung. Faktor agresif tersebut HCL, pepsin, asam empedu,
infeksi, virus, bakteri dan bahan korosif (asam dan basa kuat). Sedangkan faktor defensive adalah
mukosa lambung dan mikro sirkulasi.
Dalam keadaan normal faktor defensive dapat mengatasi faktor agresif sehingga tidak
menimbulkan kelainan patologis pada lambung. Tukak lambung/tukak peptik merupakan keadaan
dimana kontinuitas mukosa lambung terputus dan meluas sampai bawah epitel.
Patofisiologi Gastritis Akut dan Kronik
1. Gastritis Akut
Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa lambung.
Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :
a)
Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan
meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan dengan NaCL
sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3.
Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung. Jika asam lambung meningkat
maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.
b)
Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan
dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya
akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka akan terjadi
erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada lapisan pembuluh darah maka
akan terjadi perdarahan yang akan menyebabkan nyeri dan hypovolemik.
2. Gastritis Kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi iritasi mukosa
lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan
terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief.
Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya
akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa
sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser
D.
Keluhan biasanya berupa nyeri ulu hati, Anoreksia, mual kadang disertai muntah dan nyeri tekan
ringan di epigastrium.
E.
Penatalaksanaan
Memberi penjelasan pada penderita untuk menghindari alkohol dan makanan pedas sampai gejala
berkurang/hilang.
Dilakukan terapi simtomatik dengan diberikan obat yang menetralkan/mengurangi asam lambung
(antacid,antikolinergik).
Bila terjadi peradangan disertai erosi mukosa lambung dapat diberikan obat antagonis golongan
reseptor H2 (cimetidin,ranitidine,atau famotidin)
Pembedahan darurat mungkin dilakukan untuk mengangkat gangrene/jaringan perforasi.
Dapat dilakukan gastrojejunostomi (reseksi lambung) untuk mengatasi obstruksi pylori.
Mengurangi stress
Diberikan vitamin B12 bila terjadi anemia pernisiosa
Penatalaksaan Medik Gastritis
1. Gastritis Akut
Pemberian obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton, ankikolinergik
dan antasid (Obat-obatan ulkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi
asam lambung.
2. Gastritis Kronik
Pemberian obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor
pompa proton.
F.
KOMPLIKASI
Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA)
berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock hemoragik, terjadi ulkus, kalau
prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang
pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan
daerah antrum pylorus.
F. Mendiagnosis Gastritis
Gastritis didiagnosis melalui satu atau lebih tes-tes medis:
v Endoskopi saluran pencernaan bagian atas.
Dokter mendorong dengan pelan-pelan suatu endoscope, suatu tabung kecil yang berisi sebuah
kamera kecil, melalui mulut anda (atau adakalanya melalui hidung) dan turun kedalam lambung
anda untuk melihat pada lapisan perut/lambung. Dokter akan memeriksa peradangan dan mungkin
mengeluarkan suatu contoh kecil jaringan untuk pemeriksaan. Prosedur untuk mengangkat suatu
contoh jaringan disebut sebuah biopsi.
v Tes Darah.
Dokter mungkin memeriksa jumlah sel darah merah anda untuk melihat apakah anda mempunyai
anemia, yang berarti bahwa anda tidak mempunyai cukup sel-sel darah merah. Anemia dapat
disebabkan oleh perdarahan dari lambung.
v Tes Tinja/Feces.
Tes ini memeriksa kehadiran darah dalam feces anda, suatu tanda perdarahan. Tes feces mungkin
juga digunakan untuk mendeteksi kehadiran H. pylori dalam saluran pencernaan.
G. Terapi
Terapi gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan
perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau, dalam kasus yang jarang, pembedahan untuk
mengobatinya.
v Terapi terhadap asam lambung
Asam lambung mengiritasi jaringan yang meradang dalam lambung dan menyebabkan sakit dan
peradangan yang lebih parah. Itulah sebabnya, bagi sebagian besar tipe gastritis, terapinya
melibatkan obat-obat yang mengurangi atau menetralkan asam lambung seperti :
Anatsida. Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk cairan atau tablet dan
merupakan obat yang umum dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida
menetralisir asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung
dengan cepat.
Penghambat asam. Ketika antasida sudah tidak dapat lagi mengatasi rasa sakit tersebut,
dokter kemungkinan akan merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin
atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang diproduksi.
Penghambat pompa proton. Cara yang lebih efektif untuk mengurangi asam lambung
adalah dengan cara menutup pompa asam dalam sel-sel lambung penghasil asam.
Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari pompapompa ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole
dan esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja H. pylori.
Cytoprotective agents. Obat-obat golongan ini membantu untuk melindungi jaringanjaringan yang melapisi lambung dan usus kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah
sucraflate dan misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena suatu
sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-obat golongan ini.
Cytoprotective agents yang lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat
aktivitas H. pylori.
H. Pencegahan
Walaupun infeksi H. pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk dapat
mengurangi resiko terkena gastritis :
-Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas,
asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang
tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup,