SUATU PENGANTAR
Matakuliah : Sosiologi
Bobot : 2 SKS
Deskripsi : Matakuliah ini membahas tentang teori, prinsip dan metode-metode ilmu
Sosiologi, dalam rangka menjelaskan danmenemukan realitas sosial dan
aktivitas-aktivitas pokok dalam masyarakat. Karena ini matakuliah sosial
yang mempelajari masyarakat, maka disetiap pokok bahasan yang relevan
dilengkapi dengan diskusi dan review studi kasus, sehingga mahasiswa
selalu didorong untuk melihat keterkaitan antara teori dan relita masyarakat
di sekitarnya.
Tujuan :
1. Mahasiswa memiliki wawasan yang komprehensip tentang ilmu Sosiologi.
2. Mahasiswa mampu menggunakan metode sosiologi untuk menganalisis suatu
masyarakat, baik memahami perilaku masyarakat sampai memahami
masalah-masalah sosial didalam kelompok masyarakat.
No : Tujuan Pembelajaran Khusus
Pokok-pokok Isi
Mahasiswa memahami
Konsep-konsep dasar Ilmu,
Sosiologi sebagai Ilmu dan
kerangka Sosiologi.
4
5
Keterangan
Dua sesi
Diskusi
kasus
Satu sessi
Dua Sesi
Dua sesi
Diskusi
kasus
Satu Sesi
Diskusi
kasus
Dua Sesi
Diskusi
kasus
Evaluasi :
1. Keaktifan di kelas dalam diskusi dan meresponi pertanyaan. (10 % untuk total
Nilai)
2. Final Test dan Tengah Test, (50 % untuk total nilai)
3. Tugas essay berkenaan dengan topik terkait, (40 % untuk total nilai).
Buku Acuan :
Sunarto, K. 2000. Pengantar Sosiologi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Jakarta. (buku pegangan).
Abdullah, T. & Van Der Leeden, A.C., 1986. Durkheim dan Pengantar Sosiologi
Moralitas, yayasan Obor Indonesia, jakarta. (untuk membahas Fakta
sosial dan Solidaritas Sosial).
Kontowijoyo, . Budaya dan Masyarakat.Tiara wacana, Jakarta. (untuk membahas
Perubahan Sosial).
Lawang, R.M.Z., 1985. Buku Materi Pengantar Sosiologi, Karunika Jakarta. (untuk
memperkaya pokok diskusi).
Veeger, K.J ., 1986. Realitas Sosial, Gramedia, Jakarta.
Wagiyo, M.S., 2004. Cet.4. Teori Sosiologi Modern. Pusat penerbitan Universitas
Terbuka. Jakarta.
Pengantar SOSIOLOGI
Bagian Awal. Yang menekankan kepada masyarakat. Dan sifat kajian ini adalah
Kolektivisme, Holisme, dan Organisisme.
Bagian Kedua adalah menekankan kepada Individu, dan kajiannya menjadi
Individualisme, Atomistis dan mekanistis.
Bagian ketiga menyadari bahwa kajian satu dan dua tetap menyisakan persoalan,
maka kajian menjadi masyarakat sebagai proses.
Di masyarakat Eropa muncul koreksi dari pandangan Plato dan Aristoteles, paham
otonomi kosmos diganti dengan paham heteronomi, yaitu kosmos tidak berdiri sendiri,
tetapi trergantung pada kemahakuasaan Allah. Ketertiban kosmos adalah ketertiban yang
di ciptakan. Jagat raya memantulkan kesemarakan dan kehendak Allah.
Paham abad pertengahan sama dengan filsafat Yunani, hanya ketergantungan di alihkan
kepada Allah. Manusia menghayati hidup sebagai individu dan masyarakat, dalam
keadaan statis di bawah kekuasaan dari luar dirinya sendiri, sehingga tradisi dijunjung
dan ketaatan di tekankan. Kebersamaan dan kesatuan dihayati sebagai kesatuan Corpus
Christianum.
Begitu dengan Islam, tidak membenarkan otonomi manusia dalam membentuk dan
mengatur masyarakatnya. Agama dan kebudayaan di pandang satu dan sama. Nabi
Muhammad s.a.w. Diakui sebagai Nabi maupun sebagai negarawan. Islam adalah agama
dan negara.
Paham kosmosentris dan teosentris di atas tidak merangsang kearah terbentuknya suatu
ilmu sosial sekuler. Agama dan teologi dipandang sebagai satrusatunya sumber
pengenalan yang memadai. Satu-satunya sumber kriterium bagi perilaku sosial. Bentuk
masyarakat yang tidak sesuai dengan wahyu Allah harus di rombak dan dibangun kembali
sesuai dengan ketetapan penetapan Allah.
Di bidang politik pandangan kolektivisme, holisme dan organisisme ini adalah
konservative dan totalitarianisme.
I. 2. Kajian Kedua : pandangan masyarakat Individualistis, Atomistis dan mekanistis.
Perpindahan ini adalah asebagai akibat atau jawaban dari pandangan pertama tadi, yang
tidak mengakui peranan bebas manusia didalam mengadakan perubahan sosial.
Sejak jaman Renaissance di Perancis, pola pikir masyarakat berubah. Suatu revolusi
mental dimana peranan manusia dalam mengubahkan
muka bumi dan mengatur masyarakat makin disadari.
Muncul tokoh-tokoh pemikir seperti Machiavelli,
Hobbes dan Thomas Morus. Lalu disusul sebagai
tokoh jaman baru yaitu Locke, Berkeley, Hume,
Montequieu, Voltaire, Diderot d'alembert, dan Rousseau
yang ajarannya menentang kepercayaan lama bahwa
segala di kolong langit telah langsung diatur oleh Allah
selama-lamanya.
Revolusi Perancis (1789) meruntuhkan kekuasaan feodal
dan mengawali proses demokratis yang dialami sebagai
kejutan luar biasa. Gagasan baru yang berpangkal bahwa
manusia "bebas" adanya untuk mengatur duniannya dan
mencari kebenaran yang berabad-abad lamanya tidak
pernah dipermasalahkan. Ilmuwan-ilmuwan sosial
bermunculan. Kehidupan bersama, pengorganisasiannya
10
dan lembaga-lembaganya serta tata nilai yang mendasarinya, mulai di pelajari dan
dibahas. Sosiologi lahir sebagai ilmu pengetahuan.
Pada mulanya berkembang ilmu biologi dan ilmu Alam, ditemukan hukum penyebab
(causa efficiens) yang menerangkan gejala alam, dan sesudah diterapkan menghasilkan
proses industrialisasi yang diharapkan dapat menciptakan kemakmuran besar. Begitu juga
dengan teori Sosiologi berkembang dengan harapan mereka dapat menghasilkan
masyarakat baru yang bebas dari peperangan, penindasan, dan kemiskinan. Agama dan
Ilmu Ketuhanan tidak diperlukan untuk itu. Akal Budi manusia sudah cukup.
Sebaliknya di seiring dengan struktur feodal yang melemah, struktur baru belum kuat dan
baru dalam tahap eksperiment dan belum memperoleh doa restu tradisi, sehingga
kekacauan sosial politik melanda Eropa. Dalam situasi ambivalen, dimana optimisme di
satu pihak dan kegagalan serta frustrasi di pihak lain, Sosiologi mulai berkembang. HAl
ini melatarbelakangi munculnya aliran-aliran dalam teori-teori sosiologi yang seolah
bertentangan. Contoh aliran Konservative dan Progresif.
Pada permulaan abad 19 satu kutub relasi masyarakat di tekankan, dan bergeser tekanan
itu pindah ke individu, sampai pada akhir abad 19 kedua pengertian yang masing-masing
ekstrem mulai diperdamaikan, dan dilahirkan konsepsi masyarakat yang lebih seimbang.
Individualisme adalah mendahulukan kepentingan hidup bersama. Masyarakat atau
kelompok diharapkan melayani individu, yang dianggap mempunyai hak-hak mutlak
yang tidak pernah boleh di kurangi atau di rampas daripadanya oleh mesyarakat dengan
berdalijh ada kepentingan bersama.
Atomisme adalah ajaran bahwa relasi-relasi antara individu-individu bersifat lahirah saja
bagaikan antara atom-atom yang membentuk molekul. Jadi bukanlah kesatuan melainkan
kejamakan dan keanekaragaman dipandang sebagai ciri pokok masyarakat.
Mekanistis adalah ajaran bahwa tidak ada perubahan atau evolusi dari dalam. Susunan
masyarakat dan pergolakannya adalah hasil hukum-hukum mekanis bagaikan konstruksi
dan geraknya mesin atau kendaraan bermotor. Seluruh alam semesta termasuk manusia
dikuasai oleh hukum penarikan dan penolakan. Kebebasan manusia
Pandangan masyarakat yang bersifat Individualistis, atomistis dan mekanistis mempunyai
akarnya dalam Nominalisme. Suatu aliran filsafat yang mengajar bahwa konsep-konsep
umum tidak mewakili realitas apapun. JAdi masyarakat juga tidak mempunyai "ada"
dalam dirinya. (Jika masyarakat itu tidak ada lagi, maka individu masih tetap ada. Jika
dibalik Individu yang lenyap maka kita tidak akan menjumpai masyarakat.)
Yang nyata itu adalah individu. Oleh karena jumlah oindividu terlalu banyak, mereka
tidak dapat disebut satu demi satu. Oleh karena kesulitan itulah istilah "masyarakat" telah
dibuat sebagai shorthand untuk menyebut semua individu.
Selain pandangan nominalisme, ada pendangan materialisme. Yaitu tidak diakuinya peran
prinsip kerohanian diantara manusia selain hukum-hukum fisik dan biologis. Hanya ada
11
alam kebendaan. Seluruh alam raya termasuk manusia baik dalam individualnya maupun
dalam kehidupan bersama, terdiri dari materi saja, yang menampakan dirid alam berbagai
bentuk, termasuk kesadaran.
Dibidang politik paham ini melahirkan liberalisme. Yaitu paham yang tidak menyetujui
campur tangan pemerintah dalam urusan hidup individu maupun dalam kehidupan
bersama, kecuali jika sangat diperlukan dan dalam kondisi terbatas. Termasuk
didalamnya adalah kapitalisme.
I.3. Kajian Ketiga.
Muncul pandangan yang langsung merangkaikan dan mempersatukan masyarakat dengan
perilaku anggotanya. Pandangan ini bercorak dinamis. Masyarakat di pandang sebagai
proses, dimana manusia sendiri mengusahakan kehidupan bersama menurut konsepsinya
dan bertanggung jawab atas hasilnya.
Manusia (individu) tidak didalam masyarakat melainkan bermasyarakat.
Masyarakat bukanlah wadah, melainkan aksi, yaitu social action.
Masyarakat terdiri dari sejumlah pengertian, perasaan, sikap dan tindakan yang tidak
terbulang jumlahnya.
Masyarakat sebagai proses dapat di lihat dari sudut pandang :
1.
2.
Masyarakat dalam proses mengandung dua arti sekaligus yaitu individu yang
menegakkan masyarakat dan bertangung jawab atas keadaannya, dan masyarakat
berperan sedemikian didalam diri individu, sehingga eksistensinya sebagai manusia
tergantung daripadanya.
Keberadaan dua wajah ini semakin disadari didalam sosiologi modern, dan akhirnya tidak
dipermaslahlan lagi melainkan di pandang sebagai suatu hakekat kesatuan dalam arti
masyarakat itu sendiri. Masyarakat adalah realitas sui generis, yaitu bercorak sendiri dan
khusus. Masyarakat harus dikihat sebagai realitas objektif dan subjektif. Kita mengerti
masyarakat didalam proses dialektik terus menerus yang terdiri dari tiga saat, yaitu
externalization, objektivation dan internalization.
12
13
A. Tahap Agama
Pandangan bahwa manusia adalah bagian dari alam, tidak berdaya dan bermental
partisipasi. Manusia masih Anismisme, dimana dunia dipahami sebagai kediaman
roh-roh atau bangsa halus. Politeisme merupakan bentuk pemikiran yang berikutnya.
Manusia mulai mengelompokkan semua benda dan kejadian alam berdasar pada
kesamaan kesamaan diantara mereka. Di Jawa ada dewi Sri yang menguasai sawah, dsb.
Jadi Politeisme bisa dipandang sebagai usaha manusia untuk mengatur, menertibkan dan
menyederhanakan alam semesta yang beragam. Setelah itu ada Monoteisme, yaitu
kepercayaan hanya ada satu Tuhan yang berdaulat penuh dan berkuasa mutlak atas langit
dan bumi. Bandingkan Yer 51:16.
B. Tahap Metafisik.
Semua gejala dan kejadian tidak lagi dilihat sebagai langsung disebabkan roh, dewa atau
Yang Mahakuasa. Sekarang akal budi mencari pengertian dan penerangan dengan mem
buat abstraksi-abstraksi dan konsep-konsep metafisik. Sebetulnya pada tingkat ini terjadi
penggantian "oknum" yang menyebabkan itu semua, dari ALlah atau Dewa tertentu
kepada "hukum alam", "kodrat manusia", "emanasi dari yang Ilahi", "keharusan mutlak"
atau nasib, takdir.
C. Tahap Positif.
Tahap ini gejala alam dapat dibuktikan oleh akal budi berdasarkan hukum-hukumnya
yang dapat ditinjau, diuji dan dibuktikan atas cara empiris. Manusia dimampukan untuk
menerapkan dan memanfaatkan. Peran agama sudah digantikan oleh peran akal budi
manusia.
Perkembangan masyarakat (Sejarah) menurut Comte adalah :
a) Sejarah pada pokoknya adalah proses perkembangan bertahap dari cara manusia
berpikir.
b) Proses perkembangan ini bersifat mutlak, universal dan tak terelakkan.
Statika sosial adalah semua unsur struktural yang melandasi dan menunjang orde, tertib
dan kestrabilan masyarakat. Antara lain disebut sistem perundangan, struktur organisasi
dan nilai-nilai seperti keyakinan, kaidah dan kewajiban yang semuanya memberi bentuk
yang kongkret dan matap kepada kehidupan bersama.
Dinamika sosial adalah semua proses pergolakkan yang menuju perubahan sosial.
Dinamika sosial adalah daya gerak sejarah, yang pada setriap evolusi mendorong kearah
tercapainya keseimbangan baru yang setinggi dengan kondisi dan keadaan zaman.
2. Herberth Spencer. (1820 - 1903)
Dalam bukunya Social Statics masyarakat disamakan dengan suatu organisme. Perlu di
catat yang dimaksud dengan "organisme sosial" menurut Spencer adalah positivistis dan
deterministis. Masyarakat adalah organisme. Semua gejala sosial diterangkan berdasarkan
14
suatu penentuan oleh hukum alam. Hukum yang berlaku di pertumbuhan fisik juga
berlaku di evolusi sosial. Jadi biologi dan sosiologi adalah sama.
Masyarakat adalah organisme, yang berdiri sendiri dan berevolusi sendiri lepas dari
kemauan dan tangung jawab anggotanya, dan dibawa kuasa suatu hukum. Fungsi
koordinasi dan pemersatu yang dilakukan oleh sistem Syaraf di tubuh dilakukan oleh
sistem pemerintahan di badan sosial. Sama seperti tubuh menghasilkan metabolisme
untuk kebutuhan dan pemeliharaan dan ketahanan badannya. Demikian juga masyarakat
mempunyai sistem ekonomi demi kelangsungan dan perkembangannya. Sama seperti
distribusi di tubuh ada pembuluh darah di masyarakat ada infrastruktur dan jaringan
transpotasi, jembatan, saluran telepon dsb.
Spencer membedakan empat tahap dalam proses
penggabungan materi.
1. Tahap penggandaan dan pertambahan. Ciri pertama
adalah bertambah, bertumbuh.
2. Tahap Kompleksifikasi. Semakin bertumbuh semakin
rumit struktur organisme yang bersangkutan.
3. Tahap pembagian atau differensiasi. Mencirikan
pembagian tugas atau fungsi yang semakin
berbeda-beda. Pembagian kerja menghasilkan
stratifikasi atau pelapisan sosial. Muncul kelas elit dan
cendekiawan sebagai "otak masyarakat" dan kelas
buruh atau petani sebagai "tangan masyarakat".
4. Tahap pengintegerasian. Dengan mengingat
differensiasi menyebabkan perpecahan, kecenderungan negatif ini akan dibendung
dan diimbangi oleh proses yang mempersatukan.
Spencer menolak campur tangan intervensi pemerintah di bidang-bidang ekonomi,
pendidikan, kesehatan dan pekerjaan umum lainnya.
Morfologis masyarakat (penyemaan masyarakat) adalah :
1. Masyarakat militaristis.
2. Masyarakat Industri.
Masyarakat di kelompokkan kedalam type konseptual masyarakat miteristis sebagai awal
masyarakat yang akan berkembang menjadi masyarakat industri. Sifat agresif ada pada
militeristis.
3. Darwinisme sosial (Charles Darwin 1890 - 1882)
Darwin sendiri didalam bukunya yang terkenal tidak membahas teori sosial dan tidak
menerapkan hukum biologi dari teori evolusinya ke kehidupan sosial. Tetapi konsep
evolusi biologinya ternyata berpengaruh kepada teori darwinisme sosial.
1.
2.
Keadaan awal adalah sederhana dan tidak heterogen. Terjadi perubahan yang menjadi
beragam adalah karena proses adaptasi, perubahan dan evolusi.
Perubahan dan evolusi ini tidak mengarah kepada satu tujuan (causa finalis) yang
15
3.
16
17
sentimen - sentimen yang umumnya tidak disadari secara eksplisit oleh pelaku. Type
sentimen seperti apa :
a) Residu - residu.
Adalah struktur struktur dasar manusia yang selalu sama, mantap dan tidak berubah
sepanjang jaman. Struktur dasar ini melandasi dan mempengaruhi perilaku. Walaupun
orang terdiri dari berbagai latar belakang, dan situasi tetapi ada struktur dasar yang
mempengaruhi pola perilakunya dan itu dicirikan sama. Contoh : 1) Orang cenderung
menggabungkan hal-hal yang tidak ada hubungannya. (The instinct of combination)
Seperti bencana alam dengan perilaku nya pribadi di tempat yang berbeda misalnya. 2)
Kecenderungan untuk mempertahankan dan melestarikan kombinasi yang telah dibuat.
(the persistence of aggregates), 3) Kecenderungan untuk mengungkapkan emosi secara
lahiriah melalui tangisan, teriakan, tepuk tangan, demonstrasi, aksi boycot. 4) Sosialitas
ingin bersatu dengan orang lain. 5) Kecenderungan untuk mempertahankan diri sebagai
individu yang utuh. Nama baik, self image dsb. 6) KEcenderungan untuk mengarahkan
dan mengungkapkan seksualitas.
b) Derivasi derivasi.
Derivasi (= penurunan) adalah rasionalisasi atau pembenaran perbuatan yang nonlogis.
Perilaku manusia bukan sekedar di dorong oleh residu-residu untuk bertindak atas cara
tertentu saja, melainkan juga untuk membenarkan dan mempertanggung jawabkan
tindakannya secara teoritis
Penurunan yang dimaksud adalah manusia berbuat terlebih dahulu baru mencari motivasi
sebagai pembenaran. Dalam bukunya Mind and Society , Pareto mengungkapkan verbal
veil (Selubung kata-kata). Artinya semua teori dan
gagasan hanyalah kedok saja untuk menutupi keadaan
yang sebenarnya. Kedua hal ini adalah teori Pareto yang
penting, sebab perilaku manusia bukan lagi di kendalikan
poleh pikirannya melainkan secara mekanistis di atur oelh
hal lain. Manusia menjadi tidak bebas. The derivation are
rapidly transformed but the residues are relatively
constant.
Derivasi pareto ini ada 3 macam : a) Pembenaran dengan
langsung saja menyatakan bahwa itu benar meskipun
tampa ada dukungan data lain, b) Pembenaran yang
menumpang pada unsur lain seringkali Tuhan dengan mengatakan kehendak Tuhan, c)
Pembenaran karena kecocokan dengan perasaan, kepentingan, atau keinginan orang.
c) Kesukaan
Perasaan suka, senang dan tertarik dengan hal-hal tertentu. Hoby sering tidak dibahas
sebagai residu, sehingga harus di keluarkan dari residu. Termasuk di sini adalah hal-hal
yang tidak dipermasalahkan, tidak didiskusikan dan tidak perlu dipertimbangkan.
d) Kepentingan
Kepentingan dalam bentuk barang, kedudukan dan kekuasaan. Yang mendorong perilaku
seseorang. Termasuk keserakahan, egoisme dsb. Tidak dimasukkan ke residu oleh Pareto
18
karena dorongan untuk kepentingan pribadi adalah memiliki ciri yang khas menurut
Pareto. Kepentingan menjadi orang bertindak logis, tetapi juga mendorong munculnya
derivasi-derivasi yang lain.
e) Heterogenitas sosial.
Yang melengkapi pandangan masyarakat, yang mekanistis adalah the circulation of the
elites (pergantian orang yang berkuasa). Derivasi-derivasi (ideologi revolusioner) baru
muncul post factum sebagai usaha untuk membenarkan hal yang sudah menjadi
kenyataan. Inti revolusi adalah mutasi personalia the ins become the outs and the outs
become the ins. The Lions adalah elit yang merebut kekuasaan dengan kekuatan fisik
(type manusia yang menonjolkan kekuatan fisik lebih dari kecerdasan), The Foxes adalah
cerdik pandai yang memakai taktik bohong untuk mengelabui rakyat (kelompok manusia
yang mementingkan kecerdasan lebih dari kekuatan fisik), the foxes menggantikan the
lions. Perjuangan politik tidak pernah menyentuh soal-soal prinsip seperti demokrasi,
sosialisme atau komunisme, melainkan hanya masalah siapa yang berkuasa.
19
20
21
potensi untuk konflik. Manusia mau menang sendiri, bagaimana mengaturnya ? Perlu
folkway (kebiasaan-kebiasaan rakyat) yang dibentuk bersama.
Dari proses pengalaman baik yang menyenangkan maupun yang
tidak manusia melakukan usaha-usaha penyesuaian diri yang
bersifat timbal balik menghasilkan pola-pola perilaku yang
menjadi mantap. Pola -pola yang merupakan titik tengah antara
egoisme dan altruisme, dan dapat restu dan dukungan dari orang
banyak. Pola-pola perilaku itu ada yang kemudian menjadi
norma-norma susila (more) dan ada yang menjadi hukum.
Penyesuaian penyesuaian pada proses berikutnya akan menjadi
antagonistic cooperation. Yaitu kerja sama antara pihak-pihak yang bertentangan.
Dalam flokway yang terus menerus maka akan terbentuk kelompok-kelompok bisa
didasari etnosentris groups, dan unsur pengikat lain. Dari kelompok ini dikenal ingroups
atau wegroups dan lawannya adalah outgroups atau theygroups.
5. Ferdinand Toennies (1855-1936).
Masyarakat adalah usaha manusia untuk mengadakan dan memelihara
relasi-relasi tombal balik yang mantap. Kemauan manusia mendasari
masyarakat.
Ikatan atau relasi Gemeinschaft (paguyuban) yang nyata adalah
keluarga. Tetapi tidak hanya itu sebab ada soko guru yang menyokong
relasi gemeinschaft adalah a) darah, b) tempat tinggal atau tanah, c)
Jiwa atau rasa kekerabatan, ketetanggaan dan persahabatan.
Sedang relasi Geselschaft atau tipe asosiasi dimana relasi-relasi
kebersamaan dan kebersatuan antara orang berasal dari faktor-faktor
lahiriah, seperti persetujuan, peraturan, undang-undang dsb.
Pada Gemeinschaft orang akan tetep bersatu meskipun ada
faktor-faktor yang memisahkan, sedang pada Geselschaft mereka tetap terpisah meskipun
ada faktor-faktor yang menyatukan. Aktifitas didalam Gesellschaft adalah mewakili diri
sendiri bukan kelompok sehingga ada unsur ketegangan di situ.
Hidup relasi yang organis ada pada Gemeinschaft dan mekanistis pada Gesellschaft. Dan
menolak Realisme dan Nominalisme Aristoteles.
6. Emile Durkheim. (1857 - 1917)
Sebetulnya berangkat dari keberbedaan dua sudut pandang yaitu organisisme yang
menekankan kepada masyarakat lebih dari individu dan mekanisisme yang
mendahulukan individu dari masyarakat yang dirasakan memiliki banyak kekurangan
didalam menjelaskan realitas yang sesungguhnya, di teruskan dengan menyatukan kedua
unsur tadi didalam kesatuan yang ternyata tidak menyajikan kejelasan yang di inginkan .
Maka muncul pendapat berikutnya bahwa didalam diri manusia sudah tertanam dua unsur
tadi, jadi keberadaan kedua unsur (individualitas dan sosialitas manusia) tidak di sangkali
tetapi di sadari dan di terima untuk kemudian di kembangkan menjadi teori sosiologi
yang mencoba menjelaskan realitas sosialnya. Jadi sifat serba dua dari manusia
22
disandingkan dengan kenyataan masyarakat dan individu yang satu adanya. Serba dua ini
bisa dicontohkan seperti jiwa dan badan manusia yang membentuk kodrat manusia.
Jadi dalam alam penginderaan dankenafsuan manusia mengalami diri sebagai individu;
dalam alam pengertian umum dan moralitas ia menghadapi suatu realitas yang
supraindividu. Sehingga manusia disebut homo duplex.
Bagaimana manusia merasakan fisik biologis dan sekaligus spiritual budaya ? Apakah
benar badan mendasari alam pertama dan Jiwa mendasari alam ke dua ? Durkheim tidak
mengyakini Jiwa sebagai alam ke dua, melainkan dia menempatkan masyarakat sebagai
yang terpisah dari individu, menghasilkan kesan seolah-olah diatas dan diluar individu
masih ada alam nilai-nilai yang tidak berakar didalam individu.
Jika analoginya masyarakat = jiwa, maka masyarakat itu sebetulnya tidak diluar individu
melainkan didalam individu sehingga ada kesatuan didalam individu dan menjadi bagian
didalam individu. Dalam diri manusia pengaruh orang lain dan predisposisi bertemu dan
menjadi satu. Jadi tetap ada pengaruh individual dan sosial didalam diri manusia, dan
dalam hal ini Durkheim memilih pengaruh sosial lebih menentukan.
23
24
25
Weber menyelesaikan disertasi Sarjana Hukum dari University Berlin dengan topik "A
Contribution to the History of Mediaval Business Organization" suatu pendekatan
interdisipliner dari ilmu Ekonom, Hukum dan Sejarah. Setelah lulus Weber bergumul
apakah akan meneruskan karier teorinya atau keinginan untuk berkarier di penerapan
ilmu-ilmu yang di pelajarinya. Bagi Weber kegiatan teoritis hanya mengandung arti
dalam kerangka penerapannya, sehinga hal itu mengakibatkan pusat perhatiannya lebih
banyak terarah pada mnetodoloigi dari pada spekulasi-spekulasi matafisik.
Setelah menikah tahun 1892, Weber menjadi guru besar di Universitas Freiburg selama 2
tahun dan lalu diangkat juga sebagai guru bersar di Universitas Heidelberg. Sepanjang
kariernya di bidang teori rupanya tidak membawa kepuasan, bahkan Weber mengalami
dipresi berat sampai 1903 dia harus meninggalkan tugas nyas ebagai guru besar. Dan
lebih berkonsentrasi di penelitian khususnya mengembangkan metode ilmu-ilmu sosial.
Dan menjadi pemimpin redaksi suatu terbitan majalah sosial yang menjadi terkenal di
German sampai masa Hitler memerintah.
Tahun 1904 ke Amerika pertama kali dan dalam tahun yang sama menerbitkan bukunya
yang terkenal "The Protestant Etihc and the Spirit of Capitalism". Dalam kesibukan
berikutnya Weber mencoba menganalisa timulnya peradaban industrial, dengan
memberikan penekanan kepada ciri-ciri yang membedakan denga masayarakat
sebelumnya. Weber meninggal th 1920 pada usia 56 tahun setelah meninggalkan
26
27
perjuangan damai. Apabila yang diperjuangkan adalah menyangkut kesempatan kesempatan yang diperoleh pribadi selama hidupnya, maka disebut seleksi sosial.
Semua bentuk perjuangan dan semua cara bersaingan yang terjadi akan dilanjutkan
dengan proses seleksi memilih mereka yang mempunyai kualitas tertinggi yang
diperlukan bagi tercapainya suatu keberhasilan.
2. Komunalisasi dan Agregasi Hubungan sosial.
Hubungan sosial yang didasarkan pada perasaan subjektif, baik yang bersifat
emosional atau tradisional atau kedua-duanya. Hubungan sosial yang didasarkan pada
keserasian motivasi rasional atau keseimbangan berbagai kepentingan.
3. Kelompok Korporasi.
Bentuk hubungan sosial yang berkaitan dengan wewenang yang dilandaskan pada
kegiatan seorang pemimpin dan suatu staf administrasi.
Jika suatu perilaku itu mempunyai maksud dan tujuan tertentu akan di teliti oleh
pengamat dengan pemahaman ("verstehen"). Pemahaman adalah sarana penelitian
sosiologis yang bertujuan untuk memberikan pengertian yang lebih mendalam,
mengenai hubungan antara keadaan tertentu dengan proses perilaku yang terjadi.
Dengan pemahaman peneliti dapat mengetahui mengapa suatu aksi terjadi dan
mengapa suatu pola perilaku tertentu mengikuti secara sinambung. Dengan cara
demikian penelitian terhadap motivasi diperkenalkan sebafgai suatu yang mendasari
setiap penafsiran sosiologis.
Analisa sosiologis di mulai dengan penjelasan kausal jenis perilaku sosial yang
mengarah pada proses mendapatkan kekuasaan dan prestise dengan memperlihatkan
hubungan itu. Meskipun penafsiran yang dilakukan adalah hipotetik dan tidak mutlak
sebagaimana halnya dengan penafsiran kausal dalam ulmu pengetahuan alam. Karena
itu penafsiran sosial di bagi menjadi dua, yaitu penafsiran yang hanya sesuai dengan
taraf artinya, dengan penafsiran yang secara kausal juga sesuai. Penafsiran kausal
diperoleh jika kemungkinan terulangnya suatu gejala dalam kondisi yang sama dapat
di tetapkan secara empiris. Sehingga didalam ilmu sosiologi perlu digunakan keduanya
yaitu kesesuaian pada taraf arti dan kesesuaian kausal.
Metode penelitian sosiologi yang idkembangkan Weber adalah pemahaman terhadap
perilaku sosial. Perilaku sosial sendiri kadang ada yang rasional dan irasional.
Kerasionalan perilaku tergantung dari perwujudan perilaku tersebut logis tidak.
Perilaku dikatakan logis jika perilaku tersebut sesuai dengan urutan perilaku yang
dapat diduga. Jika perilaku rasional, maka perilaku tersebut dapat dipahami secara
intelektual atau empiris. Sebaliknya jika perilaku tidak rasional, maka diperlukan
pemahaman yang menggunakan perasaan, dengan jalan memproyeksikan diri sendiri
kedalam situasi irasional. Atau secara utuh peneliti harus menggunakan intelektual dan
emosi bersamaan untuk memahami perilaku sosial.
Pemahaman yang rasional dapat menjadi pemahaman aktual atau empiris (karena
28
menggunakan intelek dan perasaan), yaitu bentuk pemahaman yang lazim digunakan,
dan pemahaman eksplanatoris, jika diungkap motiv-motiv yang menjadi dasar
perilaku yang diamati.
Jadi pemahaman interpretatif (Verstehen) ini adalah pemahaman dari :
a. Kasus-kasus individual kongkrit, misalnya dalam analisa historis.
b. Kasus-kasus biasa, seperti analisa sosiologis terhadap masa, yang mengandung
kemungkinan - kemungkinan yang mendekati kebenaran.
c. Suatu type murni konsep yang biasanya diformulasikan secara ilmiah, misal
konsep tentang teori ekonomi murni. Konsep tersebut memperlihatkan tipe
perilaku manusia yang terjadi atas darasr rasional yang tidak dipengaruhi oleh
faktor-faktor emosional dan hanya tertuju kepada suatu tujuan tunggal. Hal ini
jarang terjadi pada perilaku aktual, sehingga dapoat dianggap sebagai tipe ideal.
Jadi sebetulnya yang terpenting adalah mencari jenis-jenis perilaku yang fungsional
dalam rangka ketahanan manusia, dan pentingnya kesinambungan kekhususan budaya
dan tipe-tipe perilaku sosial yang berkaitan, sebelum memasuki penelitian terhadap
asal mula dan motivasinya.
29