Anda di halaman 1dari 29

BAHAN AJAR SOSIOLOGI

SUATU PENGANTAR

Disusun oleh Bambang Harjono


Untuk Christian Leadership
STT - INTI
BANDUNG
2012

Matakuliah : Sosiologi
Bobot : 2 SKS
Deskripsi : Matakuliah ini membahas tentang teori, prinsip dan metode-metode ilmu
Sosiologi, dalam rangka menjelaskan danmenemukan realitas sosial dan
aktivitas-aktivitas pokok dalam masyarakat. Karena ini matakuliah sosial
yang mempelajari masyarakat, maka disetiap pokok bahasan yang relevan
dilengkapi dengan diskusi dan review studi kasus, sehingga mahasiswa
selalu didorong untuk melihat keterkaitan antara teori dan relita masyarakat
di sekitarnya.
Tujuan :
1. Mahasiswa memiliki wawasan yang komprehensip tentang ilmu Sosiologi.
2. Mahasiswa mampu menggunakan metode sosiologi untuk menganalisis suatu
masyarakat, baik memahami perilaku masyarakat sampai memahami
masalah-masalah sosial didalam kelompok masyarakat.
No : Tujuan Pembelajaran Khusus

Pokok-pokok Isi

Mahasiswa memahami
Konsep-konsep dasar Ilmu,
Sosiologi sebagai Ilmu dan
kerangka Sosiologi.

Pengantar Ilmu dan Sosiologi


Dua sessi
sebagai ilmu beserta perangkat dasar
sosiologi.

Mahasiswa memahami latar


belakang pembagian kelompok
teori sosiologi beserta kekurangan
dan keunggulannya.

Pembagian Pokok 3 kelompok besar Satu sessi


Teori atau cara pandang Sosiologi

Mahasiswa memahami latar


Kajian Organisisme dan
belakang kelompok teori
penerapannya
organisisme dan pengembangannya

4
5

Keterangan

Dua sesi
Diskusi
kasus

Test Tengah Semester

Satu sessi

Mahasiswa memahami latar


belakang kelompok teori
mekanisisme dan
pengembangannya.

Kajian Mekanisisme dan


penerapannya

Dua Sesi

Mahasiswa memahami latar


belakang kelompok Teori
Masyarakat sebagai proses dan
pengembangnya.

Kajian Masyarakat sebagai proses


dan interaksi.

Mahasiswa memahami bagaimana


menggunakan teori sosiologi
didalam menjelaskan dan
menganalisis suatu realitas sosial.

Pengembangan terapan sosiologi


modern dan kapita selekta.

Dua sesi
Diskusi
kasus

Test Akhir Semester

Satu Sesi

Diskusi
kasus
Dua Sesi
Diskusi
kasus

Evaluasi :
1. Keaktifan di kelas dalam diskusi dan meresponi pertanyaan. (10 % untuk total
Nilai)
2. Final Test dan Tengah Test, (50 % untuk total nilai)
3. Tugas essay berkenaan dengan topik terkait, (40 % untuk total nilai).

Buku Acuan :
Sunarto, K. 2000. Pengantar Sosiologi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia. Jakarta. (buku pegangan).
Abdullah, T. & Van Der Leeden, A.C., 1986. Durkheim dan Pengantar Sosiologi
Moralitas, yayasan Obor Indonesia, jakarta. (untuk membahas Fakta
sosial dan Solidaritas Sosial).
Kontowijoyo, . Budaya dan Masyarakat.Tiara wacana, Jakarta. (untuk membahas
Perubahan Sosial).
Lawang, R.M.Z., 1985. Buku Materi Pengantar Sosiologi, Karunika Jakarta. (untuk
memperkaya pokok diskusi).
Veeger, K.J ., 1986. Realitas Sosial, Gramedia, Jakarta.
Wagiyo, M.S., 2004. Cet.4. Teori Sosiologi Modern. Pusat penerbitan Universitas
Terbuka. Jakarta.

Sumber Koran Update untuk membahas kasus.

Pengantar SOSIOLOGI

Filsafat Sosiologi (Realitas Sosial)


Veeger, K.J ., 1986. Realitas Sosial, Gramedia, Jakarta.
Sosiologi adalah mempelajari secara sistematik kehidupan bersama manusai sejauh
kehidupan itu dapat di tinjau dan diamati dengan memakai metoda empiris.
Sosiologi adalah bagian dari human science.
Sosiologi menyoroti perilaku manusia (Sama dengan ilmu ekonomi, politik, psikologi
yang termasuk dalam bagian human science) yang perilaku manusia tersebut ada
kaitannya dengan struktur-struktur masyarakat dan kebudayaan yang di miliki.
Ilmu sosiologi mempunyai berbagai aliran sebagai contoh :
1. Verstehende Soziologie. (tujuan mencari realitas sosial)
2. Sosiologi Positivistis (Keterangan kausal metoda Ilmu Pengetahuan Alam)
3. Sosiologi Fungsionalisme (Sebagai suatu kesatuan, dan fungsi)
4. Sosiologi Konflik. (kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan
masing-masing).
5. Sosiologi Kritis (menekankan sosio - budaya, masyarakat lama diganti dengan
masyarakat baru yang lebih baik).
Semula Sosiologi yang mempelajari perilaku manusia tidak dimasukan sebagai ilmu,
sampai Aguste Comte menyebutnya sebagai ilmu sosiologi didalam bukunya "Sistem
Filsafat Positif" yang dia daftarkan semua ilmu pada waktu itu, dimulai dari Matematika
sebagai ilmu pertama dan Sosiologi sebagai ilmu terakhir.
Alasannya sosiologi mempelajari perilaku manusia yang sulit di
mengerti dan diramalkan. Kelahiran Sosiologi menunggu
berkembangnya ilmu-ilmu yang lain sampai terwujud integral dan
sosiologi muncul sekitar abad 19 dan abad 20 diterima di berbagai
Universitas dan muncul fakultas sosiologi.
Pemahaman manusia yang adalah satu dan jamak sekaligus,
merupakan persimpangan antara individualitas dan sosialitas.
Keduanya saling mengisi dan mempengaruhi.
Jadi objek mater dari ilmu sosiologi adalah masyarakat, didalam masyarakat ada Individu,
sehingga pergumulan yang tidak pernah selesai didalam seluruh perkembangan ilmu
Sosiologi adalah mempelajari dan mencoba mengerti perilaku individu dan masyarakat.
Itu sebabnya didalam memahami Sosiologi, Veerger membagi Ilmu sosiologi didalam
perkembangannya menjadi tiga bagian, Yaitu :
1.
2.
3.

Bagian Awal. Yang menekankan kepada masyarakat. Dan sifat kajian ini adalah
Kolektivisme, Holisme, dan Organisisme.
Bagian Kedua adalah menekankan kepada Individu, dan kajiannya menjadi
Individualisme, Atomistis dan mekanistis.
Bagian ketiga menyadari bahwa kajian satu dan dua tetap menyisakan persoalan,
maka kajian menjadi masyarakat sebagai proses.

I. Tiga Kajian Tentang Filosofi Masyarakat


I.1. Kajian Pertama.
Kolektivisme adalah ciri teori sosiologi yang cenderung menekan dan menumpas
keunikan dan kepentingan individu. Sebagai makluk yang bebas dan bertanggung jawab,
demi kepentingan dan kemauan kolektif masyarakat, bangsa atau negara. Masyarakat
mengenakan pola berpikir dan bertindak yang seragam pada anggotanya.
Holisme, adalah kecenderungan untuk menekankan secara berlebihan kesatuan
kehidupan manusia dengan tidak mengakui perbedaannya. Holisme berarti keseluruhan
(Yunani holos). Kesleuruhan dianggap melebihi jumlah bagian-bagian dan berdiri sendiri.
Organisisme, adalah ajaran bahwa masyarakat berevolusi atau berkembang berdasar
suatu prinsip intrinsik didalam dirinya sama seperti organisma atau mahluk hidup yang
berkembang.
Pandangan yang kolektivisme, holisme dan organisisme ini menganut faham filsafat
Realisme. Yaitu aliran filsafat yang mengajar bahwa konsep-konsep umum seperti
manusia, binatang, pohon, keadilan dan keindahan dan sebagainya mewakili suatu
realitas yang nyata di luar orang yang memikirkan mereka. Begitu pula dengan konsep
masyarakat juga mempunyai realitas dalam dirinya di luar pikiran manusia.
Pandangan ini mirip pandangan panteisme dan monisme, dimana ada ajaran satunya umat
berdasarkan suatu realitas adi kodrati. Semua tangkapan inderawi adalah dianggap tidak
bisa mencapai realitas, Seluruh jagat raya dikembalikan pada satu asaa terakhir, yaitu
Allah, Tao, Brahman, Mana dsb, di Yunani adalah arche (jiwa?) yaitu unsur asali dan
prima. Heraklitos dan Epheros mengajar bahwa arche itu adalah api yang mempersatukan
semua mahluk. Apa yang nampaknya berbeda-beda itu hanyalah pencerminan atau
pemantulan dari suatu kesatuan dasariah. "Yang terpencar adalah satu", "banyak nada
yang berbeda-beda membentuk perpaduan yang amat indah", "Hidup dan mati hanyalah
saat-saat proses peralihan, mereka adalah satu, jalan ke atas dan kebadah dan sama".
Disimpulkan bahwa seluruh tertib dan keteraturan dunia dan masyarakat langsung berasal
dari suatu tertib dan keteraturan yang adi-manusiawi, abadi, tak terubahkan, dan ahistoris.
Menurut Plato dan Aristoteles susunan masyarakat mencerminkan susunan kosmos yang
abadi. Manusia berkewajiban untuk menyesuaikan diri dengan susunan itu dan
menaatinya demi keselamatannya.
Begitu juga dengan cara berpikir masyarakat Indonesia berpangkal kepada keyakinan
bahwa seluruh jagat raya adalah kesatuan dan perpaduan. Sekalipun ada pemikiran bahwa
jagat raya di kuasai dan diceraikan oleh unsur-unsur yang ber-oposisi satu terhadap yang
lain - seperti langit-bumi, gelap-terang, basah-kering, jahat-baik, lahir-batin. Namun hasil
yang di tonjolkan adalah presatuan, keseimbangan dan perdamaian.

Di masyarakat Eropa muncul koreksi dari pandangan Plato dan Aristoteles, paham
otonomi kosmos diganti dengan paham heteronomi, yaitu kosmos tidak berdiri sendiri,
tetapi trergantung pada kemahakuasaan Allah. Ketertiban kosmos adalah ketertiban yang
di ciptakan. Jagat raya memantulkan kesemarakan dan kehendak Allah.
Paham abad pertengahan sama dengan filsafat Yunani, hanya ketergantungan di alihkan
kepada Allah. Manusia menghayati hidup sebagai individu dan masyarakat, dalam
keadaan statis di bawah kekuasaan dari luar dirinya sendiri, sehingga tradisi dijunjung
dan ketaatan di tekankan. Kebersamaan dan kesatuan dihayati sebagai kesatuan Corpus
Christianum.
Begitu dengan Islam, tidak membenarkan otonomi manusia dalam membentuk dan
mengatur masyarakatnya. Agama dan kebudayaan di pandang satu dan sama. Nabi
Muhammad s.a.w. Diakui sebagai Nabi maupun sebagai negarawan. Islam adalah agama
dan negara.
Paham kosmosentris dan teosentris di atas tidak merangsang kearah terbentuknya suatu
ilmu sosial sekuler. Agama dan teologi dipandang sebagai satrusatunya sumber
pengenalan yang memadai. Satu-satunya sumber kriterium bagi perilaku sosial. Bentuk
masyarakat yang tidak sesuai dengan wahyu Allah harus di rombak dan dibangun kembali
sesuai dengan ketetapan penetapan Allah.
Di bidang politik pandangan kolektivisme, holisme dan organisisme ini adalah
konservative dan totalitarianisme.
I. 2. Kajian Kedua : pandangan masyarakat Individualistis, Atomistis dan mekanistis.
Perpindahan ini adalah asebagai akibat atau jawaban dari pandangan pertama tadi, yang
tidak mengakui peranan bebas manusia didalam mengadakan perubahan sosial.
Sejak jaman Renaissance di Perancis, pola pikir masyarakat berubah. Suatu revolusi
mental dimana peranan manusia dalam mengubahkan
muka bumi dan mengatur masyarakat makin disadari.
Muncul tokoh-tokoh pemikir seperti Machiavelli,
Hobbes dan Thomas Morus. Lalu disusul sebagai
tokoh jaman baru yaitu Locke, Berkeley, Hume,
Montequieu, Voltaire, Diderot d'alembert, dan Rousseau
yang ajarannya menentang kepercayaan lama bahwa
segala di kolong langit telah langsung diatur oleh Allah
selama-lamanya.
Revolusi Perancis (1789) meruntuhkan kekuasaan feodal
dan mengawali proses demokratis yang dialami sebagai
kejutan luar biasa. Gagasan baru yang berpangkal bahwa
manusia "bebas" adanya untuk mengatur duniannya dan
mencari kebenaran yang berabad-abad lamanya tidak
pernah dipermasalahkan. Ilmuwan-ilmuwan sosial
bermunculan. Kehidupan bersama, pengorganisasiannya

10

dan lembaga-lembaganya serta tata nilai yang mendasarinya, mulai di pelajari dan
dibahas. Sosiologi lahir sebagai ilmu pengetahuan.
Pada mulanya berkembang ilmu biologi dan ilmu Alam, ditemukan hukum penyebab
(causa efficiens) yang menerangkan gejala alam, dan sesudah diterapkan menghasilkan
proses industrialisasi yang diharapkan dapat menciptakan kemakmuran besar. Begitu juga
dengan teori Sosiologi berkembang dengan harapan mereka dapat menghasilkan
masyarakat baru yang bebas dari peperangan, penindasan, dan kemiskinan. Agama dan
Ilmu Ketuhanan tidak diperlukan untuk itu. Akal Budi manusia sudah cukup.
Sebaliknya di seiring dengan struktur feodal yang melemah, struktur baru belum kuat dan
baru dalam tahap eksperiment dan belum memperoleh doa restu tradisi, sehingga
kekacauan sosial politik melanda Eropa. Dalam situasi ambivalen, dimana optimisme di
satu pihak dan kegagalan serta frustrasi di pihak lain, Sosiologi mulai berkembang. HAl
ini melatarbelakangi munculnya aliran-aliran dalam teori-teori sosiologi yang seolah
bertentangan. Contoh aliran Konservative dan Progresif.
Pada permulaan abad 19 satu kutub relasi masyarakat di tekankan, dan bergeser tekanan
itu pindah ke individu, sampai pada akhir abad 19 kedua pengertian yang masing-masing
ekstrem mulai diperdamaikan, dan dilahirkan konsepsi masyarakat yang lebih seimbang.
Individualisme adalah mendahulukan kepentingan hidup bersama. Masyarakat atau
kelompok diharapkan melayani individu, yang dianggap mempunyai hak-hak mutlak
yang tidak pernah boleh di kurangi atau di rampas daripadanya oleh mesyarakat dengan
berdalijh ada kepentingan bersama.
Atomisme adalah ajaran bahwa relasi-relasi antara individu-individu bersifat lahirah saja
bagaikan antara atom-atom yang membentuk molekul. Jadi bukanlah kesatuan melainkan
kejamakan dan keanekaragaman dipandang sebagai ciri pokok masyarakat.
Mekanistis adalah ajaran bahwa tidak ada perubahan atau evolusi dari dalam. Susunan
masyarakat dan pergolakannya adalah hasil hukum-hukum mekanis bagaikan konstruksi
dan geraknya mesin atau kendaraan bermotor. Seluruh alam semesta termasuk manusia
dikuasai oleh hukum penarikan dan penolakan. Kebebasan manusia
Pandangan masyarakat yang bersifat Individualistis, atomistis dan mekanistis mempunyai
akarnya dalam Nominalisme. Suatu aliran filsafat yang mengajar bahwa konsep-konsep
umum tidak mewakili realitas apapun. JAdi masyarakat juga tidak mempunyai "ada"
dalam dirinya. (Jika masyarakat itu tidak ada lagi, maka individu masih tetap ada. Jika
dibalik Individu yang lenyap maka kita tidak akan menjumpai masyarakat.)
Yang nyata itu adalah individu. Oleh karena jumlah oindividu terlalu banyak, mereka
tidak dapat disebut satu demi satu. Oleh karena kesulitan itulah istilah "masyarakat" telah
dibuat sebagai shorthand untuk menyebut semua individu.
Selain pandangan nominalisme, ada pendangan materialisme. Yaitu tidak diakuinya peran
prinsip kerohanian diantara manusia selain hukum-hukum fisik dan biologis. Hanya ada

11

alam kebendaan. Seluruh alam raya termasuk manusia baik dalam individualnya maupun
dalam kehidupan bersama, terdiri dari materi saja, yang menampakan dirid alam berbagai
bentuk, termasuk kesadaran.
Dibidang politik paham ini melahirkan liberalisme. Yaitu paham yang tidak menyetujui
campur tangan pemerintah dalam urusan hidup individu maupun dalam kehidupan
bersama, kecuali jika sangat diperlukan dan dalam kondisi terbatas. Termasuk
didalamnya adalah kapitalisme.
I.3. Kajian Ketiga.
Muncul pandangan yang langsung merangkaikan dan mempersatukan masyarakat dengan
perilaku anggotanya. Pandangan ini bercorak dinamis. Masyarakat di pandang sebagai
proses, dimana manusia sendiri mengusahakan kehidupan bersama menurut konsepsinya
dan bertanggung jawab atas hasilnya.
Manusia (individu) tidak didalam masyarakat melainkan bermasyarakat.
Masyarakat bukanlah wadah, melainkan aksi, yaitu social action.
Masyarakat terdiri dari sejumlah pengertian, perasaan, sikap dan tindakan yang tidak
terbulang jumlahnya.
Masyarakat sebagai proses dapat di lihat dari sudut pandang :
1.

2.

Masyarakat di tinjau dari segi anggotanya yang membentuk, mendukung, menunjang


danmeneruskan suatu pola kehidupan bersama yang kita sebut masyarakat. Tanpa
peranan aktif anggotanya tidak akan ada keluarga, kelompok, masyarakat, atau
negara. Tanpa pendukung dan penegak tifdak akan ada hukum, bahasa, adat istiadat
atau kebudayaan, dan peradaban pada umumnya.
Masyarakat dapat ditinjau dari pengaruh strukturnya atas anggotanya. Pengaruh itu
penting, sehingga tanpa pengaruh itu manusia tidak dapat hidup., apalagi
berkembang. Tanpa kepemimpinan, tanpa bahasa, tanpa hukum, tanpa keluarga,
tanpa ekonomi, tanpa pertahanan, tanpa moralitas, agama dll. Individu akan tidak
berdaya dan dihancurkan oleh kekuatan-kekuatan alam dan nalurinya sendiri.
Peralihan dari mahluk hidup dan menjadi manusia yang berpribadi dan
perkembangannya langsun berkaitan dengan dependensinya dari masyarakat.

Masyarakat dalam proses mengandung dua arti sekaligus yaitu individu yang
menegakkan masyarakat dan bertangung jawab atas keadaannya, dan masyarakat
berperan sedemikian didalam diri individu, sehingga eksistensinya sebagai manusia
tergantung daripadanya.
Keberadaan dua wajah ini semakin disadari didalam sosiologi modern, dan akhirnya tidak
dipermaslahlan lagi melainkan di pandang sebagai suatu hakekat kesatuan dalam arti
masyarakat itu sendiri. Masyarakat adalah realitas sui generis, yaitu bercorak sendiri dan
khusus. Masyarakat harus dikihat sebagai realitas objektif dan subjektif. Kita mengerti
masyarakat didalam proses dialektik terus menerus yang terdiri dari tiga saat, yaitu
externalization, objektivation dan internalization.

12

II. Lebih mendalam tentang Pandangan Komunal / Organisisme.


1. Aguste Comte (1798 - 1857).
1824 menulis buku Sistem Politik Positif. Dan mengembangkan sistem filsafat positif.
Positivisme adalah dasar menyusun masyarakat baru. Positivisme adalah paham yang
membatasi pengetahuan benar manusida kepada hal-hal yang
dapat diperoleh dengan memakai metoda ilmu pengetahuan
(science atau sains). Hal poisitif (positive fact) adalah hal
yang mesti dibenarkan oleh setiap orang yang mempunyai
kesempatan sama untuk menilainya. Hal ini bertentangan
dengan kejadian-kejadian yang kita kayalkan, suka dengarkan
dan parcayai. Positivisme adalah ajaran bahwa hanya fakta
atau hal yang dapat di tinjau dan diuji melandasi pengatahuan
sah.
Comte yakin bahwa kemampuan akal budi manusia untuk
mengenal gejala dunia, agak terbatas. Manusia harus
membatasi diri hanya mengolah data inderawi yang objektif
dan nyata. Tiga hal saja yang dapat dilakukan yaitu :
1. Menerima dan membenarkan gejala empiris sebagai kenyataan,
2. Mengumpulkan dan menggolong-golongkan gejala itu menurut hukum yang
menguasai mereka dan
3. Meramalkan kejadian-kejadian yang akan datang berdasarkan hukum-hukum itu, dan
mengambil tindakan yang dirasa perlu atau berfaedah.
Pada waktu itu dipercaya bahwa seluruh alam termsauk dunia sosial dikuasai oleh hukum
alam. Pandangan ini disebut determinisme, Bukanlah manusia yang membangun dunia
dan memberi arah kepada sejarah, melainkan hukum yang otonom. Sejarah adalah proses
otonom yang berevolusi dan tidak mungkin di hentikan atau di belokkan oleh manusia.
Manusia harus mengikuti sejarah dan mengadaptasikan diri. Agar dapat mengadaptasi
harus mengenal hukum-hukum alam, dan itu bisa dilakukan secara empiris.
Masalah muncul adalah karena ketidak tahuan manusia akan baik hukum alam maupun
hukum sosial.
Keteraturan didalam masyarakat mnenurut Comte adalah karena ada suatu Orde, yaitu
susunan yang tetap dan tertib. Manusia adalah pada dasarnya adalah saling membutuhkan
dan saling melengkapi sesuai dengan kemampuan masing-masing. Masyarakat disusun
berdasarkan prinsip pembagian tugas. Jadi orde adalah keadaan normal, yang bertumpu
kepada sifat sosial manusia yang disebut dengan zoon politicon.
Masyarakat juga berevolusi dan dinamis, karena itu Orde dan kemajuan adalah dua
kenyataan masyarakat. Masyarakat adalah holistik (menyeluruh). Cara manusia berpikir
dan menafsirkan dunia berkembang secara bertahap, dan keadaan masyarakat selalu
bersesuaian dengan tahap yang sedang dicapai, Comte membedakan tiga tahap
perkembangan akal budi, yaitu :

13

A. Tahap Agama
Pandangan bahwa manusia adalah bagian dari alam, tidak berdaya dan bermental
partisipasi. Manusia masih Anismisme, dimana dunia dipahami sebagai kediaman
roh-roh atau bangsa halus. Politeisme merupakan bentuk pemikiran yang berikutnya.
Manusia mulai mengelompokkan semua benda dan kejadian alam berdasar pada
kesamaan kesamaan diantara mereka. Di Jawa ada dewi Sri yang menguasai sawah, dsb.
Jadi Politeisme bisa dipandang sebagai usaha manusia untuk mengatur, menertibkan dan
menyederhanakan alam semesta yang beragam. Setelah itu ada Monoteisme, yaitu
kepercayaan hanya ada satu Tuhan yang berdaulat penuh dan berkuasa mutlak atas langit
dan bumi. Bandingkan Yer 51:16.
B. Tahap Metafisik.
Semua gejala dan kejadian tidak lagi dilihat sebagai langsung disebabkan roh, dewa atau
Yang Mahakuasa. Sekarang akal budi mencari pengertian dan penerangan dengan mem
buat abstraksi-abstraksi dan konsep-konsep metafisik. Sebetulnya pada tingkat ini terjadi
penggantian "oknum" yang menyebabkan itu semua, dari ALlah atau Dewa tertentu
kepada "hukum alam", "kodrat manusia", "emanasi dari yang Ilahi", "keharusan mutlak"
atau nasib, takdir.
C. Tahap Positif.
Tahap ini gejala alam dapat dibuktikan oleh akal budi berdasarkan hukum-hukumnya
yang dapat ditinjau, diuji dan dibuktikan atas cara empiris. Manusia dimampukan untuk
menerapkan dan memanfaatkan. Peran agama sudah digantikan oleh peran akal budi
manusia.
Perkembangan masyarakat (Sejarah) menurut Comte adalah :
a) Sejarah pada pokoknya adalah proses perkembangan bertahap dari cara manusia
berpikir.
b) Proses perkembangan ini bersifat mutlak, universal dan tak terelakkan.
Statika sosial adalah semua unsur struktural yang melandasi dan menunjang orde, tertib
dan kestrabilan masyarakat. Antara lain disebut sistem perundangan, struktur organisasi
dan nilai-nilai seperti keyakinan, kaidah dan kewajiban yang semuanya memberi bentuk
yang kongkret dan matap kepada kehidupan bersama.
Dinamika sosial adalah semua proses pergolakkan yang menuju perubahan sosial.
Dinamika sosial adalah daya gerak sejarah, yang pada setriap evolusi mendorong kearah
tercapainya keseimbangan baru yang setinggi dengan kondisi dan keadaan zaman.
2. Herberth Spencer. (1820 - 1903)
Dalam bukunya Social Statics masyarakat disamakan dengan suatu organisme. Perlu di
catat yang dimaksud dengan "organisme sosial" menurut Spencer adalah positivistis dan
deterministis. Masyarakat adalah organisme. Semua gejala sosial diterangkan berdasarkan

14

suatu penentuan oleh hukum alam. Hukum yang berlaku di pertumbuhan fisik juga
berlaku di evolusi sosial. Jadi biologi dan sosiologi adalah sama.
Masyarakat adalah organisme, yang berdiri sendiri dan berevolusi sendiri lepas dari
kemauan dan tangung jawab anggotanya, dan dibawa kuasa suatu hukum. Fungsi
koordinasi dan pemersatu yang dilakukan oleh sistem Syaraf di tubuh dilakukan oleh
sistem pemerintahan di badan sosial. Sama seperti tubuh menghasilkan metabolisme
untuk kebutuhan dan pemeliharaan dan ketahanan badannya. Demikian juga masyarakat
mempunyai sistem ekonomi demi kelangsungan dan perkembangannya. Sama seperti
distribusi di tubuh ada pembuluh darah di masyarakat ada infrastruktur dan jaringan
transpotasi, jembatan, saluran telepon dsb.
Spencer membedakan empat tahap dalam proses
penggabungan materi.
1. Tahap penggandaan dan pertambahan. Ciri pertama
adalah bertambah, bertumbuh.
2. Tahap Kompleksifikasi. Semakin bertumbuh semakin
rumit struktur organisme yang bersangkutan.
3. Tahap pembagian atau differensiasi. Mencirikan
pembagian tugas atau fungsi yang semakin
berbeda-beda. Pembagian kerja menghasilkan
stratifikasi atau pelapisan sosial. Muncul kelas elit dan
cendekiawan sebagai "otak masyarakat" dan kelas
buruh atau petani sebagai "tangan masyarakat".
4. Tahap pengintegerasian. Dengan mengingat
differensiasi menyebabkan perpecahan, kecenderungan negatif ini akan dibendung
dan diimbangi oleh proses yang mempersatukan.
Spencer menolak campur tangan intervensi pemerintah di bidang-bidang ekonomi,
pendidikan, kesehatan dan pekerjaan umum lainnya.
Morfologis masyarakat (penyemaan masyarakat) adalah :
1. Masyarakat militaristis.
2. Masyarakat Industri.
Masyarakat di kelompokkan kedalam type konseptual masyarakat miteristis sebagai awal
masyarakat yang akan berkembang menjadi masyarakat industri. Sifat agresif ada pada
militeristis.
3. Darwinisme sosial (Charles Darwin 1890 - 1882)
Darwin sendiri didalam bukunya yang terkenal tidak membahas teori sosial dan tidak
menerapkan hukum biologi dari teori evolusinya ke kehidupan sosial. Tetapi konsep
evolusi biologinya ternyata berpengaruh kepada teori darwinisme sosial.
1.
2.

Keadaan awal adalah sederhana dan tidak heterogen. Terjadi perubahan yang menjadi
beragam adalah karena proses adaptasi, perubahan dan evolusi.
Perubahan dan evolusi ini tidak mengarah kepada satu tujuan (causa finalis) yang

15

3.

telah dirancangkan dan di tetapkan sejak permulaan.


Evolusi bukanlah pelaksanaan tujuan, melainkan
adaptasi kepada lingkungan.
Bagaimana evolusi berlangsung, empat konsep yang
dipakai yaitu :
1. Struggle for life
2. Survival of the fittest
3. Natural selection
4. Progress

Teori - teori Darwinisme sosial ini digolongkan kedalam empat kelas :


1. Teori Naluri
2. Teori Ras
3. Teori Determinisme
4. Teori Evolusi. Evolusionisme, Involusionisme, dan Sinkretisisme.
III. Lebih mendalam tentang Pandangan Individual / Mekanisisme.
Faham dari pandangan kedua ini adalah melihat :
1. Hanya ada individu-individu. (masyarakat hanya pluralitas dari individu. Otonomi
dan kebebasan individu adalah nilai yang paling asli. Manusia adalah atom atau sel
yang menentukan).
2. Tidak ada evolusi dan perubahan sosial. Hukum seesaw yang berayun mencari
keseimbangan bukan perubahan.
3. Mekanisme sebagai bagan masyarakat. Masyarakat mekanistik digerakkan oleh
pemerintahan. Jika salah akan di atur ulang social re-enginering. Kalau sosiologi
melihat masyarakat sebagai organisme adalah berdasarkan teleologis (sesuai tujuan)
dan masa depan (organisme selalu menuju kepada arah yang lebih baik dan
optimistis). Sedang sosiologi mekanistik berorientasi energi yang menggerakkan dan
itu masa lalu. Untukj mencari sebab dan akibat. Kalau yang pertama ada unsur Etis
dan yang kedua adalah bebas nilai.

1. Thomas Hobbes (1588 - 1679)


dalam bukunya leviathan mengemukakan
bahwa pengalaman empiris merupakan satu
satu nya sumber untuk pengetahuan ilmiah
yang sah. Masyarakat adalah himpunan
individu-individu yang masing-masing atas
cara egoistis mengejar kepentingan mereka
sendiri. Yang ada adalah persaingan dan rasa
takut. Kalau toh ada ikatan-ikatan sosial itu adalah gencatan
senjata, jika sudah merasa kuat mereka akan keluar dari
kelompok dan berdiri sendiri. Keseimbangan yang terjadi
adalah dari ketakutan dan kekuatan. Orang-orang ynag ingin
ada keadaan damai yang kebih kokoh, bersepakat untuk

16

mengganti koeksistensi dengan hidup bermasyarakat dimana kekuatan fisik diganti


dengan kekuatan hukum. Orang rela menyerahkan sebagian kebebasannya kepada
kekuasaan negara, supaya menerima perlindungan hukum, keamanan dan barang yang di
butuhkan demi perkembangan hidup mereka.
2. Jhon Locke (1632 - 1704). Mendukung pendapat Hobbes
orang bersedia mengikatkan diri kepada hidup bernegara, supaya
tercapai suatu keadaan dimana tak seorang pun lebih kuat
daripada yang lain, DImuka hukum semua orang menjadi sama.
3. Vilfredo Pareto (1848 - 1923).
Sosiolog adalah netral tidak boleh bersikap seperti nabi atau hakim yang hendak
menegakkan keadilan. Sosiologi sebagai ilmu empiris tidak bermaksud menyebarkan
gagasan mengenai masyarakat ideal yang seharusnya di bentuk, melainkan hanya
menyajikan fakta mengenai masyarakat yang ada dan dapat di tinjau dan diuraikan oleh
setiap orang.
Penilaian etis, pandangan filsafat spekulatif, maupun perasaan tidak boleh memainkan
peran dalam sosiologi. Harus bersifat logis dan eksperimental. Logis ini adalah
kesimpulan - kesimpulan tidak boleh melebihi premis pendukungnya, harus dibenarkan
oleh setiap orang yang berakal budi sehat. Jadi berdasarkan matematika rasiuonal, yang
selalu sah dan tak terubahkan. Dan eksperimental berarti bahwa satu-satunya landasan
sosiologi ialah realitas yang merupakan objek observasi inderawi. Tiap-tiap
konsep-konsep, proposisi, dan teori harus berpangkal pada fakta yang di tinjau atau
mungkin dapat di tinjau.
Sosiologi jadi bertujuan untuk menghasilkan pengertian yang lebih baik tentang
masyarakat yang ada. Pengertian itu diperoleh melalui
Konseptualisasi, yaitu proses menyederhanakan realitas sosial
yang beragam dan jamak oleh akal budi. Kemudian hasil
konseptualisasi tadi disusun ulang untuk menggambarkan
situasi yang terjadi sebenarnya pada masyarakat.
Masyarakat terdiri dari perilaku manusia. Manusia merupakan
"the material point" atau "molecules" dari sistem yang disebut
masyarakat. Perilaku manusia yang logis adalah perilaku
manusia yang secara rasional berpedoman pada tujuan,
sebaliknya dikatakan non logis. Padahal hampir sebagian besar
perilaku manusia adalah nonlogis. Seperti a) orang menyangka
secara subyektif tindakan yang dilakukan ada kaitannya dengan
tujuan yang diinginkan. Padahal tidak sama sekali. b) Suatu tindakan yang semula adalah
logis karena didasarkan kepada untuk mencapai tujuan dan rasional, tetapi setelah tujuan
tercapai keadaannya justru kebalikan dari yang di inginkan. Contoh pemimpin revolusi
yang menggulingkan pemerintahan totaliter, setelah dia memimpin jatuh ke hal yang
sama yaitu memimpin dengan totaliter juga.
Jadi thesis dari teori Pareto ini adalah bahwa perilaku manusia yang diamati didalam
masyarakat adalah kebanyakan non logis atau dengan kata lain lebih didasari oleh

17

sentimen - sentimen yang umumnya tidak disadari secara eksplisit oleh pelaku. Type
sentimen seperti apa :
a) Residu - residu.
Adalah struktur struktur dasar manusia yang selalu sama, mantap dan tidak berubah
sepanjang jaman. Struktur dasar ini melandasi dan mempengaruhi perilaku. Walaupun
orang terdiri dari berbagai latar belakang, dan situasi tetapi ada struktur dasar yang
mempengaruhi pola perilakunya dan itu dicirikan sama. Contoh : 1) Orang cenderung
menggabungkan hal-hal yang tidak ada hubungannya. (The instinct of combination)
Seperti bencana alam dengan perilaku nya pribadi di tempat yang berbeda misalnya. 2)
Kecenderungan untuk mempertahankan dan melestarikan kombinasi yang telah dibuat.
(the persistence of aggregates), 3) Kecenderungan untuk mengungkapkan emosi secara
lahiriah melalui tangisan, teriakan, tepuk tangan, demonstrasi, aksi boycot. 4) Sosialitas
ingin bersatu dengan orang lain. 5) Kecenderungan untuk mempertahankan diri sebagai
individu yang utuh. Nama baik, self image dsb. 6) KEcenderungan untuk mengarahkan
dan mengungkapkan seksualitas.
b) Derivasi derivasi.
Derivasi (= penurunan) adalah rasionalisasi atau pembenaran perbuatan yang nonlogis.
Perilaku manusia bukan sekedar di dorong oleh residu-residu untuk bertindak atas cara
tertentu saja, melainkan juga untuk membenarkan dan mempertanggung jawabkan
tindakannya secara teoritis
Penurunan yang dimaksud adalah manusia berbuat terlebih dahulu baru mencari motivasi
sebagai pembenaran. Dalam bukunya Mind and Society , Pareto mengungkapkan verbal
veil (Selubung kata-kata). Artinya semua teori dan
gagasan hanyalah kedok saja untuk menutupi keadaan
yang sebenarnya. Kedua hal ini adalah teori Pareto yang
penting, sebab perilaku manusia bukan lagi di kendalikan
poleh pikirannya melainkan secara mekanistis di atur oelh
hal lain. Manusia menjadi tidak bebas. The derivation are
rapidly transformed but the residues are relatively
constant.
Derivasi pareto ini ada 3 macam : a) Pembenaran dengan
langsung saja menyatakan bahwa itu benar meskipun
tampa ada dukungan data lain, b) Pembenaran yang
menumpang pada unsur lain seringkali Tuhan dengan mengatakan kehendak Tuhan, c)
Pembenaran karena kecocokan dengan perasaan, kepentingan, atau keinginan orang.
c) Kesukaan
Perasaan suka, senang dan tertarik dengan hal-hal tertentu. Hoby sering tidak dibahas
sebagai residu, sehingga harus di keluarkan dari residu. Termasuk di sini adalah hal-hal
yang tidak dipermasalahkan, tidak didiskusikan dan tidak perlu dipertimbangkan.
d) Kepentingan
Kepentingan dalam bentuk barang, kedudukan dan kekuasaan. Yang mendorong perilaku
seseorang. Termasuk keserakahan, egoisme dsb. Tidak dimasukkan ke residu oleh Pareto

18

karena dorongan untuk kepentingan pribadi adalah memiliki ciri yang khas menurut
Pareto. Kepentingan menjadi orang bertindak logis, tetapi juga mendorong munculnya
derivasi-derivasi yang lain.
e) Heterogenitas sosial.
Yang melengkapi pandangan masyarakat, yang mekanistis adalah the circulation of the
elites (pergantian orang yang berkuasa). Derivasi-derivasi (ideologi revolusioner) baru
muncul post factum sebagai usaha untuk membenarkan hal yang sudah menjadi
kenyataan. Inti revolusi adalah mutasi personalia the ins become the outs and the outs
become the ins. The Lions adalah elit yang merebut kekuasaan dengan kekuatan fisik
(type manusia yang menonjolkan kekuatan fisik lebih dari kecerdasan), The Foxes adalah
cerdik pandai yang memakai taktik bohong untuk mengelabui rakyat (kelompok manusia
yang mementingkan kecerdasan lebih dari kekuatan fisik), the foxes menggantikan the
lions. Perjuangan politik tidak pernah menyentuh soal-soal prinsip seperti demokrasi,
sosialisme atau komunisme, melainkan hanya masalah siapa yang berkuasa.

IV. Lebih mendalam tentang Pandangan Proses Masyarakat.


Perbedaan dari pandangan Organisisme dan Mekanisisme diatas adalah contoh ekstrem,
diantara kadua pandangan itu terdapat kesamaan dan perbedaan. Kebebasan manusia
didalam membangun sendiri masyarakatnya adalah tidak diakui. Perbedaannya
menyangkut konsepsi masyarakat dan gejala sosial.
Organisisme
Mekanisisme
Masyarakat sebagai suatu kesatuan hidup,
Masyarakat adalah perhimpunan dari
individu adalah subordinate. Fungsional
individu, yang mandiri, secara lahiriah
sebagai anggota tubuh.
berinteraksi.
Masyarakat adalah jaringan relasi-relasi
yang di tambahkan dari luar kepada
individualitas para pelaku bagaikan
perangkaian atom-atom atau penyusunan
bagian-bagian mekanisme.
Keseluruhan didahulukan atas kepentingan Kepentingan individu didahulukan atas
individual, ketunggalan atas kejamakan
kepentingan bersama,
(pluralitas).
Keseragaman atas keanekaragaman yang
Kejamakan atas ketunggalan, perbedaan
penuh persaingan.
atau konflik atas perpaduan atau kesesuaian
paham (consensus)
Kedua kategori ini menyisakan kebutuhan pola ketiga yang menekankan kepada
keseimbangan dari keduanya. Karena :
a) Pandangan masyarakat yang seimbang menentang tuntutan baik dari orgnisisme
maupun dari mekanisisme.
b) Pandangan masyarakat yang seimbang menentang kepercayaan organisisme yang
menyatakan masyarakat adalah yang paling berarti.
c) Pandangan masyarakat seimbang tidak akan dapat menerima kepercayaan

19

mekanisisme, bahwa individu yang paling berarti.


Karena Hidup bermasyarakat adalah ciptaan dan usaha manusia sendiri. ADalah usaha
manusia yang terus dipertahankan, dipelihara, di tunjang, atau diuabh atau diganti oleh
manusia.
Hidup masyarakat yang diusahakan dan diciptakan sendiri, bertujuan untuk
memungkinkan perkembangannya sebagai manusia. Karena tanpa masyarakat tidak ada
hidup individual yang manusiawi. Jadi manusia sekaligus membentuk dan dibentuk oleh
hasil karyanya sendiri.
1. George Simmel (1858 - 1918)
Simmel mengkritisi kedua pandangan tadi yaitu organisisme dan mekanisisme, dan
membangun keseimbangan diantaranya dengan teorinya :
1.
Theory of action. Masyarakat adalah jaringan relasi-relasi antara manusia yang
menjadikan mereka bersatu. Masyarakat adalah sejumlah pola perilaku yang
disepakati dan di tunjang bersama. Aktivitas anggotanya adalah
bertumpu pada konsepsi-konsepsi dan pola perilaku yang di
tunjang bersama. Contoh bahasa adalah dicipta untuk menjawak
kebutuhan komunikasi. "Society exists where several individuals
enter into interaction, and a plurality becomes unity." Jadi
dinamis dan terdiri dari hapening bagi anggotanya.
2. Relasi-relasi aktif dari anggota atau kelompok didalam
masyarakat adalah berbeda-beda. Relasi itu bisa menjadi
Gemeinschaft (paguyuban) atau Gesellschaft (patembayan).
Jaman sekarang ada kecenderungan merubah relasi yang bersifat afektif dan personal
(Gemeinschaft) dengan pola yang lebih bersifat fungsional dan rasional
(Gesellschaft).
3. Interaksi didalam masyarakat tidak selalu intergratif dan harmonis. Sebaliknya
diperlukan relasi yang mengkritik, oposisi, persaingan dsb. Keduanya diperlukan.
Persaingan memang merupakan salah satu bentuk konflik, tetapi kalau dilihat dari
keseluruhan interaksi yang membentuk masyarakat, persaingan merupakan relasi
yang memainkan peran positif bagi seluruh kelompok.
4. Tidak semua kesatuan sosial mempunyai intensitas waktu yang sama.
Kelompok-kelompok mempunyai frekwensi interaksi dan dan kadar intergrasi yang
berbeda. Pelembagaan menjadi pranata sosial adalah bahwa bentuk formal relasi
diceraikan dari inisiatif dan kemauan individu dan diberi status umum, sehingga
menjadi kurang lebih wajib bagi semua anggota masyarakat.
2. Thorstein Veblen (1957 - 1929)
Teori yang dikembangkan adalah the leisure Class. Teori waktu
luang, teori ini berusaha menjelaskan fungsi-fungsi latent konsumsi
dan pemborosan secara berlebih-lebihan yang menjadikan simbo
status penyandangnya. Leisure Class adalah kelas pemboros yang
memiliki ciri-ciri :
a) Kerja kasar adalah kerja untuk golongan sosial bawah, kelas elit
adalah tidak bekerja kasar dan sudah kaya.

20

b) Kemewahan dan kebebasan di tonjolkan, konsumtif dan waktu luang banyak.


c) Mengembangkan ketrampilan-ketrampilan lain yang tidak ada hubungan dengan
peningkatan kualitas hidup.
d) Ada keberanian tidak saja untuk memamerkan kemewahan tetapi juga metoda kotor,
kekerasan dan korupsi untuk mencapai tujuan.
3. Charles Horton Cooley (1864 - 1929).
Cooley mengembangkan kesatuan masyarakat dan individu, hidup pribadi manusia
bercorak sosial, sama seperti kehidupan sosial bercorak pribadi. Mind is social, dan
society is mental. Disamping itu juga mengembangkan solidaritas klasik. Bukan saja
manusia harus solider tetapi manusia adalah solider. Tiap-tiap individu menimba dari
suatu khazana umum yang mengungguli individualitasnya. Manusia adalah mahkluk
sosial, tidak hanya berarti, bahwa manusia harus hidup bersama dengan orang lain,
melainkan juga bahwa apa yang di miliki olehnya sebagai
diri sendiri (self) dimiliki oleh orang lain.
Apakah ada perbedaan antara kemauan masyarakat atau diri
sendiri dari free choice dengan social suggestion (peraturan
masyarakat) ? Persoalannya adalah garis batas individu dan
masyarakat sebetulnya tidaklah setegas difinisi yang kita
bayangkan. Karena unsur kehidupan bersama telah meresap
masuk ke ranah individu, begitu sebaliknya.
Secarea konseptual juga antara Egoisme dan Altruisme,
dimana sebetulnya yang satu mengandung yang lain dan
sebaliknya. Tidak ada egoisme mutlak, karena kesadaran diri sebagai ego berasal dari
kontak dengan orang lain (karena ada identitas), dan apa saja yang ada pada diri seorang,
telah di terima dari orang lain dan masih tetap dibagi bersama. Begitu pula Altruisme
yang mutlak juga tidak ada, karena orang tersebut tidak hanya akan hidup untuk orang
lain, tetapi sendiri menjadi orang lain.
Colley mengkritik Rene Descartes, cogito ego sum (saya berpikir, jadi saya ada) karena
jika tidak ada orang lain, orang tersebut tidak dapat berpikir.
Organisasi sosial menurut Colley adalah : pengenalan diri sebagai "aku" hanya dapat lahir
bersama dengan pengenalan "kamu", kalau ada tempat temu, dimana berlangsung
interaksi dan sosialisasi, Tempat itu adalah Organisasi sosial.
Ada primary group yang di tandai dengan relasi dekat face to face dan akrab, termasuk
keluarga, peer to peer group. Dan Secondary group adalah kelompok sebaya atau
sejaman), masyarakat modern semakin berkurang primary groupnya. Padahal secondary
group tidak mempengaruhi pembentukan kepribadian, pendidikan moral dan
penyampaian nilai-nilai sosial hanya dapat diharapkan dari primary groups.
4. William Graham Sumner (1840 - 1910)
Sosiologi harus menerangkan bagaimana alam pikiran seseorang dimasyarakatkan dan
juga bagaimana kelakuan lahiriah diserasikan dengan suatu pola umum.
Padahal perilaku manusia secara umum dipengaruhi oleh naluri-naluri dasarnya, dan jika
berhadapan dengan orang lain yang juga mempunyai naluri yang berbeda, maka akan

21

potensi untuk konflik. Manusia mau menang sendiri, bagaimana mengaturnya ? Perlu
folkway (kebiasaan-kebiasaan rakyat) yang dibentuk bersama.
Dari proses pengalaman baik yang menyenangkan maupun yang
tidak manusia melakukan usaha-usaha penyesuaian diri yang
bersifat timbal balik menghasilkan pola-pola perilaku yang
menjadi mantap. Pola -pola yang merupakan titik tengah antara
egoisme dan altruisme, dan dapat restu dan dukungan dari orang
banyak. Pola-pola perilaku itu ada yang kemudian menjadi
norma-norma susila (more) dan ada yang menjadi hukum.
Penyesuaian penyesuaian pada proses berikutnya akan menjadi
antagonistic cooperation. Yaitu kerja sama antara pihak-pihak yang bertentangan.
Dalam flokway yang terus menerus maka akan terbentuk kelompok-kelompok bisa
didasari etnosentris groups, dan unsur pengikat lain. Dari kelompok ini dikenal ingroups
atau wegroups dan lawannya adalah outgroups atau theygroups.
5. Ferdinand Toennies (1855-1936).
Masyarakat adalah usaha manusia untuk mengadakan dan memelihara
relasi-relasi tombal balik yang mantap. Kemauan manusia mendasari
masyarakat.
Ikatan atau relasi Gemeinschaft (paguyuban) yang nyata adalah
keluarga. Tetapi tidak hanya itu sebab ada soko guru yang menyokong
relasi gemeinschaft adalah a) darah, b) tempat tinggal atau tanah, c)
Jiwa atau rasa kekerabatan, ketetanggaan dan persahabatan.
Sedang relasi Geselschaft atau tipe asosiasi dimana relasi-relasi
kebersamaan dan kebersatuan antara orang berasal dari faktor-faktor
lahiriah, seperti persetujuan, peraturan, undang-undang dsb.
Pada Gemeinschaft orang akan tetep bersatu meskipun ada
faktor-faktor yang memisahkan, sedang pada Geselschaft mereka tetap terpisah meskipun
ada faktor-faktor yang menyatukan. Aktifitas didalam Gesellschaft adalah mewakili diri
sendiri bukan kelompok sehingga ada unsur ketegangan di situ.
Hidup relasi yang organis ada pada Gemeinschaft dan mekanistis pada Gesellschaft. Dan
menolak Realisme dan Nominalisme Aristoteles.
6. Emile Durkheim. (1857 - 1917)
Sebetulnya berangkat dari keberbedaan dua sudut pandang yaitu organisisme yang
menekankan kepada masyarakat lebih dari individu dan mekanisisme yang
mendahulukan individu dari masyarakat yang dirasakan memiliki banyak kekurangan
didalam menjelaskan realitas yang sesungguhnya, di teruskan dengan menyatukan kedua
unsur tadi didalam kesatuan yang ternyata tidak menyajikan kejelasan yang di inginkan .
Maka muncul pendapat berikutnya bahwa didalam diri manusia sudah tertanam dua unsur
tadi, jadi keberadaan kedua unsur (individualitas dan sosialitas manusia) tidak di sangkali
tetapi di sadari dan di terima untuk kemudian di kembangkan menjadi teori sosiologi
yang mencoba menjelaskan realitas sosialnya. Jadi sifat serba dua dari manusia

22

disandingkan dengan kenyataan masyarakat dan individu yang satu adanya. Serba dua ini
bisa dicontohkan seperti jiwa dan badan manusia yang membentuk kodrat manusia.
Jadi dalam alam penginderaan dankenafsuan manusia mengalami diri sebagai individu;
dalam alam pengertian umum dan moralitas ia menghadapi suatu realitas yang
supraindividu. Sehingga manusia disebut homo duplex.
Bagaimana manusia merasakan fisik biologis dan sekaligus spiritual budaya ? Apakah
benar badan mendasari alam pertama dan Jiwa mendasari alam ke dua ? Durkheim tidak
mengyakini Jiwa sebagai alam ke dua, melainkan dia menempatkan masyarakat sebagai
yang terpisah dari individu, menghasilkan kesan seolah-olah diatas dan diluar individu
masih ada alam nilai-nilai yang tidak berakar didalam individu.
Jika analoginya masyarakat = jiwa, maka masyarakat itu sebetulnya tidak diluar individu
melainkan didalam individu sehingga ada kesatuan didalam individu dan menjadi bagian
didalam individu. Dalam diri manusia pengaruh orang lain dan predisposisi bertemu dan
menjadi satu. Jadi tetap ada pengaruh individual dan sosial didalam diri manusia, dan
dalam hal ini Durkheim memilih pengaruh sosial lebih menentukan.

23

24

7. Max Weber. (1864 - 1920)


Weber jatuh pada pilihan penghayatan individu dan makna yang diberikan sebagai faktor
yang dipelajari. Objek sosiologi adalah perilaku manusia yang di topang dalam batin
orang oleh motivasi, tujuan dan arti yang dapat "dipahami" oleh sosiolog. Oleh karena itu
sosiologi harus membuat suatu Verstehende Soziologie.

25

Weber menyelesaikan disertasi Sarjana Hukum dari University Berlin dengan topik "A
Contribution to the History of Mediaval Business Organization" suatu pendekatan
interdisipliner dari ilmu Ekonom, Hukum dan Sejarah. Setelah lulus Weber bergumul
apakah akan meneruskan karier teorinya atau keinginan untuk berkarier di penerapan
ilmu-ilmu yang di pelajarinya. Bagi Weber kegiatan teoritis hanya mengandung arti
dalam kerangka penerapannya, sehinga hal itu mengakibatkan pusat perhatiannya lebih
banyak terarah pada mnetodoloigi dari pada spekulasi-spekulasi matafisik.
Setelah menikah tahun 1892, Weber menjadi guru besar di Universitas Freiburg selama 2
tahun dan lalu diangkat juga sebagai guru bersar di Universitas Heidelberg. Sepanjang
kariernya di bidang teori rupanya tidak membawa kepuasan, bahkan Weber mengalami
dipresi berat sampai 1903 dia harus meninggalkan tugas nyas ebagai guru besar. Dan
lebih berkonsentrasi di penelitian khususnya mengembangkan metode ilmu-ilmu sosial.
Dan menjadi pemimpin redaksi suatu terbitan majalah sosial yang menjadi terkenal di
German sampai masa Hitler memerintah.
Tahun 1904 ke Amerika pertama kali dan dalam tahun yang sama menerbitkan bukunya
yang terkenal "The Protestant Etihc and the Spirit of Capitalism". Dalam kesibukan
berikutnya Weber mencoba menganalisa timulnya peradaban industrial, dengan
memberikan penekanan kepada ciri-ciri yang membedakan denga masayarakat
sebelumnya. Weber meninggal th 1920 pada usia 56 tahun setelah meninggalkan

26

beberapa buku yang masih di pelajari orang sampai saat ini.


Menurut Weber perilaku manusia haruslah mempunyai tujuan tertentu, yang terwujud
dengan jelas. Perilaku sosial adalah jika perilaku seseorang mempunyai arti bagi
pihak-pihak yang terlibat, yang kemudian berorientasi terhadap perilaku yang sama pihak
lain. Sedang perilaku yang bersifat introspeksi seperti meditasi (keagamaan), atau
perilaku yang berorientasi terhadap objek atau situasi material bukanlah perilaku sosial.
Perilaku sosial yang paling penting adalah perilaku sosial timbal balik (resiprokal).
Perilaku yang meniru perilaku orang lain jika dilakukan sebagai panutan adalah perilaku
sosial. Tetapi jika hanya menirukan tanpa mengerti arti tujuannya adalah bukan perilaku
sosial. Perilaku kerumunan maupun imitasi (peniruan) memang berada di titik tengah
antara perilaku sosial dan bukan.
Perilaku manusia mengikuti type-type perilaku, perilaku ideal ini bersifat deskripsi,
hipotetik (tidak boleh di salah gunakan dan menjadi indikator tindakan-tindakan apa yang
harus dilakukan, memiliki struktur mental yang seragam (mendekati kebenaran empiris).
Type ideal ini diperlukan untuk proses klasifikasi, yang berguna untuk kategorial secara
sistematis hasil pengamatan yang pernah di lakukan. Dengan demikian dimungkinkan
untuk menyusun tipe-tipe ideal birokrasi, feodalisme, demokrasi parlementer,
kapitalisme dan kemudain membuat data hasil penelitian yang paling dekat dengan tipe
ideal.
Perilaku sosial bisa ditetapkan melalui beberapa cara :
a. Perilaku yang berorientasi kepada tujuan. Dapat diklasifikasikan sebagai rasional
dan berorientasi kepada tujuan.
b. Perilaku yang terkait dengan nilai. Diklasifikasikan oleh kepercayaan secara sadar
pada arti mutlak perilaku, sehingga tidak tegantung kepada suatu motif tertentu dan
diukur dengan patokan tertentu, seperti etika, estetika atau agama.
c. Perilaku afektif. Diklasifikasikan sebagai sesuatu yang efektif atau emosional, yang
merupakan konfigurasi khusus dari perasaan pribadi (kesadaran diri).
d. Perilaku tradisional. Diklasifikasikan sebagaoi perilaku tradisional yang telah
menjadi adat-istiadat.
Pengelompokan ini hanya membantu untuk memperoleh tipe-tipe bentuk murni secara
konseptual yan gpentin gbagi sosiologi. Karena pada kenyataannya perilaku yang terjadi
adalah tidak berorientasi tunggal, dan pengelompokan itu juga belum tuntas.
Thema sentral sosiologi adalah hubungan sosial. Hubungan sosial dipergunakan iuntuk
menggambarkan suatu keadaan dalam mana dua orang atau lebih terlibat dalam suatu
proses perilaku. Proses perilaku yang terjadi adalah jika individu secara mutual
mendasarkan perilakunya pada perilaku yang di harapkan oleh pihak-pihak lain.
Beberapa hubungan sosial yang penting adalah :
1. Perjuangan
Bentuk hubungan sosial yang menyangkut perilaku individual sedemikian rupa
sehingga salah satu pihak memaksakan kehendaknya terhadap pihak lain. Ada

27

perjuangan damai. Apabila yang diperjuangkan adalah menyangkut kesempatan kesempatan yang diperoleh pribadi selama hidupnya, maka disebut seleksi sosial.
Semua bentuk perjuangan dan semua cara bersaingan yang terjadi akan dilanjutkan
dengan proses seleksi memilih mereka yang mempunyai kualitas tertinggi yang
diperlukan bagi tercapainya suatu keberhasilan.
2. Komunalisasi dan Agregasi Hubungan sosial.
Hubungan sosial yang didasarkan pada perasaan subjektif, baik yang bersifat
emosional atau tradisional atau kedua-duanya. Hubungan sosial yang didasarkan pada
keserasian motivasi rasional atau keseimbangan berbagai kepentingan.

3. Kelompok Korporasi.
Bentuk hubungan sosial yang berkaitan dengan wewenang yang dilandaskan pada
kegiatan seorang pemimpin dan suatu staf administrasi.
Jika suatu perilaku itu mempunyai maksud dan tujuan tertentu akan di teliti oleh
pengamat dengan pemahaman ("verstehen"). Pemahaman adalah sarana penelitian
sosiologis yang bertujuan untuk memberikan pengertian yang lebih mendalam,
mengenai hubungan antara keadaan tertentu dengan proses perilaku yang terjadi.
Dengan pemahaman peneliti dapat mengetahui mengapa suatu aksi terjadi dan
mengapa suatu pola perilaku tertentu mengikuti secara sinambung. Dengan cara
demikian penelitian terhadap motivasi diperkenalkan sebafgai suatu yang mendasari
setiap penafsiran sosiologis.
Analisa sosiologis di mulai dengan penjelasan kausal jenis perilaku sosial yang
mengarah pada proses mendapatkan kekuasaan dan prestise dengan memperlihatkan
hubungan itu. Meskipun penafsiran yang dilakukan adalah hipotetik dan tidak mutlak
sebagaimana halnya dengan penafsiran kausal dalam ulmu pengetahuan alam. Karena
itu penafsiran sosial di bagi menjadi dua, yaitu penafsiran yang hanya sesuai dengan
taraf artinya, dengan penafsiran yang secara kausal juga sesuai. Penafsiran kausal
diperoleh jika kemungkinan terulangnya suatu gejala dalam kondisi yang sama dapat
di tetapkan secara empiris. Sehingga didalam ilmu sosiologi perlu digunakan keduanya
yaitu kesesuaian pada taraf arti dan kesesuaian kausal.
Metode penelitian sosiologi yang idkembangkan Weber adalah pemahaman terhadap
perilaku sosial. Perilaku sosial sendiri kadang ada yang rasional dan irasional.
Kerasionalan perilaku tergantung dari perwujudan perilaku tersebut logis tidak.
Perilaku dikatakan logis jika perilaku tersebut sesuai dengan urutan perilaku yang
dapat diduga. Jika perilaku rasional, maka perilaku tersebut dapat dipahami secara
intelektual atau empiris. Sebaliknya jika perilaku tidak rasional, maka diperlukan
pemahaman yang menggunakan perasaan, dengan jalan memproyeksikan diri sendiri
kedalam situasi irasional. Atau secara utuh peneliti harus menggunakan intelektual dan
emosi bersamaan untuk memahami perilaku sosial.
Pemahaman yang rasional dapat menjadi pemahaman aktual atau empiris (karena

28

menggunakan intelek dan perasaan), yaitu bentuk pemahaman yang lazim digunakan,
dan pemahaman eksplanatoris, jika diungkap motiv-motiv yang menjadi dasar
perilaku yang diamati.
Jadi pemahaman interpretatif (Verstehen) ini adalah pemahaman dari :
a. Kasus-kasus individual kongkrit, misalnya dalam analisa historis.
b. Kasus-kasus biasa, seperti analisa sosiologis terhadap masa, yang mengandung
kemungkinan - kemungkinan yang mendekati kebenaran.
c. Suatu type murni konsep yang biasanya diformulasikan secara ilmiah, misal
konsep tentang teori ekonomi murni. Konsep tersebut memperlihatkan tipe
perilaku manusia yang terjadi atas darasr rasional yang tidak dipengaruhi oleh
faktor-faktor emosional dan hanya tertuju kepada suatu tujuan tunggal. Hal ini
jarang terjadi pada perilaku aktual, sehingga dapoat dianggap sebagai tipe ideal.
Jadi sebetulnya yang terpenting adalah mencari jenis-jenis perilaku yang fungsional
dalam rangka ketahanan manusia, dan pentingnya kesinambungan kekhususan budaya
dan tipe-tipe perilaku sosial yang berkaitan, sebelum memasuki penelitian terhadap
asal mula dan motivasinya.

29

Anda mungkin juga menyukai