TINJAUAN PUSTAKA
2.1
saraf utama kompartemen anterior. Nervus ini berasal dari dua radiks yaitu 11
radiks lateralis dan radiks medialis. Radiks lateralis adalah lanjutan dari fusciculus
lateralis yang menerima serabut dari C6 dan C7 sedangkan radiks medialis adalah
lanjutan dari fasciculus medialis yang menerima serabut dari C8 dan T1. Radiks
lateralis dan radiks medialis bergabung membentuk nervus medianus di sebelah
lateral arteri axillaris (Salter, 2009).
Nervus medianus mempersarafi otot-otot fleksor di lengan bawah, kecuali
M. Flexor Carpi Ulnaris, bagian ulnar M. Flexor Digitorum dan lima otot tangan.
Nervus medianus memasuki fossa cubitalis medial dari arteri brachialis, melintas
antara caput M. Pronator Tere, turun antara M. Flexor Digitorum Superficialis
dan M. Flexor Digitorum Profundus dan terletak di dekat retinaculum flexorum
sewaktu melalui canalis carpi untuk sampai di tangan (Salter, 2009).
Canalis carpi berukuran hampir sebesar ruas jari jempol dan terletak di
bagian distal lekukan dalam pergelangan tangan dan berlanjut ke lengan bawah di
regio cubiti sekitar 3cm. Sembilan ruas tendon fleksor dan nervus medianus
berjalan di dalam canalis carpi yang dikelilingi dan dibentuk oleh tiga sisi dari
tulang tulang carpal. Di bagian proksimal tulang karpal bersendi dengan bagian
distal tulang radius dan tulang ulna, sedangkan bagian distal bersendi dengan
metacarpal (Pecina, 2010).
Pada canalis carpi, nervus medianus mungkin bercabang menjadi
komponen radial dan ulnar. Komponen radial dari nervus medianus akan menjadi
cabang sensorik pada permukaan palmar jari-jari pertama dan kedua dan cabang
12 motorik M. Abductor Pollicis Brevis, M. Opponens Pollicis, dan bagian atas
dari M. Flexor Pollicis Brevis (Pecina, 2010).
Nervus medianus terdiri dari serat sensorik 94% dan hanya 6% serat
motorik pada canalis carpi. Namun, cabang motorik menyajikan banyak variasi
anatomi yang menciptakan variabilitas patologi yang besar dalam kasus Capal
Tunnel Syndrome (Katz, 2011).
2.2
Definisi
Carpal Tunnel Syndrome(CTS) merupakan neuropati tekanan atau cerutan
2.3
2.3.1. Etiologi
Terowongan karpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga
dilalui oleh beberapa tendon fleksor. Setiap kondisi yang mengakibatkan semakin
padatnya terowongan ini dapat menyebabkan terjadinya penekanan pada nervus
medianus sehingga timbullah CTS. Pada sebagian kasus etiologinya tidak
diketahui, terutama pada penderita lanjut usia. Beberapa penulis menghubungkan
gerakan yang berulang-ulang pada pergelangan tangan dengan bertambahnya
resiko menderita gangguan pada pergelangan tangan termasuk CTS (Rosenbaum,
1997).
Pada kasus yang lain etiologinya adalah (Rosenbaum, 1997):
a. Herediter: neuropati herediter yang cenderung menjadi pressure
palsy, misalnya Hereditary Motor and Sensory Neuropathies
(HMSN) tipe III.
b. Trauma: dislokasi, fraktur atau hematom pada lengan bawah,
pergelangan tangan dan tangan. Sprain pergelangan tangan.
Trauma langsung terhadap pergelangan tangan.
c. Pekerjaan: gerakan mengetuk atau fleksi dan ekstensi pergelangan
tangan yang berulang-ulang.
d. Infeksi: tenosinovitis, tuberkulosis, sarkoidosis.
e. Metabolik: amiloidosis, gout.
f. Endokrin: akromegali, terapi estrogen atau androgen, diabetes
melitus, hipotiroidi, kehamilan.
g. Neoplasma: kista ganglion, lipoma, infiltrasi metastase, mieloma.
h. Penyakit
kolagen
vaskular:
artritis
reumatoid,
polimialgia
2.3.2. Predisposisi
Di Indonesia, urutan prevalensi CTS dalam masalah kerja belum diketahui,
karena sampai tahun 2001 masih sangat sedikit diagnosis penyakit akibat kerja
yang dilaporkan karena berbagai hal, antara lain sulitnya diagnosis. Penelitian
pada pekerjaan dengan risiko tinggi pada pergelangan tangan dan tangan
melaporkan prevalensi CTS antara 5,6% sampai dengan 15%. Penelitian Harsono
pada pekerja suatu perusahaan ban di Indonesia melaporkan prevalensi CTS pada
pekerja sebesar 12,7%. Silverstein dan peneliti lain melaporkan adanya hubungan
positif antara keluhan dan gejala CTS dengan faktor kecepatan menggunakan alat
dan faktor kekuatan melakukan gerakan pada tangan (Rosenbaum, 1997). Carpal
Tunnel Syndrome lebih sering mengenai wanita daripada pria dengan usia berkisar
25 - 64 tahun, prevalensi tertinggi pada wanita usia > 55 tahun, biasanya antara 40
- 60 tahun. Prevalensi CTS dalam populasi umum telah diperkirakan 5% untuk
wanita dan 0,6% untuk laki-laki. Carpal Tunnel Syndrome adalah jenis neuropati
kompresi yang paling sering ditemui. Sindroma tersebut unilateral pada 42%
kasus ( 29% kanan,13% kiri ) dan 58% bilateral (Gorsche, 2003).
Diabetes Melitus sebagai salah satu faktor resiko terjadinya CTS tercatat
memiliki prevalensi antara 4,5% sampai dengan 12% pada tahun 2000 (Hudaya,
2002). Hubungan CTS dengan DM diperkirakan dikarenakan oleh penekanan
nervus medianus yang disebabkan oleh perubahan jaringan ikat karena DM.
Perubahan-perubahan tersebut termasuk edema tenosinovial dan akselerasi
glikosilasi dengan aktivitas lisil oksidase yang berujung pada pembentukan
kolagen sehingga terbentuk fibrosis dan pengurangan keregangan jaringan ikat.
Hal ini berlanjut pada kompresi dengan pengurangan volume carpal tunnel
(Thomsen, 2009).
2.4.
Patofisiologi
Patogenesis CTS masih belum jelas.Beberapa teori telah diajukan untuk
dalam
menit
dari
saat
ligamentum
karpal
transversal
paparan
alat
getar
genggam.Selanjutnya,
terjadi
perubahan
Hipotesis lain dari CTS adalah bahwa faktor mekanik dan vaskular
memegang peranan penting dalam terjadinya CTS. Umumnya CTS terjadi secara
kronis dimana terjadi penebalan fleksor retinakulum yang menyebabkan tekanan
terhadap nervus medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama akan
mengakibatkan peninggian tekanan intravesikuler. Akibatnya aliran darah vena
intravesikuler melambat. Kongesti yang terjadi ini akan mengganggu nutrisi
intrvesikuler lalu diikuti oleh anoksia yang akan merusak endotel. Kerusakan
endotel ini akan mengakibatkan kebocoran protein sehingga terjadi edema
epineural. Hipotesa ini menerangkan bagaimana keluhan nyeri dan sembab yang
timbul terutama pada malam atau pagi hari akan berkurang setelah tangan yang
terlibat digerakkan atau diurut, mungkin akibat terjadinya perbaikan sementara
pada aliran darah. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan terjadi fibrosis
epineural yang merusak serabut saraf. Semakin lama hal itu terjadi, saraf dapat
mengalami atrofi dan digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi
nervus medianus terganggu secara menyeluruh (Tana, 2004).
Selain akibat adanya penekanan yang melebihi tekanan perfusi kapiler
akan menyebabkan gangguan mikrosirkulasi dan timbul iskemik saraf. Keadaan
iskemik ini diperberat lagi oleh peninggian tekanan intravesikuler yang
menyebabkan berlanjutnya gangguan aliran darah.Selanjutnya terjadi vasodilatasi
yang menyebabkan edema sehingga sawar darah-saraf terganggu yang berkibat
terjadi kerusakan pada saraf tersebut (Tana, 2004).
Penelitian yang telah dilakukan Kouyoumdjian menerangkan bahwa CTS
terjadi karena kompresi saraf median di bawah ligamentum karpal transversal
berhubungan dengan naiknya berat badan dan Indeks Masa Tubuh (IMT).Indeks
Masa Tubuh yang rendah merupakan kondisi kesehatan yang baik untuk proteksi
fungsi nervus medianus. Pekerja dengan IMT minimal25 lebih mungkin untuk
terkena CTS dibandingkan dengan pekerjaan yang mempunyai berat badan
ramping. American Obesity Association menemukan bahwa 70% dari penderita
CTS memiliki kelebihan berat badan.ResikoCTS meningkat setiap peningkatan
IMT sebanyak 8% (Tana, 2004).
Pergelangan tangan mempunyai struktur anatomi yang rumit dan
2.5.
Penegakkan Diagnosa
2.5.1. Anamnesis
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja.
Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya
berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran
listrik (tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4 sesuai dengan
distribusi sensorik nervus medianus walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai
seluruh jari-jari (Salter, 2009).
Komar dan Ford membahas dua bentuk CTS yaitu akut dan kronis. Bentuk
akut mempunyai gejala dengan nyeri parah, bengkak pergelangan tangan atau
tangan, tangan dingin, atau gerak jari menurun. Kehilangan gerak jari disebabkan
oleh kombinasi dari rasa sakit dan paresis. Bentuk kronis mempunyai gejala baik
disfungsi sensorik yang mendominasi atau kehilangan motorik dengan perubahan
trofik. Nyeri proksimal mungkin ada dalam CTS (Pecina, 2010).
pemeriksaan
ini
dilakukan
pemasangan
torniquet
dengan
penderita
tidak
dapat
membedakan
dua
titik
(two-point
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan sinar-X terhadap pergelangan tangan dapat membantu
melihat apakah ada penyebab lain seperti fraktur atau artritis. Foto polos leher
berguna untuk menyingkirkan adanya penyakit lain pada vertebra. USG, CT-scan
dan MRI dilakukan pada kasus yang selektif terutama yang akan dioperasi. USG
dilakukan untuk mengukur luas penampang dari saraf median di carpal tunnel
proksimal yang sensitif dan spesifik untuk CTS (Rambe,2004).
2.6.3. Pemeriksaan Laboratorium
Bila etiologi CTS belum jelas, misalnya pada penderita usia muda tanpa
adanya gerakan tangan yang repetitif, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan
seperti kadar gula darah, kadar hormon tiroid ataupun darah lengkap
(Rambe,2004).
2.7.
Penatalaksanaan
PenatalaksanaanCTStergantung
danintensitaskompresisaraf.
padaetiologi,
Jika sindromadalah
suatu
untukpenyakitendokrin,hematologi,atau
durasigejala,
penyakit
sekunder
penyakitsistemiklain,
diinjeksikankedalamterowongan
karpaldenganmenggunakanjarumno.23atau25padalokasi1cmke
proksimal
lipatpergelangan
tangan
musculuspalmarislongus.Sementarasuntikan
arah
disebelahmedialtendon
dapatdiulangdalam7
digunakandenganhati-hatiuntukpasiendi
Vitamin B6 (Piridoksin)
Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu penyebab CTS
adalah
defisiensi
piridoksin
sehingga
mereka
menganjurkan
nyeri.
Pada
umumnya
digunakan
untuk
juga
bisamenggunakan
penjepitpergelangantangan
yangmempertahankantangandalamposisinetralselama
terutamapada
malamhariatauselamaada
minimal2bulan,
gerakberulang.
efektif,dangejalayangcukupmengganggu,operasisering
Jika
tidak
dianjurkanuntuk
ketegangan
saraf
perubahan
dalamaliran
pembuluh
darah
danaksoplasma.
Latihan
tidakmengalamiperbaikan
denganterapikonservatifataubilaterjadigangguansensorik
adanyaatrofiotot-otot
thenar.
dilakukanpadatanganyangpaling
operasibilateral.Penulislainmenyatakan
yangberatatau
PadaCTSbilateralbiasanyaoperasipertama
nyeriwalaupundapatsekaligusdilakukan
bahwa
tindakanoperasimutlak
telahdikembangkanteknikoperasisecaraendoskopik.
Operasiendoskopikmemungkinkan
mobilisasipenderita
secaradinidengan
jaringanparutyang
minimal,tetapikarenaterbatasnyalapanganoperasi
tindakan
mendasariterjadinyaCTS
harus
dilakukan
upaya
yang
dapat
dilakukanuntukmencegahterjadinya
metode
kerja
untuk
sesekaliistirahatpendek
serta
mengupayakanrotasi kerja.
v. Meningkatkan pengetahuan pekerja tentang gejala-gejala dini CTS
sehingga pekerja dapat mengenali gejala-gejala CTS lebih dini.
2.8.
Prognosis
PadakasusCTSringan,denganterapikonservatifumumnyaprognosabaik.Bi
lakeadaantidakmembaikdenganterapikonservatifmakatindakanoperasiharusdilaku
kan.Secaraumumprognosaoperasijugabaik,tetapikarenaoperasihanyadilakukanpad
apenderitayangsudahlamamenderitaCTSpenyembuhan
post
operatifnya
bertahap(Bahrudin, 2011).
Bilasetelahdilakukantindakanoperasi,tidakjugadiperolehperbaikanmakadi
pertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini(Bahrudin, 2011):
1.
Kesalahanmenegakkandiagnosa,mungkin
tekananterhadapnervusmedianusterletakdi
tempatyanglebih
proksimal.
2.
3.
TerjadiCTSyangbarusebagaiakibatkomplikasioperasisepertiakibatede
ma,perlengketan,infeksi,hematomaataujaringanparuthipertrofik.Sekal
ipunprognosa
CTSdenganterapikonservatifmaupunoperatifcukupbaik,tetapiresikoun
tukkambuhkembalimasihtetapada.Bilaterjadikekambuhan,prosedurter
apibaikkonservatifatauoperatifdapatdiulangikembali.
2.9.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat dijumpai adalahkelemahandan hilangnya