Anda di halaman 1dari 8

KARYA TULIS

BAHASA INDONESIA
GAYA BAHASA
(MAJAS)

OLEH :
NAMA

: LA ODE MARWAN

JURUSAN : BHS. INGGRIS


SEMESTER : 1 ( SATU)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
TAHUN 2013

BAB I
PENDAHULUAN
Majas sering dianggap sebagai sinonim dari gaya bahasa, namun sebenarnya majas
termasuk dalam gaya bahasa. Sebelum masuk pada pembahasan tentang majas, terlebih dahulu
akan dikemukakan pengertian tentang gaya bahasa. Gaya bahasa mempunyai cakupan yang
sangat luas. Menurut penjelasan Harimurti Kridalaksana (Kamus Linguistik), gaya bahasa
mempunyai tiga pengertian, yaitu:
1. Pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam bertutur atau menulis.
2. Pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu.
3. Keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra.
Sedangkan fungsi penggunaan gaya bahasa yaitu bila dilihat dari fungsi bahasa,
penggunaan gaya bahasa termasuk ke dalam fungsi puitik yaitu menjadikan pesan lebih
berbobot. Pemakaian gaya bahasa yang tepat (sesuai dengan waktu dan penerima yang menjadi
sasaran) dapat menarik perhatian penerima. Sebaliknya, bila penggunaannya tidak tepat, maka
penggunaan gaya bahasa akan sia-sia belaka, bahkan mengganggu pembaca. Misalnya apabila
dalam novel remaja masa kini terdapat banyak gaya bahasa dari masa sebelum kemerdekaan,
maka pesan tidak sampai dan novel remaja itu tidak akan disukai pembacanya. Pemakaian gaya
bahasa juga dapat menghidupkan apa yang dikemukakan dalam teks, karena gaya bahasa dapat
mengemukakan gagasan yang penuh makna dengan singkat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Majas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan
kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan
ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan,
baik secara lisan maupun tertulis. Dengan kata lain, gaya bahasa atau majas adalah cara khas
dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan. Kekhasan dari gaya
bahasa ini terletak pada pemilihan kata-katanya yang tidak secara langsung menyatakan makna
yang sebenarnya. Sedangkan menurut Prof.Dr.H.G.Tarigan bahwa majas adalah cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis.
B. Jenis-Jenis Majas
1. Majas Perbandingan
a. Personifikasi
Majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada benda-benda
mati sehingga seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia/benda hidup.
Contoh :

Baru tiga km berjalan mobilnya sudah batuk-batuk.


b. Depersonifikasi
Majas yang menampilkan manusia sebagai binatang, benda-benda alam, atau
benda lainnya.
Contoh:
Hari, tokoh partai X tidak disukai karena ia sering menjadi bunglon
c.

Metafora
Majas ini semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung.
Contoh :
- Raja siang telah pergi ke peraduannya.
- Dewi malam telah keluar dari balik awan.

d. Simile
Perbandingan dua hal yang sengaja dianggap sama. Perbandingan itu secara eksplisit dijelaskan
oleh pemakaian kata seperti, sebagai, ibarat, umpama, bak, laksana.
Contoh:
Wajah ibu dan anak itu bagaikan pinang dibelah dua.
e.

Alegori
Majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan utuh. Perbandingan itu
membentuk kesatuan yang menyeluruh.
Contoh:
Berhati-hatilah dalam mengemudikan bahtera hidup keluargamu sebab lautan kehidupan ini
penuh badai, topan yang ganas, batu karang, dan gelombang yang setiap saat dapat
menghancurkan. Oleh karena itu, nahkoda dan para awaknya harus selalu seia sekata dan satu
tujuan agar dapat mencapai pantai bahagia dengan selamat.

2. Majas Pertentangan
a.

Hiperbola
Majas yang memperlihatkan sesuatu yang berlebih-lebihan jumlahnya, ukurannya, atau sifatnya.
Contoh:
Tiga tahun telah berlalu sejak meninggalnya kekasihku, namun tak sedetik pun wajahnya hilang
dari ingatanku.

b. Litotes
Majas yang melukiskan keadaan dengan kata-kata yang berlawanan artinya dengan kenyataan
yang sebenarnya guna merendahkan diri.
Contoh:
Perjuangan kami hanyalah setitik air dalam samudra luas.
c.

Antitesis
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan kata yang berlawanan arti.
Contoh:
Gadis yang secantik si Ida dipersunting oleh si Dedi yang jelek itu.

d. Paradoks
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu solah-olah bertentangan, padahal maksud
sesungguhnya tidak.
Contoh:
Hatinya sunyi tinggal di kota Jakarta yang ramai.
e.

Okupasi
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan bantahan. Namun bantahan tersebut
kemudian diberi penjelasan/diakhiri dengan kesimpulan.
Contoh:
Merokok itu merusak kesehatan, akan tetapi si perokok tak dapat menghentikan kebiasaannya.
Maka muncullah pabrik-pabrik rokok karena untung banyak.

f.

Kontradiksi Internimis
Majas yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang sudah dikatakan
sebelumnya.
Contoh:
Semua murid di kelas ini hadir, kecuali Hasan yang sedang ikut jambore.

3.
3. Majas Pertautan
a. Metonimia
Gaya bahasa yang menggunakan nama barang/merk dagang sebagai pengganti barang itu sendiri.
Contoh:

Kemarin ia memakai Xenia


b. Sinekdoke
Dapat dibedakan atas:
Pars Pro Toto
Majas sinekdoke yang melukiskan sebagian tetapi yang dimaksud seluruhnya.
Contoh :
Dia mempunyai lima ekor kuda.
Totem Pro Parte
Majas sinekdoke yang melukiskan keseluruhan tetapi yang dimaksud sebagian.
Contoh :
Kaum wanita memperingati hari Kartini.
c.

Eufinisme (ungkapan pelembut)


Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih
pantas atau dianggap halus.
Contoh:

Para tuna karya perlu perhatian yang serius dari pemerintah


d. Alusi
Gaya bahasa yang menunjuk secara tidak langsung ke suatu peristiwa atau tokoh yang telah
umum dikenal/diketahui orang.
Contoh:
Tugu ini mengenangkan kita kembali ke peristiwa Bandung Selatan.
e. Elipsis
Gaya bahasa yang di dalamnya terdapat penanggalan atau penghilangan salah satu atau beberapa
unsur penting dari suatu konstruksi sintaksis.
Contoh:
Dia dan istrinya ke Jakarta minggu lalu.
f. Autonomasia
Majas perbandingan dengan menyebutkan nama lain terhadap seseorang berdasarkan ciri atau
sifat menonjol yang dimilikinnya.
Contoh:
Si pincang itu ternyata adalah seorang pengusaha kuliner.
4. Majas Perulangan
a. Repetisi

Merupakan majas yang melukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkalikali, yang biasanya digunakan dalam pidato.
Contoh:
Kita junjung dia sebagai pemimpin, kita junjung dia sebagai pelindung rakyat, kita junjung dia
sebagai pembebas kita.
b. Pararelisme
Majas seperti repetisi tetapi dipakai dalam puisi. Pararelisme dibagi menjadi:
Anafora
Jika kata yang diulang terletak di awal baris.
Contoh:
Kalaulah diam malam yang kelam
Kalaulah tenang sawang dan lapang
Kalaulah lelap orang di lawang
Epifora
Jika kata yang diulang terletak diakhir baris.
Contoh:
Kalau kau mau, aku akan datang
Jika kau kehendaki, aku akan datang
Bila kau minta, aku akan datang
Simploke
Jika kata yang diulang terletak di awal dan akhir baris.
Contoh :
Kau bilang aku ini egois, aku bilang terserah aku
Kau bilang aku ini judes, aku bilang terserah aku
Mesodiplosis
Jika kata yang diulang terletak di tengah baris.
Contoh:
Pendidik harus meningkatkan kecerdasan bangsa
Para dokter harus meningkatkan kesehatan masyarakat
Epanalepsis
Jika kata pertama diulang pada akhir.
Contoh :
Kita gunakan pikiran dan perasaan kita.
c. Kiasmus
Gaya bahasa yang berisikan perulangan dan sekaligus merupakan inversi atau pembalikan
susunan antara dua kata dalam satu kalimat.
Contoh:
Yang kaya merasa dirinya miskin, sedang yang miskin mengaku dirinya kaya.
d. Aliterasi
Sejenis majas yang memanfaatkan purwakanti atau pemakaian kata-kata yang permulaannya
sama bunyinya.
Contoh:
- Dara damba daku
- Datang dari danau

e.

Antanaklasis
Majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
Contoh:
Saya selalu membawa buah tangan kepada buah hati saya.

5.
5.Majas Sindiran
a. Ironi
Majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir.
Contoh:
- O... kamu baru bangun, baru pukul sepuluh pagi.
- Bersihnya kamar ini, puntung rokok dimana-mana.
b. Sinisme
Majas sindiran yang agak kasar dibandingkan dengan majas ironi.
Contoh:
Dengan sifatmu yang malas berusaha semoga kamu mendapatkan pekerjaan yang bagus.
c. Sarkasme
Majas sindiran yang paling kasar dibandingkan majas ironi dan sinisme.
Contoh:
Otakmu itu memang sudah bukan otak manusia lagi. Otakmu itu sudah menjadi otak udang.
6.
6. Majas Penegasan
a. Pleonasme
Majas yang menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi karena arti kata
tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangkan.
Contoh:
Salju sudah mulai turun ke bawah.
b. Klimaks
Majas yang menyatakan beberapa hal berturt-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang
semakin lama semakin memuncak pengertiannya.
Contoh:
Semua usia dari anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua memenuhi arena pasar malam itu.
c. Antiklimaks
Majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut
dengan menggunakan urutan kata-kata yang semakin lama semakin menurun pengertiannya.
Contoh:
Jangankan seribu, seratus, serupiah pun tak ada.
d. Retoris
Majas penegasan dengan menggunakan kalimat tanya yang jawabannya sudah diketahui.
Contoh:
Mana mungkin orang mati hidup kembali?

BAB III
SIMPULAN

Majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas untuk
memperoleh efek-efek tertentu. Majas dibagi menjadi beberapa jenis yaitu majas perbandingan
yang terdiri dari personifikasi, depersonifikasi, metafora, simile, alegori ; majas pertentangan
yang terdiri dari hiperbola,litotes, antitesis, paradoks, okupasi, kontradiksi internimis; majas
pertautan yang terdiri dari metonimia, sinekdoke, eufinisme, alusi, elipsis, autonomasia; majas
perulangan yang terdiri dari repetisi, pararelisme, kiasmus, aliterasi, antanaklasis; majas sindiran
yang terdiri dari ironi, sinisme, sarkasme; dan majas penegasan yang terdiri dari pleonasme,
klimaks, antiklimaks, retoris.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai