Anda di halaman 1dari 17

an

BAB IX
CAIRAN OTAK (LIQUOR CEREBRO SPINALIS)
IX.1 PENDAHULUAN
IX.1.1 Pengertian
Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi.
Kelainan hasil pemeriksaan dapat memberikan petunjuk ke arah suatu penyakit susunan saraf
pusat, baik kasus akut maupun kronis yang akan diberikan tindakan lebih lanjut oleh klinisi
berupa pemberikan terapi adekuat.
Cairan otak biasanya diperoleh dengan melakukan punksi lumbal pada lumbal III dan IV
dai cavum subarachnoidale, namun dapat pula pada suboccipital ke dalam cisterna magma
atau punksi ventrikel, yang dapat disesuaikan dengan indikasi klinik. Seorang klinik yang ahli
dapat memperkirakan pengambilan tersebut. Hasil punksi lumbal dimasukkan dalam 3 tabung
atau 3 syringe yang berbeda, antara lain :
1. Tabung I berisi 1 mL
Dibuang karena tidak dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan karena mungkin
mengandung darah pada saat penyedotan.
2. Tabung II berisi 7 mL
Digunakan untuk pemeriksaan serologi, bakteriologi dan kimia klinik.
3. Tabung III berisi 2 mL
Digunakan untuk pemeriksaan jumlah sel, Diff.count dan protein kualitatif/kuantitatif.

a.
b.
c.
d.

IX.1.2 Parameter Pemeriksaan


Parameter yang umum diperiksa pada cairan otak adalah sebagai berikut :
Makroskopik
Warna
Kekeruhan (Kejernihan)
Bekuan
BJ
pH
Mikroskopik
Hitung Jumlah Sel
Hitung Jenis Sel (Diff.Count)
Kimiawi
Pandy
Nonne
Protein
Glukosa
Chlorida
Bakteriologi (Pembiakan)

IX.2 METODE PEMERIKSAAN


IX.2.1 Makroskopik
Metode
: Visual (Manual)
: Untuk mengetahui cairan LCS secara makroskopik meliputi : warna, kejernihan, bekuan, pH dan
BJ.
Alat dan Bahan :
- Tabung reaksi
- Beaker gelas
- Kertas indikator pH universal

sip

Refraktometer abbe
Spesimen
: Cairan LCS
Cara Kerja
:
Cairan LCS dimasukkan dalam tabung bersih dan kering.
Diamati warna, kejernihan, adanya bekuan pada cahaya terang.
Dicelupkan indikator pH universal pada LCS dan diukur pH dengan membandingkan deret
standar pH.
Cairan LCS diteteskan 1-2 tetes pada refraktometer dan diperiksa pada eye piece BJ.
Hasil dan Interpretasi
No Parameter
Penilaian
Interpretasi Normal
1. Warna
Tidak berwarna, Kuning muda, Kuning,
Tidak berwarna
Kuning tua, Kuning coklat, merah, hitam
coklat
2. Kejernihan
Jernih, agak keruh, keruh, sangat keruh,
Jernih
keruh kemerahan
3. Bekuan
Tidak ada bekuan, ada bekuan
Tidak ada bekuan
4. pH
7,3 atau setara dengan pH plasma/serum
5. BJ
1.000 1.010
1.003 1.008
Hal yang perlu diperhatikan :
LCS yang bercampur darah dalam jumlah banyak pada kedua tabung, tidak dapat diperiksa
karena karena akan sama hasilnya dengan pemeriksaan dalam darah, terutama bila ada
bekuan merah sebagaimana darah membeku.
Adanya bekuan terlihat berupa kabut putih yang menggumpal karena bekuan terdiri atas
benang fibrin.

IX.2.2 Hitung Jumlah Sel


Metode
:
Bilik Hitung
: LCS diencerkan dengan larutan Turk pekat akan ada sel leukosit dan sel lainnya akan lisis dan
dihitung selnya dalam kamar hitung di bawah mikroskop.
Tujuan
: Untuk mengetahui jumlah sel dalam cairan LCS.
Alat dan Reagensia :
- Mikroskop
- Hemaocytometer : Bilik hitung Improved neubauer, kaca penutup, pipet thoma leukosit
- Tissue
- Larutan Turk Pekat : Kristal violet 0,1 gram, asam asetat glacial 10 mL dan aquadest 90 mL.
Spesimen
: LCS
Cara Kerja
:
- Larutan Turk pekat diisap sampai tanda 1 tepat
- Larutan LCS diisap sampai tanda 11 tepat.
- Dikocok perlahan dan dibuang cairan beberapa tetes.
- Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam kamar hitung pada semua kotak leukosit di
mikroskop lensa objektif 10x/40x.
Perhitungan
:
PDP : 1/10 = 0,1x
TKP : 1/0,1 = 10x
KBH : 4 kotak leukosit
Sel : Jumlah sel ditemukan (berwarna keunguan dengan inti dan sitoplasma)
Sel

= PDP x TKP x Jumlah sel ditemukan


KBH

an

sip

= 0,1 x 10 x
4
= 2,5 x
= ..sel/mm3 LCS
Interpretasi
: Jumlah sel normal = 0 5 sel/mm3 LCS
IX.2.3 Hitung Jenis Sel
Metode
: Giemsa Stain
: Untuk membedakan jenis sel mononuklear dan polinuklear dalam cairan LCS
Alat dan Reagensia :
- Objek Gelas
- Kaca Penghapus
- Sentrifuge
- Tabung reaksi
- Metanol absolut
- Giemsa
- Timer
Spesimen
: LCS
Cara Kerja
:
- Cairan LCS di masukkan dalam tabung secukupnya.
- Disentrifugasi selama 5 menit 2000 rpm
- Supernatant dibuang dan endapan diambil.
- Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat hapusan tebal
- Di keringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan metanol absolut.
- Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20 menit.
- Dicuci dan diperiksa dimikroskop lensa objektif 100x denga imersi.
Perhitungan
:
Jenis sel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 Jumlah
MN
PMN
Jumlah

Interpretasi : Normal MN 100% dan PMN 0%


IX.2.4 Uji Pandy
Metode
: Pandy
: Protein dalam larutan jenuh phenol akan mengalami denaturasi berupa kekeruhan hingga
terjadi endapan putih.
Tujuan
: Untuk mengetahui adanya protein dalam LCS
Alat dan Reagensia :
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Larutan Pandy : phenol 10 mL dan aquadest 90 mL. (larutan bila keruh disaring atau dibiarkan
mengendap sisa jenuhnya)
Spesimen
:
LCS
Cara Kerja
:
- Dimasukkan 1 mL cairan otak ke dalam tabung reaksi.
- Ditambah beberapa tetes larutan Pandy.
- Amati adanya kekeruhan pada larutan tersebut.
Interpretasi
:

sip

sip

Negatif : tidak terbentuk kekeruhan putih


Positif : terbentuk kekeruhan putih.

IX.2.5 Uji Nonne


Metode
: Nonne
: Protein dalam larutan jenuh garam ammonium sulfat akan mengalami denaturasi berupa
kekeruhan hingga terbentuka endapan.
Tujuan
: Untuk mengetahui adanya protein jenis globulin dalam LCS
Alat dan Reagensia :
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Larutan Nonne : Ammonium sulfat jenuh 80 gram dalam 100 mL aquadest. (disaring bila keruh)
Spesimen
: LCS
Cara Kerja
:
- Dimasukkan 1 mL cairan otak ke dalam tabung reaksi.
- Ditambah beberapa tetes larutan Nonne melalui dinding tabung dengan kemiringan 45.
- Amati adanya cincin putih keruh pada kedua lapis larutan tersebut pada posisi tegak.
Interpretasi
:
- Negatif : tidak terbentuk cincin putih
- Positif : terbentuk cincin putih.
IX.2.6 Protein
Metode
: Biuret
: Protein dalam sampel bereaksi dengan ion cupri (II) dalam medium alkali membentuk komplek
warna yang dapat diukur dengan spektrofotometer
Tujuan
: Untuk menetapkan kadar protein dalam LCS.
Alat
:
- Tabung reaksi
- Mikropipet 20 Ldan 1000 L.
- Tip kuning dan biru.
- Fotometer
Reagensia
:
- Reagen Kerja: Cupri (II) asetat 6 mmol/L, Kalium Iodida 12 mmol/L, NaOH 1,15 mol/L,
deterjen.
- Reagen standard : 8,0 g/dL
- Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu ruang.
Spesimen
: LCS
Cara Kerja :
- Masukkan ke dalam tabung berlabel :
Blanko
Standar
Sampel
Standar
20 l
Serum
20 l
Reagen kerja
1000 l
1000 l
1000 l
- Campur dan inkubasi selama 10 menit pada suhu ruang.
- Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer dengan panjang gelombang 578 nm
terhadap blanko reagent.
Perhitungan :
Total Protein = Absorben sampel x konsentrasi standar (8,0 g/dL)

sip

sip

Absorben standard
= ..............g/dL x 1000 = ......mg/dL
Nilai Normal : 15 45 mg/dL
IX.2.7 Glukosa
Metode
:
GOD-PAP
: Glukosa dioksidasi oleh glukosa oksidase menghasilkan hidrogen peroksida yang bereaksi
dengn 4-aminoantipirin dan fenol dengan pengaruh katalis peroksidase menghasilkan
quinoneimine yang berwarna merah.
Tujuan
: Untuk menentukan kadar glukosa dalam LCS
Reaksi
: Glukosa + O2 + 2 H2O glukosa oxidase
Glukonate + H2O2.
2 H2O2 + 4-Aminoantipyrine + Phenol

POD

Quinoneimine + 4 H2O

Alat
:
Tabung reaksi kecil
- Timer
Mikropipet 10 dan 1000 l
- Tissue
Tip kuning dan biru
- Rak Tabung
Fotometer
Reagensia :
Reagen kerja Glukosa
Reagen standar Glukosa 100 mg/dl
Stabilitas : Reagensia stabil setelah dibuka sampai kadaluarsa bila disimpan pada suhu 2-8oC.
Spesimen
:
LCS
Cara kerja:
Dipipet ke dalam tabung:
Blanko
Standar
Sampel
Standar
10 l
Serum
10 l
Reagen kerja
1000 l
1000 l
1000 l
Dicampur dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.
Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer terhadap blanko dengan panjang
gelombang 546 nm.
Pengamatan dan Pembacaan :
Absorben blanko aquabidest : 0,000
Dicatat Absorben pengukuran reagent blanko, standar dan sampel
Absorben :
Perhitungan :
Glukosa
= Absorben sampel x konsentrasi standard (100 mg/dL)
Absorben standard
= ..............mg/dL
Nilai Normal : 45 70 mg/dL

IX.2.8 Chlorida
Metode
: TPTZ
: Ion Chlorida bereaksi dengan Mercury (II), 2,4,4-tri-(2-pyridil)-S-triazide kompleks (TPTZ)
membentuk merkuri (II) chlorida. TPTZ bebas bereaksi dengan ion besi (II) menghasilkan warna
biru kompleks. Perubahan absorben pada 578 nm sebanding dengan kadar chlorida.
Tujuan
: Untuk menentukan kadar Chlorida dalam LCS
Alat
:
- Tabung reaksi kecil
- Timer
- Mikropipet 10 dan 1000 l
- Tissue

Tip kuning dan biru


- Rak Tabung
Fotometer
Reagensia
:
Reagen warna : 2,4,6-tri-(2-pyridil)-S-triazide (TPTZ) dan merkuri (II) kompleks 0,96 mmol/L dan
besi (II) sulfat 0,5 mmol/L
Standard Chlorida : Natrium chlorida 100 mmol/L atau 355 mg/dL
Spesimen
: LCS
Cara Kerja
:
Dipipet ke dalam tabung:
Blanko
Standar
Sampel
Standar
10 l
Serum
10 l
Reagen kerja
1000 l
1000 l
1000 l
Dicampur dan diinkubasi pada suhu ruang selama 10 menit.
Diukur absorben standar dan sampel pada Photometer terhadap blanko dengan panjang
gelombang 546 nm.
Perhitungan :
Chlorida = Absorben sampel x konsentrasi standard (100 mmol/L)
Absorben standard
= ..............mmol/L
Nilai Normal : 98 - 106 mmol/
http://meilindaadhasari.blogspot.co.id/2011/11/cairan-otak-liquor-cerebro-spinalislcs.html

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otak adalah organ yang luar biasa, bekerja mengkoordinasikan seluruh yang terjadi di
dalam tubuh kita, kepribadian, metabolisme, tekanan darah, emosi, hormon, ingatan , bekerja
melebihi komputer manapun didunia ini. Kelainan kecil pada otak akan mempengaruhi aktifitas
tubuh, karenanya kita harus selalu menjaga nutrisinya dan menjaga kesehatannya dan
mengembangkannya
Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang dewasa (3 pon) , menerima
20 % curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar 400 kilo kalori
energi setiap harinya. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam
seluruh tubuh manusia dan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi glukosa. Jaringan
otak sangat rentan terhadap perubahan oksigen dan glukosa darah, aliran darah berhenti 10 detik
saja sudah dapat menghilangkan kesadaran manusia. Berhenti dalam beberapa menit, merusak
permanen otak. Hipoglikemia yang berlangsung berkepanjangan juga merusak jaringan otak.
Cairan tubuh (bahasa Inggris: interstitial fluid, tissue fluid, interstitium) adalah cairan
suspensi sel didalam tubuh makhluk multiselular seperti manusia atau hewan yang memiliki
fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh merupakan komponen penting bagi fluida ekstraselular,
termasuk plasma darah dan fluida transelular. Cairan tubuh dapat ditemukan pada spasi jaringan

1.2
1.
2.
3.
4.
1.3
1.
2.
3.
4.

(bahasa Inggris: tissue space, interstitial space). Rata-rata seseorang memerlukan sekitar 11 liter
cairan tubuh untuk nutrisi sel dan pembuangan residu jaringan tubuh. Kelebihan cairan tubuh
dikeluarkan melalui air seni. Kekurangan cairan tubuh menyebabkan seseorang kehausan dan
akhirnya dehidrasi. Contoh cairan tubuh adalah : darah dan plasma darah, sitosol, cairan
serebrospinal (CSS), cairan limfa, cairan pleura, dan cairan amnion.
Pada makalah ini akan dibahas secara khusus pemeriksaan laboratorium klinik
terhadap specimen cairan otak atau Liquor Cerebro Spinalis (LCS). Pemeriksaan LCS ini
berperan penting dalam mendiagnosa adanya gangguan terhadap selaput otak/ meningia.
Pemeriksaan Terhadap LCS ini terbagi atas pemeriksaan Makroskpis, Mikroskopis, dan
Kimiawi.
Tujuan Penulisan
Apa pengertian cairan otak ?
Bagaimana anatomi dan fisiologi otak ?
Bagaimana cara pengambilan cairan serebrospinal ?
Bagaimana parameter pemeriksaan cairan serebrospinal?
Rumusan Masalah
Untuk mengetahui cairan otak ?
Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi otak ?
Untuk mengetahui cara pengambilan cairan serebrospinal ?
Untuk mengetahui parameter pemeriksaan cairan serebrospinal?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Cairan Otak
Cairan otak ialah cairan jernih, tak berwarna yang 70 % dibuat oleh plexus choroideus
di dalam ruang atau ventrikel otak melalui transport akitf dan ultrafiltrasi, sedangkan 30%
dibentuk pada tempat lain, termasuk pada ventrikel dan rongga subarachnoid. Pada orang
dewasa volume intrakranial kurang lebih 1700 ml, volume otak sekitar 1400 ml, volume
cairan serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104 ml) dan darah sekitar 150 ml. 80% dari
jaringan otak terdiri dari cairan, baik ekstra sel maupun intra sel.
Rata-rata cairan serebrospinal dibentuk sebanyak 0,35 ml/menit atau 500
ml/hari, sedangkan total volume cairan serebrospinal berkisar 75-150 ml dalam sewaktu.
Ini merupakan suatu kegiatan dinamis, berupa pembentukan, sirkulasi dan absorpsi. Untuk
mempertahankan jumlah cairan serebrospinal tetap dalam sewaktu, maka cairan
serebrospinal diganti 4-5 kali dalam sehari.

Liquour Cerebrospinalis adalah cairan otak yang diambil melalui lumbal punksi,
Cairan otak tidak boleh dipandang sama dengan cairan yang terjadi oleh proses ultrafiltrasi saja
dari plasma darah. Di samping filtrasi, faktor sekresi dari plexus choriodeus turut berpengaruh.
Karena itu cairan otak bukanlah transudat belaka. Akan tetapi seperti transudat, susunan cairan
otak juga selalu dipengaruhi oleh konsentrasi beberapa macam zat dalam plasma darah.
Pengambilan cairan otak itu dilakukan dengan maksud diagnostik atau untuk
melakukan tindakan terapi. Kelainan dalam hasil pemeriksaan dapat memberi petunjuk kearah
suatu penyakit susunan saraf pusat, baik yang mendadak maupun yang menahun dan berguna
pula setelah terjadi trauma.
2.2 Anatomi dan Fisiologi
Dalam membahas cairan serebrospinal ada baiknya diketahui mengenai
anatomi yang berhubungan dengan produksi dan sirkulasi cairan serebrospinal,yaitu:
Sistem Ventrikel
Sistem ventrikel terdiri dari 2 buah ventrikel lateral, ventrikel III dan
ventrikel IV. Ventrikel lateral terdapat di bagian dalam
serebrum, masing-masing ventrikel
terdiri dari 5 bagian yaitu kornu anterior, kornu posterior, kornu inferior, badan dan
atrium. Ventrikel III adalah suatu rongga sempit di garis tengah yang berbentuk
corong unilokuler, letaknya di tengah kepala, ditengah korpus kalosum dan bagian korpus
unilokuler ventrikel lateral, diatas sela tursica, kelenjar hipofisa dan
otak
tengah
dan diantara hemisfer serebri, thalamus dan dinding hipothalanus. Disebelah anteropeoterior
berhubungan dengan ventrikel IV melalui aquaductus sylvii. Ventrikel IV merupakan
suatu rongga berbentuk kompleks, terletak di sebelah
ventral serebrum dan dorsal dari pons dan medula oblongata.
Meningen dan ruang subarakhnoid
Meningen adalah selaput otak yang merupakan bagian dari susunan saraf
yang bersifat non
neural.
Meningen terdiri dari jaringan ikat berupa
membran yang menyelubungi seluruh permukaan otak, batang otak dan medula spinalis.
Meningen terdiri dari 3 lapisan, yaitu Piamater, arakhnoid dan duramater. Piameter merupakan
selaput tipis yang melekat pada permukaan otak yang mengikuti setiap lekukan-lekukan pada
sulkus-sulkus dan fisura-fisura, juga melekat pada permukaan batang otak dan medula spinalis,
terus ke kaudal sampai ke ujung medula spinalis setinggi korpus vertebra.
Arakhnoid mempunyai banyak trabekula halus yang berhubungan dengan piameter,
tetapi tidak mengikuti setiap lekukan otak. Diantara arakhnoid dan piameter disebut ruang
subrakhnoid, yang berisi cairan serebrospinal dan pembuluh-pembuluh darah.
Karena
arakhnoid tidak
mengikuti lekukan- lekukan otak, maka di beberapa
tempat ruang subarakhnoid melebar yang disebut sisterna. Yang paling besar adalah siterna
magna, terletak diantara bagian inferior serebelum danme oblongata. Lainnya adalah sisterna

pontis di permukaan
ventral
pons, sisterna
interpedunkularis di permukaan
venttralmesensefalon, sisterna siasmatis di depan lamina terminalis. Pada sudut antara
serebelum dan lamina quadrigemina terdapat sisterna vena magna serebri. Sisterna ini
berhubungan dengan sisterna interpedunkularis melalui sisterna ambiens.
Ruang subarakhnoid spinal yang merupakan lanjutan dari sisterna magna
dan sisterna pontis merupakan selubung dari medula spinalis sampai setinggi S2. Ruang
subarakhnoid dibawah L2 dinamakan sakus atau teka lumbalis, tempat dimana cairan
serebrospinal diambil pada waktu pungsi lumbal. Durameter terdiri dari lapisan luar
durameter dan lapisan dalam durameter. Lapisan luar dirameter di daerah kepala
menjadi satu dengan periosteum tulang tengkorak dan berhubungan erat dengan
endosteumnya.
Ruang Epidural
Diantara lapisan luar dura dan tulang tengkorak terdapat jaringan ikat yang
mengandung kapiler-kapiler halus yang mengisi suatu ruangan disebut ruang epidural.
Ruang Subdural
Diantara lapisan dalam durameter dan arakhnoid yang mengandung sedikit
cairan, mengisi suatu ruang disebut ruang subdural.
Pembentukan, Sirkulasi dan Absorpsi Cairan Serebrospinal (CSS)
Sebagian besar CSS (dua pertiga atau lebih) diproduksi di pleksus choroideus
ventrikel serebri (utamanya ventrikel lateralis). Sejumlah kecil dibentuk oleh sel ependim yang
membatasi ventrikel dan membran arakhnoid dan sejumlah kecil terbentuk dari cairan yang
bocor ke ruangan perivaskuler di sekitar pembuluh darah otak (kebocoran sawar darah
otak).Pada orang dewasa, produksi total CSS yang normal adalah sekitar 21 mL/jam (500 mL/
hari),volume CSS total hanya sekitar 150 mL.
Tekanan Cairan Serebrospinal
Tekanan normal dari sistem cairan serebrospinal ketika seseorang berbaring pada
posisi horizontal, rata-rata 130 mm air (10 mmHg), meskipun dapat juga serendah 65 mm air
atau setinggi 95 mm air pada orang normal.. Pengaturan Tekanan Cairan Serebsrospinal oleh Vili
Arakhnoidalis. Normalnya, tekanan cairan serebrospinal hampir seluruhnya diatur oleh absorpsi
cairanmelalui vili arakhnoidalis.
Komposisi dan fungsi cairan serebrospinal (CSS)
Cairan serebrospinal dibentuk dari kombinasi filtrasi kapiler dan sekresi
aktif dari epitel. CSS hampir meyerupai ultrafiltrat dari plasma darah tapi berisi
konsentrasi Na, K, bikarbonat, Cairan, glukosa yang lebih kecil dan konsentrasi Mg
dan klorida yang lebih tinggi. Ph CSS lebih rendah dari darah.
Perbandingan komposisi normal cairan serebrospinal lumbal dan serum
adalah sebagai berikut :

Osmolaritas
Natrium
Klorida
PH
Tekanan
Glukosa
Total Protein
Albumin
Ig G

CSS
295 mOsm/L
138 mM
119 mM
7,33
6,31 kPa
3,4 mM
0,35 g/L
0,23 g/L
0,03 g/L

Serum
295 mOsm/L
138 mM
102 mM
7,41 (arterial)
25,3 kPa
5,0 mM
70 g/L
42 g/L
10 g/L

2.3 Pengambilan Cairan Serebrospinal


Cairan otak biasanya diperoleh dengan melakukan punksi lumbal pada lumbal III dan
IV di cavum subarachnoidale, namun dapat pula pada suboccipital ke dalam cisterna magma atau
punksi ventrikel, yang dapat disesuaikan dengan indikasi klinik. Seorang klinik yang ahli dapat
memperkirakan pengambilan tersebut. Hasil punksi lumbal dimasukkan dalam 3 tabung atau 3
syringe yang berbeda, antara lain :
1. Tabung I berisi 1 mL
Dibuang karena tidak dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan karena mungkin
mengandung darah pada saat penyedotan.
2. Tabung II berisi 7 mL
Digunakan untuk pemeriksaan serologi, bakteriologi dan kimia klinik.
3. Tabung III berisi 2 mL
Digunakan untuk pemeriksaan jumlah sel, Diff.count dan protein kualitatif/kuantitatif.
Tata Cara
1. Pasien dalam posisi miring pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (lutut di tarik ke
arah dahi )
2. Tentukan daerah pungsi lumbal di antara L4 dan L5 yaitu dengan menentukan garis potong
sumbu kraniospinal ( kolumna verterbralis ) dan garis antara kedua spina ishiadika anterior
superior ( SIAS ) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula di lakukan anatara L4 dan L5 atau antara L2
dan L3 namun tidak boleh pada bayi.

3. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan larutan
Povidon iodin di ikuti larutan alkohol 70% dan tutup dengan duk steril di mana daerah pungsi
lumbal di biarkan terbuka.
4. Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah memakai sarung
tangan steril selama 15 30 detik yang akan menandai titik pungsi tersebut selama 1 menit.
5. Tusukan jarum spinal/stylet pada tempat yang telah di tentukan. Masukan jarum perlahan-lahan
menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas sampai
menembus duramater. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap anak
tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 2,5 cm pada bayi dan meningkat menjadi 5
cm pada umur 3 5 tahun. Pada remaja jaraknya 6 8 cm.
6. Lepaskan stylet perlahan-lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran cairan yang lebih
baik, jarum di putar hingga mulut jarum mengarah ke kranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan
7. Cabut jarum dan tutup lubang tusukan dengan plester.
2.4 Parameter Pemeriksaan Cairan Serebrospinal
Parameter yang umum diperiksa pada cairan otak adalah sebagai berikut :
A. Makroskopik
Warna
Kekeruhan (Kejernihan)
Bekuan
BJ
pH
B. Mikroskopik
Hitung Jumlah Sel
Hitung Jenis Sel (Diff.Count)
C. Kimiawi
Pandy
Nonne
Protein
Glukosa
Chlorida
D. Bakteriologi (Pembiakan)

a. Makroskopik
Metode
: Visual (Manual)
Tujuan
: Untuk mengetahui cairan LCS secara makroskopik
warna, kejernihan, bekuan, pH dan BJ.

meliputi :

Alat dan Bahan


1. Tabung reaksi
2. Beaker gelas
3. Kertas indikator pH universal
4. Refraktometer abbe
Spesimen
: Cairan LCS
Cara Kerja
1. Cairan LCS dimasukkan dalam tabung bersih dan kering.
2. Diamati warna, kejernihan, adanya bekuan pada cahaya terang.
3. Dicelupkan indikator pH universal pada LCS dan diukur pH dengan membandingkan deret
standar pH.
4. Cairan LCS diteteskan 1-2 tetes pada refraktometer dan diperiksa pada eye piece BJ.
Hasil dan Interpretasi
No
Parameter
Penilaian
Interpretasi Normal
1.
Warna
Tidak berwarna, Kuning muda, Tidak berwarna
Kuning, Kuning tua, Kuning
coklat, merah, hitam coklat
2.

Kejernihan

Jernih, agak keruh, keruh, sangat Jernih


keruh, keruh kemerahan

3.
4.

Bekuan
pH

5.

BJ

Tidak ada bekuan, ada bekuan


Tidak ada bekuan
7,3 atau setara dengan pH
plasma/serum
1.000 1.010
1.003 1.008

Hal yang perlu diperhatikan :


1. LCS yang bercampur darah dalam jumlah banyak pada kedua tabung, tidak dapat diperiksa
karena karena akan sama hasilnya dengan pemeriksaan dalam darah, terutama bila ada bekuan
merah sebagaimana darah membeku.
2. Adanya bekuan terlihat berupa kabut putih yang menggumpal karena bekuan terdiri atas benang
fibrin.
b. Mikroskopik
1) Hitung Jumlah Sel
Metode
: Bilik Hitung

Prinsip
: LCS diencerkan dengan larutan Turk pekat akan ada sel
leukosit
dan sel lainnya akan lisis dan dihitung selnya
dalam kamar hitung di bawah
mikroskop.
Tujuan
: Untuk mengetahui jumlah sel dalam cairan LCS.
Alat dan Reagensia :
1. Mikroskop
2. Hemaocytometer : Bilik hitung Improved neubauer, kaca penutup, pipet thoma leukosit
3. Tissue
4. Larutan Turk Pekat : Kristal violet 0,1 gram, asam asetat glacial 10 mL dan aquadest 90 mL.
Spesimen
: LCS
Cara Kerja
1. Larutan Turk pekat diisap sampai tanda 1 tepat
2. Larutan LCS diisap sampai tanda 11 tepat.
3. Dikocok perlahan dan dibuang cairan beberapa tetes.
4. Diteteskan pada bilik hitung dan dihitung sel dalam kamar hitung pada semua kotak leukosit di
mikroskop lensa objektif 10x/40x.

Perhitungan
:
PDP : 1/10 = 0,1x
TKP : 1/0,1 = 10x
KBH : 4 kotak leukosit
Sel
: Jumlah sel ditemukan (berwarna keunguan
sitoplasma)
Sel = PDP x TKP x Jumlah sel ditemukan
KBH
= 0,1 x 10 x
4
= 2,5 x
= ..sel/mm3 LCS
Interpretasi
: Jumlah sel normal = 0 5 sel/mm3 LCS
2) Hitung Jenis Sel
Metode
: Giemsa Stain
Tujuan
: Untuk membedakan jenis sel mononuklear dan
dalam cairan LCS
Alat dan Reagensia
1. Objek Gelas
2. Kaca Penghapus

dengan

inti

dan

polinuklear

3. Sentrifuge
4. Tabung reaksi
5. Metanol absolut
6. Giemsa
7. Timer
Spesimen
: LCS
Cara Kerja
1. Cairan LCS di masukkan dalam tabung secukupnya.
2. Disentrifugasi selama 5 menit 2000 rpm
3. Supernatant dibuang dan endapan diambil.
4. Diteteskan pada objek gelas dan dibuat preparat hapusan tebal
5. Di keringkan dan difiksasi selama 2 menit dengan metanol absolut.
6. Diwarnai dengan Giemsa selama 15-20 menit.
7. Dicuci dan diperiksa dimikroskop lensa objektif 100x denga imersi.
Perhitungan
Jenis Sel

10

Jumlah

MN
PMN
Jumlah
Interpretasi : Normal MN 100% dan PMN 0%

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cairan otak ialah cairan jernih, tak berwarna yang 70 % dibuat oleh plexus choroideus
di dalam ruang atau ventrikel otak melalui transport akitf dan ultrafiltrasi, sedangkan 30%
dibentuk pada tempat lain, termasuk pada ventrikel dan rongga subarachnoid. Pada orang
dewasa volume intrakranial kurang lebih 1700 ml, volume otak sekitar 1400 ml, volume
cairan serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104 ml) dan darah sekitar 150 ml. 80% dari
jaringan otak terdiri dari cairan, baik ekstra sel maupun intra sel.
Perbandingan komposisi normal cairan serebrospinal lumbal dan serum adalah
sebagai berikut :
CSS
Serum
Osmolaritas
295 mOsm/L
295 mOsm/L

Natrium
Klorida
PH
Tekanan
Glukosa
Total Protein
Albumin
Ig G

138 mM
119 mM
7,33
6,31 kPa
3,4 mM
0,35 g/L
0,23 g/L
0,03 g/L

138 mM
102 mM
7,41 (arterial)
25,3 kPa
5,0 mM
70 g/L
42 g/L
10 g/L

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam pembuatan
makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
https://yazhid28bashar.blogspot.co.id/2014/11/makalah-cairan-otak.html

Cairan otak dibentuk oleh plexus chroideus dan merupakan hasil filtrasi dari plasma.
Cairan ini serupa dengan plasma bedanya hanya elemen-elemen yang terkandung didalamnya,
umpamanya kadar Na, Ca HCO3, glukosa dalam jumlah yang rendah dll. Perbedaan ini
disebabkan adanya permobility yang selektif dan faktor-faktor sekresi dari dinding plexus
choroedeus. Disamping itu dikenal pula istilah blood brain barrier dimana pada keadaan normal
mencegah masuknya beberapa bahan kedalam cairan otak misalnya bilirubin dan penicillin pada
keadaan patologis barrier ini rusak sehingga terdapat cairan otak yang patologis pula,
Fungsi cairan otak
1. Pelindung otak dari goncangan
2. Mengatur volume otak dengan jalan mengatur produksi cairan otak
3. Sebagai alat transport zat-zat makanan dan sisi metabolisme
Cara memperoleh cairan otak
Cairan otak diperoleh cara melakukan punksi pada :
1. Daerah lumbal (L3 dan L4)
2. Sisterna magna
3. Ventrikel otak ( sesuai dengan indikasi)
Pemeriksaan cairan otak
Pmeriksaan cairan otak meliputi :
1. Pemeriksaan makroskopis
2. Pemeriksaan mikroskopis
3. Pemeriksaan kimiawi
A. Pemeriksaan makroskopis
1. Pemeriksaan tentang kekeruhan

Untuk melihat adanya kekeruhan maka cairan oatak dibandingkan dengan yang berisi aquadest,
dalam keadaan normal cairan otak jernih. Keadaan patologis dapat terjadi sebagai berikut:
Opalescent
: seperti kabut halus, gris hitam pada dasar tabung masih dapat dilihat
Keruh
: garis hitam pada dasar tabung tidak tampak lagi [ada keadaan ini jumlah sel
umumnya lebih besar 500 sel/mm3
Keadaan ini bisa disbabkan oleh perdarahan, sel-sel radang, dan kuman, leukositosis tidak selalu
disertai kekeruhan misalnya pada meningitis tuberculosa, meningitis syphili catabes dorsalis dan
polio myelitis pada keadaan ini cairan otak masih jernih.
2. Pemeriksaan tentang pH
Cairan otak dalam keadaan normal pH bereaksi sedikit alkalis
3. Pemeriksaan tentang B. J
Dalam keadaan normal B.J cairan otak sekitar 1.003-1.008
4. Pemeriksaan tentang warna
Dalam keadaan normal cairan otak tidak berwarna, dalam keadaan patologis cairan otak
berwarna :
Kekuning-kuningan
Warna ini dapat disebaakan derivat hemoglobin dari perdarahan yang telah lama terjadi
( minimum 6 jam maximum 1-1,5 minggu), brasal dari bilirubin darah bila intensitas ikterus
hebat. Cairan otak xanthocrome karena kadar protein yang sangat tinggi atau pendarahan dapat
membeku
Merah
Warna merah disebakan oleh karena:
- Pendarahan artifisialyang merupakan komplikasi dari punksi
- Pendarahan sub arachnoidal
Coklat
Warna coklat disebabkan perdarahan yang lama disertai dengan adanya hemolisis , maka LC
akan berwarna coklat
Keabu-abuan
Warna keabu-abuan ini disebabkan oleh adanya leukosit dalam jumlah besar
5. Pemeriksaan tentang pellicle ( bekuan halus)
Pada cairan otak yang normal pellicle / bekuan halus dapat diperlihatkan. Bila cairan otak
dibiarkan pada suhu kamar pada 24 jam
Pada meningitis purulenta, pellicle akan cepat terbentuk besar dan kasar dalam waktu beberapa
menit sampai 1 menit sampai 1 jam.
B. Pemeriksaan mikrocopis
1. pemeriksaan cytolosis
Pemeriksaan cytolosis penting untuk :
- Menghitung jumlah sel
- Mengetahui jenis sel dan perbandingannya
- Mengenal sel dan perbandingannya

Pemeriksaan harus segera dilakukan karen bila terlalu lama (lebih besar dari 30 menit ) akan
mengakibatkan jumlah sel berkurang ini disebakan karena :
Sel mengalami cytolisis
Sel mengendap sehingga sukar mendapatkan cairan otak yang homogen
Sel banyak yang tertangkap dalam pellicle
Cepat mengalami perubahan morfologis (bentuk)

C. Pemeriksaan kimia
Pemeriksaan kimia terdiri dari pemeriksaan terhadap :
- Protein
- Glucosa
- Chlorida

est Nonne
Metode : Nonne
Prinsip : Protein dalam suasana asam akan membentuk endapan atau gumpalan
Prosedur Pemeriksaan
1. 10 tetes LCS dalam tabung reaksi, ditambah 10 tetes larutan ammonium sulfat
(1:1) hingga terbentuk 2 lapisan
2. biarkan 3 menit dan baca hasilnya diantara 2 lapisan
Pelaporan
Negatif : tidak terbentuk cincin diantara 2 lapisan
Positif : Terbentuk cincin diantara 2 lapisan
Test Pandy
Metode : Pandy
Prinsip : Adanya protein dalam LCS akan bereaksi dengan phenol jenuh dalam air
akan membentuk kekeruhab yang dapat dinilai secara semi kuantitatif
Prosedur Pemeriksaan
1. Satu ml larutan pandy dalam tabun reaksi
2. ditambah 1 tetes LCS dan langsung dibaca
Pelaporan
Negatif : Tidak ada kekeruhan (15-45mg%)
[+] 1 : Terjadi opalescent (50-100mg%)
[+] 2 : Cairan keruh (100-300mg%)
[+] 3 : Keruh (300-500mg%)
[+] 4 : Keruh seperti susu (>500mg%)

Anda mungkin juga menyukai