Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
terselesaikannya referat yang berjudul Intoksikasi Sianida. Referat ini disusun
guna melengkapi syarat dan memenuhi tugas dalam menempuh program
pendidikan di bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya-RSUD dr. Soetomo Surabaya.
Penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebesar besarnya kepada drs.
Putu selaku dosen pembimbing kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Forensik
dan Medikolegal FK Universitas Wijaya Kusuma Surabaya-RSUD dr. Soetomo
Surabaya.
Penulis juga berharap referat ini dapat memberikan pengetahuan lebih
terhadap topik yang dibahas bagi penulis maupun pembaca. Penulis menyadari
bahwa masih banyaknya kekurangan yang terdapat pada referat ini, oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran, sehingga penulis dapat lebih
menyempurnakan referat ini.
Surabaya,
April 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
I.1
juga
mungkin
sering
diberitakan
karena
keragaman
penggunaannya. Dari garam sianida ini dapat juga terbentuk gas sianida.
The National Occupational Exposure Survey (NOES), yang
merupakan salah satu lembaga yang menanggulangi masalah keamanan
kerja di USA, menyatakan bahwa potassium sianida merupakan
zat
sianida,
serta
pemeriksaan
penunjang
forensik
untuk
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.2
PENGERTIAN SIANIDA
Sianida adalah suatu senyawa kimia yang terdiri dari 3 buah atom
karbon yang berikatan dengan sebuah atom nitrogen (CN). Kata
sianida berasal dari bahasa Yunani yang berarti biru yang mengacu
pada hidrogen sianida yang disebut Blausure ("blue acid") di Jerman.3
Secara spesifik, sianida adalah anion CN -. Senyawa ini ada dalam
bentuk gas, liquid dan solid. Setiap senyawa tersebut dapat melepaskan
anion CN- yang sangat beracun. Sianida dapat terbentuk secara alami
maupun dibuat oleh manusia. Sianida juga ditemukan pada hasil metabolit
dari beberapa preparat farmakologi seperti laetrile, nitroprusside, dan
4
Agency for Toxic Substances and Disease Registry Division of Toxicology and
Agency for Toxic Substances and Disease Registry Division of Toxicology and
Tabel I.1. Sifat fisik dan kimia dari hidrogen sianida (HCN)5
Titik didih
25,7o C
Tekanan gas
740 mmHg
Kadar dalam:
Gas
Cairan
Padat
Tidak diketahui
Volatilitas
Kelarutan dalam:
Air
Baskin SI, Brewer TG. Cyanide Poisoning. Chapter. Pharmacology Division. Army
Sianida memasuki udara, air, dan tanah baik dengan proses alami
maupun karena proses industri. Keberadaan sianida di udara jauh di bawah
ambang batas yang dapat berbahaya. Sianida di udara berbentuk partikel
kecil yang halus. Adanya hujan atau salju mengurangi jumlah partikel
sianida di dalam udara, namun tidak begitu dengan gas HCN.
Kebanyakan sianida di air permukaan akan membentuk HCN dan
kemudian akan terevaporasi. Meskipun demikian, jumlahnya tetap tidak
mencukupi untuk memberikan pengaruh negatif terhadap manusia.
6
Beberapa dari sianida di air tersebut akan diuraikan menjadi bahan yang
tidak berbahaya oleh mikroorganisme atau akan membentuk senyawa
kompleks dengan berbagai logam, seperti besi.
HCN dilepaskan ke dalam atmosfer dari ledakan gunung berapi,
tumbuh-tumbuhan, bakteri dan juga jamur. Sumber utama pada keracunan
sianida pada manusia maupun hewan sebagian besar berasal dari buah atau
tanaman yang mengandung glikosida sianogenik, yang dapat melepaskan
sianida saat memasuki saluran pencernaan.
dantaranya
mengandung
sianida
dalam
konsentrasi
yang
tinggi.
tidak
ada
lagi
mikroorganisme
tanah
yang
dapat
Inhalasi
diabsorbsi oleh paru, gejala keracunan dapat timbul dalam hitungan detik
sampai menit. Ambang batas minimal HCN di udara adalah 2-10 ppm
(part per million), tetapi angka ini belum dapat memastikan konsentrasi
sianida yang berbahaya bagi lingkungan di sekitarnya. Selain itu,
gangguan dari saraf-saraf sensoris pernafasan juga sangat terganggu.
Berat jenis HCN lebih ringan dari udara. Anak-anak yang terpapar HCN
dengan kadar yang sama seperti orang dewasa akan terpapar HCN jauh
lebih tinggi.2,5,9
2.4.2
Saluran pencernaan
11
Chemical
Defense,
Abeerden
Proving
groundm
Maryland.
http://www.bordeninstitute.army.com, diakses tanggal 1 April 2016.
9. Gerberding JL. Toxicological Profile for Cyanide. U.S. Departement of
Health and Human Services, Public Health Service Agency for Toxic
Substances and Disease Registry. 2006. hal. 72-98.
Agency for Toxic Substances and Disease Registry Division of Toxicology and
2.5 Patomekanisme
Pada saat seseorang terpapar racun sianida secara inhalasi, kulit maupun
oral, baik sianida yang terlepas dari sisa pembakaran plastik yang mengandung
karbon dan nitrogen, ataupun sianida yang terlepas dari asap rokok, maka sianida
tersebut akan cepat diabsorbsi oleh tubuh . Garam sianida cepat diabsorbsi melalui
saluran pencernaan, Cyanogen dan uap HCN diabsorbsi melalui pernapasan .
HCN cair akan cepat diabsorbsi melalui kulit tetapi gas HCN lambat, sedangkan
nitril organik (iminodipropilnitril, glikonitril, asetonitril) cepat diserap melalui
kulit. Setelah diabsorbsi, sianida akan masuk ke dalam sirkulasi darah sebagai CN
bebas dan tidak dapat berikatan dengan hemoglobin, kecuali dalam bentuk
methemoglobin akan terbentuk sianmethemoglobin. Sianida dalam tubuh akan
menginaktifkan beberapa enzim oksidatif seluruh jaringan secara radikal, terutama
sitokrom oksidase dengan mengikat bagian ferric heme group dari oksigen yang
dibawa oleh darah. Selain itu sianida juga secara reflex merangsang pernapasan
dengan bekerja pada ujung saraf sensorik sinus (kemoreseptor) sehingga
12
pernafasan bertambah cepat dan menyebabkan gas racun yang diinhalasi makin
banyak.2,10
Proses oksidasi dan reduksi terjadi sebagai berikut:2
Fe++sitokrom-oksidase
Fe+++sitokrom-oksidase
+
CN
13
14
Nilai TLV (Threshold imit value) adalah 11 mg per M3 untuk gas HCN
sedangkan TLV untuk debu sianida adalah 5 gr per M3. 2
Kadang-kadang korban keracunan CN melebihi takaran mematikan (letal)
tetapi tidak meninggal. Hal ini mungkin disebabkan oleh toleransi individual
dengan daya detoksifikasi tubuh berlebihan, dengan mengubah CN menjadi sianat
dan sulfosianat. Dapat pula disebabkan oleh keadaan anasiditas asam lambung,
sehingga menyebabkan garam CN yang ditelan tidak terurai menjadi HCN.
Keadaan ini dikenal sebagai imunitas Rasputin. Tetapi sekarang hal ini telah
dibantah, karena cukup dengan air saja dalam lambung, garam CN sudah dapat
terurai menjadi HCN. Kemungkinan lain adalah karena dalam penyimpanan
sianida sudah berubah menjadi garam karbonat. Misalnya NaCN +Udara
Na2CO3 + NH3.2
16
10
2.4
fosforilasi oksidatif.
11
Goldfrank, LS. Cyanide and Hydrogen Sulfide. Toxicologic Emergencies 87, 1994:
1215-1225.
17
Gambar 1. : letak inhibisi rantai respirasi oleh obat tertentu, bahan kimia,
dan antibiotik.12
12
13
18
H
M
R
A
G
,K
N
C
D
IN
S
a
I
K
I
N
U
N
H
L
G
A
I
E
L
T
S
A
T
S
I
I
SIRKULASI
Anoksiaht
Asfikia
19
o
d
i
s
A
b
o
r
e
a
n
TAeProbA
k
l
b
a
t
e
m
O OHS
ki i2 t
p g- k H o a r
i msa d
g kt
o i k a k ek
j s db a e ae r
dl n u
i eg sl
ts e a e i r n a r
a
n i
g
u
s o
ob
l a
s
i sr
o
gs
g
0,2 ppm. Di USA dan Kanada, konsentrasi sianida di dalam air minum
sianida, begitu pula dengan rokok. Pada perokok pasif dapat ditemukan
sekitar 0.06g/mL sianida dalam darahnya, sementara pada perokok aktif
ditemukan sekitar 0.17 g/mL sianida dalam darahnya.
kematian dalam 5 10
20
menit jika tidak ditangani segera.14 Racun klasik seperti H2S, karbon
monoksida dan sianida menginhibisi Complex IV (sitokrom oxidase),
menghalangi siklus asam trikarboksilat dan menyebabkan henti nafas.
Namun proses tersebut reversible.15,16
14
Agency for Toxic Substances and Disease Registry Division of Toxicology and
Wyatt, J. P., Illingworth R. N., Clancy M. J., Munro P. T., Robertson C. E. OXFORD
Oxford
21
17
jumlah
produksi
ATP.
Penurunan
produksi
ATP
18
19
Inc; 2007.
20
23
24
CDC.
Facts
About
Cyanide.
Diunduh
dari
24
Agency for Toxic Substances and Disease Registry Division of Toxicology and
25
Pemeriksaan luar
Tercium bau amandel yang patognomonik untuk keracunan
CN, dapat tercium dengan menekan dada mayat sehingga akan
keluar gas dari mulut dan hidung. Bau ini harus cepat dapat
ditentukan karena indera pencium kita cepat teradaptasi sehingga
tidak dapat membaui bau khas tersebut.2
26
Sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut dan
lebam mayat berwarna merah terang, karena darah vena kaya akan
oksi-Hb. Tetapi ada pula yang mengatakan karena terdapat CyanMet-Hb. 2
Warna lebam yang merah terang tidak selalu ditemukan pada
kasus keracunan sianida, ditemukan pula kasus kematian akibat
sianida dengan warna lebam mayat biru kemerahan, livid. Hal ini
tergantung pada keadaan dan derajat keracunan. 2
Pemeriksaan dalam
Pada pemeriksaan dalam tercium bau amandel yang khas pada
saat membuka rongga dada, perut dan otak serta lambung (bila racun
melalui mulut). Darah, otot dan organ-organ tubuh dapat berwarna
merah terang. Selanjutnya hanya ditemukan tanda-tanda asfiksia
pada organ-organ tubuh.2
Pada korban yang menelan garam alkali sianida, dapat
ditemukan kelainan pada mukosa lambung berupa korosi dan
berwarna merah kecoklatan karena terbentuk hematin alkali dan
pada perabaan mukosa licin seperti sabun. Korosi dapat
menyebabkan perforasi lambung yang dapat terjadi antemortal atau
postmortal. 2
3. Pemeriksaan laboratorium
27
28
warna biru-hijau pada kertas saring. Reaksi ini tidak spesifik, hasil
positif semu didapatkan bila isi lambung mengandung klorin, nitrogen
oksida atau ozon; sehingga reaksi ini hanya untuk skrining.2
3.3 Reaksi Prussian Blue (Biru Berlin)
Isi lambung/jaringan didestilasi dengan destilator. 5 ml destilat +
1 ml NaOH 50% + 3 tetes FeSO4 10% rp + 3 tetes FeCl3 5%, panaskan
sampai hampir mendidih, lalu dinginkan dan tambahkan HCl pekat
tetes demi tetes sampai terbentuk endapan Fe(OH)3, teruskan sampai
endapan larut kembali dan terbentuk biru berlin.2
3.4 Cara Gettler Goldbaum
Dengan menggunakan 2 buah flange (piringan) dan di antara 2
flange dijepitkan kertas saring Whatman No.50 yang digunting sebesar
flange. Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan FeSO4 10% rp
selama 5 menit, keringkan lalu celupkan ke dalam larutan NaOH 20%
selama beberapa detik. Letakkan dan jepitkan kertas saring di antara
kedua flange. Panaskan bahan dan salurkan uap yang terbentuk hingga
melewati kertas saring bereagensia antara kedua flange. Hasil positif
bila terjadi perubahan warna pada kertas saring menjadi biru.2
4. Pengobatan
4.1 Pada keracunan CN yang masuk secara inhalasi:
Pindahkan korban ke udara bersih. Berikan amil-nitrit dengan
inhalasi, 1 ampul(0,2 ml) tiap 5 menit. Hentikan pemberian bila tekanan
29
Takaran awal
NaNO2 (mg/kg)
Takaran awal
NaNO2 3%
(ml/Kg)
Takaran awal
Na-tiosulfat 25%
(ml/kg)
5,8
0,19
0,95
6,6
0,22
1,10
7,5
0,25
1,25
10
8,3
0,27
1,35
11
9,1
0,30
1,50
12
10,0
0,33
1,65
13
10,8
0,36
1,80
14
11,6
0,38
1,95
30
31
akut dapat bertahan hidup selama 4 jam maka biasanya akan sembuh.
Kadang-kadang terdapat gejala sisa berupa kelainan neurologik. Pada
keracunan Ca-Sianida, belum diketahui antidotum yang dapat
digunakan. Setelah bilas lambung diberikan terapi secara simtomatik.2
5. Kesimpulan
Sianida merupakan zat beracun yang mematikan. Hidrogen sianida adalah
cairan tidak berwarna atau dapat juga berwarna biru pucat pada suhu kamar.
Bersifat mudah menguap dan mudah terbakar. Sianida ditemukan pada rokok,
asap kendaraan bermotor dan makanan seperti bayam, kacang dan singkong.
Selain itu dapat pula ditemukan pada beberapa produk sintetik.
Gejala yang ditimbulkan bermacam-macam mulai dari sakit kepala, mual,
muntah, sesak nafas, jantung berdebar, selalu berkeringat dan bisa sampai tidak
sadar. Korban dapat terpapar sianida baik secara inhalasi, kontak langsung melalui
kulit dan mata, serta melalui saluran pencernaan.
Jumlah distribusi dari sianida berubah-ubah sesuai dengan kadar zat kimia
lainnya dalam darah. Konsentrasi sianida dalam darah sangat berhubungan dengan
gejala klinis yang akan ditimbulkannya.
2.5.
DETOKSIFIKASI SIANIDA
32
penting
lain
untuk
eksresi
sianida
adalah
dengan
enzim 3-
melalui
pembentukan
derivat
sianat
dibatasi
karena
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
33
25
34
26
27
Centers for Disease Control and Prevention. The Facts About Cyanides. New York State
Department
Of
Health.
New
York.
2004.
Diunduh
dari
www.health.state.ny.us/nysdoh/bt/chemical_terrorism/docs/cyanide_general.pdf.
2010.
Jika menggunakan larutan HCl, dikeringkan lalu dipotong kecilkecil. Kertas tersebut dicelupkan ke dalam darah, bila positif warna
berubah menjadi merah terang.
Pemeriksaan
Schonbein-Pagenstecher
(reaksi
Guajacol).
29
Cyanide.
Cited
from
35
32
Anonymus. Cyanide. Departement Of Health and Human Service. Center for Disease
Control
and
Prevention.
2005.
Diunduh
dari
Segera menjauh dari tempat atau sumber paparan. Jika korban berada
36
sianida.
Jika berada di dekat balai pengobatan tertentu maka dapat diberikan
antidotum.
Obat vasopressor seperti epinefrin bila timbul hipotensi yang tidak
memberi respon setelah diberikan terapi cairan. Berikan obat anti
aritmia bila terjadi gangguan pada detak jantung. Setelah itu berikan
sodium bikarbonat untuk mengoreksi asidosis yang timbul.33, 34
Cara kerja obat-obatan diatas adalah dengan menghambat
Methemoglobin
akan
mengikat
sianida
dan
membuangnya dari dalam sel maupun cairan ekstra seluler. Salah satu
keterbatasan mengenai antidotum ini adalah hanya berdasar dari
eksperimen menggunakan hewan. Karena itu cukup sulit untuk menilai
keberhasilannya pada manusia. Selain itu juga, penelitian ini tidak dibuat
bila sedang berada dalam situasi yang besifat emergensi.33
37
2.8.
33
34
Kulit
38
35
36
USEPA/ODW,Health
Advisory
for
Potassium
Cyanide,1997.
Diunduh
dari:
BAB 2I
KESIMPULAN
Sianida merupakan senyawa kimia yang dapat terbentuk secara alami
maupun buatan. Di alam, senyawa ini terdapat dalam bentuk gas, cair dan padat.
Senyawa ini mempunyai daya toksisitas yang tinggi dan dosis letal yang sangat
rendah, oleh karena itu zat ini sangat berbahaya. Proses masuknya sianida dalam
tubuh dapat melalui berbagai cara, antara lain melalui proses pernapasan, proses
pencernaan , rute parenteral dan juga kontak melalui kulit.
39
Tingkat toksisitas sianida ini diperngaruhi oleh bentuk, durasi, rute serta
kondisi komorbiditas dari masing masing individu. Tidak perlu paparan sianida
dalam jumlah banyak untuk mengakibatkan gangguan kesehatan. Tanda tanda
keracunan sianida antara lain adalah bau mulut seperti bau almond,gejala gejala
susunan saraf pusat dan juga sistem kardiovaskular.
Tidak semua keracunan sianida mengakibatkan kematian, oleh karena itu
pertolongan pertama sangat diperlukan sesegera mungkin, dan tingkat
keberhasilan dari pertolongan tersebut tergantung dari tingkat dan jumlah paparan
dengan lamanya waktu terpapar. Maka dari itu tindakan yang diperlukan antara
lain adalah mengevakuasi korban dari tempat paparan, melepaskan semua barang
yang melekat pada tubuh yang telah terpapar oleh sianida tersebut, lalu dilakukan
tindakan untuk membersihkan tubuh korban dari sianida, kemudian berikan
oksigenasi yang cukup, serta antidotum, dan juga tidak lupa untuk memberikan
obat obatan untuk gejala simptomatisnya .
Pada pemeriksaan otopsi untuk korban yang meninggal akibat keracunan
sianida juga dilakukan seperti pemeriksaan otopsi pada umumnya, tapi biasanya
kelainan yang ditemukan pada kasus ini terdapat pada kulit, otak, mata, hidung,
mulut, kelenjar tiroid, saluran pencernaan, paru - paru dan sistem kardiovaskular,
rta organ organ lainnya.
Maka dari itu, sebagai ahli medis diperlukan pengetahuan mengenai
keracunan sianida,penanganan pada korban hidup juga temuan pada korban mati
untuk mengidentifikasi penyebab kematiannya.
40