Anda di halaman 1dari 14

a.

Proses Terjadinya Kloning


LAHIR DAN BERKEMBANGNYA KLONING GEN
Sekitar satu abad lalu, Gregor Mendel merumuskan aturan-aturan menerangkan pewarisan
sifat-sifat biologis. Sifat-sifat organisme yang dapat diwariskan di atur oleh suatu faktor
yang disebut gen, yaitu suatu partikel yang berada di dalam suatu sel, tepatnya di dalam
kromosom. Gen menjadi dasar dalam perkembangan penelitian genetika meliputi
pemetaan gen, menganalisis posisi gen pada kromosom. Hasil penelitian lebih berkembang
baik diketahuinya DNA sebagai material genetik beserta strukturnya, kode-kode genetik,
serta proses transkripsi dan translasi dapat dijabarkan. Suatu penelitian rekomendasi atau
rekayasa genetika yang inti prosesnya adalah kloning gen, yaitu suatu prosedur untuk
memperoleh replika yang dapat sama dari sel atau organisme tunggal.
Belakangan ini di media masa (televisi, koran, Internet,dll.) memberitakan tentang kloning
manusia. Tetapi karena belum ditemukan rujukan dari kitab-kitab hukum terdahulu, para
ahli hukum sekarang masih memperdebatkan masalah ini dan belum ditemukan
kesepakatan final dalam kasus yang menyeluruh.

Proses kloning gen dapat terjadi secara sederhana :


1. Mempersiapkan sel stem.
2. Sel stem diambil inti sel yang mengandung informasi genetic kemudian dipisahkan dari
sel.
3. Mempersiapkan sel telur.
4. Inti sel stem diimplantasikan ke sel telur.
5.Sel telur dipicu supaya terjadi pembelahan dan pertumbuhan. Setelah membelah menjadi
embrio.
6. Blastosis mulai memisahkan diri dan siap diimplantasikan ke rahim.
7. Embrio tumbuh dalam rahim menjadi bayi dengan kode genetik persis sama dengan sel
stem donor.
Molekul DNA dan bakteriofog mempunyai sifat-sifat dasar yang ditentukan sebagai sarana
kloning. Namun sifat ini tidak berguna tanpa adanya teknik-teknik eksperimen untuk
manipulasi molekul DNA di dalam laboratorium. Ketrampilan dasar untuk melakukan
kloning secara sederhana adalah :
Preperasi sampel DNA murni
Pemotongan DNA murni
Analisis ukuran fragmen DNA
Penggolongan molekul DNA
Memasukan molekul DNA ke dalam sel tuan rumah
Identifikasi sel yang mengandung molekul DNA rekombinasi
b. Kloning Gen Ditinjau Dari Peluang Alam
Daniel Callahan 1972 (dikutip dari shannon, TA. 1987). Menyebutkan adanya 3 orientasi

dasar yang mempengaruhi cara kita memandang peluang-peluang alam:


Pertama, ada model yang memandang alam sebagai sesuatu yang plastis, dalam arti bisa
direka/diolah oleh manusia. Dalam prespektif ini, alam dilihat sebagi hal yang asing dan jauh
dari manusia. Alam itu bersifat plastis sejauh dapat dibentuk dan dimanfaatkan dengan cara
apapun yang dianggap sesuai oleh manusia. Dengan demikian, alam adalah milik manusia
yang dapat dimanfaatkan sesukanya.
Kedua, alam dapat dihayati sebagai hal yang suci. Pandangan ini dapat dijumpai dalam
tradisi keagamaan baik ditimur maupun di barat. Taoisme mengasumsikan kesesuaian
individu dengan alam, sehingga bisa menjadi bagian dari keseluruhan kosmis yang
ditayangkan oleh alam. Teolog dari abad pertengahan memandang alam sebagai jejak Tuhan.
Al-Quran diturunkan dengan perintah membaca sebagai firman pertama (Al-Alaq [96]: 1-5)
bacalah atas nama penciptamu; yang telah menciptakan manusia dari segumpal nutfah;
bacalah ! dan tuhanmu sangat pemurah; yang telah mengajarkan penggunaan kalam;
mengajarkan hal-hal yang tidak diketahui olehnya kalau ALLAH Secara langsung tidak
dapat kita lihat, yang tampak adalah bekas goresannya disekitar kita ini berupa semua
kejadian yang dapat kita amati di alam semesta. Pandangan ini menciptakan suatu sikap
tanggung jawab terhadap alam dan kemampuan untuk melestarikannya. Manusia boleh
mengintervensi alam, asal perbuatannya itu mengetahui ukuran dan tidak terlalu banyak.
Ketiga, merupakan suatu model teologis. Pengertian ini mengasumsikan adanya tujuan dan
logika dalam alam. Terdapat suatu dinamisme internal dalam alam yang membawanya
kepada tujuan atau maksud tertentu. Setiap campur tangan dalam alam harus menghomati
tujuan-tujuan ini, sehingga dengan demikian mencegah akan terjadinya pelanggaran terhadap
keutuhan alam. Dengan demikian juga jangkauan terhadap intervensi manusia dalam alam
ditentukan oleh dinamisme alam itu sendiri.
c. Kloning Gen Ditinjau Dari Segi Etik Profesi
Salah satu perdebatan dalam etik profesi adalah menyangkut tanggung jawab para ilmuan,
atau lebih umum tanggung jawab para ahli. Gustafon dalam beberapa tahun 1970 (dikutip
dari shannon, TA. 1987), mengemukakan beberapa model yang dapat dipakai untuk
menangani masalah tanggung jawab profesi ini yaitu :
Pertama, para ilmuwan berhak untuk melakukan apa saja yang mungkin dilakukan.
Pembenaran dari pendapat ini adalah nilai yang inheren pada pengenalan itu sendiri. Hal itu
juga dilengkapi dengan pertimbangan bahwa keingintahuan intelektual merupakan suatu nilai
khusus disamping naluri yang melekat pada manusia untuk memecahkan persoalan. Dalam
model ini, satu-satunya kendala yang membatasi adalah tiadanya kemampuan teknis.
Kedua, para ilmuwan yang tidak berhak untuk mencampuri alam. Larangan yang tegas ini
didasarkan atas keyakinan bahwa alam itu suci atau adanya anggapan bahwa setiap penelitian
melangar batas yang ditentukan oleh alam. Namun banyak yang tidak setuju untuk

menggunakan prinsip ini secara mutlak, melainkan memahaminya sebagai suatu dorongan
yang kuat untuk mempraktekkan tangung jawab yang sudah ada sebelumnya.
Ketiga, ilmuwan tidak berhak untuk mengubah ciri-ciri manusia yang khas. Model
tanggung jawab ini berkaitan dengan pandangan tedeologis tentang alam, yang menganggap
bahwa intervensi dalam alam dibatasi oleh suatu faktor khusus, yaitu ciri-ciri manusia.
Dengan demikian, berbeda dengan model kedua, karena disini orang dapat mencampuri
dengan alam, tetapi yang menjadi batasnya adalah kodrat manusia, dan bukan
ketidakmampuan teknis seperti pada model pertama. Akhirnya ilmuwan berhak untuk
memelihara pertumbuhan ciri-ciri manusia yang berharga dan menyingkirkan ciri-ciri yang
merugikan. Model ini menunjukan tingkat intervensi yang tinggi, baik untuk menguasai
maupun mengarahkan perkembangan manusia. Tujuannya adalah kualitas kehidupan.

d. Kloning Gen Ditinjau Dari Hukum Agama


Prestasi ilmu pengetahuan yang sampai pada penemuan proses kloning,sesungguhnya telah
menyingkapkan sebuah hukum alam yang ditetapkan ALLAH SWT pada sel-sel tubuh
manusia dan hewan, karena proses kloning telah menyikap fakta bahwa pada sel tubuh
manusia dan hewan terdapat potensi menghasilkan keturunan, jika intisel tubuh tersebut
ditanamkan pada sel telur perempuan yang telah dihilangkan inti selnya. Jadi sifat inti sel
tubuh itu tak ubahnya seperti sel sperma laki-laki yang dapat membuahi sel telur perempuan.
Pada hakikatnya islam sangat menghargai iptek. Oleh sebab itu islam terhadap kloning
tersebut tentunya sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat internasional. Didalam islam
berbeda antara hukum kloning binatang dan manusia.
Pada hukum kloning pada manusia. Menurut buku fatawa muashiroh karangan Yusuf
Qurdhowy bahwa tidak diperbolehkanya kloning terhadap manusia. Atas beberapa
pertimbangan diantaranya :
Pertama : Dengan kloning akan meniadakan keanekaragaman. (varietas).
ALLAH SWT telah menciptakan alam ini dengan kaedah keanekaragaman. Hal tersebut
tertuang dalam Al-Quran surat fathir ayat 26 dan 27. Sedangkan dengan kloning akan
meniadakan keanekaragaman tersebut. Karena dengan kloning secara tidak langsung
menciptakan duplikat dari satu orang. Dan dengan ini akan dapat merusak kehidupan
manusia dan tatanan sosial dalam masyarakat, efeknya sebagian telah kita ketahui dan
sebagian lainnya kita ketahui di kemudian hari.
Kedua : Kloning manusia akan menghilang nasab (garis keturunan).
Bagaimana dengan hubungan orang yang mengkloning dan hasil kloningan tersebut, apakah
dihukumi sebagai duplikatnya atau bapaknya ataupun kembarannya, dan ini adalah
permasalahan yang kompleks. Kita akan kesulitan dalam menentukan nasab hasil kloningan
tersebut. Dan tidak menutup kemungkinan kloning dapat digunakan untuk kejahatan, Siapa

yang bisa menjamin jikalau diperbolehkan kloning tidak akan ada satu negara yang mencetak
ribuan orang yang digunakan sebagai prajurit militer yang berfungsi menumpas negara lain.

Ketiga : Dengan kloning akan mengilangkan Sunatullah (nikah).


ALLAH SWT telah menciptakan manusia, tamanan, binatang dengan berpaang-pasangan.
Surat Addariyat 46.. Anak-anak produk kloning tersebut dihasilkan melalui cara yang tidak
alami. Padahal justru cara alami itulah yang telah ditetapkan ALLAH SWT untuk manusia
dan dijadikan-Nya sebagai sunnatullah untuk menghasilkan anak-anak dan keturunannya.
ALLAH SWT berfirman: dan Bawasannya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan
laki-laki dan perempuan, dari air mani apabila dipancarkan. (QS. An Najm : 45-46).
Keempat : Memproduksi anak melalui proses kloning akan mencegah pelaksanaan banyak
hukum-hukum syara. Seperti hukum tentang perkawinan, nasab, nafkah, hak, dan kewajiban
antar bapak dan anak, waris, perawatan anak, hubungan kemahraman, hubungan ashabah
dan lain-lain. Disamping itu koning akan mencampur adukkan dan menghilangkan nasab
serta menyalahi fitra yang telah diciptakan ALLAH SWT untuk manusia dalam masalah
kelahiran anak. Kloning manusia sesungguhnya merupakan perbuatan keji yang akan dapat
menjungkir balikkan struktur kehidupan masyarakat.
Berdasarkan dalil-dalil itulah proses kloning manusia diharamkan menurut hukum islam dan
tidak boleh dilaksanakan. ALLAH SWT berfirman mengenai perkataan iblis terkutuk, yang
mengatakan : dan akan aku (iblis) suruh mereka (mengubah ciptaan ALLAH), lalu benarbenar mereka mengubahnya. (QS.An Nisaa : 119).

e. Kloning Gen Ditinjau Dari Hukum Di Indonesia


Dalam UU kesehatan No.23 tahun 1992 terdapat ketentuan pasal-pasal tentang kehamilan di
luar cara alami sebagai berikut :
Pasal 16

1. Kehamilan diluar alami dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir untuk membantu suami
istri mendapat keturunan.
Penjelasan: Jika secara medis dapat membuktikan bahwa pasangan suami istri yang sah dan
benar-benar tidak dapat memperoleh keturunan secara alami, pasangan suami istri tersebut
dapat melakukan kehamilan diluar cara alami sebagai upaya terakhir melalui ilmu
pengetahuan dan teknologi kedokteran.
2. Upaya kehamilan diluar alami sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dan dengan ketentuan :
a. Hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan, ditanamkan dalam
rahim istri dari mana ovum berasal.
b. Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan wewenangan untuk itu.
c. Pada sarana kesehatan tertentu.
Penjelasan: Pelaksanaan upaya kehamilan diluar cara alami harus dilakukan sesuai dengan
norma hukum, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Sarana kesehatan tertentu adalah
sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang telah memenuhi persyaratan untuk
menyelenggarakan upaya kehamilan diluar cara alami dan ditunjuk oleh pemerintah.
3. Ketentuan mengenai persyaratan dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam peraturan ini ialah :
Sperma harus berasal dari suami sah dari pemilik ovum. Bila sperma berasal dari laki-laki
lain, hukumannya sama dengan perzinaan.
Hasil pembuahan tidak boleh ditanam di dalam rahim wanita yang bukan pemilik ovum
yang dibuahi tersebut.
Yang dimasud dengan keturunan adalah sperma dari suami.
Ketentuan pidana.
Ketentuan pidana untuk pelaku upaya kehamilan diluar cara alami diatur dalam pasal 82 ayat
(2) a yang berbunyi : Melakukan upaya kehamilan diluar cara alami yang tidak sesuai dengan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah).
PANDANGAN ETIKA
Setelah dilaporkan tentang Dolly, seekor anak domba yang berhasil di klon dari sel domba
dewasa. Segera timbul pertanyaan di masyarakat terutama para ahli, apakah nantinya manusia
juga akan di klon? Sebab, teknologi ini dapat diterapkan pada semua mamalia termasuk juga
manusia. Tetapi dengan demikian munculah masalah etika, yang didasari berbagai pertanyaan
seperti apakah yang telah dilakukan dengan hewan ini boleh dilakukan pada manusia? Sejauh
manakah manusia dapat dan boleh malangkah ke depan tanpa kehilangan kemanusiaanya?
Para ilmuwan berpendapat dan memiliki keyakinan yang besar akan hal ini dapat membantu
pasangan yang infertil yang tidak bisa dibantu dengan metode lain untuk bisa mendapatkan
keturunan.
Dilihat dari tujuan kloning reproduktif yaitu penciptaan manusia baru maka kloning manusia

dapat dikatakan tidak etis karena tentu saja hal ini melampaui kekuasaan Tuhan.
Dilihat dari tujuan kloning dikatakan etis apabila digunakan untuk tujuan kesehatan atau
tujuan klinik. Penelitian yang berlangsung menyangkut diri manusia harus bertujuan untuk
menyempurnakan tata cara diagnostic, terapeutik dan pencegahan serta pengetahuan tentang
etiologi dan tatogenesis. Dan juga kloning tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi
yang dari pengembangannya untuk tujuan ekonomi, militerisme dan tindakan-tindakan
kriminal.
PANDANGAN MEDIS
1. Riset klinis harus disesuaikan dengan prinsip moral dan ilmu pengetahuan yang
membenarkan riset medis. Selain itu, riset klinis hendaknya didasarkan atas percobaan
laboratoris dan eksperimen dengan bintang atau fakta-fakta ilmiah yang sudah pasti.
2. Riset klinis hendaknya secara sah, oleh ahli yang berkompeten dan dibawah pengawasan
tenaga medis yang ahli dibidangnya.
3. Setiap proyek riset klinis hendaknya didahului oleh suatu taksiran yang cermat terhadap
bahaya-bahaya yang mungkin terjadi didalamnya dan dibandingkan dengan manfaat yang
diperkirakan dapat diperoleh oleh orang yang menjadi objek riset atau orang lain.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Definisi
Kloning
Kloning berasal dari kata "Klon" dalam bahasa Yunani yang berarti ranting yang dapat
mereplikasi sendiri dan akhirnya tumbuh menjadi pohon. Kloning terjadi secara alami dalam
banyak jenis tanaman yaitu dengan cara vegetatif.kloning adalah cara bereproduksi secara
aseksual atau untuk membuat salinan atau satu set salinan organisme mengikuti fusi atau
memasukan inti diploid kedalam oosit (Seidel ,GE Jr., 2000 dalam Tong, W F., 2002).
Americaan Medical Association mendefinisikan kloning sebagai produksi
dari organisme identik secara genetik melalui sel somatik transfer nuklir, walaupun definisi
yang lebih luas sering digunakan untuk memasukkan produksi jaringan dan organ dari kultur
sel
atau
jaringan
menggunakan
sel
(Tong,
W
F.,
2002).
Kloning dalam biologi adalah proses menghasilkan populasi serupa genetik individu identik
yang terjadi di alam saat organisme seperti bakteri, serangga atau tanaman bereproduksi
secara aseksual . Secara definisi, klon adalah sekelompok organisme hewan maupun
tumbuhan melalui proses reproduksi aseksual yang berasal dari satu induk yang sama. Setiap
anggota klon tersebut memiliki jumlah dan susunan gen yang sama sehingga kemungkinan

besar
fenotifnya
juga
sama
(Rusda,
M,
2003).
Kloning pada tanaman dalam arti melalui kultur sel mula-mula dilakukan pada tanaman
wortel. Dalam hal ini sel akar wortel dikultur, dan tiap selnya dapat tumbuh menjadi tanaman
lengkap. Teknik ini digunakan untuk membuat klon tanaman dalam perkebunan. Dari sebuah
sel yang mempunyai sifat unggul, kemudian dipacu untuk membelah dalam kultur, sampai
ribuan atau bahkan sampai jutaan sel. Tiap sel mempunyai susunan gen yang sama, sehingga
tiap
sel
merupakan
klon
dari
tanaman
tersebut.
Kloning pada hewan dilakukan mula-mula pada hewan amfibi (kodok), dengan mengadakan
transplantasi nukleus ke dalam telur kodok yang dienukleasi atau dihilangkan inti selnya.
Sebagai donor, digunakan nukleus sel somatik dari berbagai stadium perkembangan. Ternyata
donor nukleus dari sel somatik yang diambil dari sel epitel usus kecebong pun masih dapat
membentuk
embrio
normal.
2.2.
Tehnik-Tehnik
Kloning
Pada tahun 1928, Hans Spemann, melakukan eksperimen dengan embrio salamander dengan
melakukan percobaan dengan tehnik transfer inti sel embrio salamander ke sel tanpa inti atau
tanpa nukleus. Transfer nukleus pada dasarnya membutuhkan dua sel, yaitu suatu sel donor
dan sel oosit atau sel telur. Telur matur sebelum dibuahi dibuang intinya atau nukleusnya.
Proses pembuangan nukleus tadi dinamakan proses enukleasi. Hal ini dilakukan untuk
menghilangkan informasi genetisnya. Ke dalam telur yang telah dienukleasi tadi kemudian
dimasukkan nukleus (donor) dari sel somatik. Penelitian membuktikan bahwa sel telur akan
berfungsi terbaik bila berada dalam kondisi anfertilisasi, sebab hal ini akan mempermudah
penerimaan nukleus donor seperti dirinya sendiri. Di dalam telur, inti sel donor tadi akan
bertindak sebagai inti sel zigot dan membelah serta berkembang menjadi blastosit. Blastosit
selanjutnya ditransfer ke dalam uterus induk pengganti (surrogate mother). Jika seluruh
proses tadi berjalan baik, suatu replika yang sempurna dari donor akan lahir. Jadi sebenarnya
setelah terbentuk blastosit in vitro, proses selanjutnya sama dengan proses bayi tabung yang
tehnologinya telah dikuasai oleh para ahli obstetri ginekologi.

Gambar 1. Transfer Nukleus


Ada beberapa tehnik kloning yang dikenal, antara lain tehnik Roslin dan Tehnik Honolulu.
Adapun penjelasan mengenai tehnik-tehnik kloning tersebut adalah sebagai berikut.
2.2.1.
Tehnik
Roslin

Kloning domba Dolly merupakan peristiwa penting dalam sejarah kloning. Dengan kegiatan
kloning yang dilakukan pada kambing tidak hanya membangkitkan antusias terhadap
kloning, melainkan kegiatan kloning tersebut membuktikan bahwa kloning binatang dewasa
dapat disempurnakan. Sebelumnya, tidak diketahui bahwa suatu nukleus dewasa ternyata
mampu
memproduksi
suatu
hewan
yang
lengkap
atau
komplit.
Ian Wilmut dan Keith Cambell memperkenalkan tentang suatu metode yang mampu
melakukan singkronisasi siklus sel dari kedua sel, yakni sel donor dan sel telur. Tanpa
singkronosasi siklus sel, maka inti tidak akan berada pada suatu keadaan yang optimum untuk
dapat diterima oleh embrio. Bagaimanapun juga sel donor harus diupayakan untuk dapat
masuk ke Gap Zero, atau stadium sel G0, atau stadium sel dorman (Rusda, M., 2003).
Tahapan yang dilakukan oleh Ian Wilmut dan Keith Cambell adalah sebagai berikut (Rusda,
M., 2003). Pertama, suatu sel (yang dijadikan sebagai sel donor) diseleksi dari sel kelenjar
mammae domba betina berbulu putih (Finn Dorset) untuk menyediakan informasi genetis
bagi pengklonan. Untuk studi ini, peneliti membiarkan sel membelah dan membentuk
jaringan in vitro atau diluar tubuh hewan. Hal ini akan menghasilkan duplikat yang banyak
dari
suatu
inti
yang
sama..
Kedua, Suatu sel donor diambil dari jaringan dan dimasukkan ke dalan campuran, yang
hanya memiliki nutrisi yang cukup untuk mempertahankan kehidupan sel. Hal ini
menyebabkan sel untuk menghentikan seluruh gen yang aktif dan memasuki stadium G0 atau
stadium dorman. Kemudian sel telur dari domba betina Blackface dienokulasi dan diletakkan
disebelah sel donor.. Domba blackface adalah domba betina yang mukanya tertutupi bulu
hitam
atau
sering
disebut
juga
Scottish
Blackface.
Satu sampai delapan jam setelah pengambilan sel telur, kejutan listrik digunakan untuk
menggabungkan dua sel tadi, pada saat yang sama pertumbuhan dari suatu embrio mulai
diaktifkan. Tehnik ini tidaklah sepenuhnya sama seperti aktivasi yang dilakukan oleh sperma,
karena hanya beberapa sel yang mampu bertahan cukup lama untuk menghasilkan suatu
embrio setelah diaktifkan oleh kejutan listrik (Rusda, M., 2003).

Gambar 2. Domba Muda yang Diberi Nama Dolly (Kiri), dengan Induk Pengganti yang
Sudah Diciptakan Melalui kloning oleh Institut Roslin.
Jika embrio ini dapat bertahan, ia dibiarkan tumbuh selama sekitar enam hari, diinkubasi di
dalam oviduk domba. Apabila ternyata sel yang diletakkan di dalam oviduk lebih awal, di
dalam pertumbuhannya akan lebih mampu bertahan dibandingkan dengan embrio yang
diinkubasi di dalam laboratorium. Pada tahap terakhir, embrio tersebut akan ditempatkan ke

dalam uterus betina penerima (surrogate mother). Induk betina tersebut selanjutnya akan
mengandung hasil kloning tadi hingga hewan hasil kloning siap untuk dilahirkan. Bila tidak
terjadi kekeliruan atau kesalaha selama dalam uterus domba, maka suatu duplikat yang persis
sama
dari
donor
akan
lahir.
Domba yang baru lahir tersebut memiliki semua karakteristik yang sama dengan domba yang
lahir secara alamiah. Dan telah diamati bila ada efek yang merugikan, seperti resiko yang
tinggi terhadap kanker atau penyakit genetis lainnya yang terjadi atas kerusakan bertahap
DNA. Percobaan kloning domba Dolly, yang merupakan mamalia pertama yang dikloning
dari DNA sel dewasa, telah dibunuh dengan suntikan mematikan pada tanggal 14 Februari
2003. Sebelum kematiannya, Dolly menderita kanker paru-paru dan arthritis melumpuhkan,
padahal sebagian besar domba Finn Dorset hidup sampai 11 sampai 12 tahun. Setelah
diperiksa, kambing Dolly tampaknya menunjukkan bahwa, selain kanker dan arthritis, ia
tampaknya
cukup
normal
(Tong,
W
F.,
2002).
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai proses kloning dengan tehnik Roslin yang dilakukan
pada domba, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3. Tahapan dari Proses Kloning Tehnik Roslin.


2.2.2.
Tehnik
Honolulu
Pada Juli 1998, sebuah tim ilmuwan dari Universitas Hawai mengumumkan bahwa mereka
telah menghasilkan tiga generasi tikus kloning yang secara genetik identik. Tehnik ini
diakreditasi atas nama Teruhiko Wakayama dan Ryuzo Yanagimachi dari Universitas Hawai.
Yanagimachi menciptakan tiga generasi berturut-turut. Sebelum keberhasilan ini,
diperkirakan bahwa tahap awal di mana embrio genom hewan mengambil lebih (dua-sel
pada tikus) menyulitkan nukleus pemrograman ulang terjadi. Tikus adalah salah satu yang
untuk melakukan kegiatan mengkloning tidak seperti domba. Pada tikus, sel telur melai
melakukan mitosis segera setelah proses pembuahan terjadi, sehingga menyebabkan peneliti
hanya memiliki sedikit waktu untuk memprogram ulang inti baru.
Domba digunakan pada tehnik Roslin karena sel telurnya membutuhkan beberapa jam
sebelum membelah, memungkinkan adanya waktu bagi sel telur untuk memprogram ulang

nukleus barunya. Meskipun tidak mendapatkan keuntungan tersebut ternyata Wakayama dan
Yanagimachi mampu melakukan kloning dengan angka keberhasilan yang jauh lebih tinggi
yaitu menghasilkan 3 kloning dari sekitar seratus proses kloning yang yang dilakukan,
sedangkan dibandingkan percobaan yang dilakukan oleh Ian Wilmut hanya menghasilkan
satu klon dari 277 proses kloning yang di lakukan. Apabila kita persentasikan, maka
prosentase keberhasilan tehnik Honolulu lebih besar dengan angka persentase 3%, sedangkan
tingkat keberhasilan dengan tehnik Roslin yang dilakukan oleh Ian Wilmut hanya sebesar
0,361%.
Wakayama dan Yanagimachi melakukan pendekatan terhadap masalah sinkronisasi siklus sel
yang berbeda dibandingkan Ian Wilmut. Ian Wilmut menggunakan sel dari kelenjar mammae
yang harus dipaksa untuk memasuki ke stadia G0, sedangkan Wakayama dan Yanagimachi
awalnya menggunakan beberapa tipe sel yakni, sel otak dan sel kumulus. Sel otak berada
dalam stadia G0 secara alamiah dan sel kumulus hampir selalu hadir pada stadia G0 ataupun
G1.
Sel telur tikus yang tidak dibuahi digunakan sebagai penerima atau resipien dari inti donor.
Setelah dienokulasi, sel telur memiliki inti donor yang dimasukkan ke dalamnya. Nukleus
donor diambil dari sel-sel dalam hitungan menit dari setiap ekstrak sel dari tikus tersebut.
Tidak seperti pada proses yang digunakan untuk mengkloning Dolly, percobaan Wakayama
tanpa melalui proses in vitro atau di luar dari tubuh hewan, kultur dilakukan justru pada selsel tersebut. Setelah satu jam sel-sel telah menerima nukleus-nukleus yang baru. Setelah
penambahan waktu selama 5 jam sel telur kemudian ditempatkan pada suatu kultur kimia
untuk memberi kesempatan sel-sel tersebut tumbuh, sebagaimana layaknya fertilisasi secara
alamiah.
Pada suatu kultur dengan suatu substansi yang mampu menghentikan pembentukan suatu
polar body, sel kedua yang secara alami terbentuk sebelum fertilisasi. Polar body akan
menjadikan jumlah dari gen dalam sel menjadi setengah dari jumlah gen sel normal.
Setelah penyatuan, sel-sel berkembang menjadi embrio-embrio. Embrio-embrio ini kemudian
ditransplantasikan kepada induk betina donor (surrogate mother) dan akan tetap berada di
sana sampai siap untuk di lahirkan. Sel yang paling berhasil dari proses ini adalah sel
kumulus, maka penelitian dikonsentrasikan pada sel-sel dari tipe sel kumulus.
Setelah terbukti bahwa tehniknya dapat menghasilkan kloning yang hidup, Wakayama juga
membuat kloning dari kloning, dan membiarkan mahluk klon yang asli untuk melahirkan
secara alamiah untuk membuktikan bahwa mereka memiliki kemampuan reproduksi secara
sempurna. Pada saat dia mengumumkan keberhasilannya, Wakayama telah menciptakan lima
puluh
kloning.
Tehnik baru ini memungkinkan untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut tentang
bagaimana tepatnya sebuah telur memprogram ulang sebuah nukleus. Tikus bereproduksi
dalam kurun bulanan, jauh lebih cepat dibanding dengan domba. Hal ini menguntungkan
dalam hasil penelitian jangka panjang. Kloning juga sedang diterapkan pada spesies lain.
Sebagai contoh, pada awal tahun 2000, Akira Onishi dan koleganya di Jepang, mencoba
untuk mengkloning babi dengan menggunakan tehnik Honolulu (Buchana, F., 2000).
Para pendukung teknologi kloning berpendapat bahwa teknologi kloning dan penelitian akan
meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan dan kehidupan dengan menjawab permasalahnpermasalahn biologi secara kritis, dan memajukan dunia peternakan, genetika dan ilmu
medis. Alasan utama di balik kegunaan kloning adalah bahwa dengan menghasilkan salinan
genetik yang hampir identik dari suatu organisme, hasil yang diperoleh lebih cepat dan lebih
dapat diprediksi dibandingkan dengan teknik reproduksi sebelumnya seperti inseminasi
buatan, yang membutuhkan biaya yang mahal (Tong, W F., 2002).
Ada beberapa perbedaan mendasar antara tehnik kloning Roslin yang diterapkan oleh Ian

Walmut dan tehnik Honolulu yang dilakukan oleh Wakayama. Perbedaannya dapat dilihat
pada Tabel berikut:

Untuk lebih jelas melihat proses kloning Honolulu, maka dapat dilihat pada gambar 4,
sebagai berikut:

Gambar 4. Tahapan dari Proses Kloning Tehnik Honolulu


2.3.
Secara
garis
besar
1.
Untuk
Manfaat kloning terutama
embriologi

Manfaat
Kloning
kloning
memiliki
beberapa
manfaat
diantaranya:
Pengembangan
Ilmu
Pengetahuan
dalam rangka pengembangan ilmu biologi, khususnya reproduksidan
diferensiasi.

2.
Untuk
Mengembangkan
dan
Memperbanyak
Bibit
Unggul
Seperti telah kita ketahui, pada sapi telah dilakukan embrio transfer. Hal yang serupa tentu
saja dapat juga dilakukan pada hewan ternak lain, seperti pada domba, kambing dan lain-lain.
Dalam hal ini jika nukleus sel donornya diambil dari bibit unggul, maka anggota klonnya pun
akan mempunyai sifat-sifat unggul tersebut. Sifat unggul tersebut dapat lebih meningkat lagi,
jika dikombinasikan dengan tehnik transgenik. Dalam hal ini ke dalam nukleus zigot
dimasukkan gen yang dikehendaki, sehingga anggota klonnya akan mempunyai gen
tambahan
yang
lebih
unggul.
Contoh lainnya yaitu untuk menghasilkan susu yang mengandung nutrisi ekstra atau lebih
banyak daging yang memiliki rasa dan kualitas lebih baik. Hal ini juga memungkinkan
genetik konservasi bibit lokal dengan kemampuan adaptasi terhadap penyakit regional atau
iklim setempat. Wells et al (1998) (dalam Tong, W F., 2002), melaporkan dua anak sapi yang
lahir
dari
kloning,
disesuaikan
dengan
kondisi
sub-Antartika.
3.
Untuk
Tujuan
Diagnostik
dan
Terapi
Sebagai contoh jika sepasang suami isteri diduga akan menurunkan penyakit genetika
thalasemia mayor. Dahulu pasangan tersebut dianjurkan untuk tidak mempunyai anak.
Sekarang mereka dapat dianjurkan menjalani terapi gen dengan terlebih dahulu dibuat klon
pada tingkat blastomer. Jika ternyata salah satu klon blastomer tersebut mengandung kelainan
gen yang menjurus ke thalasemia mayor, maka dianjurkan untuk melakukan terapi gen pada
blastomer
yang
lain,
sebelum
dikembangkan
menjadi
blastosit.
Penelitian Kloning dapat berkontribusi untuk pengobatan penyakit dengan memungkinkan
para ilmuwan untuk memprogram ulang sel. Melalui penelitian ini, misalnya, sel-sel kulit
bisa memprogram ke dalam sel-sel memproduksi insulin di pankreas. Sel-sel kulit yang
kemudian akan dimasukkan ke dalam pankreas pasien diabetes, yang memungkinkan mereka
untuk memproduksi insulin. Penyakit Parkinson adalah penyakit degeneratif yang
mempengaruhi neuron. Karena neuron tidak regenerasi, kloning penelitian dapat
memungkinkan pemrograman ulang sel ke neuron untuk mengganti yang rusak oleh
Parkinson.
4. Menolong atau Menyembuhkan Pasangan Infertil untuk Mempunyai Keturunan
Manfaat yang tidak kalah penting adalah bahwa kloning manusia dapat
membantu/menyembuhkan pasangan infertil mempunyai turunan. Secara medis infertilitas
dapat digolongkan sebagai penyakit, sedangkan secara psikologis ia merupakan kondisis
yang menghancurkan, atau membuat frustasi. Salah satu bantuan ialah menggunakan tehnik
fertilisasi in vitro. (in vitro fertilization = IVF). Namun IVF tidak dapat menolong semua
pasangan infertil. Misalnya bagi seorang ibu yang tidak dapat memproduksi sel telur atau
seorang pria yang tidak dapat menghasilkan sperma, IVF tidak akan membantu.
Dalam hubungan ini, maka tehnik kloning merupakan hal yang revolusioner sebagai
pengobatan infertilitas, karena penderita tidak perlu menghasilkan sperma atau telur. Mereka
hanya memerlukan sejumlah sel somatik dari manapun diambil, sudah memungkinkan
mereka punya turunan yang mengandung gen dari suami atau istrinya.
5.
Dari
Segi
Ekonomi
Negara-negara yang gagal untuk penelitian kloning manusia akan menderita kerugian secara
ekonomi. Revolusi industri dan revolusi Internet memperkaya Amerika Serikat. Bioteknologi
akan memimpin revolusi ekonomi berikutnya. Negara-negara yang melompat pertama akan
menuai hasilnya. Mereka yang gagal untuk memulai penelitian segera akan jatuh di belakang.
Menurut Simon, Smith (1998), setidaknya beberapa manfaat kloning bagi manusia adalah
untuk mengatasi masalah infertilitas, untuk operasi plastik dan rekonstruksi wajah, mengatasi
masalah implan payudaya (tidak menggunakan silikon), mencegah penyakit akibat cacat
genetik, mengatasi berbagai penyakit seperti down syndrome, gagal hati, gagal ginjal,

leukimia,
dan
kanker.
Menurut Tong, W F., (2002), saat ini ada tiga kelompok yang mengklaim dan mengumumkan
niat untuk mengkloning manusia, terlepas dari ketidaksetujuan pemerintah atau masyarakat.
Meskipun pada kenyataannya majalah bisnis Forbes memperkirakan biaya dari upaya rahasia
untuk mengkloning manusia dapat biaya sekitar US $ 1,7 juta.

Dr. Richard Seed, spesialis infertilitas manusia yang belajar di Amerika Serikat,
mengumumkan niatnya untuk mengkloning manusia pada 5 Desember 1997.

Cloneaid, sebuah perusahaan yang disponsori oleh Raelian gerakan kepercayaan,


yang percaya bahwa kehidupan di bumi diciptakan oleh alien, telah setuju untuk
mencoba untuk mengkloning anak yang telah mati. percobaan ini akan terus
dilanjutkan, meskipun US Food and Drug Administration meminta untuk
menghentikannya, karena cloneaid bukan untuk mengkloning manusia.

Pada konferensi di Roma pada 9 Mar 2001, Kloning Internasional mengumumkan


konsorsium bahwa mereka sepenuhnya siap untuk melakukan terapi kloning
manusia untuk pasangan subur. Konsorsium berbasis di salah satu negara Mediterania
dan dipimpin oleh tiga spesialis: Dr. Severino Antironi, Dr. Avi Ben Abraham dan
Dr. Panayiotis Zavos. Lebih dari 700 pasangan secara sukarela untuk berpartisipasi
dalam proyek dan Dr. Zavos yang menyatakan bahwa dengan kloning akan sangat
mengurangi jumlah abnormal kelahiran. Ada dugaan bahwa pekerjaan akan
dilakukan di negara Mediterania yaitu di Libya. Konsorsium tidak menawarkan untuk
mengkloning orang yang sudah mati seperti anak-anak atau orang terkenal seperti
yang dilakukan klonaid.

Rusda, M., 2003, menyatakan bahwa hingga waktu ini sikap para ilmuwan, organisasi profesi
dokter dan masyarakat umumnya adalah bahwa pengklonan individu yaitu pengklonan untuk
tujuan reproduksi (reproductive cloning) dengan menghasilkan manusia duplikat, kembaran
identik, yang berasal dari sel induk dengan cara implantasi inti sel tidak dibenarkan, tetapi
untuk tujuan terapi (therapeutic cloning) dianggap etis.
- See more at: http://lenkabelajar.blogspot.co.id/2012/09/makalahkloning.html#sthash.zt3GT74f.dpuf

Anda mungkin juga menyukai