Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
bimbingan-Nya, makalah yang berjudul Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan Berbangsa
Bermasyarakat dan Bernegara dapat terselesaikan dengan lancar.
Makalah ini disusun berdasarkan fakta dengan menggunakan jurnal ilmiah yang
membahas tentang topik ini. Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberi penguraian
tentang pengertian paradigma, penjelasan mengenai Pancasila sebagai paradigma reformasi
dan paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila pada Program Studi
Pendidikan Biologi Universitas Jambi. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi mengenai Pancasila sebagai
paradigma kehidupan berbangsa dan bernegara serta bermanfaat bagi para pembacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 2
DAFTAR ISI......................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1
LATAR BELAKANG....................................................................................... 4
RUMUSAN MASALAH.................................................................................... 5
TUJUAN PENULISAN...................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PARADIGMA........................................................................... 6
2.2 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN........................... 6
2.2.1 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN
POLITIK................................................................................................ 8
2.2.2 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN
EKONOMI............................................................................................. 9
2.2.3 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN SOSIAL
BUDAYA................................................................................................11
2.2.4 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN
HUKUM. 12
2.2.5 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN KEHIDUPAN
UMAT BERAGAMA BANGSA...... 14
2.2.6 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN IPTEK...16
2.3 PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI............... 19
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................... 20
3.2 SARAN................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 21
BAB I
PENDAHULUAN
1
LATAR BELAKANG
Pancasila adalah dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan
oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 dan tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
yang diundangkan dalam berita Republik Indonesia tahun II No.7 bersamaan dengan
batang tubuh UUD 1945.
Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai
acuan, kerangka-acuan berpikir, pola acuan berpikir; atau jelasnya sebagai sistem nilai
yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah atau tujuan
bagi yang menyandangnya.
Kehidupan NKRI ini tergantung kepada seberapa besar penghargaan warga Negara
terhadap Pancasila, baik dari segi pengkajian dan pengamalan Pancasila itu sendiri dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagai tertib hukum tertinggi keberadaan Pancasila tidak dapat diganggu gugat,
karena merubah dan mengamandemen Pancasila sama halnya dengan membubarkan
NKRI yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Memang fakta sejarah
membuktikan berkali-kali konstitusi Negara ini diubah-ubah, dimulai dengan keluarnya
peraturan pemerintah yang mengganti sistem presidensil dengan system parlementer,
hingga ditetapkannya konstitusi RIS yang RI merupakan salah satu Negara bagian saja
dari Negara Federal tersebut, sebagai akibat ditandatanganinya perjanjian KMB. Seiring
bergulirnya waktu konstitusi RIS pun akhirnya diubah. Dengan diadakannya pemilu 1955,
yang salah satu tujuannya adalah memilih anggota konstituante. Dewan Konstituante
diberi mandat untuk menyusun konstitusi baru bagi Negara, namun rencana pembentukan
dasar Negara baru itupun gagal, seiring dengan keluarnya dekrit presiden 5 Juli 1959,
yang menyatakan kembali ke UUD 1945.Suatu pembuktian bahwa rakyat Indonesia
membutuhkan Pancasila untuk merekat persatuan diantara mereka.
Sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia, pancasila mengalami berbagai
macam interpretasi dan manipulasi politik. Karena hal tersebut pancasila tidak lagi
diletakkan sebagai dasar filsafat serta pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia
melainkan direduksi, dibatasi dan dimanipulasi demi kepentingan politik penguasa pada
saat itu. Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem nilai
acuan, kerangka acuan berpikir, pola acuan berpikir atau lebih jelasnya sebagai sistem
nilai yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah ataun
4
tujuan bagi yang menyandangnya antara lain adalah bidang politik, bidang ekonomi,
bidang sosial budaya, bidang hukum, dan bidang kehidupan antar umat beragama di
Indonesia
1.2 RUMUSAN MASALAH
Masalah yang nantinya akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1.2.1 Pengertian paradigma
1.2.2 Makna pembangunan dan aspek-aspeknya
1.2.3 Pengertian reformasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Paradigma
Istilah paradigma pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan
terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara terminologis, tokoh yang
mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S. Khun
dalam bukunya yang berjudul The Strusture of Scientific Revolution (1970 : 49). Inti sari
pengertian paradigm adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang
umum (merupakan sumber nilai), sehingga merupakan suatu sumber hukum-hukum, metode,
serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, cirri, serta
karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Istilah ini berkembang dalam berbagai bidang kehidupan manusia serta ilmu
pengetahuan lain, misalnya politik, hukum, ekonomi, social, budaya, dan bidang-bidang
lainnya. Dalam hal ini, istilah paradigma
mengandung konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas,
serta arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses dalam suatu bidang
tertentu termasuk dalam bidang pembangunan, iptek maupun dalam pendidikan.
teknologi,
mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang
berbeda pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan (Riyadi
dan Bratakusumah.2005:206).
Menurut Tikson (2005:134) pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai
transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi
menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat
melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat disektor industri dan jasa,
sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi
sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan
industrialisasi dan modernisasi ekonomi.
Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui
pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan,
kesehatan, perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan
keputusan politik. Sedangkan transformasibudaya sering dikaitkan, antara lain, dengan
bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan
norma
yang
dianut
masyarakat,
seperti
perubahan
dan
spiritualisme
ke
nilai toleransi;
nilai transparansi hukum dan kelembagaan;
nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata);
bermoral berdasarkan konsensus (Fukuyama dalam Astrid.2000:3).
sentralistik
dan
yang
mengabaikan
kemajemukan
masyarakat
dan
puncak-puncak
kebudayaan,
11
sebagai
kerangka-acuan-bersama,
bagi
12
kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara, serta keyakinan pada kekuatan
sendiri.
Sistem ini pada dasarnya sesuai dengan nilai-nilai pancasila, di mana pemerintahan
dari rakyat (individu) memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam masalah
pertahanan negara dan bela negara. Pancasila sebagai paradigma pembangunan
pertahanan keamanan telah diterima bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam
UU No. 3 Tahun 2002 tentang pertahanan Negara.
Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa pertahanan negara bertitik tolak
pada falsafah dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk menjamin keutuhan dan
tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memiliki sebuah konstitusi, yang di
dalamnya terdapat pengaturan tiga kelompok materi-muatan konstitusi, yaitu:
a. adanya perlindungan terhadap HAM,
b. adanya susunan ketatanegaraan negara yang mendasar, dan
c. adanya pembagian dan pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga
mendasar.Sesuai dengan UUD 1945, yang di dalamnya terdapat rumusan
Pancasila, Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian dari UUD 1945 atau
merupakan bagian dari hukum positif. Dalam kedudukan yang demikian, ia
mengandung segi positif dan segi negatif. Segi positifnya, Pancasila dapat
dipaksakan berlakunya (oleh negara); segi negatifnya, Pembukaan dapat
diubah oleh MPRsesuai dengan ketentuan Pasal 37 UUD 1945.
Hukum tertulis seperti UUDtermasuk perubahannya, demikian juga UU dan
peraturan perundang-undangan lainnya, harus mengacu pada dasar negara (sila sila
Pancasila dasar negara).
Dalam kaitannya dengan Pancasila sebagai paradigma pengembangan hukum,
hukum (baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis) yang akan dibentuk tidak dapat
dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila:
(1) Ketuhanan Yang Maha Esa,
(2) Kemanusiaan yang adil dan beradab,
(3) Persatuan Indonesia,
13
(4) Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan/perwakilan,
(5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dengan demikian, substansi hukum yang dikembangkan harus merupakan
perwujudan atau penjabaran sila-sila yang terkandung dalam Pancasila. Artinya,
substansi produk hukum merupakan karakter produk hukum responsif (untuk
kepentingan rakyat dan merupakan perwujuan aspirasi rakyat)(Mahfud.1998:56)
2.2.5 Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Umat Beragama
Bangsa
Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Umat Beragama Bangsa
Indonesia sejak dulu dikenal sebagai bangsa yang ramah dan santun, bahkan predikat
ini menjadi cermin kepribadian bangsa kita di mata dunia internasional. Indonesia
adalah Negara yang majemuk, bhinneka dan plural. Indonesia terdiri dari beberapa
suku, etnis, bahasa dan agama namun terjalin kerja bersama guna meraih dan mengisi
kemerdekaan Republik Indonesia kita.
Namun akhir-akhir ini keramahan kita mulai dipertanyakan oleh banyak kalangan
karena ada beberapa kasus kekerasana yang bernuansa Agama. Ketika bicara peristiwa
yang terjadi di Indonesia hampir pasti semuanya melibatkan umat muslim, hal ini
karena mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Masyarakat muslim di
Indonesia memang terdapat beberapa aliran yang tidak terkoordinir, sehingga apapun
yang diperbuat oleh umat Islam menurut sebagian umat non muslim mereka seakanseakan merefresentasikan umat muslim.
Paradigma toleransi antar umat beragama guna terciptanya kerukunan umat
beragama perspektif Piagam Madinah pada intinya adalah seperti berikut:
(1) Semua umat Islam, meskipun terdiri dari banyak suku merupakan satu komunitas
(ummatan wahidah)
(2) Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara komunitas Islam dan
komunitas lain didasarkan atas prinsip-prinsi:
a. Bertentangga yang baik
b. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama
c. Membela mereka yang teraniaya
d. Saling menasehati
e. Menghormati kebebasan beragama.
14
15
kembali dari tulang belulang. apakah (akan dibangkitkan juga) apabila kami
telah menjadi tulang belulang yang hancur lumat?, mereka berkata kalau
demikian itu adalah suatu pengembalian yang merugikan. Sesungguhnya
pengembalian itu hanya satu kali tiupan saja, maka dengan serta merta mereka
hidup kembali di permukaan bumi.
b. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab
Memberikan dasar-dasar moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan
IPTEK haruslah bersifat beradab. IPTEK adalah sebagai hasil budaya manusia
yang beradab dan bermoral. Oleh karena itu pengembangan IPTEK harus
didasarkan pada hakikat tujuan demi kesejahteraan manusia. IPTEK bukan
untuk kesombongan, kecongkakan dan keserakahan manusia namun harus
diabdikan demi peningkatan harkat dan martabat manusia.
c. Sila persatuan indonesia
Mengklomentasikan universal dan internasionalisme (kemanusiaan) dr silasila lain. Pengembangan IPTEK diarahkan demi kesejahteraan umat manusia
termasuk di dalamnya kesejahteraan bangsa Indonesia. Pengembangan IPTEK
hendaknya dapat mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta
keluhuran bangsa sebagai bagian dari umat manusia di dunia.
Contohnya seperti lima website yang telah mempermudah gerakan revolusi
di abad 21 ini. Ada Wikileaks, Facebook, Twitter, Blog, dan Video Sharing.
Terkait dengan sila persatuan Indonesia GERAKAN 100% CINTA
INDONESIA dan Gerakan 1000000 facebookers Dukung tetap bayar pajak
adalah bentuk dari sekian banyaknya gerakan-gerakan social network yang
menpersatukan pemikiran bangsa Indonesia.
d. Sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Artinya mendasari pengembangan IPTEK secara demokratis. Artinya
setiap orang haruslah memiliki kebebasan untuk mengembangkan IPTEK.
Selain itu dalam pengembangan IPTEK setiap orang juga harus menghormati
dan menghargai kebebasan oranglain dan harus memiliki sikap terbuka.
17
yang jelas dan merupakan arah, tujuan, serta cita-cita yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila(Nasikun.1998:89)
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Pengertian Paradigma yakni asumsi-asumsi dasar dan asumsi asumsi teoritis yang
bersifat umum (sumber nilai), sehingga sebagai sumber hukum, metode yang dalam
penerapan ilmu pengetahuan akan menentukan sifat, ciri dari ilmu tersebut. Sedangkan,
pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh sistem sosial,
seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan,
dan budaya (Alexander.1994:227).
Pancasila sebagai paradigma mempunyai kaitan yang erat dengan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara karena Pancasila mempunyai peran yang sangat
penting dalam berbagai bidang seperti dalam bidang hukum, ekonomi, sosial budaya, dan juga
pembangunan. Pancasila sebagai paradigma dimaksudkan bahwa Pancasila sebagai sistem
nilai acuan, kerangka-acuan berpikir, pola-acuan berpikir atau jelasnya sebagaisistem nilai
yang dijadikan kerangka landasan, kerangka cara, dan sekaligus kerangka arah/tujuan bagi
yang menyandangnya.
4.2 SARAN
Dalam melaksanakan pembangunan di segala bidang seperti dalam bidang sosial, budaya, ekonomi,
politik, hukum, dan iptek, hendaknya selalu mengacu pada Pancasila.
20
DAFTAR PUSTAKA
Kaelan.1996.Pendidikan Paancasila edisi
kesembilan.Yogyakarta:Paradigma
Soeroso.H.P.1987.Pancasila Sebagai paradigma
Ilmu.Yogyakarta:Kedaulatan Rakyat
Mahfud,.M.D.1998.Pancasila Sebagai Paradigma Pembaruan
Hukum.Yogyakarta:UGM
Nasikun.1998.Pancasila dalam Prespektif Reformasi : Konteks Ekonomi,
Pembanguna serta Pelaksanaan Hukum di
Indonesia.Yogyakarta:Pusat Studi Pancasila UGM
Thomas S. Khun.1970.The Strusture of Scientific Revolution.Newyork:Elcorporate.Inc
21