Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

SISTEM PRODUKSI TERNAK POTONG


PENGEMBANGAN SAPI POTONG BERBASIS INTEGRASI
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

Disusun oleh :
Adam Gemilang
12/331527/PT/06219

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Produksi Ternak
Potong di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan
makalah ini di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Yogyakarta, 17 Oktober 2016

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang
diandalkan untuk meningkatkan ekpor dan penerimaan devisa negara sehingga
memerlukan penanganan dan pengelolaan yang efektif guna peningkatan
produktifitasnya. Kelapa sawit adalah tanaman keras sebagai salah satu sumber
penghasil minyak nabati yang bermanfaat luas dan memiliki keunggulan
dibandingkan minyak nabati lainnya. Demikian pula budidaya kelapa sawit tidak
memerlukan teknologi tinggi namun untuk mendapatkan hasil yang maksimal
diperlukan pengelolaan yang intensif dan terpadu (Anonimus, 2002).
Pelaksanaan pembangunan nasional tidak hanya pada sektor sektor
industri atau semacamnya. Pertanian juga merupakan sektor dalam menuju
pembangunan nasional. Indonesia merupakan negara agraris banyak jenis
usaha yang dapat dilakukan untuk memajukan tingkat ekonomi melalui sektor
pertanian. Mengkolaborasikan pertanian dengan bidang tertentu dapat dihasilkan
manfaat yang lebih besar lagi. Dunia pertanian (perkebunan, pertanian tanaman
pangan, peternakan) merupakan usaha yang mampu memberi nilai ekonomis
dan meningkatkan kemantapan swasembada produk pertanian untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Pelaksanaan usaha pertanian saat ini kebanyakan masih
dilaksanakan secara parsial sehingga eksplorasi usaha yang dapat saling
mendukung tidak dapat optimal. Pelaksanaan usaha pertanian yang saling
terintegrasi akan menciptakan suatu konsep usaha yang akan saling melengkapi
dan meniadakan limbah pertanian yang biasanya terjadi.
Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut
dengan pertanian terpadu adalah memadukan antara kegiatan peternakan dan
pertanian. Pola ini sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang di
lahan pertanian, sehingga pola ini sering disebut pola peternakan tanpa limbah
karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian
digunakan

untuk

pakan

ternak.

Integrasi

hewan

ternak

dan

tanaman

dimaksudkan untuk memperoleh hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka
memperbaiki kondisi kesuburan tanah. Interaksi antara ternak dan tanaman
haruslah saling melengkapi, mendukung dan saling menguntungkan, sehingga

dapat mendorong peningkatan efisiensi produksi dan meningkatkan keuntungan


hasil usaha taninya. Ternak sapi memiliki peran penting dan peluang pasar yang
menggembirakan karena merupakan ternak unggulan penghasil daging nasional.
Di beberapa daerah, pemeliharaan sapi dilakukan secara terpadu dengan
tanaman yang dikenal dengan sistem integrasi ternak-tanaman. Indonesia
sebagai daerah tropis dengan potensi sumberdaya alam yang melimpah sangat
mendukung

untuk pengembangan peternakan sapi potong, hanya saja

pemeliharaan sapi umumnya diusahakan secara tradisional atau sambilan


sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu, upaya untuk memberdayakan
petani-peternak sapi penting dilakukan karena memelihara sapi didominasi oleh
petani-peternak.
TUJUAN DAN SASARAN
Tujuan
1. Meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit yang mendukung
pengembangan ternak.
2. Meningkatkan efsiensi tenaga kerja dengan pemanfaatan ternak.
3. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pekerja perkebunan.
4. Membuka dan meningkatkan kesempatan kerja dan berusaha. Lokakarya
Sistem Integrasi Kelapa.
5. Memanfaatkan sumber daya lokal untuk pembangunan secara optimal.
6. Mempercepat pertumbuhan ekonomi wilayah.
7. Mendukung pelestarian plasma nutfah dan lingkungan hidup.
Sasaran
1. Strategi pemanfaatan sumberdaya lokal secara optimal melalui sistem
dan

pola

agribisnis

yang

berdaya

saing,

berkelanjutan,

dan

terdesentralisasi.
2. Meningkatkan peran serta masyarakat petani dalam pembangunan
perkebunan dan peternakan secara terintegrasi.

BAB II
PEMBAHASAN
Potensi Pengembangan Integrasi kelapa sawit Dengan Ternak Sapi Potong
Tanaman yang diintegrasikan dengan ternak sapi mampu memanfaatkan
produk ikutan dan produk samping perkebunan (sisa-sisa hasil perkebunan)
untuk pakan ternak dan sebaliknya ternak sapi dapat menyediakan bahan baku
pupuk organik sebagai sumber hara yang dibutuhkan tanaman. Sejalan dengan
program pemerintah dalam peningkatan populasi dan produksi ternak sapi yaitu
melalui program-program bantuan pengadaan bibit sapi maka hal ini sangat baik
untuk

penerapan

integrasi

ternak

sapi

dalam

usaha

tani

tanaman.

Mengintegrasikan ternak sapi dengan perkebunan kelapa sawit merupakan


usaha yang sangat layak untuk peningkatan produksi ternak tanpa harus
membuka lahan baru yang ketersediannya makin terbatas, selain perluasan
kebun kelapa sawit tanpa pemanfaatan produk samping yang dihasilkan akan
berpotensi menimbulkan masalah lingkungan bila tidak dikelola dengan baik.
Menurut Bamualim et al. (2004), keuntungan langsung integrasi ternak sapitanaman adalah meningkatnya pendapatan petani-peternak dari hasil penjualan
sapi dan kelapa sawit. Keuntungan tidak langsung adalah membaiknya kualitas
tanah akibat pemberian pupuk kandang.
usaha pertanian harus diarahkan menuju konsep LEISA (Low External
Input

Sustainable

Agriculture)

yaitu

konsep

perkebunan

terpadu,

berkesinambungan, menekan penggunaan input luar atau eksternal dan


maksimalisasi penggunaan input lokal atau internal sehingga diperoleh usaha
yang berkesinambungan dan berdaya saing tinggi. Konsep ini merupakan suatu
pilihan

yang

layak

mengingat

sebagian

besar

petan

belum

mampu

memanfaatkan input buatan terutama yang penggunannya dalam jumlah besar,


sehingga perhatian perlu dipusatkan pada teknologi yang bisa memanfaatkan
sumber daya lokal secara efisien (Sudaryanto dan Jamal, 2000).
Strategi pengembangan peternakan sapi terintegrasi dengan perkebunan
kelapa sawit diarahkan kepada: 1) industri pakan ternak berbasis limbah dan
produk samping kelapa sawit, 2) industri perkembangbiakan sapi, dan 3) industri
penggemukan sapi potong (Umar 2009). Sapi yang cocok dibudidayakan secara
terpadu dengan perkebunan kelapa sawit adalah sapi lokal karena telah

beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan terbiasa dengan pakan yang terbatas
baik kualitas dan kuantitasnya, seperti sapi bali, sapi aceh, dan sapi PO.
Pakan Ternak Berbasis Kelapa Sawit
Dalam sistem produksi peternakan, pakan merupakan komponen utama
yang menentukan produktivitas, selain kualitas bibit dan penyakit. Kualitas pakan
harus dapat memenuhi kebutuhan ternak untuk mencapai produktivitas yang
optimal tanpa mengganggu kesehatan ternak. Menurut Mathius (2008) dan
Tangendjaja (2009), biaya
pakan merupakan komponen tertinggi (6070%) dari seluruh biaya
produksi ternak, sehingga pengembangan teknologi produksi banyak diarahkan
pada peningkatan efisiensi pakan. Kesulitan dalam menyediakan pakan secara
berkesinambungan, baik jumlah maupun kualitasnya, dapat menurunkan
produktivitas ternak. Dewasa ini jarang ditemui sapi potong (sapi bali) dengan
bobot hidup melebihi bobot potong (pasar), yakni lebih dari 250 kg/ekor,
sementara yang pernah dicapai pada masa lampau berkisar antara 300500
kg/ekor (Tillman 1983 dalam Mathius 2008). Penurunan bobot badan juga terjadi
pada sapi aceh (Abdullah 2008). Pengembangan peternakan skala menengah
dan besar harus mempertimbangkan ketersediaan sumber pakan lokal yang
murah, tidak berkompetisi dengan kebutuhan manusia, mudah didapat, dan
tersedia secara kontinu. Sumber daya pakan tersebut dapat dipenuhi dari industri
kelapa sawit, yaitu dari hasil samping perkebunan dan pabrik kelapa sawit.
Ternak di Areal Perkebunan
Permintaan produk peternakan terus meningkat sebagai konsekuensi
adanya peningkatan jumlah penduduk, bertambahnya proporsi penduduk
perkotaan, pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang perlunya makanan
yang berkualitas dan bergizi serta adanya dukungan membaiknya pendapatan
dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu startegi
guna peningkatan populasi ternak pada area dekat perkebunan kelapan sawit,
dengan harapan petani peternak tidak menggangu tanaman kelapa sawit dengan
cara diberikan modal dan bekal pengetahuan cara beternak, pemanfaatan area
yang ksosong untuk pakan serta cara pengolahan limbah sapi untu di gunakan
pupuk sehingga menahbah pendapatan peternak dan petani. Pengembangan
ternak disesuaikan dengan kondisi sumber daya lokal perkebunan, seperti ternak
ruminansia sangat potensial untuk dikembangkan pada areal perkebunan kelapa

sawit karena kebutuhan pakan dapat dicukupi dari vegetasi perkebunan kelapa
sawit dan memanfaatkan hasil konvensional dengan pemanfaatan perkebunan
hanya pada saat musim kering dan musim tanam (Aritonang, 1986).
Adanya kotoran sapi dapat mengurangi biaya pengadaan pupuk yang
sekaligus dapat mengurangi biaya produksi di samping menjaga kelestarian
bahan organik tanah,khususnya di wilayah perkebunan yang berlereng
(Hutabarat, 2002). Menurut Ginting (1991) menyatakan ternak dapat berperan
sebagai industri biologis dan penyiang biologis sekaligus mampu meningkatkan
produksi daging dan penyedia kompos. Pemeliharaan intensif untuk ruminansia
besar secara empiris mencegah pemadatan tanah dan sentuhan langsung
dengan tanaman yang dikhawatirkan merusak tanaman pokok, sedangkan untuk
ruminansia kecil tidak bermasalah secara penggembalaan bebas atau ekstensif.
Model integrasi
Ternak

ruminnasia

berpotensi

besar

untuk

mendukung

upaya

pengembangan perkebunan kelapa sawit yang pengolahannya tidak terlepas dari


factor pemupukan dan perbaikan tekstur tanah. Dengan adanya ternak sebagai
bioindustri dan berperan ganda, yatu pemroses limbah sawit dan pemberatas
gulma, pemanfaatan limbah naungan tanah yang biasa digunakan pada saat
tanaman muda atau pada lahan berkelerengan, tenaga kerja dan dapat bertindak
sebagai sumber penghasilan bagi petani kelapa sawit.
Integrasi ternak dengan perkebunan kelapa sawit dapat menurunkan
biaya produksi yang berkaitan dengan biatya, pengadaan bahan kimiawi untuk
pemberantasan tanaman pengganggu dan tenaga kerja. Vegetasi (rerumputan)
lahan perkebunan tersebut digunakan sebagai bahan paka ternak untuk
menghasilkan daging. Allternatif pola pemeliharaan ternak secara intensif dan
semi intensif tergantung pada jeniss ternak disesuaikan sumber daya alam yang
ada. Pemeliharaan ternak ruminansia besar dan rumnansia kecil lebih memiliki
nilai tambah dan umpan balik yang bersinergis dengan kebutuhan perkebunan.
Pembibitan,

ditentukan

oleh

kapasitas

tamping

vegetasi

lahan

perkebunan. Usaha ini diharapkan berperan sebagai penyedia ternak bakalan


dan mencukupi kebutuhan bibit. Usaha ini tidak terlalu di perlukan pakan
berkualitas tinggi.

Penggemukan. Untuk mendapat laju pertumbuhan yang optimal


diperlukan perlakuan khusu, terutama pemberian pakan tambahan dan
pemeliiharaan yang intensif.
Kebutuhan teknologi
Untuk

menunjang

keberhasilan

system

integrasi

ternak

dengan

perkebunan kelapa sawit dibutuhkan teknologi tepat guna dan berkelanjutan


dalam hal:
a. Pengolahan limbah perkebunan/pabrikan sebagai sumber pakan ternak
b. Pengolahan kompos yang berkualitas dalam waktu pendek
c. Pendugaan kapasitas tamping lahan perkebunan untuk jenis ternak
tertetu
d. Manajemen pemeliharaan ternak yang efisien

Keterangan:
CPO : Crude Palm Oil (minyak buah kelapa sawit)
PS : Palm Sludge (cairan sisa pengolahan minyak sawit)
PPF : Palm Pressing Fibre (serat buah sawit)
PKO : Palm Kernel Oil (minyak inti biji sawit)
OPF : Oil Palm Fronds (pangkal batang daun kelapa sawit)
EFB : Empty Fruits Bunch (tandan yang tidak berbiji)

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pembangunan pola integrasi ternak dengan perkebunan kelapa sawit
sangat potensial untuk menggerakkan perekonomian berbasis pertanian di
pedesaan, menghasilkan komoditi ekspor, memperkuat ketahanan pangan,
mendorong pertumbuhan perekonomian daerah dan meningkatkan penghasilan
pekerja. Untuk terwujudnya pengembangan integrasi ternak dengan perkebunan
kelapa sawit diperlukan dukungan dan komitmen dari berbagai pihak, yaitu
koperasi petani, pengusaha/investor, perbankan, perguruan tinggi, peneliti,
pemerintah daerah dan pemerintah pusat.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M.A.N. 2008. Karakterisasi genetik sapi aceh menggunakan analisis
keragaman fenotipik, daerah DLoop DNA mitokondria dan DNA
mikrosatelit. Disertasi Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Anonimus.

2002.

Peluang

Investasi.

DPMD

http://www.go.id/ditjenbun/statistik/perkemb-sawit.htm.

Kutai

Timur.

Diakses

17

Oktober 2016 Pukul 11.14 WIB.


Aritonang, D. 1986. Perkebunan kelapa sawit, sumber pakan ternak di Indonesia.
J. Litbang Pertanian. 4 (4). 93-99.
Diwyanto, K., A. Priyanti dan D. Zainudin. 1996. Pengembangan ternak
berwawasan agribisnis di pedesaan dengan memanfaatkan limbah
pertanian dan pemilihan bibit yang tepat. J. Litbang Pertanian. 15 (1): 16.
Ginting S. P. 1991. Keterpaduan ternak ruminansia dengan perkebunan: 2. Pola
pemeliharaan dan produksi ternak. J. Litbang Pertanian. 10(1): 9-12.
Hutabarat, T. S. P. N. 2002. Pendekatan Kawasan dalam Pembangunan
Peternakan. Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan. Departemen
Pertanian. Jakarta. Pp 1-3.
Mathius, I W. 2008. Pengembangan sapi potong berbasis industri kelapa sawit.
Pengembangan Inovasi Pertanian 1(2): 206224.
Sudaryanto, T. dan E. Jamal. 2002. Pengembangan Agribisnis Peternakan
Melalui Pendekatan Corporate Farming Untuk Mendukung Ketahanan
Pangan Nasional. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi
Pertanian Badan Litbang Pertanian.
Tangendjaja. 2009. Teknologi pakan dalam menunjang industri peternakan di
Indonesia. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(3): 192207.
Umar, S. 2009. Potensi perkebunan kelapa sawit sebagai pusat pengembangan
sapi potong dalam merevitalisasi dan mengakselerasi pembangunan
peternakan berkelanjutan. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
Tetap dalam Bidang Ilmu Reproduksi Ternak pada Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan

Anda mungkin juga menyukai