Disusun oleh :
Adam Gemilang
12/331527/PT/06219
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Produksi Ternak
Potong di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, untuk itu segala kritik dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan
makalah ini di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas perkebunan yang
diandalkan untuk meningkatkan ekpor dan penerimaan devisa negara sehingga
memerlukan penanganan dan pengelolaan yang efektif guna peningkatan
produktifitasnya. Kelapa sawit adalah tanaman keras sebagai salah satu sumber
penghasil minyak nabati yang bermanfaat luas dan memiliki keunggulan
dibandingkan minyak nabati lainnya. Demikian pula budidaya kelapa sawit tidak
memerlukan teknologi tinggi namun untuk mendapatkan hasil yang maksimal
diperlukan pengelolaan yang intensif dan terpadu (Anonimus, 2002).
Pelaksanaan pembangunan nasional tidak hanya pada sektor sektor
industri atau semacamnya. Pertanian juga merupakan sektor dalam menuju
pembangunan nasional. Indonesia merupakan negara agraris banyak jenis
usaha yang dapat dilakukan untuk memajukan tingkat ekonomi melalui sektor
pertanian. Mengkolaborasikan pertanian dengan bidang tertentu dapat dihasilkan
manfaat yang lebih besar lagi. Dunia pertanian (perkebunan, pertanian tanaman
pangan, peternakan) merupakan usaha yang mampu memberi nilai ekonomis
dan meningkatkan kemantapan swasembada produk pertanian untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Pelaksanaan usaha pertanian saat ini kebanyakan masih
dilaksanakan secara parsial sehingga eksplorasi usaha yang dapat saling
mendukung tidak dapat optimal. Pelaksanaan usaha pertanian yang saling
terintegrasi akan menciptakan suatu konsep usaha yang akan saling melengkapi
dan meniadakan limbah pertanian yang biasanya terjadi.
Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut
dengan pertanian terpadu adalah memadukan antara kegiatan peternakan dan
pertanian. Pola ini sangatlah menunjang dalam penyediaan pupuk kandang di
lahan pertanian, sehingga pola ini sering disebut pola peternakan tanpa limbah
karena limbah peternakan digunakan untuk pupuk, dan limbah pertanian
digunakan
untuk
pakan
ternak.
Integrasi
hewan
ternak
dan
tanaman
dimaksudkan untuk memperoleh hasil usaha yang optimal, dan dalam rangka
memperbaiki kondisi kesuburan tanah. Interaksi antara ternak dan tanaman
haruslah saling melengkapi, mendukung dan saling menguntungkan, sehingga
pola
agribisnis
yang
berdaya
saing,
berkelanjutan,
dan
terdesentralisasi.
2. Meningkatkan peran serta masyarakat petani dalam pembangunan
perkebunan dan peternakan secara terintegrasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Potensi Pengembangan Integrasi kelapa sawit Dengan Ternak Sapi Potong
Tanaman yang diintegrasikan dengan ternak sapi mampu memanfaatkan
produk ikutan dan produk samping perkebunan (sisa-sisa hasil perkebunan)
untuk pakan ternak dan sebaliknya ternak sapi dapat menyediakan bahan baku
pupuk organik sebagai sumber hara yang dibutuhkan tanaman. Sejalan dengan
program pemerintah dalam peningkatan populasi dan produksi ternak sapi yaitu
melalui program-program bantuan pengadaan bibit sapi maka hal ini sangat baik
untuk
penerapan
integrasi
ternak
sapi
dalam
usaha
tani
tanaman.
Sustainable
Agriculture)
yaitu
konsep
perkebunan
terpadu,
yang
layak
mengingat
sebagian
besar
petan
belum
mampu
beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan terbiasa dengan pakan yang terbatas
baik kualitas dan kuantitasnya, seperti sapi bali, sapi aceh, dan sapi PO.
Pakan Ternak Berbasis Kelapa Sawit
Dalam sistem produksi peternakan, pakan merupakan komponen utama
yang menentukan produktivitas, selain kualitas bibit dan penyakit. Kualitas pakan
harus dapat memenuhi kebutuhan ternak untuk mencapai produktivitas yang
optimal tanpa mengganggu kesehatan ternak. Menurut Mathius (2008) dan
Tangendjaja (2009), biaya
pakan merupakan komponen tertinggi (6070%) dari seluruh biaya
produksi ternak, sehingga pengembangan teknologi produksi banyak diarahkan
pada peningkatan efisiensi pakan. Kesulitan dalam menyediakan pakan secara
berkesinambungan, baik jumlah maupun kualitasnya, dapat menurunkan
produktivitas ternak. Dewasa ini jarang ditemui sapi potong (sapi bali) dengan
bobot hidup melebihi bobot potong (pasar), yakni lebih dari 250 kg/ekor,
sementara yang pernah dicapai pada masa lampau berkisar antara 300500
kg/ekor (Tillman 1983 dalam Mathius 2008). Penurunan bobot badan juga terjadi
pada sapi aceh (Abdullah 2008). Pengembangan peternakan skala menengah
dan besar harus mempertimbangkan ketersediaan sumber pakan lokal yang
murah, tidak berkompetisi dengan kebutuhan manusia, mudah didapat, dan
tersedia secara kontinu. Sumber daya pakan tersebut dapat dipenuhi dari industri
kelapa sawit, yaitu dari hasil samping perkebunan dan pabrik kelapa sawit.
Ternak di Areal Perkebunan
Permintaan produk peternakan terus meningkat sebagai konsekuensi
adanya peningkatan jumlah penduduk, bertambahnya proporsi penduduk
perkotaan, pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang perlunya makanan
yang berkualitas dan bergizi serta adanya dukungan membaiknya pendapatan
dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu startegi
guna peningkatan populasi ternak pada area dekat perkebunan kelapan sawit,
dengan harapan petani peternak tidak menggangu tanaman kelapa sawit dengan
cara diberikan modal dan bekal pengetahuan cara beternak, pemanfaatan area
yang ksosong untuk pakan serta cara pengolahan limbah sapi untu di gunakan
pupuk sehingga menahbah pendapatan peternak dan petani. Pengembangan
ternak disesuaikan dengan kondisi sumber daya lokal perkebunan, seperti ternak
ruminansia sangat potensial untuk dikembangkan pada areal perkebunan kelapa
sawit karena kebutuhan pakan dapat dicukupi dari vegetasi perkebunan kelapa
sawit dan memanfaatkan hasil konvensional dengan pemanfaatan perkebunan
hanya pada saat musim kering dan musim tanam (Aritonang, 1986).
Adanya kotoran sapi dapat mengurangi biaya pengadaan pupuk yang
sekaligus dapat mengurangi biaya produksi di samping menjaga kelestarian
bahan organik tanah,khususnya di wilayah perkebunan yang berlereng
(Hutabarat, 2002). Menurut Ginting (1991) menyatakan ternak dapat berperan
sebagai industri biologis dan penyiang biologis sekaligus mampu meningkatkan
produksi daging dan penyedia kompos. Pemeliharaan intensif untuk ruminansia
besar secara empiris mencegah pemadatan tanah dan sentuhan langsung
dengan tanaman yang dikhawatirkan merusak tanaman pokok, sedangkan untuk
ruminansia kecil tidak bermasalah secara penggembalaan bebas atau ekstensif.
Model integrasi
Ternak
ruminnasia
berpotensi
besar
untuk
mendukung
upaya
ditentukan
oleh
kapasitas
tamping
vegetasi
lahan
menunjang
keberhasilan
system
integrasi
ternak
dengan
Keterangan:
CPO : Crude Palm Oil (minyak buah kelapa sawit)
PS : Palm Sludge (cairan sisa pengolahan minyak sawit)
PPF : Palm Pressing Fibre (serat buah sawit)
PKO : Palm Kernel Oil (minyak inti biji sawit)
OPF : Oil Palm Fronds (pangkal batang daun kelapa sawit)
EFB : Empty Fruits Bunch (tandan yang tidak berbiji)
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pembangunan pola integrasi ternak dengan perkebunan kelapa sawit
sangat potensial untuk menggerakkan perekonomian berbasis pertanian di
pedesaan, menghasilkan komoditi ekspor, memperkuat ketahanan pangan,
mendorong pertumbuhan perekonomian daerah dan meningkatkan penghasilan
pekerja. Untuk terwujudnya pengembangan integrasi ternak dengan perkebunan
kelapa sawit diperlukan dukungan dan komitmen dari berbagai pihak, yaitu
koperasi petani, pengusaha/investor, perbankan, perguruan tinggi, peneliti,
pemerintah daerah dan pemerintah pusat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M.A.N. 2008. Karakterisasi genetik sapi aceh menggunakan analisis
keragaman fenotipik, daerah DLoop DNA mitokondria dan DNA
mikrosatelit. Disertasi Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Anonimus.
2002.
Peluang
Investasi.
DPMD
http://www.go.id/ditjenbun/statistik/perkemb-sawit.htm.
Kutai
Timur.
Diakses
17