Anda di halaman 1dari 5

Virus dengue termasuk ke dalam Arthropoda Borne Virus (Arbo virus) dan terdiri

dari 4 serotype
yaitu DEN 1, 2, 3, dan 4. Infeksi virus dengue untuk pertama kali akan merangsang
terbentuknya
antibodi non-netralisasi. Sesuai dengan namanya, antibodi tersebut tidak bersifat
menetralkan replikasi virus, tetapi justru memacu replikasi virus. Akibatnya
terbentuk kompleks imun yang lebihbanyak pada infeksi sekunder oleh serotype
lain. Hal itu yang menyebabkan manifestasi klinis infeksi sekunder lebih berat
dibanding infeksi sekunder (Soedarmo, 2002).
Antibodi non-netralisasi yang terbentuk akan bersirkulasi bebas di darah atau
menempel di sel fagosit mononuklear yang merupakan tempat utama infeksi virus
dengue. Antibodi non-netralisasi yang menempel pada sel fagosit mononuklear
berperan sebagai reseptor dan generator replikasi virus. Kemudian virus dengue
dengan mudah masuk dan menginfeksi sel fagosit (mekanisme aferen). Selanjutnya
virus bereplikasi di dalam sel fagosit dan bersama sel fagosit yang telah terinfeksi
akan menyebar ke organ lain seperti hati, usus, limpa, dan sumsum tulang belakang
(mekanisme eferen). Adanya sel fagosit yang terinfeksi akan memicu respon dari
sel imun lain sehingga muncul berbagai manifestasi klinis \yang disebut sebagai
mekanisme efektor (Soedarmo, 2002; Nainggolan et al., 2006).
Mekanisme efektor dimulai dengan oleh sel fagosit yang terinfeksi. Th selanjutnya
berdiferensiasi menjadi Th1 dan Th2. Th1 akan melepaskan IFN-, IL-2, dan
limfokin sedangkan Th2 melepaskan IL-4, IL-5, IL-6, dan IL-10. Selanjutnya IFN akan merangsang monosit melepaskan TNF-, IL-1, PAF, IL-6, dan histamin.
Limfokin juga merangsang makrofag melepas IL-1. IL-2 juga merupakan stimulan
pelepasan IL-1, TNF-, dan IFN-. Pada jalur komplemen, kompleks imun akan
menyebabkan aktivasi jalur komplemen sehingga dilepaskan C3a dan C5a
(anafilatoksin) yang meningkatkan jumlah histamin. Hasil akhir respon imun
tersebut adalah peningkatan IL-1, TNF-, IFN-, IL-2, dan histamin (Kresno, 2001;
Soedarmo, 2002; Nainggolan et al., 2006).
IL-1, TNF-, dan IFN- dikenal sebagai pirogen endogen sehingga timbul
demam. IL-1 langsungbekerja pada pusat termoregulator sedangkan TNF- dan
IFN- bekerja tidak secara langsungkarena merekalah yang merangsang pelepasan
IL-1. Bagaimana mekanisme IL-1 menyebabkandemam? Daerah spesifik IL-1
adalah pre-optik dan hipothalamus anterior dimana terdapat corpus callosum
lamina terminalis (OVLT). OVLT terletak di dinding rostral ventriculus III dan
merupakan sekelompok saraf termosensitif (cold dan hot sensitive neurons). IL-1
masuk ke dalam OVLT melalui kapiler dan merangsang sel memproduksi serta

melepaskan PGE2. Selain itu, IL-1 juga dapat memfasilitasi perubahan asam
arakhidonat menjadi PGE2. Selanjutnya PGE2 yang terbentuk akan berdifusi ke
dalam hipothalamus atau bereaksi dengan cold sensitive neurons. Hasil akhir
mekanisme tersebut adalah peningkatan thermostatic set point yang menyebabkan
aktivasi sistem saraf simpatis untuk menahan panas (vasokontriksi) dan
memproduksi panas dengan menggigil (Kresno, 2001; Abdoerrachman, 2002).
Selain menyebabkan demam, IL-1 juga bertanggung jawab terhadap gejala lain
seperti timbulnya
rasa kantuk/tidur, supresi nafsu makan, dan penurunan sintesis albumin serta
transferin.
Penurunan nafsu makan merupakan akibat dari kerjasama IL-1 dan TNF-.
Keduanya akan
meningkatkan ekspresi leptin oleh sel adiposa. Peningkatan leptin dalam sirkulasi
menyebabkan
negatif feedback ke hipothalamus ventromedial yang berakibat pada penurunan
intake makanan
(Luheshi et al., 2000).
IFN- sebenarnya berfungsi sebagai penginduksi makrofag yang poten,
menghambat replikasi
virus, dan menstimulasi sel B untuk memproduksi antibodi. Namun, bila
jumlahnya terlalu banyak akan menimbulkan efek toksik seperti demam, rasa
dingin, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri kepala berat, muntah, dan somnolen
(Soedarmo, 2002).
Sejak awal demam sebenarnya telah terjadi penurunan jumlah trombosit pada
penderita DBD.
Penurunan jumlah trombosit memudahkan terjadinya perdarahan pada pembuluh
darah kecil seperti kapiler yang bermanifes sebagai bercak kemerahan. Di sisi
lain, peningkatan jumlah histamine meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga
terjadi perembesan cairan plasma dari intravaskuler ke interstisiel. Hal itu semakin
diperparah dengan penurunan jumlah albumin akibat kerja IL-1 dan gangguan
fungsi hati. Adanya plasma leakage tersebut menyebabkan peningkatan Hct.
Trombositopenia terjadi akibat :
A. Supresi produksi trombosit
B. Perifer :
- Destruksi trombosit (interaksi antibody-antigen virus dengue pada permukaan
trombosit).

Destruksi trombosit terjadi di hepar, lien, dan sumsum tulang. Trombositopenia


menyebabkan perdarahan di mukosa tubuh sehingga sering muncul keluhan
melena, epistaksis, dan gusi berdarah.
- Kerusakan dinding endotel oleh virus dengue interaksi trombosit-kolagen
pada
subendotelial agregasi dan destruksi trombosit
- IL-6 Ig M anti platelet antibodies
- Peningkatan kebutuhan trombosit
C. Disfungsi trombosit (perubahan megakariositopoesis oleh karena infeksi pada
sel-sel
hematopoetik dan kerusakan sel-sel progenitor disfungsi trombosit)
Hepatomegali pada pasien DBD terjadi akibat kerja berlebihan hepar untuk
mendestruksi trombosit dan untuk menghasilkan albumin. Selain itu, sel-sel
hepar terutama sel Kupffer mengalami banyak kerusakan akibat infeksi virus
dengue. Bila kebocoran plasma dan perdarahan yang terjadi tidak segera diatasi,
maka pasien dapat jatuh ke dalam kondisi kritis yang disebut DSS (Dengue Shock
Sydrome) dan sering menyebabkan kematian (Soedarmo, 2002; Nainggolan et al.,
2006).

Setelah virus dengue masuk ke dalam darah, maka secara cepat sistem imunitas
non spesifik kita yaitu interferon akan bereaksi. Interferon adalahbagian dari
sitokin. Sitokin adalah peptide yang dihasilkan oleh sel limfosit, makrofag,
granulosit dan sel endotel. Fungsi interferon adalah merangsangaktifitas sel Killer
dan natural Killer untuk memfagosit virus secara langsung. Sel Killer dan natural
Killer juga termasuk sistim imunitas non spesifik.Sel Killer dan natural Killer
sebenarnya adalah sel limfosit yang bukan sel limfosit B atau limfosit T dan
bentuknya bergranula besar-besar. Olehkarena itu disebut juga large granular
lymphocyt atau sel nol. Sel Killer juga mempunyai kemampuan untuk membunuh
virus yang telah berada pada sel targetnya dengan mekanisme ADCC (antigen
depending cytotoxik cell). Fungsi interferon lainnya adalah menginduksi sel-sel di
sekitar sel yang telah diinfeksi virus untuk resisten terhadap virus itu. Adapun
imunitas spesifik akan membentuk antibodi yang akan melapisi virus (tebentuk
antigen aantibodi komplek / komplek imun) sehingga akan mudah difagosit oleh
sel fagosit dalam hal ini terutama oleh makrofag. Di lain pihak komplek imun itu
akan merangsang keluarnya komplemen. Komplemen inilah yang merangsang
makrofag untuk beraktifitas memfagosit. Di lain pihak komplemen pun dapat
memperburuk keadaan individu dengan keluarnya misalnya komplemen
anapylaksin (CA , CA) yang mengakibatkan permeabilitas kapiler yang
meningkat.
Hal tersebut ditambah dengan plasma leukage (akibat penghancuran
komplek imun di sirkulasi akan menyebabkan terjadinya syok pada seseorang.
Virus yang berhasil lepas dari sergapan interferon, sel natural killer , sel Killer,
antibodI dan fagositosis oleh makrofag yang sehat (yang belum terinfeksi virus
dengue) akan masuk ke sel target. Sel target dari virus dengue adalah monosit,
makrofag, dan sel Kupfer (bukan trombosit) yang semuanya adalah sel imun kita.
Virus yang berhasil masuk dalam sel target ini pun akan dihancurkan oleh sel
cytotoxic (sel Tc) dan sel Killer seperti yang dikatakan di depan.Di sinilah yang
menarik dari virus DBD ini ,dia hidup dalam sel imun kita. Dan ini berarti banyak
sekali sel imun kita yang mati. Defek dari sel imun dan jumlahnya yang menurun
akan menyebabkan komplek imun menyebar ke seluruh tubuh termasuk juga ke
trombosit. Kehancuran jaringan, plasma leukage dan trombositopenia akan terjadi.
Ini adalah dasar mengapa T.
Mudwal mengatakan bahwa dasar dari patogenesis dan patofisiologi dari
DBD adalah hipersensitivitas tipe III. Hanya orang-orang Pasifik Barat dan Asia
Tenggara lah yang terutama terkena demam berdarah dengue. Walaupun bukan
mustahil dengan kemampuan virus dengue untuk mengubah struktur genetiknya
dan terjadinya perubahan struktur genetik pada manusia tertentu, DBD akan
menyerang dunia yang lebih luas. Itulah sebabnya mengapa sekarang kita banyak

menjumpai orang-orang Amerika, Eropa dan Australia terkena DBD, bahkan hanya
dengan satu kali gigitan saja (infeksi primer/IgM positif).

Anda mungkin juga menyukai