PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Secara etimologis, logika berasal dari kata Yunani logos yang berarti kata,
ucapan, pikiran secara utuh, atau bisa juga berarti ilmu pengetahuan (Kusumah,
1986). Dalam arti luas, logika adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji penurunanpenurunan kesimpulan yang sahih (tidak valid). Proses berpikir yang terjadi di saat
menurunkan atau menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang diketahui
benar atau dianggap benar itu biasanya disebut dengan penalaran.
Melalui logika kita dapat mengetahui kebenaran suatu pernyataan dari suatu
kalimat dan mengetahui apakah pernyataan pertama sama maknanya dengan
pernyataan kedua. Misalkan, apakah pernyataan Jika sekarang adalah hari Minggu
maka sekolah libur. sama artinya dengan Jika sekolah libur maka sekarang adalah
hari Minggu.? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu kita perlu mengetahui aturanaturan dalam logika. Contoh lain, misalkan ada dua pernyataan Jika anak pandai
maka ia berprestasi di kelas. Jika ia berprestasi di kelas maka ia disayangi gurugurunya. Lalu, apakah dari dua pernyataan ini kita dapat menyimpulkan Jika ia
anak pandai maka ia disayangi guru-gurunya.?
Banyak hal yang perlu kita ketahui mengenai logika. Dengan logika, kita juga
dapat mengetahui apakah suatu pernyataan bernilai benar atau salah. Hal terpenting
yang akan didapatkan setelah mempelajari logika matematika adalah kemampuan
atau keahlian mengambil kesimpulan dengan benar atau sah. Logika matematika
memberikan dasar bagi sebuah pengambilan kesimpulan dan dapat digunakan dalam
banyak aspek kehidupan.
B
1.
2.
3.
4.
Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah proses perkembangan Logika ?
Apakah yang dimaksud Term dan Proposisi Silogisme ?
Apakah yang dimaksud Tabel Kebenaran ?
Apakah yang dimaksud dengan Logika Matematika ?
C Tujuan
1. Memahami sejarah perkembangan logika matematika.
1
BAB II
LOGIKA
2.1 Perkembangan Logika
Logika berasal dari kata logic (Inggris), logica (Latin),
logika atau logicos (Yunani), yang artinya ucapan atau akal
budi yang berfungsi baik, teratur, sistematis, dapat dimengerti.
(Bagus, 2002)
Logika sudah berkembang sejak zaman Yunani beberapa abad
sebelum Masehi. Di antara filsuf-filsuf besar terdahulu seperti
Socrates, Plato, Aristoteles, Plotinus, Agustinus dan Aquinas.
Aristoteles adalah orang yang paling besar perhatiannya terhadap
logika dan orang yang pertama mengkaji logika secara formal.
(Smith, 1989)
Aristoteles menunjukkan betapa pentingnya logika dalam
filsafat. Logika Yunani Kuno yang dipelopori oleh Aristoteles, dan
logika Aristoteles dipergunakan secara luas selama berabad-abad
sebagai landasan penalaran ilmiah di dunia ilmu pengetahuan
(Susilo,2003)1. Menurut Aristoteles ilmu pengetahuan itu terdiri dari
tiga golongan, yaitu : ilmu pengetahuan praktis, ilmu pengetahuan
produktif, dan ilmu pengetahuan teoritis2.
Karya Aristoteles yang memuat logika berjudul organon.
Leibnitz
dan
Wolff
memuji
logika
Aristoteles,
tetapi
Wolf
logika
berkembang
pesat
sehingga
muncul
Plato,
Erigena,
Ibnu
Sina,
Bacon,
Leibniz,
Russell,
dengan
logika
informal.
Pada
awalnya
logika
hanya
deduktif
semata-mata
ditentukan
oleh
kuatnya
penarikan
kesimpulan
dengan
penalaran
deduktif
dikatakan sahih jika dan hanya jika tidak mungkin ada suatu
keadaan dimana semua premis benar dan konklusinya salah.
Kesahihan penalaran deduktif dinyatakan secara tepat dalam
sistem logika formal. Penalaran induktif memerlukan definisi
tentang generalisasi yang reliabel dari sejumlah observasi. Definisi
ini dapat ditetapkan dengan berbagai pendekatan. Ada pendekatan
yang sangat formal dan ada pendekatan yang tidak formal.
Beberapa
definisi
menggunakan
model-model
matematika
digunakan
untuk
membuat
konsep,
memberi
nama,
argumen
yang
sahih
(valid)
dan
kuat,
maka
memusatkan
pada
kebenaran
yang
dapat
dikehendaki.
Penalaran
dalam
logika
terapan
dapat
pemikiran
(konsep,
putusan,
kesimpulan,
dan
dengan
bahasa
untuk
menghasilkan
kumpulan
teorema.
Teorema adalah formula apa yang dapat diturunkan dengan
menggunakan aturan-aturan penarikan kesimpulan. Dalam logika
formal, teorema diartikan sebagai ungkapan kebenaran logis
(tautology)
dan
dengan
sekurang-kurangnya
cara
sebagian
ini
dari
sistem-sistem
tautologi
mengungkap
dan
penarikan
kesimpulan.
Logika formal mempelajari logika dan secara khusus argumen
logis sebagai suatu himpunan aturan untuk memanipulasi simbolsimbol. Ada dua macam aturan dalam suatu sistem logika formal,
yaitu :
6
a) Aturan Sintaksis
Aturan sintaksis berkaitan dengan dengan bagaimana
menyusun suatu ekspresi atau kalimat yang bermakna.
b) Aturan Penarikan Kesimpulan
Aturan
penarikan
kesimpulan
berkaitan
dengan
bagaimana
mendapatkan
formula
yang
benar
dari
memerlukan
semantik.
Logika
formal
memperhatikan
adalah
hubungan-hubungan
di
logika
antara
yang
membahas
pernyataan
tunggal
dengan
simbol-simbol
kuantor
dalam
rangka
menghasilkan
sistem
untuk
yang
simbol
predikat
bertujuan
yang
efektif
dan
untuk
mewakili
simbolik
mengkaji
simbol-simbol
abstrak
yang
logika
simbolik
untuk
bidang
matematika
utamanya
untuk
dan
untuk
menegaskan
argumen
logis
yang
berbagai
bentuk
silogisme.
Kadang-kadang
logika
berkaitan
dengan
bentuk-bentuk
penalaran.
Pada
Tractatus
Logicus-Phiosophicus,
Wittgenstein
dan harus dilakukan dengan suatu cara atau metode tertentu. 11 Menurut Kaelan
(2002), pengertian adalah sesuatu yang abstrak dan diwujudkan dalam bentuk simbol
bahasa. Oleh karena itu, bahasa memiliki peran yang penting pada pengertian,
proposisi, dan penalaran. Proposisi adalah rangkaian pengertian dan penalaran
adalah proses penarikan kesimpulan berdasarkan proposisi-proposisi. Proposisi
merupakan unsur yang penting dalam logika dan dalam suatu proposisi memuat
term-term. Telaah proposisi menjadi sangat penting dan implikasinya bahasa juga
memegang peran penting dalam logika. Oleh karena itu, telaah filsafati tentang
logika memerlukan proses analisis bahasa.
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat diantara dua
term (Mehra dan Burhan, 1964; Halphin and Girle, 1988), kalimat yang menegaskan
atau menyangkal sesuatu, ia memiliki dua nilai kebenaran yang mungkin, yaitu benar
atau salah (Bagus, 2002). Proposisi tersusun atas term-term yang membentuk suatu
pengertian yang utuh (Soekadijo, 1985), terdiri dari tiga bagian, yaitu subjek,
predikat, dan kopula (Halphin and Girle, 1988).12 Proposisi adalah setiap pernyataan
yang bernilai benar atau salah. Tidak bisa kedua-duanya atau nilai lainnya. 13
Contohnya ialah masjid Istiqlal berlokasi di Jakarta.14
Term merupakan unsur-unsur dalam proposisi logika yang membangun suatu
pengertian. Contoh: Sapi adalah binatang memamah biak, dalam contoh ini, sapi
adalah subjek, adalah adalah kopula, dan binatang memamah biak adalah
predikat. Subjek dan predikat suatu penegasan (assertion) disebut term (horos), suatu
term dapat individual atau universal, subjek dapat individual atau universal, sedang
predikat harus universal, (Smith, 1997). Term adalah kata atau kesatuan kata10 Hardi Suyitno, Pengenalan Filsafat Matematika, (Semarang:FMIPA Unnes,2014), hal
33
11 Sudarsono, Ilmu Filsafat suatu Pengantar, (Jakarta:Rineka cipta, 2008), hal 181-182
12 Hardi Suyitno, Pengenalan Filsafat Matematika, (Semarang:FMIPA Unnes,2014), hal
33-34
13 F. Soesanto, Logika Proposisional, (Yogyakarta:ANDI, 2003), hal 8
14 Evawati Alisah, Buku Pintar Matematika, (Jogjakarta: Mitra Pelajar, 2009), hal 145
11
kata yang dapat digunakan sebagai subjek atau predikat (Mehra dan Burhan, 1964).
15
Proposisi disebut pula pernyataan adalah rangkaian dari pengertianpengertian yang dibentuk oleh akal budi atau merupakan pernyataan mengenai
hubungan yang terdapat diantara dua buah term. Kedua term tersebut terdiri dari
subyek dan predikat. Apabila subyek dihubungkan dengan predikat, maka akan
timbul dua bentuk proposisi, yaitu: proposisi hipotetik dan proposisi kategori.
Proposisi hipotetik yaitu apabila hubungan subyek dengan predikat bergantung
kepada syarat yang harus dipenuhi. Misalnya, jika Ali lulus akan melanjutkan ke Per
guruan Tinggi. Proposisi kategori yaitu apabila hubungan subyek dengan
predikat tanpa syarat. Misalnya, manusia itu berakal budi.
Proposisi kategoris terdiri dari empat macam, yaitu:
1. Proposisi universal afirmatif ialah pernyataan bersifat umum (universal)
yang mengiyakan adanya hubungan antara subyek dan predikat, biasa
disebut dengan proposisi A. Contoh: setiap warganegara mendapat
kedudukan yang sama dalam bidang hukum dan pemerintahan.
2. Proposisi universal negatif ialah pernyataan bersifat umum (universal)
yang mengingkari adanya hubungan antara subyek dengan predikat.
Contoh: semua manusia bukan keturunan kera.
3. Proposisi partikular afirmatif ialah pernyataan bersifat khusus yang
mengiyakan adanya hubungan antara subyek dengan predikat. Contoh:
sebagian gadis Jawa bisa menari.
4. Proposisi partikular negatif ialah pernyataan bersifat khusus yang
mengingkari adanya hubungan antara subyek dengan predikat. Contoh:
sebagian gadis Jawa tidak bisa menari.16
2.3 Silogisme
Silogisme adalah suatu bentuk penarikan kesimpulan secara deduktif tak
langsung yang konklusinya ditari dari premis yang disediakan serentak (Mehra dan
Burhan, 1964), struktur dari kalimat-kalimat yang masing-masing mempunyai
15 Hardi Suyitno, Pengenalan Filsafat Matematika, (Semarang:FMIPA Unnes,2014), hal 34
16 Sudarsono, Ilmu Filsafat suatu Pengantar, (Jakarta:Rineka cipta, 2008), hal 180-181
12
makna yang disebut benar atau salah (Smith, 1997), dan merupakan suatu bentuk
formal deduksi yang terdiri atas proposisi-proposisi kategorik (Soekadijo, 1994).
Silogisme terdiri atas 3 proposisi kategorik, yaitu dua proposisi pertama sebagai
premis, satu proposisi ketiga sebagai konklusi (kesimpulan). Silogisme kategorik
adalah penalaran deduktif yang terdiri dari tiga proposisi kategorik yang memuat tiga
term, setiap proposisi memuat dua term (Copi, 1986). Silogisme adalah argumen
yang memenuhi tiga syarat, yaitu ada dua premis, term subjek ada di satu premis dan
term predikat ada di premis yang lain, dan ada satu term yang ada di kedua premis
(Halphin and Girle, 1988).17 Silogisme adalah penarikan kesimpulan yang
menggunakan sifat transitif, yaitu implikasi p q dan q r yang bernilai benar
dapat disimpulkan bahwa p r benar.18
Dalam silogisme istilah predikat (predicate term) dari kesimpulan disebut
major, dan premis yang terdapat pada konklusi disebut premis mayor (major
premise). Subjek pada konklusi disebut minor, dan premis yang terdapat pada
konklusi disebut premis minor (minor premise). Pada kalimat-kalimat Tidak ada
burung yang juga manusia, Setiap merpati adalah burung, dan Tidak ada merpati
yang juga manusia, kalimat pertama disebut premis mayor, kalimat kedua disebut
premis minor, dan kalimat ketiga disebut konklusi. Mayornya adalah manusia dan
minornya adalah merpati. Istilah yang ketiga burung disebut middle term (term
tengah).
Disjungsi dua pernyataan adalah pernyataan majemuk yang dibentuk dari dua
pernyataan yang diletakkan kata atau diantara kedua pernyataan tersebut,
konjungsi dua pernyataan adalah pernayataan majemuk (kalimat gabungan) yang
dibentuk dari dua pernyataan (statement) yang diletakkan kata dan diantara kedua
pernyataan tersebut, negasi dari suatu pernyataan adalah kalimat baru dengan
menambahkan kata tidak kedalam pernyataan yang dinegasikan (Copi, 1986). 19
Konjungsi dari dua pernyataan adalah pernyataan baru yang bernilai benar jika
17 Hardi Suyitno, Pengenalan Filsafat Matematika, (Semarang:FMIPA Unnes,2014), hal
35-36
18 Evawati Alisah, Buku Pintar Matematika, (Jogjakarta: Mitra Pelajar, 2009), hal 166
19Hardi Suyitno, Pengenalan Filsafat Matematika, (Semarang:FMIPA Unnes,2014), hal 36
13
kedua pernyataan semula benar, selain itu konjungsinya bernilai salah. 20 Disjungsi
bernilai benar jika salah satu atau keduanya adalah benar, disjungsi bernilai salah
hanya jika pernyataan keduanya salah.21 Apabila dua pernyataan digabungkan
dengan menempatkan kata jika didepan pernyataan pertama dan menempatkan
kata maka didepan pernyataan kedua, maka kalimat majemuk yang terjadi adalah
suatu pernyataan implikasi atau kondisional. Dalam implikasi pernyataan diantara
jika dan maka disebut antisedent dan kalimat yang mengikuti maka disebut
consequent. Pada kalimat Jika Badu juara tinju, maka Badu tidak kawin, kalimat
Badu juara tinju adalah antisedent dan Badu tidak kawin adalah consequent.22
Implikasi bernilai salah hanya jika hipotesis p bernilai benar dan konklusi q bernilai
salah.23
2.4 Tabel Kebenaran
Shosky (1997) menemukan bahwa tabel kebenaran sudah muncul pada tahun
1883-1884 dalam manuskrip yang ditulis oleh Peirce yang berjudul On the Algebra
of Logic: A Contribution to the Philosophy of Notation yang termuat dalam
American Journal of Mathematics pada tahun 1885. Ia juga menemukan bahwa
Russell dalam karyanya yang berjudul The Philosophy of Logical Atomism juga
menggunakan matriks tabel kebenaran berkaitan dengan negasi, sedangkan untuk
implikasi pertama digunakan oleh Wittgenstein dalam Tractatus Logicus
Philosophy.
Tabel kebenaran adalah tabel yang digunakan dalam logika, khususnya
dikaitkan dengan aljabar Boole dan kalkulus pernyataan (Enderton, 2001). 24 Tabel
kebenaran adalah suatu abel yang menunjukkan secara sistematis satu demi satu
20 Evawati Alisah, Buku Pintar Matematika, (Jogjakarta: Mitra Pelajar, 2009), hal 149
21 Ibid, hal 152
22 Hardi Suyitno, Pengenalan Filsafat Matematika, (Semarang:FMIPA Unnes,2014), hal
36-37
23 Evawati Alisah, Buku Pintar Matematika, (Jogjakarta: Mitra Pelajar, 2009), hal 154
24 Hardi Suyitno, hal 37
14
P
T
F
T
F
q
T
T
F
F
~p
F
T
F
T
pq
T
F
F
F
pq
T
T
T
F
pq
T
T
F
T
sifat bahwa ~(~p) = p. Menurut Wittgenstein (1978), dalam kenyataan tidak selalu
~(~p) = p.
Dobel negasi, dalam bahasa sehari-hari tidak selalu bermakna tunggal.
Misalkan seorang ayah mengatakan pada anaknya yang masih kecil Sekarang
disuntik yaaa...! dan anaknya menjawab Tidak tidak mau!!!, tentunya yang
dimaksud adalah tidak mau disuntik.
Pada implikasi yang sering menjadi pertanyaan adalah mengapa untuk p dan
q bernilai salah tetapi p q bernilai benar. Dalam kehidupan sehari-hari, seorang
bapak mungkin berjanji kepada anaknya dengan pernyataan Jika Hapy lulus ujian,
maka Hapy dibelikan mobil. Kemungkinannya adalah (1) Hapy lulus ujian dan
Hapy dibelikan mobil, (2) Hapy TIDAK lulus ujian dan hapy dibelikan mobil, (3)
Hapy lulus ujian, Hapy TIDAK dibelikan mobil, dan (4) Hapy TIDAK lulus ujian
dan Hapy TIDAK dibelikan mobil. Apabila yang terjadi (1), (2), dan (4) maka tidak
ada sesuatu yang salah. Tetapi, apabila terjadi (3), ada kesalahan karena bapaknya
ingkar janji.26
2.5 Logika Matematika
Logika matematika merupakan penerapan matematika untuk mengkaji logika
formal berdasarkan aturan-aturan dalam matematika.27 Logika matematika adalah
hasil penerapan metode-metode matematika yang formal dalam bidang logika,
penelitian logis dalam penalaran, dan bukti matematis. Ciri khas logika matematika
adalah struktur aksiomatikanya yang keabsahannya formal semata-mata, dalam
artian kesahihannya tidak tergantung pada isi. Logika matematika merupakan
penggunaan logika formal untuk mengkaji penalaran matematika. Topik-topik dalam
logika matematika memiliki hubungan dekat dengan metamatematika dan landasan
matematika. Logika matematika juga memperkenalkan tema-tema yang kajiannya
mencakup kekuatan sistem formal dan kekuatan penalaran deduktif dari sistem
pembuktian dalam matematika secara formal.28
Logika formal disebut juga logika simbolik atau logika matematika.
Menurut Rosser, logika simbolik adalah alat utama penalaran matematika dan
beberapa prinsip dalam logika simbolik memiliki penerapan di luar matematika
seperti pada bidang rekayasa dan sains. Kreator logika matematika adalah
sekelompok matematikawan dan filsof seperti Frege, Hilbert, Godel, Turing, Tarski,
Malcev, Gentzen, dsb.29
Menurut Wittgenstein, beberapa proposisi terdiri proposisi analitik dan
proposisi sintetik.
1. Proposisi sintetik menyatakan fakta-fakta yang benar atau menyatakan
sesuatu yang tidak benar tentang dunia. Kebenaran atau kesalahan proposisi
sintetik tidak dapat diketahui secara sederhana atau singkat dengan hanya
menguji makna kata yang ada dalam proposisi. Kebenaran atau kesalahan
suatu proposisi sintetik harus diuji dengan melihat dunia, harus sesuai dengan
fakta empiris. Kebenaran proposisi sintetis disebut kebenaran a posteriori,
yaitu kebenaran yang diperoleh melalui bukti realitas.30
2. Proposisi analatik kebenarannya bersifat a priori yang mana untuk
mengetahui kebenarannya dengan melihat pada makna term-termnya.31
Dunia diwakili oleh pikiran, sedangkan pikiran atau gagasan termuat dalam
proposisi. Dengan kata lain, proposisi merupakan ekspresi pikiran. Oleh karena itu
dunia, pikiran, dan proposisi bersama-sama dalam bentuk logis yang sama. Proposisi
menunjukkan struktur logis dan bentuk yang bersifat gambar dari realitas fakta yang
diwakili. Gambar merupakan gambar logis yang menyajikan fakta dalam ruang
28 Dr. Hardi Suyitno, Filsafat Matematika, (Semarang: FMIPA UNS, 2014), h.40-41
29 Ibid., h.41
30 Ibid., h.41-42
31 Ibid., h.42
17
logika. Proposisi menggambarkan fakta atau gambar realitas yang bersifat empiris.
Setiap proposisi menegaskan eksistensi dari fakta atau fakta gabungan.32
Fakta adalah pernyataan keadaan dan sebaliknya pernyataan keadaan adalah
kombinasi dari objek-objek dan dunia ditunjukkan secara tepat oleh pernyataan
keadaan. Oleh karena itu, struktur logis dunia memiliki struktur yang sama dengan
pernyataan keadaan yang digambarkan.33
Dalam hidup sehari-hari, sebenarnya banyak sekali pernyataan yang tidak
mungkin bisa dijawab hanya dengan benar atau salah. Dipandang dari sudut
proposisi, suatu pernyataan mungkin tidak sepenuhnya benar dan tidaksepenuhnya
salah, ia memiliki gradasi tertentu. Inilah yang menjadi subjek dari logika fuzzy.
Sedangkan pernyataan-pernyataan yang tidak bisa ditangani dengan logika
proposisional, akan ditangani oleh logika predikat.34
Proposisi adalah pernyataan yang tersusun atas term-term atau nama-nama
yang membentuk suatu pengertian utuh. Secara teknis, proposisi merupakan gambar
logis yang menggambarkan fakta atau gambar realitas yang bersifat empiris.
Totalitas proposisi adalah bahasa. Proposisi adalah fungsi kebenaran dari proposisiproposisi elementer. Dengan kata lain, proposisi merupakan hasil operasi logika
terhadap proposisi elementer.35
Proposisi elementer merupakan fungsi kebenaran dari dirinya sendiri,
proposisi elementor hanya benar jika ia sendiri benar dan begitupula sebaliknya,
benilai salah jika dirinya salah. Proposisi elementer tidak mungkin menjadi tautologi
maupun kontradiksi.36 Tabel kebenaran sembarang proposisi elementer q ditunjukkan
sebagai berikut.
32 Ibid.
33 Ibid.
34 F.Soesianto dan Djoni Dwijono, Logika Proposisional, (Yogyakarta: Andi Offset, 2003),
h.9
35 Dr. Hardi Suyitno, Filsafat Matematika..., h.44
36 Ibid., h.45
18
~q
37 Ibid., h.48
19
BAB III
PENUTUP
3.1 SARAN
Sebagai seorang mahasiswa sebaiknya harus mulai menggunakan logika
dalam melakukan sesuatu. Dengan logika, kita dapat mengetahui apakah suatu
pernyataan bernilai benar atau salah. Hal terpenting yang akan didapatkan setelah
mempelajari logika matematika adalah kemampuan atau keahlian mengambil
kesimpulan dengan benar atau sah. Logika matematika memberikan dasar bagi
sebuah pengambilan kesimpulan dan dapat digunakan dalam banyak aspek
kehidupan.
3.2 KESIMPULAN
Logika merupakan suatu pengetahuan yang dihasilkan oleh
proses berpikir dengan cara atau pola tertentu (Suriasumantri,
1999), dan mengkaji cara berpikir (metode dan prinsip) yang sahih
untuk membedakan antara penalaran yang baik dengan penalaran
yang buruk. Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan
tentang pokok yang tertentu.
Proposisi adalah rangkaian pengertian dan penalaran adalah
proses penarikan kesimpulan berdasarkan proposisi-proposisi. Term
merupakan unsur-unsur dalam proposisi logika yang membangun
suatu pengertian.
Silogisme adalah penarikan kesimpulan yang menggunakan
sifat transitif, yaitu implikasi p q dan q r yang bernilai benar
dapat disimpulkan bahwa p r benar.
Tabel kebenaran adalah suatu abel yang menunjukkan secara
sistematis satu demi satu nilai-nilai kebenaran sebagai hasil
kombinasai dari proposisi-proposisi yang sederhana.
20
DAFTAR PUSTAKA
Khudori, A. Soleh. 2013. FILSAFAT ISLAM: Dari Klasik Hingga
Kontemporer. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Sodarsono. 2008. Ilmu Filsafat. Jakarta: Rineka Cipta
Suyitno,Hardi.2014.FilsafatMatematika.Semarang:
Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan
Alam
Fakultas
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG.
F.Soesianto dan Djoni Dwijono. 2003, Logika Proposisional. Yogyakarta: Andi Offset.
Enderton,Herbert. 2001. A Mathematical Introduction to Logic. Boston: Academic Press.
Alisah,Evawati. 2009. Buku Pintar Matematika. Jogjakarta: Mitra Pelajar.
21