Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Secara etimologis, logika berasal dari kata Yunani logos yang berarti kata,
ucapan, pikiran secara utuh, atau bisa juga berarti ilmu pengetahuan (Kusumah,
1986). Dalam arti luas, logika adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji penurunanpenurunan kesimpulan yang sahih (tidak valid). Proses berpikir yang terjadi di saat
menurunkan atau menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan yang diketahui
benar atau dianggap benar itu biasanya disebut dengan penalaran.
Melalui logika kita dapat mengetahui kebenaran suatu pernyataan dari suatu
kalimat dan mengetahui apakah pernyataan pertama sama maknanya dengan
pernyataan kedua. Misalkan, apakah pernyataan Jika sekarang adalah hari Minggu
maka sekolah libur. sama artinya dengan Jika sekolah libur maka sekarang adalah
hari Minggu.? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu kita perlu mengetahui aturanaturan dalam logika. Contoh lain, misalkan ada dua pernyataan Jika anak pandai
maka ia berprestasi di kelas. Jika ia berprestasi di kelas maka ia disayangi gurugurunya. Lalu, apakah dari dua pernyataan ini kita dapat menyimpulkan Jika ia
anak pandai maka ia disayangi guru-gurunya.?
Banyak hal yang perlu kita ketahui mengenai logika. Dengan logika, kita juga
dapat mengetahui apakah suatu pernyataan bernilai benar atau salah. Hal terpenting
yang akan didapatkan setelah mempelajari logika matematika adalah kemampuan
atau keahlian mengambil kesimpulan dengan benar atau sah. Logika matematika
memberikan dasar bagi sebuah pengambilan kesimpulan dan dapat digunakan dalam
banyak aspek kehidupan.
B
1.
2.
3.
4.

Rumusan Masalah
Bagaimana sejarah proses perkembangan Logika ?
Apakah yang dimaksud Term dan Proposisi Silogisme ?
Apakah yang dimaksud Tabel Kebenaran ?
Apakah yang dimaksud dengan Logika Matematika ?

C Tujuan
1. Memahami sejarah perkembangan logika matematika.
1

2. Mengerahui apa yang dimaksud dengan Term dan Proposisi silogisme..


3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Tabel Kebenaran.
4. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Logika Matematika.

BAB II
LOGIKA
2.1 Perkembangan Logika
Logika berasal dari kata logic (Inggris), logica (Latin),
logika atau logicos (Yunani), yang artinya ucapan atau akal
budi yang berfungsi baik, teratur, sistematis, dapat dimengerti.
(Bagus, 2002)
Logika sudah berkembang sejak zaman Yunani beberapa abad
sebelum Masehi. Di antara filsuf-filsuf besar terdahulu seperti
Socrates, Plato, Aristoteles, Plotinus, Agustinus dan Aquinas.
Aristoteles adalah orang yang paling besar perhatiannya terhadap
logika dan orang yang pertama mengkaji logika secara formal.
(Smith, 1989)
Aristoteles menunjukkan betapa pentingnya logika dalam
filsafat. Logika Yunani Kuno yang dipelopori oleh Aristoteles, dan
logika Aristoteles dipergunakan secara luas selama berabad-abad
sebagai landasan penalaran ilmiah di dunia ilmu pengetahuan
(Susilo,2003)1. Menurut Aristoteles ilmu pengetahuan itu terdiri dari
tiga golongan, yaitu : ilmu pengetahuan praktis, ilmu pengetahuan
produktif, dan ilmu pengetahuan teoritis2.
Karya Aristoteles yang memuat logika berjudul organon.
Leibnitz

dan

Wolff

memuji

logika

Aristoteles,

tetapi

Wolf

mengembangkan logika yang berbeda dengan logika Aristoteles


1Hardi Suyitno, Filsafat Matematika. (Semarang: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG, 2014), hlm. 25
2Sodarsono, Ilmu Filsafat. (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 165
2

dan kemudian disebut logika formalistis (Sommers,1992). Boole


dan Morgan pada tahun 1847 merumuskan sistem yang bercorak
matematika dan disebut logika simbolis atau logika matematis.
(Poespoprojo, 1991)
Selanjutnya

logika

berkembang

pesat

sehingga

muncul

berbagai jenis logika. Tokoh filsafat yang tergolong ternama di


bidang logika selain Aristoteles antara lain adalah Pythagoras,
Zeno,

Plato,

Erigena,

Ibnu

Sina,

Bacon,

Leibniz,

Russell,

Wittgenstein, dan Brouwer. (Bagus, 2002)


Logika merupakan suatu pengetahuan yang dihasilkan oleh
proses berpikir dengan cara atau pola tertentu (Suriasumantri,
1999), dan mengkaji cara berpikir (metode dan prinsip) yang sahih
untuk membedakan antara penalaran yang baik dengan penalaran
yang buruk (Lanur, 1983; Copi, 1986) 3. Secara singkat dapat
dikatakan, bahwa logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan
untuk berpikir lurus (tepat). Ilmu pengetahuan adalah kumpulan
pengetahuan tentang pokok yang tertentu4.
Logika memiliki obyek material, yaitu berfikir. Sedangkan yang
dimaksud dengan berfikir adalah kegiatan pikiran, akal budi
manusia. Apabila seseorang berpikir, maka berarti ia mengolah,
mengajarkan pengetahuan yang telah diperoleh. Dengan demikian,
dalam hal ini berarti telah terjadi kegiatan mempertimbangkan,
menguraikan, membandingkan, serta menghubungkan pengertian
yang satu dengan pengertian lainnya secara teratur dan acak.
Sedangkan obyek formalnya adalah berpikir benar dan tetap5.

3Hardi Suyitno, Filsafat Matematika. (Semarang: Fakultas Matematika dan


Ilmu Pengetahuan Alam UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG, 2014), hlm.
25-26
4Sodarsono, Ilmu Filsafat. (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 163
5Sodarsono, Ilmu Filsafat. (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 164
3

Filsafat logika adalah cabang filsafat yang berkaitan dengan


hakikat dan justifikasi sistem logika. Objek material logika adalah
manusia itu sendiri dan objek formalnya adalah kegiatan akal budi
(Rapar, 1996)
Sejak abad ke-17, logika menjadi suatu kajian terpadu dalam
matematika. Ruang lingkup logika menjadi semakin luas mencakup
penalaran tentang probabilitas dan kausalitas dan juga mengkaji
suatu kesalahan argumen dan paradoks-paradoks. Perkembangan
logika memunculkan berbagai macam logika. Bentuk logika dapat
dibedakan atas logika deduktif dengan logika induktif dan logika
formal

dengan

logika

informal.

Pada

awalnya

logika

hanya

berkaitan dengan penalaran deduktif yang intinya adalah apa yang


harus disimpulkan dari premis-premis yang ditentukan. Kesahihan
penalaran

deduktif

semata-mata

ditentukan

oleh

kuatnya

hubungan antara konklusi dengan premis-premisnya. Penalaran


induktif adalah pengkajian tentang menurunkan suatu generalisasi
yang reliabel dari sejumlah observasi. Penalaran induktif dapat
dimasukkan ke dalam logika.
Suatu

penarikan

kesimpulan

dengan

penalaran

deduktif

dikatakan sahih jika dan hanya jika tidak mungkin ada suatu
keadaan dimana semua premis benar dan konklusinya salah.
Kesahihan penalaran deduktif dinyatakan secara tepat dalam
sistem logika formal. Penalaran induktif memerlukan definisi
tentang generalisasi yang reliabel dari sejumlah observasi. Definisi
ini dapat ditetapkan dengan berbagai pendekatan. Ada pendekatan
yang sangat formal dan ada pendekatan yang tidak formal.
Beberapa

definisi

menggunakan

model-model

matematika

probabilitas. Oleh karena itu, penentuan kesahihan suatu penalaran


induktif sering memerlukan bantuan teori-teori probabilitas dan
statistika.

Logika dapat dibagi menjadi tiga macam logika yaitu :


a. Logika Formal (formal logic)
Logika formal merupakan ilmu yang mempelajari bentukbentuk pemikiran yang memuat konsep, putusan, kesimpulan dan
pembuktian. (Bagus, 2002)
Logika secara formal merupakan suatu sistem prinsip-prinsip
penalaran yang digunakan untuk penarikan kesimpulan secara
benar dan dapat dipercaya dalam proses untuk memperoleh
pengetahuan atau kebenaran.
Secara teknis, logika adalah suatu metode, tata cara, atau alat
yang

digunakan

untuk

membuat

konsep,

memberi

nama,

mendeskripsikan dan menjelaskan realitas fisik, mental dan sosial.


b. Metalogika (metalogic)
Metalogika adalah kajian metateori dari logika. Jika logika
mempelajari bagaimana sistem logika dapat digunakan untuk
membangun

argumen

yang

sahih

(valid)

dan

kuat,

maka

metalogika mengkaji hukum-hukum dalam sistem logika. (Gensler,


2001)
Kajianlogika

memusatkan

pada

kebenaran

yang

dapat

diturunkan dengan menggunakan sistem logika, sedangkan kajian


metalogika berfokus pada kebenaran yang mungkin diturunkan
atau diperoleh yang berkaitan dengan Bahasa dan sistem yang
digunakan untuk menyusun pernyataan. (Hunter, 1971).
c. Logika Terapan (applied logic)
Logika terapan adalah kajian tentang seni mempraktikkan
bernalar yang benar. (Hintika, 2014)
Kajian ini berbeda-beda bentuknya, bentuknya tergantung
pada jenis atau tipe penalarannya dan pada kriteria kebenaran
yang

dikehendaki.

Penalaran

dalam

logika

terapan

dapat

menyimpang dari prinsip logika sendiri atau memuat konsep yang


tidak logis. Logika terapan tidak hanya menggunakan penalaran
deduktif, tetapi juga penalaran induktif dan penalaran yang lain.

Pengelompokan lain terhadap logika antara lain, yaitu :


a. Logika Formal
Logika formal disebut juga dengan logika simbolik atau logika
matematika. (Lewis and Langfcrd, 1959)
Logika formal berusaha mengungkap hakikat kebenaran logis
suatu penarikan kesimpulan yang memuat bahasa formal, aturanaturan penarikan kesimpulan dan kadang-kadang juga sekumpulan
aturan.
Logika formal adalah salah satu jenis logika yang mempelajari
bentuk-bentuk

pemikiran

(konsep,

putusan,

kesimpulan,

dan

pembuktian). Logika matematika merupakan hasil penerapan


metode-metode matematika yang formal dalam bidang logika,
penelitian logis terhadap penalaran dan bukti matematis. (Bagus,
2002)
Logika formal berusaha untuk mengungkap hakikat kebenaran
logis dari suatu penarikan kesimpulan dalam sistem formal yang
memuat bahasa formal, aturan-aturan penarikan kesimpulan dan
kadang-kadang suatu kumpulan aksioma. Bahasa formal terdiri dari
sekumpulan simbol-simbol, sintaks, dan semantik, serta ungkapan
dalam bahasa formal yang disebut formula. Aturan penarikan
kesimpulan dan aksioma-aksioma yang ditetapkan, kemudian
dioperasikan

dengan

bahasa

untuk

menghasilkan

kumpulan

teorema.
Teorema adalah formula apa yang dapat diturunkan dengan
menggunakan aturan-aturan penarikan kesimpulan. Dalam logika
formal, teorema diartikan sebagai ungkapan kebenaran logis
(tautology)

dan

dengan

sekurang-kurangnya

cara

sebagian

ini
dari

sistem-sistem
tautologi

mengungkap

dan

penarikan

kesimpulan.
Logika formal mempelajari logika dan secara khusus argumen
logis sebagai suatu himpunan aturan untuk memanipulasi simbolsimbol. Ada dua macam aturan dalam suatu sistem logika formal,
yaitu :
6

a) Aturan Sintaksis
Aturan sintaksis berkaitan dengan dengan bagaimana
menyusun suatu ekspresi atau kalimat yang bermakna.
b) Aturan Penarikan Kesimpulan
Aturan
penarikan
kesimpulan
berkaitan
dengan
bagaimana

mendapatkan

formula

yang

benar

dari

formula yang lain yang sudah diketahui benar.


Logika formal juga tidak dapat lepas dari makna, oleh karena
itu

memerlukan

semantik.

Logika

formal

memperhatikan

bagaimana memberi atau menetapkan makna kepada suatu


kalimat atau pernyataan atau suatu ekspresi. Logika formal
mencakup berbagai sistem logika antara lain, yaitu :
a) Logika Proposisi
Logika proposisi

adalah

hubungan-hubungan

di

logika

antara

yang

membahas

pernyataan

tunggal

dengan menggunakan perangkai logika seperti dan dan


atau.
b) Logika Predikat
Logika predikat menggabungkan lima operator logika
proposisi

dengan

simbol-simbol

kuantor

dalam

rangka

menghasilkan

sistem

untuk

yang

simbol

predikat

bertujuan

yang

efektif

dan
untuk

mewakili

pernyataan atau argumen dalam bahasa biasa. (Hurley,


1996)
Logika simbolik adalah alat utama penalaran matematika.
Beberapa prinsip dalam logika simbolik memiliki penerapan di luar
matematika seperti pada bidang rekayasa dan sains. (Rosser,
1953)
Logika

simbolik

mengkaji

simbol-simbol

abstrak

yang

berkenaan dengan bentuk formal dari penarikan kesimpulan secara


logis. Logika simbolik dapat dipandang sebagai logika formal yang
baru. Logika matematika dapat dipandang sebagai perluasan dari
7

logika

simbolik

untuk

bidang

matematika

utamanya

untuk

membahas bukti matematika.


b. Logika Informal
Logika informal adalah suatu studi tentang logika yang
digunakan dalam argumen bahasa biasa. Makna dari bahasa
biasa sangat rumit dan sering bermakna ganda, sehingga
penegasan makna bahasa biasa lebih sulit dari pada
penegasan makna dalam sistem logika formal. Akibatnya,
logika informal terasa lebih sulit dan rumit dari pada logika
formal.
Logika dikaji dengan berbagai metode, kebanyakan metodemetode menyumbangkan beberapa konsep. Perbedaan utama
metode-metode tersebut terletak pada formalitasnya. Pembuktian
sesuatu tentang logika atau matematika menggunakan logika
matematika,

dan

untuk

menegaskan

argumen

logis

yang

sederhana dapat digunakan logika Aristoteles Karya Aristoteles


yang berjudul Prior Analytics mendasari suatu sistem logika.
Penarikan kesimpulan dalam logika Aristoteles didasarkan pada
bentuk-bentuk premis dan konklusi. Aturan-aturan diungkapkan
kedalam

berbagai

bentuk

silogisme.

Kadang-kadang

logika

Aristoteles digolongkan sebagai logika formal, karena secara


spesifik

berkaitan

dengan

bentuk-bentuk

penalaran.

Pada

umumnya orang menyebut logika Aristoteles sebagai perintis jalan


menuju logika formal.
Logika formal disebut juga dengan logika matematika. Logika
matematika berguna untuk mengkaji penalaran matematika dan
penerapan matematika untuk mengkaji logika itu sendiri. Eratnya
hubungan matematika dan logika ditunjukkan oleh usaha para
logikawan termasuk Russell dan Frege untuk membuktikan bahwa
8

matematika secara keseluruhan dapat direduksi ke logika. Usaha


itu dapat dikatakan tidak serratus persen sukses, namun dari usaha
itu terlihat bahwa logika banyak mengambil notasi dan metodemetode matematika.
Filsof yang dipandang sangat mendalami logika sekaligus
bahasa adalah Wittgenstein. Ia adalah filsof terbesar abad 20 dan
memiliki peran sentral dalam filsafat analitik (Howfeber, 2004), dan
terus menerus mempengaruhi filsafat saat ini dalam topik-topik
logika dan bahasa, persepsi dan intensi, etika dan religi, estetika
dan budaya (Matar, 1997)6. Makna dan logika merupakan penentu
dari kata dan bahasa7. Sehingga makna atau logika berarti lebih
dahulu dan lebih fundamental dibandingkan dengan bahasa, dan
wilayah kerja logika berada dalam pemikiran bukan pada kata-kata
atau bahasa8.
Ia sangat memahami logika baru dari Frege lebih baik dari
hampir semua orang lainpada waktu itu. Dalam karyanya yang
berjudul

Tractatus

Logicus-Phiosophicus,

Wittgenstein

mendiskusikan fungsi Boolean menggunakan terminologi dan


gambar dengan menggunakan tabel yang disebut tabel kebenaran
(Von Wright, 1955). Di samping logika dan filsafat analisa bahasa,
Wittgenstein adalah pemikir filsafat matematika, pada tahun 1944
ia sendiri menekankan bahwa sumbangan utamnya adalah pada
matematika. (Monk, 1990)

6Hardi Suyitno, Filsafat Matematika. (Semarang: Fakultas Matematika dan


Ilmu Pengetahuan Alam UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG, 2014), hlm.
26-32
7A. Khudori Soleh, Filsafat Islam: Dari Klasik Hingga Kontemporer.
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 279
8A. Khudori Soleh, Filsafat Islam: Dari Klasik Hingga Kontemporer.
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 280
9

Salah satu bentuk perkembangan logika yang termasuk baru


adalah dikembangkannya fuzzy logic, yang sering diterjemahkan
dengan istilah logika samar atau logika kabur. Fuzzy logic
dikembangkan pada tahun 1965 oleh Dr. Lotfi Zadeh dari the
University of California di Berkeley (Setiadji, 2009). Sebenarnya
kajian yang berkaitan dengan fuzzy logic sudah dimulai sejak tahun
1920 sebagai logika dengan nilai takterbatas oleh Lukasiewicz and
Tarski (Pelletier, 2000). Fuzzy Logic merupakan suatu pendekatan
untuk melakukan perhitungan berdasarkan derajat kebenaran.
Logika Booelan sudah banyak dikenal, berdasarkan pada benar
atau salah (0 dan 1).
Kebenaran dalam fuzzy logic, nilai kebenarannya dapat bernilai
banyak, contoh pernyataan hari ini cuaca terang diartikan benar
100%, jika tidak awan, yang diartikan 80% benar jika ada sedikit
awan, diartikan benar 50%, jika berkabut, dan diartikan benar
0%, jika hujan sepanjang hari. Pernyataan bahwa Semua manusia
adalah gila dapat diterima, jika menggunakan konsep seperti
fuzzy logic, ada orang yang derajat kegilaannya 0%, 10%, 20%,
70%, 90%, 100%, dsb. Orang Jepanglah yang pertama kali
menerapkan fuzzy logic dalam praktik, yaitu pada pengembangan
kereta api cepat di Sendai (Koskp, 1993)9.
2.2 Term dan Proposisi
Istilah-istilah term, proposisi, dan silogisme adalah istilah-istilah yang sering
digunakan dalam logika. Untuk memahami logika, orang harus memahami penalaran
(Soekadidjo, 1994). Penalaran adalah suatu bentuk pemikiran yang berupa
pengertian atau konsep, proposisi atau pernyataan, dan penalaran.10 Penalaran adalah
suatu proses brpikir yang menghasilkan pengetahuan. Agar buah pengetahuan yang
berdasarkan penalaran itu mempunyai bobot kebenaran, maka proses berpikir perlu
9Hardi Suyitno, Filsafat Matematika. (Semarang: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG, 2014), hlm.3233
10

dan harus dilakukan dengan suatu cara atau metode tertentu. 11 Menurut Kaelan
(2002), pengertian adalah sesuatu yang abstrak dan diwujudkan dalam bentuk simbol
bahasa. Oleh karena itu, bahasa memiliki peran yang penting pada pengertian,
proposisi, dan penalaran. Proposisi adalah rangkaian pengertian dan penalaran
adalah proses penarikan kesimpulan berdasarkan proposisi-proposisi. Proposisi
merupakan unsur yang penting dalam logika dan dalam suatu proposisi memuat
term-term. Telaah proposisi menjadi sangat penting dan implikasinya bahasa juga
memegang peran penting dalam logika. Oleh karena itu, telaah filsafati tentang
logika memerlukan proses analisis bahasa.
Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat diantara dua
term (Mehra dan Burhan, 1964; Halphin and Girle, 1988), kalimat yang menegaskan
atau menyangkal sesuatu, ia memiliki dua nilai kebenaran yang mungkin, yaitu benar
atau salah (Bagus, 2002). Proposisi tersusun atas term-term yang membentuk suatu
pengertian yang utuh (Soekadijo, 1985), terdiri dari tiga bagian, yaitu subjek,
predikat, dan kopula (Halphin and Girle, 1988).12 Proposisi adalah setiap pernyataan
yang bernilai benar atau salah. Tidak bisa kedua-duanya atau nilai lainnya. 13
Contohnya ialah masjid Istiqlal berlokasi di Jakarta.14
Term merupakan unsur-unsur dalam proposisi logika yang membangun suatu
pengertian. Contoh: Sapi adalah binatang memamah biak, dalam contoh ini, sapi
adalah subjek, adalah adalah kopula, dan binatang memamah biak adalah
predikat. Subjek dan predikat suatu penegasan (assertion) disebut term (horos), suatu
term dapat individual atau universal, subjek dapat individual atau universal, sedang
predikat harus universal, (Smith, 1997). Term adalah kata atau kesatuan kata10 Hardi Suyitno, Pengenalan Filsafat Matematika, (Semarang:FMIPA Unnes,2014), hal
33
11 Sudarsono, Ilmu Filsafat suatu Pengantar, (Jakarta:Rineka cipta, 2008), hal 181-182
12 Hardi Suyitno, Pengenalan Filsafat Matematika, (Semarang:FMIPA Unnes,2014), hal
33-34
13 F. Soesanto, Logika Proposisional, (Yogyakarta:ANDI, 2003), hal 8
14 Evawati Alisah, Buku Pintar Matematika, (Jogjakarta: Mitra Pelajar, 2009), hal 145
11

kata yang dapat digunakan sebagai subjek atau predikat (Mehra dan Burhan, 1964).
15

Proposisi disebut pula pernyataan adalah rangkaian dari pengertianpengertian yang dibentuk oleh akal budi atau merupakan pernyataan mengenai
hubungan yang terdapat diantara dua buah term. Kedua term tersebut terdiri dari
subyek dan predikat. Apabila subyek dihubungkan dengan predikat, maka akan
timbul dua bentuk proposisi, yaitu: proposisi hipotetik dan proposisi kategori.
Proposisi hipotetik yaitu apabila hubungan subyek dengan predikat bergantung
kepada syarat yang harus dipenuhi. Misalnya, jika Ali lulus akan melanjutkan ke Per
guruan Tinggi. Proposisi kategori yaitu apabila hubungan subyek dengan
predikat tanpa syarat. Misalnya, manusia itu berakal budi.
Proposisi kategoris terdiri dari empat macam, yaitu:
1. Proposisi universal afirmatif ialah pernyataan bersifat umum (universal)
yang mengiyakan adanya hubungan antara subyek dan predikat, biasa
disebut dengan proposisi A. Contoh: setiap warganegara mendapat
kedudukan yang sama dalam bidang hukum dan pemerintahan.
2. Proposisi universal negatif ialah pernyataan bersifat umum (universal)
yang mengingkari adanya hubungan antara subyek dengan predikat.
Contoh: semua manusia bukan keturunan kera.
3. Proposisi partikular afirmatif ialah pernyataan bersifat khusus yang
mengiyakan adanya hubungan antara subyek dengan predikat. Contoh:
sebagian gadis Jawa bisa menari.
4. Proposisi partikular negatif ialah pernyataan bersifat khusus yang
mengingkari adanya hubungan antara subyek dengan predikat. Contoh:
sebagian gadis Jawa tidak bisa menari.16
2.3 Silogisme
Silogisme adalah suatu bentuk penarikan kesimpulan secara deduktif tak
langsung yang konklusinya ditari dari premis yang disediakan serentak (Mehra dan
Burhan, 1964), struktur dari kalimat-kalimat yang masing-masing mempunyai
15 Hardi Suyitno, Pengenalan Filsafat Matematika, (Semarang:FMIPA Unnes,2014), hal 34
16 Sudarsono, Ilmu Filsafat suatu Pengantar, (Jakarta:Rineka cipta, 2008), hal 180-181
12

makna yang disebut benar atau salah (Smith, 1997), dan merupakan suatu bentuk
formal deduksi yang terdiri atas proposisi-proposisi kategorik (Soekadijo, 1994).
Silogisme terdiri atas 3 proposisi kategorik, yaitu dua proposisi pertama sebagai
premis, satu proposisi ketiga sebagai konklusi (kesimpulan). Silogisme kategorik
adalah penalaran deduktif yang terdiri dari tiga proposisi kategorik yang memuat tiga
term, setiap proposisi memuat dua term (Copi, 1986). Silogisme adalah argumen
yang memenuhi tiga syarat, yaitu ada dua premis, term subjek ada di satu premis dan
term predikat ada di premis yang lain, dan ada satu term yang ada di kedua premis
(Halphin and Girle, 1988).17 Silogisme adalah penarikan kesimpulan yang
menggunakan sifat transitif, yaitu implikasi p q dan q r yang bernilai benar
dapat disimpulkan bahwa p r benar.18
Dalam silogisme istilah predikat (predicate term) dari kesimpulan disebut
major, dan premis yang terdapat pada konklusi disebut premis mayor (major
premise). Subjek pada konklusi disebut minor, dan premis yang terdapat pada
konklusi disebut premis minor (minor premise). Pada kalimat-kalimat Tidak ada
burung yang juga manusia, Setiap merpati adalah burung, dan Tidak ada merpati
yang juga manusia, kalimat pertama disebut premis mayor, kalimat kedua disebut
premis minor, dan kalimat ketiga disebut konklusi. Mayornya adalah manusia dan
minornya adalah merpati. Istilah yang ketiga burung disebut middle term (term
tengah).
Disjungsi dua pernyataan adalah pernyataan majemuk yang dibentuk dari dua
pernyataan yang diletakkan kata atau diantara kedua pernyataan tersebut,
konjungsi dua pernyataan adalah pernayataan majemuk (kalimat gabungan) yang
dibentuk dari dua pernyataan (statement) yang diletakkan kata dan diantara kedua
pernyataan tersebut, negasi dari suatu pernyataan adalah kalimat baru dengan
menambahkan kata tidak kedalam pernyataan yang dinegasikan (Copi, 1986). 19
Konjungsi dari dua pernyataan adalah pernyataan baru yang bernilai benar jika
17 Hardi Suyitno, Pengenalan Filsafat Matematika, (Semarang:FMIPA Unnes,2014), hal
35-36
18 Evawati Alisah, Buku Pintar Matematika, (Jogjakarta: Mitra Pelajar, 2009), hal 166
19Hardi Suyitno, Pengenalan Filsafat Matematika, (Semarang:FMIPA Unnes,2014), hal 36
13

kedua pernyataan semula benar, selain itu konjungsinya bernilai salah. 20 Disjungsi
bernilai benar jika salah satu atau keduanya adalah benar, disjungsi bernilai salah
hanya jika pernyataan keduanya salah.21 Apabila dua pernyataan digabungkan
dengan menempatkan kata jika didepan pernyataan pertama dan menempatkan
kata maka didepan pernyataan kedua, maka kalimat majemuk yang terjadi adalah
suatu pernyataan implikasi atau kondisional. Dalam implikasi pernyataan diantara
jika dan maka disebut antisedent dan kalimat yang mengikuti maka disebut
consequent. Pada kalimat Jika Badu juara tinju, maka Badu tidak kawin, kalimat
Badu juara tinju adalah antisedent dan Badu tidak kawin adalah consequent.22
Implikasi bernilai salah hanya jika hipotesis p bernilai benar dan konklusi q bernilai
salah.23
2.4 Tabel Kebenaran
Shosky (1997) menemukan bahwa tabel kebenaran sudah muncul pada tahun
1883-1884 dalam manuskrip yang ditulis oleh Peirce yang berjudul On the Algebra
of Logic: A Contribution to the Philosophy of Notation yang termuat dalam
American Journal of Mathematics pada tahun 1885. Ia juga menemukan bahwa
Russell dalam karyanya yang berjudul The Philosophy of Logical Atomism juga
menggunakan matriks tabel kebenaran berkaitan dengan negasi, sedangkan untuk
implikasi pertama digunakan oleh Wittgenstein dalam Tractatus Logicus
Philosophy.
Tabel kebenaran adalah tabel yang digunakan dalam logika, khususnya
dikaitkan dengan aljabar Boole dan kalkulus pernyataan (Enderton, 2001). 24 Tabel
kebenaran adalah suatu abel yang menunjukkan secara sistematis satu demi satu
20 Evawati Alisah, Buku Pintar Matematika, (Jogjakarta: Mitra Pelajar, 2009), hal 149
21 Ibid, hal 152
22 Hardi Suyitno, Pengenalan Filsafat Matematika, (Semarang:FMIPA Unnes,2014), hal
36-37
23 Evawati Alisah, Buku Pintar Matematika, (Jogjakarta: Mitra Pelajar, 2009), hal 154
24 Hardi Suyitno, hal 37
14

nilai-nilai kebenaran sebagai hasil kombinasai dari proposisi-proposisi yang


sederhana. Setiap kombinasi dari proposisi-proposisi sederhana tersebut atau
variabel proposional, nilainya tergantung dari jenis perangkai atau operator yang
digunakan untuk mengkombinasikannya.25
Tabel kebenaran digunakan untuk menenutukan apakah suatu pernyataan
benar atau sahih secara logika. Tabel kebenaran memberi alat untuk menganalisis
semua proposisi kedalam bagian atomnya (Wittgenstein, 1951). Wittgenstein
berpendapat bahwa setiap pernyataan yang kompleks dapat dianalisis ke dalam suatu
pernyataan bagian yang mewakilinya dan dianalisis ke dalam proposisi-proposisi
yang secara lengkap medeskripsikan proposisi yang kompleks. Proposisi-proposisi
yang molekuler yang dirangkai hanya dengan salah satu operasi kebenaran yaitu
konjungsi, disjungsi, implikasi dan negasi pada skema fungsi kebenaran di atas akan
disajikan dalam bentuk tabel kebenaran sebagaimana disajikan pada tabel berikut.

P
T
F
T
F

q
T
T
F
F

~p
F
T
F
T

pq
T
F
F
F

pq
T
T
T
F

pq
T
T
F
T

Tabel ini menyajikan ketetapan hukum-hukum pokok logika untuk negasi,


konjungsi, disjungsi, dan implikasi. Nilai kebenaran pada kolom pq, pq, pq, dan
p ditentukan berdasarkan kesepakatan. T berarti benar, F berarti salah. Namun
demikian kesepakatan kesepakatan tersebut memiliki latar belakang penalaran yang
panjang yang dapat dijelaskan dengan definisi dan konsep logika disusun sebagai
bagian dari filsafat matematika (epistemological part of philosophy of mathematics).
Konsep itu dinamakan pluralistic conception of mathematics (Soehakso, 2003).
Menurut Wittgenstein hukum-hukum logika itu ditentukan oleh aturan-atuan
dan kesepakatan bahasa. Berdasarkan pendapat Wittgenstein logika itu ada sesudah
bahasa. Dalam kenyataan kesepakatan itu tidak selalu tepat sama dengan kenyataan
dalam bahasa sehari-hari. Berdasarkan hukum-hukum logika ini akan diperoleh suatu
25 Evawati Alisah, hal 17
15

sifat bahwa ~(~p) = p. Menurut Wittgenstein (1978), dalam kenyataan tidak selalu
~(~p) = p.
Dobel negasi, dalam bahasa sehari-hari tidak selalu bermakna tunggal.
Misalkan seorang ayah mengatakan pada anaknya yang masih kecil Sekarang
disuntik yaaa...! dan anaknya menjawab Tidak tidak mau!!!, tentunya yang
dimaksud adalah tidak mau disuntik.
Pada implikasi yang sering menjadi pertanyaan adalah mengapa untuk p dan
q bernilai salah tetapi p q bernilai benar. Dalam kehidupan sehari-hari, seorang
bapak mungkin berjanji kepada anaknya dengan pernyataan Jika Hapy lulus ujian,
maka Hapy dibelikan mobil. Kemungkinannya adalah (1) Hapy lulus ujian dan
Hapy dibelikan mobil, (2) Hapy TIDAK lulus ujian dan hapy dibelikan mobil, (3)
Hapy lulus ujian, Hapy TIDAK dibelikan mobil, dan (4) Hapy TIDAK lulus ujian
dan Hapy TIDAK dibelikan mobil. Apabila yang terjadi (1), (2), dan (4) maka tidak
ada sesuatu yang salah. Tetapi, apabila terjadi (3), ada kesalahan karena bapaknya
ingkar janji.26
2.5 Logika Matematika
Logika matematika merupakan penerapan matematika untuk mengkaji logika
formal berdasarkan aturan-aturan dalam matematika.27 Logika matematika adalah
hasil penerapan metode-metode matematika yang formal dalam bidang logika,
penelitian logis dalam penalaran, dan bukti matematis. Ciri khas logika matematika
adalah struktur aksiomatikanya yang keabsahannya formal semata-mata, dalam
artian kesahihannya tidak tergantung pada isi. Logika matematika merupakan
penggunaan logika formal untuk mengkaji penalaran matematika. Topik-topik dalam
logika matematika memiliki hubungan dekat dengan metamatematika dan landasan
matematika. Logika matematika juga memperkenalkan tema-tema yang kajiannya

26 Hardi Suyitno, hal 37-40


27 Herbert Enderton, A Mathematical Introduction to Logic, (Boston: Academic Press,
2001), Cet. Ke-2, h.18
16

mencakup kekuatan sistem formal dan kekuatan penalaran deduktif dari sistem
pembuktian dalam matematika secara formal.28
Logika formal disebut juga logika simbolik atau logika matematika.
Menurut Rosser, logika simbolik adalah alat utama penalaran matematika dan
beberapa prinsip dalam logika simbolik memiliki penerapan di luar matematika
seperti pada bidang rekayasa dan sains. Kreator logika matematika adalah
sekelompok matematikawan dan filsof seperti Frege, Hilbert, Godel, Turing, Tarski,
Malcev, Gentzen, dsb.29
Menurut Wittgenstein, beberapa proposisi terdiri proposisi analitik dan
proposisi sintetik.
1. Proposisi sintetik menyatakan fakta-fakta yang benar atau menyatakan
sesuatu yang tidak benar tentang dunia. Kebenaran atau kesalahan proposisi
sintetik tidak dapat diketahui secara sederhana atau singkat dengan hanya
menguji makna kata yang ada dalam proposisi. Kebenaran atau kesalahan
suatu proposisi sintetik harus diuji dengan melihat dunia, harus sesuai dengan
fakta empiris. Kebenaran proposisi sintetis disebut kebenaran a posteriori,
yaitu kebenaran yang diperoleh melalui bukti realitas.30
2. Proposisi analatik kebenarannya bersifat a priori yang mana untuk
mengetahui kebenarannya dengan melihat pada makna term-termnya.31
Dunia diwakili oleh pikiran, sedangkan pikiran atau gagasan termuat dalam
proposisi. Dengan kata lain, proposisi merupakan ekspresi pikiran. Oleh karena itu
dunia, pikiran, dan proposisi bersama-sama dalam bentuk logis yang sama. Proposisi
menunjukkan struktur logis dan bentuk yang bersifat gambar dari realitas fakta yang
diwakili. Gambar merupakan gambar logis yang menyajikan fakta dalam ruang

28 Dr. Hardi Suyitno, Filsafat Matematika, (Semarang: FMIPA UNS, 2014), h.40-41
29 Ibid., h.41
30 Ibid., h.41-42
31 Ibid., h.42
17

logika. Proposisi menggambarkan fakta atau gambar realitas yang bersifat empiris.
Setiap proposisi menegaskan eksistensi dari fakta atau fakta gabungan.32
Fakta adalah pernyataan keadaan dan sebaliknya pernyataan keadaan adalah
kombinasi dari objek-objek dan dunia ditunjukkan secara tepat oleh pernyataan
keadaan. Oleh karena itu, struktur logis dunia memiliki struktur yang sama dengan
pernyataan keadaan yang digambarkan.33
Dalam hidup sehari-hari, sebenarnya banyak sekali pernyataan yang tidak
mungkin bisa dijawab hanya dengan benar atau salah. Dipandang dari sudut
proposisi, suatu pernyataan mungkin tidak sepenuhnya benar dan tidaksepenuhnya
salah, ia memiliki gradasi tertentu. Inilah yang menjadi subjek dari logika fuzzy.
Sedangkan pernyataan-pernyataan yang tidak bisa ditangani dengan logika
proposisional, akan ditangani oleh logika predikat.34
Proposisi adalah pernyataan yang tersusun atas term-term atau nama-nama
yang membentuk suatu pengertian utuh. Secara teknis, proposisi merupakan gambar
logis yang menggambarkan fakta atau gambar realitas yang bersifat empiris.
Totalitas proposisi adalah bahasa. Proposisi adalah fungsi kebenaran dari proposisiproposisi elementer. Dengan kata lain, proposisi merupakan hasil operasi logika
terhadap proposisi elementer.35
Proposisi elementer merupakan fungsi kebenaran dari dirinya sendiri,
proposisi elementor hanya benar jika ia sendiri benar dan begitupula sebaliknya,
benilai salah jika dirinya salah. Proposisi elementer tidak mungkin menjadi tautologi
maupun kontradiksi.36 Tabel kebenaran sembarang proposisi elementer q ditunjukkan
sebagai berikut.

32 Ibid.
33 Ibid.
34 F.Soesianto dan Djoni Dwijono, Logika Proposisional, (Yogyakarta: Andi Offset, 2003),
h.9
35 Dr. Hardi Suyitno, Filsafat Matematika..., h.44
36 Ibid., h.45
18

~q

Proposisi elementer mengekspresikan kondisi kebenaran proposisi. Misalkan


suatau proposisi yang merupakan fungsi kebenaran dari dua proposisi elementer p
dan q dengan kondisi kebenaran yang bisa disajikan sebagai berikut.37

37 Ibid., h.48
19

BAB III
PENUTUP
3.1 SARAN
Sebagai seorang mahasiswa sebaiknya harus mulai menggunakan logika
dalam melakukan sesuatu. Dengan logika, kita dapat mengetahui apakah suatu
pernyataan bernilai benar atau salah. Hal terpenting yang akan didapatkan setelah
mempelajari logika matematika adalah kemampuan atau keahlian mengambil
kesimpulan dengan benar atau sah. Logika matematika memberikan dasar bagi
sebuah pengambilan kesimpulan dan dapat digunakan dalam banyak aspek
kehidupan.
3.2 KESIMPULAN
Logika merupakan suatu pengetahuan yang dihasilkan oleh
proses berpikir dengan cara atau pola tertentu (Suriasumantri,
1999), dan mengkaji cara berpikir (metode dan prinsip) yang sahih
untuk membedakan antara penalaran yang baik dengan penalaran
yang buruk. Ilmu pengetahuan adalah kumpulan pengetahuan
tentang pokok yang tertentu.
Proposisi adalah rangkaian pengertian dan penalaran adalah
proses penarikan kesimpulan berdasarkan proposisi-proposisi. Term
merupakan unsur-unsur dalam proposisi logika yang membangun
suatu pengertian.
Silogisme adalah penarikan kesimpulan yang menggunakan
sifat transitif, yaitu implikasi p q dan q r yang bernilai benar
dapat disimpulkan bahwa p r benar.
Tabel kebenaran adalah suatu abel yang menunjukkan secara
sistematis satu demi satu nilai-nilai kebenaran sebagai hasil
kombinasai dari proposisi-proposisi yang sederhana.

20

DAFTAR PUSTAKA
Khudori, A. Soleh. 2013. FILSAFAT ISLAM: Dari Klasik Hingga
Kontemporer. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Sodarsono. 2008. Ilmu Filsafat. Jakarta: Rineka Cipta
Suyitno,Hardi.2014.FilsafatMatematika.Semarang:
Matematika

dan

Ilmu

Pengetahuan

Alam

Fakultas
UNIVERSITAS

NEGERI SEMARANG.
F.Soesianto dan Djoni Dwijono. 2003, Logika Proposisional. Yogyakarta: Andi Offset.
Enderton,Herbert. 2001. A Mathematical Introduction to Logic. Boston: Academic Press.
Alisah,Evawati. 2009. Buku Pintar Matematika. Jogjakarta: Mitra Pelajar.

21

Anda mungkin juga menyukai