Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

CVD ISKEMIK BERULANG

PEMBIMBING
dr. Marjanti, SpS

Disusun oleh:
Fenita Renny Dinata
07120090002

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF


RUMAH SAKIT TK.1 BHAYANGKARA RADEN SAID SUKANTO
PERIODE 29 April 2013 1 Juni 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
BAB I
Identitas Pasien
1.

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. ES
Jenis Kelamin
: laki-laki
Usia
: 48 tahun
Agama
: Islam
Status marital
: Menikah
Pekerjaan
: Polisi
Pendidikan terakhir : S1
Suku
: Jawa

Alamat
: PSAK Jaya Subang
Tanggal masuk RS : 3 Mei 2013
Tanggal pemeriksaan
: 6 - 17 Mei 2013
Cekat tangan
: Kanan
2.

ANAMNESIS
Dilakukan secara

autoanamnesa

dan

alloanamnesa

(istri

pasien) pada tanggal 6 Mei 2013 pukul 10.00 WIB.


A. KELUHAN UTAMA
Kelemahan pada tangan dan kaki sebelah kiri sejak satu
minggu sebelum masuk Rumkit RS Sukanto.
B. KELUHAN TAMBAHAN
Bicara pelo dan sulit menelan sejak satu minggu sebelum
masuk Rumkit RS Sukanto.
C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang pada tanggal 3 Mei 2013 pukul 13.02 WIB
ke bangsal Nuri Rumkit RS Sukanto dengan keluhan adanya
kelemahan di tangan dan kaki sisi kiri. Kelemahan dirasakan
satu minggu sebelum masuk Rumkit RS Sukanto (26 April
2013) pukul 15.00 WIB, pasien tiba-tiba merasa lemas pada
tangan dan kaki kiri pada saat mengendarai motor dekat
rumah. Kelemahan terasa lebih berat pada bagian tangan,
terutama bagian jari-jari. Istri pasien mengatakan bahwa
suaminya bicara pelo pada saat kejadian.

Selain itu, istri

pasien juga mengatakan bahwa suaminya sulit menelan


makanan. Pada saat itu (satu minggu sebelum masuk rumah
sakit), pasien masih dapat berjalan dengan menyeret
kakinya. Keluhan dirasa semakin buruk, dan pasien mencoba
pengobatan alternatif ke ahli pijat saraf sebanyak tiga kali
dalam tiga hari berturut-turut (tanggal 27-29 April 2013),
dan mulai dapat menelan makanan, dan dapat berbicara
sedikit-sedikit berupa satu atau dua kata seperti ini, itu,
apa, iya, namun lebih terjadi perburukan, yaitu pasien
menjadi tidak dapat berjalan.
Pada tanggal 30 April 2013, pasien pergi ke rumah sakit
setempat, namun tidak ada dokter saraf yang ada, dan

diminta kembali pada tanggal 2 Mei 2013. Pada tanggal 2


Mei 2013, pasien kembali ke rumah sakit dan diberi obat
berupa clopidogrel 75mg, captopril 25mg, citicoline 500mg,
amlodipin, dan satu obat lagi berwarna putih, namun pasien
dan istrinya lupa nama obatnya. Setelah itu, keluarga besar
pasien menyarankan untuk membawa pasien ke Rumkit RS
Sukanto untuk perawatan lebih lanjut. Dikarenakan merasa
kondisinya semakin buruk, maka, pada tanggal 3 Mei 2013,
pasien masuk Rumkit RS Sukanto untuk dirawat. Pasien
menyangkal adanya sakit kepala, demam, mual, muntah,
gangguan

penglihatan,

penglihatan

ganda,

kejang,

penurunan kesadaran, serta nyeri pada dada dan anggota


tubuh lainnya.
D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu

dan kurang terkontrol, dikarenakan bosan minum obat.


Pasien memiliki pembengkakan jantung kiri sejak Juni 2012.
Pasien pernah mendadak pelo, dan bibir miring ke kiri (CVD
iskemik) pada 26 Desember 2012, dirawat di rumah sakit

selama seminggu, dan kemudian sembuh.


Pasien memiliki riwayat trauma kepala karena kecelakaan
motor 3 minggu sebelum terjadi kelemahan tangan dan
kaki sebelah kiri, namun tidak ada fraktur dan perdarahan
intrakranial, hanya beberapa luka pada dahi kiri, tangan,

dan kaki.
Riwayat penyakit diabetes mellitus dan penyakit jantung

disangkal.
Riwayat rawat di rumah sakit selama satu minggu saat

bicara pelo pada Desember 2012.


E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Orang tua pasien sudah meninggal, ayah pasien memiliki


riwayat hipertensi, dan ibu meninggal dengan penyakit

paru.
Pasien memiliki 8 saudara, dan 2 kakak laki-lakinya sudah
meninggal karena serangan stroke.

F. RIWAYAT PENGOBATAN DAN ALERGI


Pasien mengkonsumsi captopril untuk

hipertensinya,

namun tidak diminum secara teratur.


Pasien mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan rumah
sakit di Subang, yaitu clopidogrel 75mg, captopril 25mg,
citicoline 500mg, amlodipin, dan satu obat lagi berwarna

putih, namun pasien dan istrinya lupa nama obatnya.


Riwayat alergi disangkal.
G. RIWAYAT KEBIASAAN

Pasien mengaku merokok sejak remaja, 2 batang per hari.


Saat ini pasien mengaku sudah berhenti merokok sejak

sakit pada bulan Desember 2012.


Pasien suka makan goreng-gorengan dan daging. Namun
semenjak

3.

sakit,

pasien

mengurangi

makan-makanan

berlemak.
Pasien tidak mengkonsumsi alkohol.
Olah raga teratur.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 6 Mei 2013
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis; GCS E4M6V5
Tanda tanda vital:
Tekanan darah
: 180/100 mmHg
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi
: 82 x/menit
Suhu
: 36,6C
A. STATUS GENERALIS
Kepala:
Normocephal, distribusi rambut merata, tidak ada bekas

luka.
Mata :
Mata simetris, pupil : 3mm / 3mm, isokor. Sklera ikterik
-/-, konjungtiva anemis -/-. Refleks cahaya langsung dan

tidak langsung ++/++.


Hidung :
Bentuk hidung normal, tidak ada deviasi septum, sekret
-/-.
Mulut :

Terdapat deviasi bibir ke kiri, mukosa rongga mulut


merah tanpa massa, leukoplakia atau lesi lain. Hygiene
baik, tidak ada fasikulasi dan tremor lidah, ditemukan
adanya deviasi lidah ke kiri saat menjulurkan lidah.
Telinga
:
Bentuk normal dan simetris, aurikula normal, serumen +/

+, hiperemis -/-. Tidak ada luka dan perdarahan.


Leher :
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah bening.
Thoraks :
o Inspeksi simetris dalam keadaan statis/dinamis.
o Palpasi
fremitus normal, kanan = kiri.
o Perkusi
sonor pada kedua lapang paru.
o Auskultasi jantung: S1 dan S2 normal, murmur (-),

gallop (-); paru: bunyi vesikuler, wheezing (-/-), ronchi


(-/-).
Abdomen:
o Inspeksi datar, tidak ada bekas luka/lesi.
o Palpasi
tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas,
hepar dan lien tidak teraba.
o Perkusi
timpani pada seluruh lapang abdomen.
o Auskultasi bising usus positif normal 4 kali/menit.

Ekstremitas atas: Akral hangat, bentuk normal, tidak


terdapat

deformitas,

cyanosis,

bekas

luka

maupun

benjolan. Capillary refill time < 2 detik.


Ekstremitas bawah: Akral hangat, bentuk normal, tidak
terdapat

deformitas,

cyanosis,

bekas

luka

maupun

benjolan. Capillary refill time < 2 detik.


B. STATUS NEUROLOGIS
GCS : E4M6V5 (15)
Pemeriksaan Rangsang Meningeal:
Kaku kuduk : Brudzinski I : Brudzinski II : Kernig sign : Laseque sign: Nervus Cranialis
N. I :
ND/NS: Normal, pasien masih dapat mencium bau jeruk dan
kopi.

N. II

:
5

Visus Normal.
Lapang pandang Normal.
Refleks cahaya langsung dan tidak langsung ++/++.

N. III/IV/VI :

Celah kelopak mata normal, tidak ada ptosis.


Pupil bulat, isokor : 3mm / 3mm
Pergerakan kedua bola mata normal ke segala arah.
Tidak terdapat nistagmus di kedua bola mata.

N. V :
Sensorik : V1, V2, V3 : normal
Refleks Kornea : +/+
Motorik :
o Menggigit : Baik, tidak ditemukan paresis di otot
pengunyah.
o Membuka rahang : Baik, mulut lurus,

tidak miring ke

salah satu sisi.


N. VII
:
Sensorik : Pengecapan 2/3 anterior lidah baik.
Motorik :
o Mengernyitkan dahi
: normal.
o Mengangkat alis : normal, simetris.
o Memejamkan mata
: normal, simetris.
o Meringis
: sisi kiri tertinggal.
o Menggembungkan pipi : sisi kiri melemah.
o Mencucu
: sisi kiri melemah.
o Plika nasolabialis : sisi kiri lebih rata dibanding kanan.
N. VIII :
Gesekan jari : AD: baik ; AS: baik.
Detik jam : AD: baik ; AS: baik.
Tes berbisik : AD : baik ; AS : baik.
Garpu tala:
o Rinne : tidak dilakukan.
o Weber : tidak dilakukan.
o Schwabach : tidak dilakukan.
Dix-Hallpike : tidak dilakukan.
Post-pointing
o Tangan kanan : tidak dilakukan.
o Tangan kiri : tidak dilakukan.
Romberg : tidak dilakukan.
Tandem : tidak dilakukan.
Stepping test : tidak dilakukan.
N. IX :
Sensorik : Pengecapan 1/3 posterior lidah baik.
Motorik : refleks menelan baik.

N. X :

Tidak tedapat disfonia maupun disfagia.


Refleks muntah
: tidak dilakukan.
Arkus faring
: simetris.
Letak uvula
: di tengah.

N. XI :
Mengangkat bahu
: normal.
Memalingkan kepala: normal.
Kekuatan otot aksesorius: normal.
N. XII :
Deviasi

lidah

Terdapat

deviasi

lidah

ke

kiri

saat

menjulurkan lidah.
Atrofi/fasikulasi/tremor lidah : (-) / (-) / (-)
Artikulasi : Terganggu.
Pemeriksaan Motorik
Kekuatan otot :
Ekstremitas atas : 5555 / 3333
Ekstremitas bawah
: 5555 / 4433
Tonus :
Ekstremitas atas : normotonus / hipertonus (spastisitas)
Ekstremitas bawah
: normotonus / hipertonus (spastisitas)
Klonus :
Patella
: -/Achilles
: -/+
Trofi :
Ekstremitas atas : eutrofi / eutrofi
Ekstremitas bawah
: eutrofi / eutrofi
Refleks Fisiologis :
Biceps
: ++/+++
Triceps
: ++/+++
Patella
: ++/+++
Achilles
: ++/+++
Refleks Patologis :
Hoffman Tromnner
: -/+
Babinski
: -/Chaddock
: -/Schaefer
: -/Gordon
: -/Oppenheim
: -/Pemeriksaan Sensorik
Ekstremitas atas
o Rangsang Raba : normoestesia/normoestesia.
o Rangsang Nyeri : normoalgesia/normoalgesia.
o Rangsang Suhu : tidak dilakukan.
o Rangsang Getar : tidak dilakukan.

o Proprioseptif
: normal.
o Diskriminasi dua titik : normal.
Ekstremitas bawah
o Rangsang Raba : normoestesia/normoestesia
o Rangsang Nyeri : normoalgesia/normoalgesia
o Rangsang Suhu : tidak dilakukan.
o Rangsang Getar : tidak dilakukan.
o Proprioseptif
: normal.
o Diskriminasi dua titik : normal.
Pemeriksaan Sistem Saraf Otonom
BAB
: normal.
BAK
: normal.
Berkeringat : normal.
Pemeriksaan Fungsi Luhur
o Memori
o Kognitif
o Bahasa

: terganggu.
: terganggu.
: terganggu.

MMSE score: 20 (kemungkinan ada gangguan kognitif)


Pemeriksaan Koordinasi
Disdiadokinesia: normal
Tes Telunjuk Hidung: normal
4.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
3 Mei 2013
Pemeriksaan
Hematologi
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit

Hasil
13 gr/dl
8300/ul
39%
302.000/ul

Nilai Normal
13-16 gr/dl
5000-10000/ul
40-48%
150.000400.000/ul

Kimia Klinik
Ureum
53 mg/dl
Creatinine
1,5 mg/dl
Glukosa
darah 99 mg/dl

10 50 mg/dl
0,5 1,5 mg/dl
<200 mg/dl

sewaktu
6 Mei 2013
Pemeriksaan
Hasil
Hematologi III / LENGKAP
Hemoglobin
12,7 gr/dl
Leukosit
7100/ul
Hematokrit
38%

Nilai Normal
13-16 gr/dl
5000-10000/ul
40-48%
8

Trombosit

259.000/ul

150.000400.000/ul

Hitung Jenis Leukosit


*Basofil
*Eosinofil
*Batang
*Segmen
*Limfosit
*Monosit
Laju Endap Darah
Eritrosit
Kimia Klinik
LIVER FUNGSI TEST
Protein Total
Albumin
Globulin
Bilirubin Total
Bilirubin Direk
Bilirubin Indirek
SGOT / AST (37 C)
SGPT / ALT (37 C)
Cholesterol Total
Trigliserida
RENAL FUNGSI TEST
Ureum
Creatinine
Glukosa
darah

4%
74%
19%
3%
13 mm/jam
4,50 juta/ul

0 1%
1 3%
2 6%
50 70%
20 40%
2 8%
<15 mm/jam
4,5-5,5 juta/ul

7,2 g/dl
4,6 g/dl
2,6 g/dl
0,43 mg/dl
0,19 mg/dl
0,24 mg/dl
21,7 U/L
27,3 U/L
177 mg/dl
116 mg/dl

6,0 8,7 g/dl


3,5 5,2 g/dl
2,5 3,1 g/dl
Dws: <15; Neo:
<12mg/dl
<0,5 mg/dl
<1,0 mg/dl
<37 U/L
<40 U/L
<200 mg/dl
<200 mg/dl

19 mg/dl
1,4 mg/dl
62 mg/dl

10 50 mg/dl
0,5 1,5 mg/dl
<200 mg/dl

sewaktu
b.

CT-SCAN
Dilakukan tanggal 3 Mei 2013.
Kesan: infark pada frontotemporoparietal dextra.

o Tampak
lesi
hipodens
batas tegas pada bagian
frontotemporoparietal
dextra.
o Tak
tampak
deviasi
midline.
o Sistem ventrikel normal.
o Sulkus dan gyrus dalam
batas normal.
o Tulang-tulang normal.

c.

EKG
Dilakukan tanggal 6 Mei 2013.

Hasil: Normal.
10

d.

Skoring
Siriraj Score

No

Gejala/Tand

Penilaian

Indeks

Skor

a
Kesadaran

0 : compos

X 2,5

Muntah

koma/koma
0 : tidak

X2

Nyeri

1: ya
0 : tidak

X2

Kepala
Tekanan

1 : ya
Diastolik

X 10%

Darah
Ateroma

0 : tidak

X (-3)

a. DM

1 : ya

mentis
1:
mengantuk
2: semi
2

b. Angina
pektoris;
Klaudika
sio
Intermite
n
6
Konstanta
-12
-12
Rumus : (2,5 x derajat kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri
kepala dalam 2 jam) + (0,1 x diastolik) (3 x pertanda ateroma) 12
Pada pasien: (2,5x0)+(2x0)+(2x0)+(0,1x100)-(3x0)-12 = -2
Interpretasi:
Skor >1

: Perdarahan serebri

Skor <1

: Infark serebri

Skor -1 s/d 1 : Meragukan

11

Algoritma Gadjah Mada

5.

RESUME
Pasien
usia

Tn.
48

tahun,

bekerja
masuk

ES,

laki-laki,

menikah

dan

sebagai polisi
ke

bangsal

Nuri

Rumkitpuspol RS Sukanto pada tanggal 3 Mei 2013 pukul 13.02


WIB dengan hemiparesis sinistra disertai disatria sejak satu
minggu

sebelum

pengobatan:

masuk

clopidogrel

Rumkit

75mg,

RS

captopril

Sukanto.

Riwayat

25mg,

citicoline

500mg, amlodipin, dan satu obat lagi berwarna putih, namun


pasien dan istrinya lupa nama obatnya. Pasien menyangkal
adanya

cephalgia,

demam,

mual,

muntah,

gangguan

penglihatan, diplopia, serta nyeri pada dada dan anggota tubuh


lainnya. Riwayat hipertensi tidak terkontrol sejak 5 tahun lalu
dan ada riwayat stroke dalam keluarga. Terdapat riwayat CVD
iskemik, parese saraf kranial VII sinistra sentral, disatria
sebelumnya pada bulan Desember 2012.
Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan kesadaran kompos
mentis, tampak sakit sedang, TD: 180/100 mmHg, N: 82
kali/menit, RR: 20 kali/menit, S: 36oC.
Pemeriksaan neurologis:

GCS: E4M6V5=15.

Pemeriksaan nervus kranialis didapatkan paresis nervus VII


sinistra sentral dan XII sinistra sentral.

12

Kekuatan motorik ekstremitas atas 5555/3333, ekstremitas


bawah 5555/4433, dan semakin membaik.

Refleks fisiologis: bisieps, triseps, brakhioradialis, patela,


achiles: +2/+3.

Refleks patologis Hoffman-Trommer -/+, Babinski group : - /


-.

Sensorik: Normoestesi.

Otonom: baik.

Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Pemeriksaan


penunjang EKG normal, CT scan di dapatkan infark pada bagian
frontotemporopatietal hemisfer serebri dextra.
6.

DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis: Hemiparese sinistra, disertai dengan parese
Nervus VII sentral sinistra dan parese Nervus XII sinistra
sentral; hipertensi grade II; disatria.
Diagnosis Topis: hemisfer serebri dextra.
Diagnosis Etiologis : CVD iskemik berulang.

7. DIAGNOSIS BANDING
CVD hemoragik.
8. TERAPI

Umum
o Observasi tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi,
laju nafas).
o Breathing: menjaga

oksigenisasi

dan

ventilasi

baik;

penghisapan lendir jika ada, pengobatan jika ada gangguan


saluran napas seperti asma atau pneumonia.
o Blood: menjaga suplai darah ke otak tetap berjalan dengan
baik; tekanan darah hanya boleh diturunkan jika sistolik
>220mmHg atau diastolik > 120mmHg. Penunurunan
darah

hanya

boleh

sebesar

20%

maksimal;

koreksi

hipovolemia dengan salin normal; kadar gula darah dijaga


untuk dapat tetap <140 mg/dl.
o Brain: pengendalian peninggian tekanan intra kranial;
memonitor adanya muntah proyektil, bradikardia relatif,

13

maupun

nyeri

kepala;

menghindari

hipertermia;

pengendalian kejang.
o Bladder: menjaga agar output urin tetap lancar; jika ada
retensio urin dipasang kateter.
o Bowel: menjaga nutrisi seimbang (25-30 kkal/kgBB/hari)

dan pencegahan adanya obstipasi.


Khusus
o Medikamentosa
Pertahanan hemodinamik: Ringer Laktat (8jam).
Antiplatelet
: Aspilet 1x1 tablet (80-120

mg/hari).
Neuroprotektor

gram.
Antihipertensi
: Captopril 3x12,5mg tablet.
Obat-obatan untuk pencegahan gejala lain : asam

Citicoline

injeksi

2x1

folat 1x1 tablet.


o Fisioterapi : pasif selama fase akut dilanjutkan secara aktif.
o Nonmedikamentosa:
pengendalian
faktor
resiko
(hipertensi),

diet

(rendah

natrium

dan

kolesterol),

perbaikan pola hidup.


9.

10.

PROGNOSIS
Quo ad vitam
: bonam.
Quo ad functionam: dubia ad bonam.
Quo ad sanactionam
: dubia ad bonam.
FOLLOW UP
6 Mei 2013
S
: kelemahan pada tangan dan kaki kiri, susah untuk
O

diangkat lama, dan bicara pelo.


: ku/ ks : tampak sakit sedang, kompos mentis

E4V5M6
TD: 180/100 mmhg
Nadi: 82 x/menit
Respirasi 20 x/menit
Suhu: 36.6 oC
Rangsang meningeal : negatif.
Nervus cranialis : parese N. VII sentral sinistra, N. XII
sinistra.
Refleks fisiologis : ++/+++
Refleks patologis : Babinski group -/- ; Hoffman
Tromnner : -/+.

14

Kekuatan motorik
Sensoris
Tonus

: 5555 3333
5555 4433
: dalam batas normal
:
Normotonus/hipertonus

(spastisitas)
Klonus
:-/+
A
:
Diagnosis Klinis: Hemiparese sinistra, disertai dengan
parese Nervus VII sentral sinistra dan parese Nervus XII

P:

sinistra sentral; hipertensi grade II; disatria.


Diagnosis Topis: hemisfer serebri dextra.
Diagnosis Etiologis : CVD iskemik berulang.
foto CT scan kepala.
Pemerikasaan EKG.
MMSE test.
Ringer Laktat 8 jam kolf.
Aspilet 1x1.
Citicoline injeksi 2x1 gram.
Captopril 3x12,5mg.
Asam Folat 2x1.

7 Mei 2013
S
: kelemahan pada tangan dan kaki kiri, susah untuk
O

diangkat lama, dan bicara pelo.


: ku/ ks : tampak sakit sedang, kompos mentis

E4V5M6
TD: 180/120 mmhg
Nadi: 84 x/menit
Respirasi: 20 x/menit
Suhu: 36,6oC
Rangsang meningeal : negatif.
Nervus cranialis : parese N. VII sentral sinistra, N. XII
sinistra.
Refleks fisiologis : ++/+++
Refleks patologis : Babinski group -/- ; Hoffman
Tromnner : -/+.
Kekuatan motorik
Sensoris
Tonus
(spastisitas)
Klonus
A
:

: 5555 3333
5555 4443
: dalam batas normal
:
Normotonus/hipertonus
:-/+

15

Diagnosis Klinis: Hemiparese sinistra, disertai dengan


parese Nervus VII sentral sinistra dan parese Nervus XII

P:

sinistra sentral; hipertensi grade II; disatria.


Diagnosis Topis: hemisfer serebri dextra.
Diagnosis Etiologis : CVD iskemik berulang.
Ringer Laktat untuk 8 jam.
Aspilet 1x1.
Citicoline injeksi 2x1 gram.
Captopril 3x12,5mg.
Asam Folat 2x1.

8 Mei 2013
S
: kelemahan pada tangan dan kaki kiri dan bicara pelo.
O
: ku/ ks : tampak sakit sedang, kompos mentis
E4V5M6
TD: 180/120 mmhg
Nadi: 84 x/menit
Respirasi 22 x/menit
Suhu: 36oC
Rangsang meningeal : negatif.
Nervus cranialis : parese N. VII sentral sinistra, N. XII
sinistra.
Refleks fisiologis : ++/+++
Refleks patologis : Babinski group -/- ; Hoffman
Tromnner : -/+.
Kekuatan motorik
Sensoris
Tonus

: 5555 4433
5555 4444
: dalam batas normal
:
Normotonus/hipertonus

(spastisitas)
Klonus
:-/+
A
:
Diagnosis Klinis: Hemiparese sinistra, disertai dengan
parese Nervus VII sentral sinistra dan parese Nervus XII

P:

sinistra sentral; hipertensi grade II; disatria.


Diagnosis Topis: hemisfer serebri dextra.
Diagnosis Etiologis : CVD iskemik berulang.
Ringer Laktat untuk 8 jam.
Aspilet 1x1.
Citicoline injeksi 2x1 gram.
Captopril 3x12,5mg.
Amlodipin 1x5mg tablet.
Asam Folat 2x1.
16

10 Mei 2013
S
: kelemahan pada tangan dan kaki kiri dan bicara pelo.
O
: ku/ ks : tampak sakit sedang, kompos mentis
E4V5M6
TD: 200/120 mmhg
Nadi: 85 x/menit
Respirasi: 22 x/menit
Suhu: 36oC
Rangsang meningeal : negatif.
Nervus cranialis : parese N. VII sentral sinistra, N. XII
sinistra.
Refleks fisiologis : ++/+++
Refleks patologis : Babinski group -/- ; Hoffman
Tromnner : -/+.
Kekuatan motorik
Sensoris
Tonus

: 5555 4433
5555 4444
: dalam batas normal
:
Normotonus/hipertonus

(spastisitas)
Klonus
:-/+
A
:
Diagnosis Klinis: Hemiparese sinistra, disertai dengan
parese Nervus VII sentral sinistra dan parese Nervus XII

sinistra sentral; hipertensi grade II; disatria.


Diagnosis Topis: hemisfer serebri dextra.
Diagnosis Etiologis : CVD iskemik berulang.
: Aspilet 1x1.
Citicoline injeksi 2x1 gram.
Captopril 3x25mg.
Amlodipin 2x5mg tablet.

Asam Folat 2x1.


Rantin 2x1tablet.
Rencana Fisioterapi artikulasi, relaksasi, konsentrasi.
13 Mei 2013
S
: tangan kiri masih lemas.
O
: ku/ ks : tampak sakit sedang, kompos mentis
E4V5M6
TD: 190/110 mmhg
Nadi: 85 x/menit
Respirasi: 22 x/menit
Suhu: 36oC
Rangsang meningeal

: negatif.

17

Nervus cranialis : parese N. VII sentral sinistra, N. XII


sinistra.
Refleks fisiologis : ++/+++
Refleks patologis : Babinski group -/- ; Hoffman
Tromnner : -/+.
Kekuatan motorik
Sensoris
Tonus

: 5555 4433
5555 4444
: dalam batas normal
:
Normotonus/hipertonus

(spastisitas)
Klonus
:-/+
A
:
Diagnosis Klinis: Hemiparese sinistra, disertai dengan
parese Nervus VII sentral sinistra dan parese Nervus XII

P:

sinistra sentral; hipertensi grade II; disatria.


Diagnosis Topis: hemisfer serebri dextra.
Diagnosis Etiologis : CVD iskemik berulang.
Aspilet 1x1.
Captopril 3x25mg.
Amlodipin 2x5mg tablet.
Asam Folat 2x1.
Rantin 2x1tablet.
Cholinar 2x500mg tablet.
Fisioterapi artikulasi, relaksasi, konsentrasi.

14 Mei 2013
S
: tangan kiri masih lemas.
O
: ku/ ks : tampak sakit sedang, kompos mentis
E4V5M6
TD: 180/110 mmhg
Nadi: 88 x/menit
Respirasi: 24 x/menit
Suhu: 36oC
Rangsang meningeal : negatif.
Nervus cranialis : parese N. VII sentral sinistra, N. XII
sinistra.
Refleks fisiologis : ++/+++
Refleks patologis : Babinski group -/- ; Hoffman
Tromnner : -/+.
Kekuatan motorik
Sensoris

: 5555 4443
5555 4444
: dalam batas normal

18

Tonus

Normotonus/hipertonus

(spastisitas)
Klonus
:-/+
A
:
Diagnosis Klinis: Hemiparese sinistra, disertai dengan
parese Nervus VII sentral sinistra dan parese Nervus XII

P:

sinistra sentral; hipertensi grade II; disatria.


Diagnosis Topis: hemisfer serebri dextra.
Diagnosis Etiologis : CVD iskemik berulang.
Aspilet 1x1.
Captopril 3x25mg.
Amlodipin 2x10mg tablet.
Asam Folat 2x1.
Cholinar 2x500mg tablet
Rantin 2x1tablet.
Fisioterapi artikulasi, relaksasi, konsentrasi.

15 Mei 2013
S
: tangan kiri masih lemas.
O
: ku/ ks : tampak sakit sedang, kompos mentis
E4V5M6
TD: 180/110 mmhg
Nadi: 88 x/menit
Respirasi: 22 x/menit
Suhu: 36oC
Rangsang meningeal : negatif.
Nervus cranialis : parese N. VII sentral sinistra, N. XII
sinistra.
Refleks fisiologis : ++/+++
Refleks patologis : Babinski group -/- ; Hoffman
Tromnner : -/+.
Kekuatan motorik
Sensoris
Tonus

: 5555 4443
5555 4444
: dalam batas normal
:
Normotonus/hipertonus

(spastisitas)
Klonus
:-/+
A
:
Diagnosis Klinis: Hemiparese sinistra, disertai dengan
parese Nervus VII sentral sinistra dan parese Nervus XII
sinistra sentral; hipertensi grade II; disatria.

19

P:

Diagnosis Topis: hemisfer serebri dextra.


Diagnosis Etiologis : CVD iskemik berulang.
Aspilet 1x1.
Captopril 3x25mg.
Amlodipin 2x10mg tablet.
Asam Folat 2x1.
Rantin 2x1tablet.
Cholinar 2x500mg tablet.
Fisioterapi artikulasi, relaksasi, konsentrasi.

16 Mei 2013
S
: tangan kiri masih lemas.
O
: ku/ ks : tampak sakit sedang, kompos mentis
E4V5M6
TD: 170/110 mmhg
Nadi: 84 x/menit
Respirasi: 22 x/menit
Suhu: 36oC
Rangsang meningeal : negatif.
Nervus cranialis : parese N. VII sentral sinistra, N. XII
sinistra.
Refleks fisiologis : ++/+++
Refleks patologis : Babinski group -/- ; Hoffman
Tromnner : -/+.
Kekuatan motorik
Sensoris
Tonus

: 5555 4443
5555 4444
: dalam batas normal
:
Normotonus/hipertonus

(spastisitas)
Klonus
:-/+
A
:
Diagnosis Klinis: Hemiparese sinistra, disertai dengan
parese Nervus VII sentral sinistra dan parese Nervus XII

P:

sinistra sentral; hipertensi grade II; disatria.


Diagnosis Topis: hemisfer serebri dextra.
Diagnosis Etiologis : CVD iskemik berulang.
Aspilet 1x1.
Captopril 3x25mg.
Amlodipin 2x10mg tablet.
Asam Folat 2x1.
Rantin 2x1tablet.
Cholinar 2x500mg tablet.
20

Fisioterapi artikulasi, relaksasi, konsentrasi.

17 Mei 2013
S
: tangan kiri masih lemas.
O
: ku/ ks : tampak sakit sedang, kompos mentis
E4V5M6
TD: 160/110 mmhg
Nadi: 86 x/menit
Respirasi: 22 x/menit
Suhu: 36oC
Rangsang meningeal : negatif.
Nervus cranialis : parese N. VII sentral sinistra, N. XII
sinistra.
Refleks fisiologis : ++/+++
Refleks patologis : Babinski group -/- ; Hoffman
Tromnner : -/+.
Kekuatan motorik
Sensoris
Tonus

: 5555 4443
5555 4444
: dalam batas normal
:
Normotonus/hipertonus

(spastisitas)
Klonus
:-/+
A
:
Diagnosis Klinis: Hemiparese sinistra, disertai dengan
parese Nervus VII sentral sinistra dan parese Nervus XII

P:

sinistra sentral; hipertensi grade II; disatria.


Diagnosis Topis: hemisfer serebri dextra.
Diagnosis Etiologis : CVD iskemik berulang.
Aspilet 1x1.
Captopril 3x25mg.
Amlodipin 2x10mg tablet.
Asam Folat 2x1.
Rantin 2x1tablet.
Cholinar 2x500mg tablet.
Fisioterapi artikulasi, relaksasi, konsentrasi.

BAB II
PEMBAHASAN PENYAKIT
ANATOMI DAN VASKULARISASI

21

Otak Besar (Serebrum)


Otak besar (serebrum) terletak di dalam ruang intrakranial dengan
berat pada orang dewasa sekitar 1200 1500 gram atau kurang
lebih 2% dari berat badan. Bagian ini mempunyai dua belahan, yaitu
hemisfer kiri dan kanan yang dihubungkan oleh korpus kalosum.
Tiap-tiap hemisfer meluas dari tulang frontal sampai ke tulang
oksipital. Di atas fossa kranii anterior, media, dan posterior hemisfer
serebri

dipisahkan

oleh

celah

besar

yang

di

sebut

fissure

longitudinalis serebri.
Struktur Otak Besar (telencefalon)
1) Korteks serebri
Merupakan lapisan permukaan hemisfer yang disusun oleh
substansia grisea. Korteks serebri tampak berlipat-lipat (girus)
dan terdapat celah yang dalam diantara dua lekukan (sulkus).
Lapisan korteks serebri terdiri dari :
a. Lamina molekularis, lapisan yang mengandung sedikit sel yang
berjalan

secara

horizontal

dengan

permukaan

korteks,

memiliki percabangan akhir dendrit dari lapisan yang lebih


dalam.
b. Lamina granularis eksterna, lapisan yang mengandung sel
neuron dan berbentuk segitiga.
c. Lamina piramidalis, lapisan yang mengandung sel-sel pyramid
terdapat sel-sel granular dengan akson yang berjalan naik
kearah lapisan superfisial.
d. Lapisan granularis interna, terdiri dari sel neuron yang
berbentuk bintang, berukuran kecil, dengan akson yang
pendek mencapai lapisan superfisial.
e. Lamina ganglionaris, sel neuron granular dan merupakan sel
neuron yang naik mencapai lamina molekularis. Akson dari sel
ini memasuki substansi alba.
f. Lamina Multiformis, sel-selnya berbentuk kumparan dengan
sumbu panjang tegak lurus terhadap permukaan korteks.

Bagian-bagian Korteks Selebri

22

Pembagian area pada korteks selebri dapat didasarkan pada


letaknya sesuai dengan tulang tengkorak yang melindunginya
atau

berdasarkan

pembagian

menurut

broadman

yang

didasarkan pada struktur fungsional seluler:


a) Lobus frontalis
Terletak di depan serebrum dan sulkus sentralis, dibawah tulang
frontal, bagian belakangnya dibatasi oleh sulkus sentralis,
dibawah tulang frontal, bagian belakangnya dibatasi oleh sulkus
sentralis rolandi. Menurut Broadman pada lobus frontalis ini
terdapat beberapa area, yaitu :
Area 4 : merupakan area motorik primer, yang bertanggung
jawab untuk proses pergerakan/motorik.
Area 6 : merupakan area pre motorik yang mengatur gerakan
motorik dan pre motorik serta proses berfikir.
Area 8 : berpran dalam mengatur gerakan mata dan
perubahan iklim.
Area 9,10, 11, 12 : merupakan area asosiasi frontalis.
b) Lobus parietalis
Terletak dibelakang sulkus sentralis dan dibelakangi oleh karaco
oksipitalis. Lobus ini terletak dibawah tulang pariental. Menurut
Broadman pada lobus parientalis ini terdapat area :
Area 3, 1, dan 2 : sebagai area sensorik primer
Area 5 dan 7 : sebagai area asosiasi somato sensorik dengan
demikian

fungsi

utama

lobus

frontalis

ini

adalah

untuk

penerimaan dan persepsi rangsangan sensoris.


c) Lobus oksipitalis
Terletak dibagian belakang dari serebro dan dibawah tulang
oksipital. Menurut Broadman pada lobus oksipitalis ini terdapat :
Area 17 : merupakan korteks visual primer
Area 18, 19 : merupakan area asosiasi visual. Letaknya sejajar
dengan area 17 yang meluas sampai permukaan lateral lobus
oksipitalis. Dengan demikian fungsi utama lobus oksipitalis
adalah untuk penerimaan dan persepsi penglihatan.
d) Lobus temporalis
Letaknya terdapat dibawah lateral dari fissure serebralis dan di
depan lobus oksivitalis serta berada dibawah tulang temporal.
Menurut Broadman pada lobus ini terdapat area :
Area 41 : sebagai korteks auditorik primer.
23

Area 42 : sebagai area asosiasi aoditorik.


Area 38, 40, 20, 21, 22 : sebagai area asosiasi.
Dengan demekian fungsi utama lobus temporalis adalah untuk
penerimaan dari persepsi pendangaran.
Area Broca (area bicara motorik) berada di atas sulkus
lateralis, yang mengatur gerakan wicara.
Area visualis, yang terdapat pada polus posterior dan aspek
medial hemisfer serebri di daerah sulkus kalkaneus merupakan
daerah yang menerima visual.
Insula Reili, merupakan bagian serebrum yang membentuk
dasar fissure silfii yang terdapat diantara frontalis, lobus
parietalis,

dan

lobus

oksipitalis.

Girus singuli, merupakan bagian medial hemisfer yang


terletak di atas korpus callosum.

Basal Ganglia
Pada otak manusia, basal ganglia terdiri dari beberapa elemen
syaraf, sebagai berikut :
a) Nucleus kaudatus dan putamen yang sering disebut korpus
stritum, sedangkan putamen dan globus pallidus dan globus
pallidus.
b) Globus pallidus
c) Korpus amigdala
Secara fungsional basal ganglia merupakan satu kesatuan
fungsi dari :
Sistem limbic diterapkan untuk bagian otak yang terdiri dari
jaringan korteks disekeliling hillus hemisfer serebri bersama struktur

24

yang letaknya lebih dalam, yaitu : amigdala, hipokampus, dan nuclei


septal.
Sistem limbic ini berpengaruh pada perilaku malam, bersama
dengan thalamus mempengaruhi perilaku seksual, emosi, dan
motivasi, perubahan tekanan darah dan pernafasan merupakan
bagian dari fenomena kompleks terutama respon emosi dan
perilaku.
Homunkulus Motorik
Homunkulus motorik merupakan pemetaan terhadap gerak
otot seluruh belahan tubuh. Dari bagian girus presentralis (area 4:
korteks motorik) ke bagian lateral bawah, secara berurutan terdapat
peta

gerakan

kaki,

tungkai

bawah,

tungkai

atas,

pinggul,

abdomen/toraks, bahu, lengan, tangan, jari-jari, leher, wajah, bibir,


otot pita suara, lidah, dan otot penelan. Yang menarik perhatian
adalah luasnya kawasan peta gerakan tangkas khusus, dan
terbatasnya kawasan gerakan tangkas umum. Seperti diperlihatkan
oleh homunkulus motorik, kawasan gerakan otot-otot jari/tangan
adalah jauh lebih luas ketimbang kawasan gerakan otot jari/kaki.
Melalui

aksonnya,

neuron

korteks

motorik

menghubungi

motorneuron yang membentuk inti motorik saraf kranial dan


motorneuron

di kornu anterior medulla

spinalis. Akson-akson

tersebut menyusun jaras kortikobulbar-kortikospinal.

25

Vaskularisasi Otak
Otak memperoleh darah melalui dua sistem yakni sistem
karotis (arteri karotis interna kanan dan kiri) dan sistem vertebral.
Arteri koritis interna, setelah memisahkan diri dari arteri karotis
komunis, naik dan masuk ke rongga tengkorak melalui kanalis
karotikus, berjalan dalam sinus kavernosum, mempercabangkan
arteri oftalmika untuk nervus optikus dan retina, akhirnya bercabang
menjadi dua yaitu arteri serebri anterior dan arteri serebri media.
Untuk otak, sistem ini memberi darah bagi lobus frontalis, parietalis
dan beberapa bagian lobus temporalis.
Sistem vertebral dibentuk oleh arteri vertebralis kanan dan
kiri yang berpangkal di arteri subklavia, menuju dasar tengkorak
melalui kanalis tranversalis di kolumna vertebralis servikal, masuk
rongga kranium melalui foramen magnum, lalu mempercabangkan
masing-masing sepasang arteri serebeli inferior. Pada batas medula
oblongata dan pons, keduanya bersatu arteri basilaris, dan setelah
mengeluarkan

kelompok

cabang

arteri,

pada

tingkat

mesensefalon, arteri basilaris berakhir sebagai sepasang cabang


arteri serebri posterior, yang melayani darah bagi lobus oksipitalis,
dan bagian medial lobus temporalis.

26

Ketiga pasang arteri serebri ini bercabang-cabang menelusuri


permukaan otak, dan beranastomosis satu bagian lainnya. Cabangcabang yang lebih kecil menembus ke dalam jaringan otak dan juga
saling berhubungan dengan cabang-cabang arteri serebri lainya.
Untuk menjamin pemberian darah ke otak, ada sekurang-kurangnya
3 sistem kolateral antara sistem karotis dan sitem vertebral, yaitu:
a. Sirkulus Willisi, yakni lingkungan pembuluh darah yang tersusun
oleh arteri serebri media kanan dan kiri, arteri komunikans
anterior (yang menghubungkan kedua arteri serebri anterior),
sepasang arteri serebri media posterior dan arteri komunikans
posterior

(yang

menghubungkan

arteri

serebri

media

dan

posterior) kanan dan kiri. Anyaman arteri ini terletak di dasar


otak.
b. Anastomosis antara arteri serebri interna dan arteri karotis
eksterna di daerah orbita, masing-masing melalui arteri oftalmika
dan arteri fasialis ke arteri maksilaris eksterna.
c. Hubungan antara sitem vertebral dengan arteri karotis ekterna
(pembuluh darah ekstrakranial).
Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem yaitu kelompok
vena interna, yang mengumpulkan darah ke vena Galen dan
sinus

rektus,

dan

kelompok

vena

eksterna

yang

terletak

dipermukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah ke sinus


sagitalis superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya
melalui vena-vena jugularis dicurahkan menuju ke jantung.

27

STROKE
Saat ini stroke dikategorikan sebagai penyebab kematian ketiga
setelah penyakit jantung dan keganasan, serta penyebab kecacatan
jangka panjang nomor satu di dunia.
a. Definisi
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsional otak yang
terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal
maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat
mengakibatkan

kematian

serta

disebabkan

oleh

gangguan

peredaran darah otak.

28

b. Epidemiologi
Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam
kehidupan modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun
terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, sekitar 2,5 %
atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya cacat ringan maupun
berat. Pada 1999, 50 juta orang telah mengalami kecacatan akibat
stroke. Jumlah ini merupakan 3,5 % dari seluruh penderita cacat.
Proyeksi hingga 2020 nanti menunjukan bahwa setiap tahun sekitar
61 juta orang akan mengalami kecacatan akibat stroke.
c. Faktor Resiko

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi: usia, jenis kelamin,

ras/etnis, genetik.
Faktor resiko yang dapat dimodifikasi: inaktivitas fisik, pola
makan yang buruk, obesitas, hipertensi, diabetes mellitus,
dyslipidemia,

sindorma

metabolik,

hiperhomocysteinemia,

infeksi, penyalahgunaan alkohol, dll.


d. Klasifikasi
Berdasarkan kelainan patologis
a. Stroke hemoragik: perdarahan intra serebral, pendarahan
subarachnoid.
b. Stroke non-hemoragik:

thrombosis

serebri,

emboli,

hipoperfusi sistemik.
Berdasarkan waktu terjadinya
a. Transient Ischemic Attack (TIA) : < 24 jam.
b. Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND) : 24 jam
1 minggu.
c. Stroke In Evolution (SIE) : gejala makin memburuk
dibandingkan awal.
d. Completed stroke : gejala menetap, permanen lesi otak.
Berdasarkan lokasi lesi vaskuler
1) Sistem karotis (anterior)
a. Motorik : hemiparese kontralateral, disartria.
b. Sensorik : hemihipestesi kontralateral, parestesia.
c. Gangguan visual : hemianopsia homonim, amaurosis
fugaks.

29

d. Gangguan fungsi luhur : afasia, agnosia.


2) Sistem vertebrobasiler (posterior)
a. Motorik : hemiparese alternans, disartria.
b. Sensorik : hemihipestesi alternans, parestesia.
c. Gangguan lain : gangguan keseimbangan, vertigo,
diplopia.
e. Etiologi
Pada stroke hemoragik, penyebab utamanya adalah pecahnya
pembuluh darah otak (AVM, aneurisma, dll) menyebabkan keluarnya
darah ke jaringan parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis
disekitar otak atau kombinasi keduanya. Pendarahan intraserebral
ditemukan 10% dari seluruh kasus stroke. Selain itu, pendarahan
terjadi di ruang subaraknoid.
Pada stroke non-hemoragik paling sering disebabkan oleh
emboli atau thrombus. Selain itu, stroke non hemoragik juga dapat
diakibatkan oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler,
setiap

proses

yang

mengganggu

aliran

darah

menuju

otak

menyebabkan timbulnya kaskade iskemik yang berujung pada


terjadinya kematian neuron dan infark serebri.
f. Gambaran Klinis
Gejala klinis yang terjadi bergantung pada neuroanatomi dan
vaskularisasinya. Defisit neurologis yang ditemukan berguna untuk
menilai lokasi lesi.
Gejala Klinis
Defisit fokal
Onset
Nyeri kepala
Muntah pada

PIS
Berat
Menit/jam
Hebat
Sering

PSA
Ringan
1-2 menit
Sangat hebat
Sering

Non Hemoragik
Berat ringan
Pelan (jam/hari)
Ringan
Tidak, kecuali lesi di

awalnya
Hipertensi

Hampir

Biasanya

batang otak
Sering kali

Penurunan

selalu
Ada

tidak
Ada

Tidak ada

kesadaran
Hemiparesis

Sering

Permulaan

Sering dari awal

Gangguan

dari awal
Sering

tidak ada
Jarang

Sering

bicara
Liquor

ada
Berdarah

Berdarah

Jernih
30

Parese / gang

Tidak ada

Bisa ada

Tidak ada

N.III
Gejala
Awitan
Saat onset
Nyeri kepala
Kejang
Muntah
Penurunan kesadaran
Bradikardia
Udem papil
Kaku kuduk

Stroke Hemoragik
Mendadak
Sedang aktif
+++
+
+
+++
++ (dari awal)
+
+

Stroke Iskemik
Mendadak
Sedang beristirahat
+
+
+ (hari ke-4)
-

g. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan melalu anamnesis, pemeriksaan fisik, maupun
pemeriksaan penunjang yang sesuai dengan manifestasi klinis yang
telah disebutkan di atas. Selain itu ada yang disebut Siriraj Stroke
Score dan alogaritma Gajah Mada yang sering digunakan untuk
membantu membedakan stroke berdasarkan etiologinya.
a) Siriraj Stroke Score
No
.
1

Gejala/Tanda
Kesadaran

Penilaian

Muntah

Nyeri Kepala

4
5

Tekanan Darah
Ateroma:
DM
Angina Pektoris
Klaudikasio

koma/koma
(0) Tidak
(1) Ya
(0)Tidak
(1)Ya
Diastolik
(0)Tidak
(1)Ya

Intermiten
Konstanta

Bila SSS > 1

Skor

x 2,5

x2

x2

x 10%

x (-3)

-12

-12

(0)Kompos
Mentis
(1)Mengantuk
(2)Semi

Indek

Hasil SSS
: Stroke Hemoragik

31

SSS < -1 : Stroke Non Hemoragik.


Skor antara 1 dan -1 menunjukkan hasil yang ekuivokal dan
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan
diagnosis.
b) Algoritma Stroke Gajah Mada

h. Penatalaksanaan

Non Farmakologis
o Mengendalikan faktor risiko
o Rehabilitasi medik dilakukan sedini mungkin pada stroke
ischemic dan dilakukan setelah melewati fase akut pada
stroke hemorrhagic (1-2minggu), dengan tujuan untuk
memperbaiki

fungsi

motoric,

mencegah

kontraktur

sendi, agar penderita dapat mandiri, rehabilitasi sosial.


o Terapi umum (5B : Breating - stabilisasi jalan nafas dan
pernafasan; Blood - TD tidak boleh segera diturunkan
kecuali sistolik > 220 mmHg, diastolik > 120 mmHg,
MAP >150. Batas penurunan TD maksi-mal 20-25%.
Stabilisasi

hemodinamik

dengan

pemberian

cairan

kristaloid atau koloid; Brain - Bila didapatkan kenaikan


TIK maka diberikan manitol, posisi kepala 20-30 derajat.
Aktivitas metabolisme otak harus diturunkan (mengatasi

32

hipertermia, agitasi, kejang, nyeri, bila ada); Bladder mengosongkan kandung kemih yang penuh, sebaiknya
dengan kateterisasi intermiten; Bowel - Perhatikan
kebutuhan cairan dan kalori, hindari obstipasi, jika
terdapat kesulitan menelan pasang NGT. Nutrisi oral
hanya boleh diberikan bila fungsi menelan baik.)

Farmakologis
a. stroke iskemik
reperfusi :
trombolisis penghilang sumbatan akibat stroke
o rt-PA 0,9 mg/kgBB maksimal 90 mg (10% diberikan bolus
& sisanya infus kontinyu dalam 60 menit); pemberian

harus kurang dari 3 jam onset.


Memperbaiki aliran darah, mengurangi viskositas
o pentoxifilin 15 mg/kgBB/hari, Naftidroufuril 600 mg/hari IV
selama 10 hari dilanjutkan oral 300 mg/hari.
Antikoagulan: untuk pasien stroke yang beresiko emboli

otak
o Heparin 1000 u/jam, cek aPTT 6 jam kemudian, hari
ketiga oral
o LMWH 2 x 0,4cc subkutan, cek trombosit hari ke-1 dan
ke-3
Warfarin 8 mg hari ke-1, 6 mg hari ke-2, cek INR
Anti agregasi trombosit:
o Aspirin 80 120 mg/hari, Clopidogrel 1x75 mg, Cilostazol
o

2x50 mg, Ticlopidin 2x250 mg.


Neuroproteksi:
o Citicoline:

500-2000

mg.hari

selama

14

hari

meningkatkan oksigen ke otak, memperbaiki membrane


sel, dan menghasilkan asetilkolin untuk fungsi kognitif.
o Piracetam: bolus 12 gr/hari, minggu kelima oral 2x2,4 gr
mencegah hipoksia dan memperbaiki integritas sel.
o Cerebrosilin: 30-50 cc selama 21 hari protein otak
penghambat caspase yang berfungsi dalam apoptosis,
inflamasi, dan nekrosis.
b. stroke hemoragik
33

Konservatif
PIS: anti pendarahan: epsilon aminocaproat 30-36 gr/hari,
asam traneksamat 6x1 gr untuk mencegah lisis bekuan darah.
Diberikan pula agen neuroproteksi dan antikoagulan.
PSA: bed rest total 3 minggu, morphine 15 mg IM pada pasien
sadar untuk menghilangkan nyeri, nimodipine 60-90 md oral
tiap 4 jam selama 21 hari atau 15-30 mg/kg/jam selama 7
hari, baru dilanjutkan oral 360 mg/hari selama 14 hari untuk
mencegah terjadinya vasospasme global.
Operatif
Indikasi: - pendarahan > 30 cc / diameter > 3cm pada fossa
posterior
- GCS >7
- pendarahan cerebellum
- pendarahan ventricular / terjadi hydrocephalus
- letak lobar/kortikal dengan peningkatan TIK atau
ancaman
herniasi

i. Prognosis
Prognosis dipengaruhi oleh usia pasien, tingkat kesadaran, jenis
kelamin, tekanan darah, penyebab stroke, dan ada atau tidaknya
penyakit komorbid.
Secara keseluruhan, agak kurang dari 80% pasien dengan stroke
bertahan selama paling sedikit 1 bulan, dan didapatkan tingkat
kelangsungan hidup dalam 10 tahun sekitar 35%. Angka yang
terakhir ini tidak mengejutkan, mengingat usia lanjut di mana
biasanya terjadi stroke. Dari pasien yang selamat dari periode akut,
sekitar

satu

independen,

setengah

samapai

dua

sementara

sekitar

15%

pertiga

kembali

memerlukan

fungsi

perawatan

institusional.
j. Komplikasi
Fase Akut
o Neurologis : stroke susulan, edema serebri, hidrosefalus.
o Non-neurologis : hiperglikemia reaktif, hipertensi, gangguan
jantung, infeksi, gangguan cairan dan elektrolit.

34

Fase Lanjut
o Neurologis : gangguan fungsi luhur.
o Non-neurologis : kontraktur, dekubitus, depresi.

BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Stroke merupakan gangguan defisit neurologis yang terjadi
secara mendadak. Pasien ini juga mengalami gangguan defisit
neurologis yang terjadi secara mendadak, oleh karena itu kita dapat
menyingkirkan kemungkinan diagnosa lainnya seperti tumor atau
infeksi (pada infeksi terdapat demam, sedangkan pasien tidak
mengalami

demam).

Pada

saat

kejadian,

pasien

juga

tidak

mengalami cephalgia atau nyeri kepala, mual muntah, ataupun


penurunan kesadaran. Karena itu stroke yang dialami pasien lebih
mengarah

kepada

stroke

iskemik

dibanding

dengan

stroke

hemoragik. Kelemahan yang dialami pasien awalnya tidak terlalu


mengganggu, namun semakin hari kelemahannya semakin parah,
sampai akhirnya pasien kesulitan untuk menggerakkan tangan dan
kaki kirinya. Hal ini merupakan gejala stroke in evolution dimana
progresivitas penyakit semakin hari semakin parah.
Selain kelemahan yang dikeluhkan pasien, pada pemeriksaan
ditemukan parese nervus cranialis VII sentral sinistra dan parese
nervus cranialis XII sinistra sentral dan disatria. Hemiparesis pada
sisi kiri menunjukkan bahwa lesi iskemik terletak pada daerah
hemisfer serebri dextra. Pasien sudah berhenti merokok, tidak
minum alkohol, tidak memiliki hiperlipidemia, tidak menderita

35

diabetes, namun memiliki riwayat hipertensi yang tidak terkontrol


sejak 5 tahun yang lalu. Sehingga penyebab stroke pada pasien ini
kemungkinan besar adalah karena hipertensi yang tidak terkontrol.

DAFTAR PUSTAKA
1. Mahar Marjono, DR. Prof ; Neurologi Klinik Dasar. 2008.
Jakarta: Dian Rakyat.
2. Lumbantobing, DR. Prof. Neurologi Klinik-Pemeriksaan Fisik
dan Mental. 2008. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
3. Misbach et al (ed). Guidelines Stroke 2007. Jakarta: PERDOSSI.
4. D. Adams. Victors. Cerebrovasculer diseases in Principles of
Neurology 8th Edition. McGraw-Hill Proffesional. 2005. Hal: 66067
5. Simon, Roger P. Clinical Neurology 7th edition. 2009. USA: Mc
Graw Hill.
6. Duus, Peter.

2006.

Diagnosis

Topik

Neurologi

Anatomi,

Fisiologi, Tanda, Gejala. Jakarta: EGC.


7. Harsono. 2008. Buku Ajar Neurologi Klinis. Jakarta: PERDOSSI.
8. Aliah, A ; Kuswara, F.F ; Limoa, R.A ; Wuysang, G. Gambaran
Umum

Tentang

GPDO.

Dalam

Harsono:

Kapita

Selekta

Neurologi. UGM Press, Yogyakarta. 2000, 81 101.


9. Ranakusuma T. Pedoman Penatalaksanaan Stroke bagi Dokter
Umum dalam Updates in Neuroemergencies. 2002. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.

36

Anda mungkin juga menyukai