PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit hubungan seksual (PHS) adalah penyakit yang penularannya
terutamamelalui hubungan kelamin. Tempat terjangkitnyapenyakit tersebut tidak hanya
pada alat kelamin saja, tetapidapat terjadi diberbagaitempat di luar alat kelamin. Yang
tergolong penyakit hubungan seksual ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mola,
Limfogranuloma VenereumdanGranuloma Inguinale. Dari sudut epidemiologi ternyata
penyakit hubungan seksual berkembang sangat cepat berkaitan dengan pertambahan
dan terjadi migrasi penduduk, bertambahnya kemakmuran serta terjadi perubahan
perilaku seksual yang semakin bebas (Ida BagusGde Manuaba, 2008).
Penyakit kelamin terdapat banyak di negara manapun, baik di negara yang sedang
berkembang maupun yang sudah maju dan tersebar luas pada semua lapisan masyarakat
baik miskin maupun kaya. Sebagian besar penularannya dari sekelompokwanita yang
pekerjaannya menjual diri atau lebih dikenal dengan pekerja sekskomrsial. Seks bebas
dapat menyebabkan PHS. PHS dapat menimbulkan infeksi akut yang memerlukan
penangganan yang tepat. Salah satu penyakit tersebut adalahsifilis(Indan Entjang,
2006).
Di Indonesia, sifilismasih merupakan salah satumasalah dalam kesehatan
terutama karena efek primer yang tidaksakit dan dapat sembuh sendiri sehingga
penderita tidak segera datang berobat dan dapat menjadi sumber infeksi (Mulyono,
2006).
Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya penyakit sifilisdengan melakukan
tes VDRL (Venereal Disease Research Laboratories). VDRL merupakan tes screening,
karena tehniknya lebih mudah dan sensitivitasnya lebih tinggi untuk diagnosis penyakit
sifilis(Suria Djuanda, 2007).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Dasar Teori
Sifilis atau yang disebut dengan raja singa disebabkan oleh sejenis bakteriyang
berbentuk spiral atau spirochete yang disebut Treponema pallidum. Bakteri yang
berasal dari family spirochaetaceae ini memiliki ukuran sangat kecil
dandapat hidup hampir di seluruh bagian tubuh. Spirocaeta penyebab sifilis ini dapat
ditularkan dari satu orang ke orang lain melalui hubungan genito-genital(kelaminkelamin) maupun oro genital (seks oral). Infeksi ini juga dapatditularkan oleh seorang
ibu ke arah bayi selama masa kehamilan ( Maria, 2005 ).
Spirocaeta memperoleh akses melalui kontak antara lesi bawah
terinfeksisetiap kerusakan maupun mikroskopik dikulit, atau mukosa pejamu, sifilis
dapatdisembuhkan pada tahap-tahap infeksi, tetapi bila dibiarkan, penyakit
ini dapatmenjadi sistemik dan kronik (Price, 2003).
Genus treponema mencakup Treponema pallidum yang menyebabkan
sifilis; Treponema pallidum subspesies endomicum menyebabkan sifilis endemic(bejel);
dan Treponema corrateum menyebabkan penyakit pinta (Jawet, 1996).
Treponema berbentuk spiral teratur, langsing berukuran lebar kira-kira 0,2 m
dan panjangn ya antara 5-15 m, terdiri atas 8-24 lekukan. Spiral
m e l i l i t teratur berjarak 1 m satu sama lain. Organisme ini bergerak secara
aktif terus menerus berputar mengelilingi sumbu panjangnya. Sumbu panjan spiral
biasanya lurus, tetapi kadang-kadang dapat bengkok sehingga pada suatu saat
organisme ini d a p a t m e m b e n t u k l i n g k a r a n u t u h , k e m u d i a n k e m b a l i k e
posisi
terlihat
lurus
karena
kecuali
pewarnaan
dengan
imuno
baik
demikian
dengan
penerangan
fluoresensi.
oleh
zat
tipis,
mikroorganisme
tidak
Mikroorganisme
warna
ini
anilin,
ini
tetapi
tidak
dapat
terwarnai
terlihat
BAB III
METODELOGI
3.1
Pra Analitik
3
A.
Alat
B.
C.
D.
Reagent
Sampel
Probandus
Nama
:X
Umur
:X
Jenis kelamin : X
3.2
Analitik
A.
Prinsip
B.
C.
Metode
Prosedur
: Flokulasi
Bila di dalam test serum terdapat antibodi non spesifik
Terhadap Treponema pallidum, maka pada penambahan antigen non Treponema akan terjadi flokulasi.
: Flokulasi
: 1) 0,05 ml serum ditambah 1 tetes reagent VDRL.
2) Diaduk lalu dirotator dengan kecepatan 100 rpm
selama 8 menit.
3) Dibaca adanya flokulasi tepat setelah 1 2 menit.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
4.2
Pasca Analitik
A. Interpretasi Hasil
: 1) Reaktif kuat
2) Reaktif lemah
terjadi gumpalan.
3) Tidak reaktif
Hasil
Antigen
Reagent VDRL
Hasil
( + ) reaktif lemah
Keterangan
Terjadi gumpalan
4.3
Pembahasan
Venereal Disease Research Laboratory (VDRL) / Serum atau Cerebrospinal Fluid
(RPR) merupakan satu-satunya pemeriksaan laboratorium untuk neunurosipilis yang
disetujui oleh Centers for Disease Control. Penyakit Pemeriksaan VDRL merupakan
pemeriksaan penyaring atau Skrining Test, dimana apabila VDRL positif maka akan
dilanjutkan dengan pemeriksaan TPHA (Trophonema Phalidum Heamaglutinasi). Hasil
uji serologi tergantung pada stadium penyakit misalnya pada infeksi primer hasil
pemeriksaan serologi biasanya menunnjukkan hasil non reaktif. Troponema palidum
dapan ditemukan pada chancre. Hasil serologi akan menunjukan positif 1-4 minggu
setelah timbulnya chancre. Dan pada infeksi sekunder hasil serelogi akan selalu pisitif
dengan titer yang terus meningkat. Pasien yang terinfeksi bakteri treponema akan
membentuk antibody yang terjadi sebagai reaksi bahan-bahan yang dilepaskan karena
kerusakan sel-sel. Andibody tersebut disebut regain.
Pemeriksaan VDRL (Venereal Disease Research Laboratory ) kali ini
menggunakan sampel serum. Hasil yang diperoleh dari praktikum kali ini positif reaktif
lemah. Hal ini ditandai dengan terjadinya gumpalan pada reaksi penetesan serum dan
reagen antigen VDRL setelah dirotator selama 8 menit, dan dibaca terjadinya flokulasi.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Jadi berdasarkan hasil pemeriksaan VDRL menunjukkan reaktif lemah karena
terjadi gumpalan.
5.2
Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti dan berhati hati dalam melakukan percobaan
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Lesmana LA, Soewignyo, Akbar HN. Sulaiman HA, dan Noer HNS.1990. Steroid
Withdrawal dan Interferon Alfa Rekombinan pada Hepatitis B
Kronik.
Jakarta: PPHI
Handojo dan Indro.2004. Immunoassai Terapan Pada Beberapa Penyakit Infeksi. Surabaya
: Airlangga University Press.
Hardjoeno.
2007.
Interpretasi
Hasil
Tes
Laboratorium
Diagnostik .
Cet
5.
LAMPIRAN
Penetesan serum
7
hasil flokulasi tepat setelah 1- 2
menit
DISKUSI
Penyakit sifilis yaitu penyakit kelaminm yang disebabkan oleh Treponema pallidum.
Cara penularan pada penyakit sifilis yaitu :
1. Secara kongenital (plasenta).
2. Melalui hubungan seksual.
3. Melalui tranfusi darah secara langsung.
Macam macam pemeriksaan untuk sifilis yaitu :
1. Secara bakteriologi
- Mencari adanya bakteri Treponema pallidum.
2. Secara serologi
- Mencari antibodi spesifik
1) Aglutinasi
TPHA ( Treponema Pallidum Haemaglutination ).
TPA ( Treponema Pallidum Aglutination ).
2) Fixation complemen
RPCF ( Reiter Protein Complemen Fixation ).
TPCF ( Treponema Pallidum Complemen Fixation )
3) Imobilization
TPI ( Treponema Pallidum Imobilization ).
4) Fluoresence
FTA Abs ( Fluoresensi Treponema Antibodi Adsorbsi ).
FTA ( Fluoresensi Treponema Antibodi ).
- Mencari antibodi non spesifik
1) RPR ( Rapid Plasma Reagint ).
2) VDRL ( Veneral Disease Research of Laboratory ).
3) Murata.
4) Kahn.
8
5) Wasserman.
3. Secara imunologi / histopatologi
- Bentuk jaringan.
TPHA
Mencari antibodi spesifik
Aglutinasi
Antigen Treponema pallidum
Memerlukan inkubasi (1 jam)
RPR / VDRL
Mencari antibodi non spesifik
Flokulasi
Antigen non Treponema pallidum
Tidak memerlukan inkubasi (dirotator )
Pada dasarnya test serologi untuk sifilis dibagi atas 3 golongan besar yaitu :
1. Test yang menggunakan reagin sebagai antibodi dan lipoid sebagai antigen :
a. Test VDRL (Veneral Disease Research Of Laboratory ).
b. Test RPR ( Rapid Plasma Reagint ).
c. Test Cardiolipin Wasserman.
2. Test yang menggunakan strain saprofitik dari Treponema sebagai antigen :
Test RPCF ( Reiter Protein Complemen Fixation ).
3. Test yang menggunakan Treponema pallidumsebagai antigen :
a. Treponema Pallidum Immobilization ( TPI ).
b. Fluoresensi Treponema Absorption Test ( FTA-Abs ).
c. IgM - Fluoresensi Treponema Absorption Test ( IgM - FTA - Abs ).
d. 19 S - IgM Fluoresensi Treponema Absorption Test (19 S IgM FTA
Abs ).
e. Treponema Pallidum Haemaglutination Test ( TPHA ).
f. ELISA test.