Anda di halaman 1dari 3

1.

PENGLARUTAN
Suatu sifat yang penting dari koloid pelindung dalam larutan adalah
kesanggupan misel meningkatkan kelarytan bahan yang secara normal tidak larut,
atau larut sedikit sekali dalam medium dispersi yang digunakan. Fenomena ini dikenal
sebagai penglarutan (solubilasi).
Tempat molekul mengalami penglarutan dalam suatu misel berhubungan
dengan keseimbangan antara sifat polar dan non polar dari molekul tersebut.
Lawrence merupakan orang pertama yang membedakan berbagai tempat tersebut. Dia
mengutarakan bahwa molekul nonpolar dalam sistem air dari zat aktif permukaan
ionik terletak pada inti hidrokarbon dari misel tersebut, sedangkan molekul polar
cenderung teradsorpsi pada permukaan misel. Molekul polar-nonpolar akan
cenderung meluruskan diri dalam posisi di tengah di dalam molekul-molekul
surfaktan membentuk misel. Akan halnya misel yang terbentuk dari surfaktan non
ionik, senyawa-senyawa tertentu (misalnya fenol dan senyawa-senyawa yang
berhubungan dengan gugus hidroksi sanggup berikatan dengan oksigen eter dari
gugus polioksietilena dipegan antara rantai-rantai polioksietilena.
Ahli farmasi harus memperhatikan beberapa faktor bila ingin membuat sistem
terlarut yang baik. Zat aktif permukaan pada konsentrasi yang dipakai, jika digunakan
untuk obat dalam, harus besifat tidak toksis, bercampur dengan pelarut (biasanya air),
bercampur dengan bahan yang akan dilarutkan, bebas dari warna dan bau yang tidak
diinginkan, dan relatif tidak menguap. Toksisitas merupakan faktor yang sangat perlu
diperhatikan, oleh karena itu kebanyakan sistem terlarut bersumber pada surfaktan
non ionik. Jumlah surfaktan yang digunakan merupakan hal yang penting. Jika
digunakan terlalu banyak berlebih dari yang dikehendaki, baik dilihat dari
kemungkinan toksisitas dan berkurangnya absorpsi dan aktivitas jumlah yang tidak
mencukupi akan mengakibatkan mengendapnya zat-zat yang terlarut. Jumlah bahan
yang dapat dilarutkan oleh sejumlah surfaktan tertentu merupakan fungsi karakteristik
polar nonpolar dari surfaktan tersebut (biasanya dinyatakan dalam keseimbangan
hidrofil-lipofil atau HLB).
Ahli farmasi harus yakin bahwa konsentrasi zat aktif permukaan yang ada
merupakan konsentrasi optimum untuk sistem khusus itu. Stabilitas bahan terhadap
oksidasi dan hidrolisis bisa dimodifikasi dengan solubilasi. Akhirnya kemungkinan
meningkatnya toksisitas dari aditif bila digunakan dalam keadaan terlarut. Solubilasi
telah digunakan dalam farmasi untuk membuat larutan bahan-bahan yang
mengandung resin, fenobarbital, sulfa, vitamin, hormon, dan zat warna.

1.1

Titik Kraft dan Titik Kabut


Gambaran lain dari surfaktan yang membentuk misel meningkat dengan cepat

dalam kelarutan di atas suatu temperatur tertentu, yang dikenal sebagai titik kraft (Kt).
Titik Kraft adalah suatu titik temperatur dimana pada temperatur tersebut kelarutan
surfaktan sama dengan konsentrasi misel kritis, cmc. Dibawah Kt peningkatan
konsentrasi zat aktif permukaan mengakibatkan pengendapan, bukan pembentukan
misel. Surfaktan mempunyai kelarutan terbatas dan dibawah titik Kraft, kelarutannya
tidak cukup untuk miselisasi. Bila temperatur dinaikkan, kelarutan meningkat
perlahan-lahan. Pada titik Kraft, sesuai dengan konsentarasi misel kritis, kristal-kristal
surfaktan meleleh dan bergabung dengan membentuk misel. Misel-misel tersebut
sangat mudah larut, oleh karena itu terjadi kenaikan kelarutan dengan cepat dengan
naiknya temperatur diatas Kt. Tidak semua surfaktan menunjukkan kenaikan yang
cepat di atas suatu temperatur tertentu.
Temperatur dibawah kosolut

juga

diamati

untuk

banyak

surfaktan

polioksietilasi yang bersifat non ionik dalam larutan. Diatas temperatur ini akan
tampak kabut secara tiba-tiba. Titik temperatur ini disebut titik kabut. Surfktan
memisah sebagai suatu endapan, atau bila konsentrasinya tinggi sebagai suatu gel,
dari larutan air pada temperatur yang dinaikkan, karena penggabungan diri dan
hilanggnya air dari hidrasi molekul-molekul individual.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana

partikel-partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara campuran

homogen (larutan) dan heterogen (suspensi).


Sistem koloid terdiri atas dua fase yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase
pendispersi (fase luar, medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi.

Sementara itu, zat yang fasenya berubah merupakan zat terdispensi.


Sifat-sifat Koloid yaitu : efek tyndall, gerak brown, adsorpsi koloid, muatan koloid

sol, koagulasi, dan koloid pelindung.


Cara pembuatan sistem koloid dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan
atau memperkecil partikel suspensi. Ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem
koloid sol, yaitu :
- Metode kondensasi
- Metode dispersi

Untuk pertikel-partikel yang mngganggu pembuatan sistem koloid, digunakan metode


pemurnian yaitu: dialisis, elektrodialisis, dan penyaring ultra.

3.2

Saran
Sebaiknya dalam pemanfaatan penerapan sistem koloid ini, kita harus tetap

berpegang teguh pada prinsip agar apapun yang nantinya akan kit lakukan tidak melanggar
norma0norma yang berlaku di masyarakat serta tidak merugikan pihak lain. Dengan begitu
semua pihak akan merasa diuntungkan oleh apa yang kita lakukan.

Anda mungkin juga menyukai