Anda di halaman 1dari 5

Kolesterol merupakan steroid hewani yang terdapat paling meluas dan dijumpai dalam hampir

semua jaringan hewan. Kolesterol merupakan zat antara yang diperlukan dalam biosintesis
hormon storoid namun tak merpakan keharusan dalam makanan (Fessenden ,1986).

Kolesterol di dalam tubuh di produksi oleh hepar, ia diangkut di dalam plasma terutama sebagai
LDL. Kolesterol dieksresikan ke dalam empedu sebagai kolesterol yang tidak berubah atau sebagai
asam kolat atau kenodeoksikolat (asam empedu) (Baron, 1991). Kolestrol merupakan satu-satunya
steroid yang ada dalam konsentrasi yang bisa dinilai diseluruh tubuh. Kolestrol diet yang berasal
dari hewan diabsorbsi dalam jumlah terbatas kedalam sistem limfatik bila ada garam-garam
empedu dan setelah esterifikasi parsial dengan asaam-asam lemak. Kecuali ergosterol (pro-
vitamin D), steroid tumbuh-tumbuhan diabsorbsi buruk oleh manusia. Sebagian besar kolesterol
yang dibutuhkan tubuh disintesa secara endogen dari asetil Ko-A melalui -hidroksi--metil
glutamine KoA. Mungkin semua sel sanggup mensintesa kolesterol, tetapi sebagian terbesar
kolesterol di dalam tubuh di produksi oleh hepar. Ia diangkut di dalam plasma terutama sebagai
LDL (Baron,1995).

Kolesterol adalah komponen dari membran sel dan merupakan prekusor untuk hormon steroid
dan asam empedu yang disintesis oleh sel-sel tubuh dan diserap dengan makanan. Kolesterol
diangkut dalam plasma melalui lipoprotein, yaitu kompleks antara lipid dan apolipoproteins
(Swastini dan Astuti, 2007).

Kolesterol merupakan jenis steroid yang paling dikenal. Dengan 27 karbon, kolesterol
dibiosintesis dari lanosterol. Kolesterol terdapat dalam semua sel hewan terutama terkonsentrasi
dalam otak dan sumsum tulang belakang. Kolesterol diperoleh dari hasil sintesis didalam hati.
Bahan bakunya diperoleh dari karbohidrat, protein dan lemak (Baron, 1995). Jumlah yang
disintesis bergantung pada kebutuhan tubuh dan jumlah yang diperoleh dari makanan. Menurut
Almatsir (2001), batas anjuran konsumsi kolesterol dalam makanan adalah 300 mg/hari.

Gambar 1.Struktur kolesterol

Kolesterol merupakan penyusun utama batu empedu. Kolesterol berfungsi membantu absorbsi
asam lemak dari usus kecil, juga merupakan prazat (prekursor) bagi pembentukan asam empedu,
hormon steroid, dan vitamin D (Harper, 1980). Kadar kolesterol dalam darah berhubungan dengan
penyakit jantung koroner dan pengerasan pembuluh darah (atherosclerosis). Kolesterol di dalam
darah beredar tidak dalam keadaan bebas, akan tetapi berada dalam partikel-partikel lipoprotein.
Fungsi kolesterol adalah untuk mensintesis (membuat) membran sel, mengubah fluiditas sel dan
mensintesis hormon steroid dan asam empedu (Tapan, 2005 ). Nilai kolesterol dalam darah yang
dianjurkan adalah < 200 mg/dL, untuk resiko sedang sebesar 200-239 mg/dL, dan untuk resiko
tinggi 240 mg/dL.

Table 1. Nilai rujukan untuk kolesterol

USIA (Tahun) NILAI RUJUKAN (mg/dL)

< 29 < 200


30 39 < 225

40 49 < 245

> 50 < 265

(Suryaatmaja,M ,2004).

Kemampuan sel untuk menyerap kolesterol ada batasnya. Kolesterol yang tidak bisa terserap
dalam jaringan akan tetap tinggal di pembuluh darah dan membentuk plak. Jika hal ini terjadi
terus-menerus dan bertahun-tahun pembuluh darah tersebut akan tersumbat. Sumbatan bisa
fatal jika terjadi pada pembuluh-pembuluh darah yang penting misalnya otak (menyebabkan
stroke) ataupun pembuluh darah koroner (serangan jantung) (Tapan, 2005 ).

Lipoprotein merupakan senyawa kompleks antara lemak dan protein yang disintesis didalam hati.
Dalam serum darah lipoprotein terdiri atas 4 jenis, yaitu kilomikron, very low density lypoprotein
(VLDL), low density lypoprotein (LDL), dan high density lypoprotein (HDL) (Devlin, 1992).

Empat kelas lipoprotein yang berbeda menunjukkan hubungan yang berbeda untuk
anterosklerosis koroner. Kolesterol LDL memberikan kontribusi untuk pembentukan plak
aterosklerotik dalam arteri intima dan sangat terkait dengan penyakit jantung kokoroner (PJK) dan
mortalitas (Devlin, 1992).

1) LDL (low density lypoproteins)

LDL merupakan lipoprotein pengangkut terbesar pada manusia (sekitar 70%). LDL berperan
mengangkut kolesterol dari hati ke jaringan perifer. LDL berasal dari kolesterol dalam makanan.
Peningkatan LDL akan menyebabkan kolesterol menumpuk dalam jaringan (sel-sel dan organ
tubuh). Kolesterol LDL dianggap sebagai kolesterol jahat dan kolesterol-HDL dianggap sebagai
kolesterol baik/ pelindung (Tapan, 2005 ).

Table 2. Nilai rujukan untuk kolesterol LDL

PARAMETER NILAI RUJUKAN (mg/dL)

Nilai yang dianjurkan < 130

Resiko sedang 130 159

Resiko tinggi 160

(Suryaatmaja,M. 2004).

LDL mengandung kolesterol yang cukup tinggi, hal ini berarti bahwa dengan peningkatan kadar LDL
di dalam darah selalu disertai hiperkolesterolemia. Apabila kadar HDL di dalam serum darah
rendah maka kolesterol yang dimetabolisme relatif sedikit, sehingga banyak kolesterol yang
tertimbun. Akibat penimbunan ini terjadi hiperkolesterolemia, dan lebih lanjut akan menjadi
atherosclerosis, yaitu terjadi pengendapan kolesterol dan lipida lainnya pada dinding arteri, dan
lebih lanjut akan terjadi pengerasan dinding arteri tersebut (Mathews dan van Holde, 1991).

2) HDL (high density lypoproteins)


Karena lipoprotein mengandung enersi, bahan pembuat membran dan homon steroid maka zat
tersebut perlu disampaikan ke jaringan yang membutuhkannya. Lipoprotein selain bertugas
menyalurkan bahan-bahan tersebut di atas, pekerjaan yang lain mengambil bahan yang berlebihan
dari jaringan porifer sehingga mencegah penimbunan lemak dan ateroskeloris (Tapan, 2005 ).
Sebagian kolesterol yang sudah terangkut tersebut masuk ke hati dan diubah menjadi asam
empedu, yang kemudian dikeluarkan ke usus untuk mengaktifkan absorbsi lemak. HDL
bertanggung jawab atas penyerapan kolesterol dari sel (Tapan, 2005 ).

HDL mengandung 3% trigliserida; 18% kolesterol; 50% protein, dan 30% fosfolipida. HDL berfungsi
mengangkut kolesterol ke hati untuk didegradasi menjadi asam empedu dan dibuang dalam
kantong empedu. Seperempat sampai sepertiga bagian dari lipoprotein adalah protein dan
selebihnya adalah lipida. Lipoprotein mempunyai fungsi mengangkut lipida didalam plasma ke
jaring-jaring yang membutuhkannya sebagai sumber energi. Sebagai komponen membrane sel
atau sebagai prekursor metabolit aktif (Devlin, 1992).

HDL dianggap mempunyai daya pelindung, anti aterogenik. Mekanisme yang diajukan adalah
bahwa HDL mengangkut kolesterol dari sel kembali ke hati, mencegah pembentukan sel busa,
menghambat molekul adhesi yang memungkinkan monosit masuk ke bawah sel endotel dinding
arteri, menghambat perubahan oksidatif oleh LDL . Kadar kolesterol HDL yang rendah dianggap
kurang baik/ resiko tinggi (Boehringer M, 1996).

Dari hasil penelitian diperoleh suatu kenyataan bahwa HDL mempunyai sifat spesifik, karena
hubungannya yang bersifat negatif terhadap atherosclerosis dan hiperkolesterolemia. Semakin
tinggi kadar kolesterol-HDL dalam serum darah maka akan semakin kecil kemungkinan individu
tersebut mengalami penyakit atherosclerosis (Sunaryo, dkk, 1985). Lebih lanjut Linder (1985)
mengatakan bahwa orang yang mempunyai kadar kolesterol sekitar 260 mg/100 ml darah
mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar untuk terkena penyakit jantung koroner dari pada
orang yang kadar kolesterolnya di bawah 220 mg/100ml.

Sejalan dengan kemajuan pengetahuan dan teknologi pemeriksaan maka dikenalnya lipoprotein.
Sejak tahun 1970-an, telah diperiksa beta-lipoprotein yang kemudian pada akhir 1970-an diikuti
dengan low density lypoproteins (LDL) dan high density lypoproteins (HDL), dalam hal ini yang
diperiksa adalah kandungan kolesterolnya yaitu kolesterol-LDL dan kolesterol-HDL (Boehringer M,
1996). LDL dapat masuk menembus endotel pembuluh darah nadi dan kemudian mengalami
perubahan dan akhirnya menunjukkan ditangkap oleh makrofag dan membentuk sel busa. Sudah
banyak studi epidemologis yang menunjukkan bahwa LDL merupakan faktor utama aterogenik,
dimana peningkatan kadar kolesterol-LDL memberikan angka kejadian PKJ (Sunaryo, dkk, 1985).

Tabel 3. Nilai rujukan untuk kolesterol HDL

Usia Nilai Rujukan laki-laki (mg/dL) Nilai Rujukan Perempuan (mg/dL)

20 24 30 63 33 79

25 29 31 63 37 83

30 34 28 63 36 77

35 39 29 62 34 82

40 44 27 67 34 88

45 49 30 64 34 87
50 54 28 63 37 92

(Suryaatmaja,M. 2004).

3) PJK

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab kematian yang utama didunia dengan 16,7
juta kematian per tahunnya dan cenderung mengalami peningkatan . Di Indonesia, 36 juta
penduduk menderita penyakit ini dan 80% diantaranya meninggal akibat serangan jantung
mendadak (Anonim, 2008). Penyakit jantung koroner disebabkan oleh pembentukan plak di dalam
arteri pembuluh darah jantung. Plak terdiri atas kolesterol, kalsium dan bahan lain di dalam
pembuluh darah jantung (arteri koronaria) serta arteri ditempat lain. Proses ini disebut dengan
pengerasan arteri atau atherosclerosis atau ateroma (Davidson, 2003).

Faktor lain penyebab terjadinya PJK adalah merokok, riwayat PJK dalam keluarga pada umur
kurang dari 55 tahun, penyakit gula, penyakit pembuluh darah dan kegemukan (Bahri,2004). Pada
suatu observasi, kebanyakan PJK terjadi pada laki-laki (60%) dibandingkan wanita (40%). Hal ini
disebabkan proteksi wanita yang baik terhadap faktor resiko, proteksi hormonal, dan perbedaan
metabolisme pria dan wanita (Nababan, 2008).

4) Hiperkolesterolemia

Hiperkolesterolemia adalah peninggian kadar kolesterol di dalam darah. Tingginya kadar kolesterol
darah merupakan problem yang serius karena merupakan salah satu faktor resiko utama
terjadinya penyakit jantung koroner (PJK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa resiko terjadinya
aterosklerosis atau PJK akan meningkat bila kadar kolesterol darah meninggi. Telah dibuktikan pula
bahwa dengan menurunkan kadar kolesterol darah dapat mengurangi resiko tersebut (Bahri,
2004).

Tubuh sendiri memproduksi kolesterol sesuai kebutuhan melalui hati. Bila terlalu banyak
mengkonsumsi makanan yang mengandung kolesterol maka kadar kolesterol dalam darah bisa
berlebih sehingga terjadi hiperkolesterolemia. Kelebihan kadar kolesterol dalam darah akan
disimpan di dalam lapisan dinding pembuluh darah arteri, yang disebut sebagai plak atau ateroma
(sumber utama plak berasal dari kolesterol LDL). Sedangkan HDL membawa kembali kelebihan
kolesterol ke dalam hati sehingga mengurangi penumpukan kolesterol didalam dinding pembuluh
darah). Ateroma berisi bahan lembut seperti keju, mengandung sejumlah lemak, terutama
kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat (Fitriani Lumonggo, 2007).

Tidak semua kolestrol meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung. Kolesterol yang dibawa
oleh LDL (disebut juga kolesterol jahat) menyebabkan meningkatnya resiko ; kolesterol yang
dibawa oleh HDL (disebut juga kolesterol baik) menyebabkan menurunnya resiko dan
menguntungkan (Davidson, 2003).

5) Atherosclerosis

Kolesterol merupakan jenis lipid yang menyusun membran plasma. Kolesterol juga menjadi bagian
dari beberapa hormon. Kolesterol berhubungan dengan pengerasan arteri. Dalam hal ini timbul
plak pada dinding arteri menyempit, penurunan kemampuan untuk meregang. Pembentukan
gumpalan dapat menyebabkan infark miokard dan stroke (Davidson, 2003).

Atherosclerosis dapat menyerang arteri pada otak, jantung, ginjal dan organ vital lainnya. Apabila
astherosclerosis terjadi pada arteri yang mensuplai darah ke otak maka akan menyebabkan
terjadinya stroke, dan bila terjadi pada arteri coronaria dapat menimbulkan penyakit jantung
iskemia yang dapat menyebabkan kematian (Fitriani Lumonggo, 2007).

Faktor resiko mayor:

a) Hiperkolesterolemia

b) Hipertensi

c) Merokok

d) Diabetes Melitus (Fitriani Lumonggo, 2007).

Anda mungkin juga menyukai