Laporan Praktikum Biokim Enzim Katalase Pada Darah
Laporan Praktikum Biokim Enzim Katalase Pada Darah
Satya
Wacana
I.
Pendahuluan
Enzim termasuk dalam kelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis pada reaksi-reaksi
biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai biokatalisator yang dihasilkan oleh jaringan yang
berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan itu sendiri. Semua enzim yang diketahui hingga
kini hampir seluruhnya adalah protein. Berat molekul enzim pun sangat beraneka ragam, meliputi
rentang yang sangat luas (Suhtanry & Rubianty, 1985).
Katalase merupakan enzim yang mengandung empat gugus heme, pada tulang, membran mukosa,
ginjal dan hati. Aktifitas enzim ini ditemukan dalam mitokondria, sitoplasma dan peroksosom.
Katalase memiliki empat rantai polypeptide, masing-masing terdiri dari 500 lebih asam amino.. Enzim
Katalase termasuk enzim hidroperoksidase, yang melindungi tubuh terhadap senyawa-senyawa
peroksida yang berbahaya. Penumpukan senyawa peroksida dapat menghasilkan radikal bebas, yang
selanjutnya akan merusak membran sel dan kemungkinan menimbulkan penyakit kanker serta
arterosklerosis. Memiliki kemampuan untuk inaktivasi hidrogen peroksida. Senyawa H2O2 dihasilkan
oleh aktivitas enzim oksidase, H2O2 berpotensi menimbulkan radikal karena membentuk OH
(Wicaksana, 2015).
Enzim Katalase Hidrogen peroksida (H2O2) merupakan hasil dari respirasi dan dibuat dalam
seluruh sel hidup. H2O2 berbahaya dan harus dibuang secepatnya. Enzim katalase diproduksi sel
untuk mengkatalis H2O2. Katalase berperan sebagai enzim peroksidasi khusus dalam reaksi
dekomposisi hydrogen peroksida menjadi oksigen dan air. Enzi mini mampu mengoksidasi 1 molekul
hydrogen peroksida menjadi oksigen. Kemudian secara simultan juga dapat mereduksi molekul
hydrogen peroksida kedua menjadi air. Reaksi dapat berjalan bila terdapat senyawa pemberi ion
hydrogen (AH2) seperti methanol, etanol dan format. Peran katalase dalam mengkatalis H2O2 relatif
lebih kecil dibandiingkan dengan kecepatan pembentukannya. Sel-sel yang mengandung katalase
dalam jumlah sedikit sangat rentan terhadap peroksida. Oleh karena itu katalase berperan penting
dalam mekanisme pertahanan sel darah merah terhadap serangan oksidaror hydrogen peroksida
(Anonim, 2013).
Darah manusia digunakan untuk sampel pada praktikum ini karena pada sampel darah terdapat
enzim katalase yang cukup banyak. Praktikum ini menguji secara kuantitatif mengenai aktivitas enzim
katalase, yang dipengaruhi oleh variasi suhu dan variasi konsentrasi sampel pada masing-masing
tabung reaksi. Perubahan suhu merupakan inhibitor yaitu zat yang menghambat/ mempercepat
terjadinya reaksi dalam hal ini menghambat reaksi respirasi seluler dan berikatan dengan sisi aktif
enzim. Sifat kerja dari inhibitor berlawanan dengan enzim (Lehninger, 1998). H 2O2 merupakan salah
satu senyawa Reactive Oxygen Spesies (ROS), adapun penentuan aktivitas enzim katalase dapat
dilakukan berdasarkan prinsip/metode dimana dichromate dalam asam asetat direduksi menjadi
chromic acetate ketika dipanaskan pada adanya hidrogen peroksida (H2O2), dengan membentuk asam
perchromic sebagai senyawa antara yang tidak stabil. Konsentrasi Hidrogen peroksida berhubungan
secara proporsional langsung dengan konsentrasi chromic acetate yang diproduksi dari reaksi.
Chromic acetate yang dihasilkan diukur secara kolorimetrik pada 570 nm (Angga, 2015).
II.
Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui aktivitas enzim katalase.
III.
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas enzim katalase didapatkan hasil sebagai berikut.
Tabel 1. Aktivitas Enzim Katalase
No
Kelompok Pengenceran
.
1.
I Penganceran 40X
2.
III Penganceran 80X
3.
IV Pengenceran 40X
B. Pembahasan
Pada praktikum pengujian aktiitas katalase ini digunakannya sampel darah karena pada darah
terdapat banyak enzim katalase sehingga dapat diuji aktvitas enzimnya. Penambahan H 2O2 digunakan
untuk mengkondisikan seperti di dalam tubuh. H 2O2 sebagai substrat dari enzim katalase (Xavier,
2006). Percobaan aktivitas enzim katalase ini dapat diukur melalui beberapa tahapan metode yang
diawali dengan penambahan bufer fosfat ke sampel darah yang bertujuan untuk mempertahankan/
menstabilkan pH pada darah supaya pH dalam darah tetap konstan. Selanjutnya sampel diuji secara
kolorimetri dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 570 nm sehingga dapat diketahui nilai
absorbansinya pada masing-masing konsentrasi. Dengan mengetahui nilai absorbansi tersebut, maka
dapat diketahui kadar hidrogen peroksida (H2O2) sisa yang diperoleh dari data pengukuran seri
absorbansi (Angga, 2015), pada hasil reaksi uji katalase timbulnya gelembung-gelembung gas
beberapa saat setelah H2O2 diteteskan pada masing-masing tabung sampel. Timbulnya gelembung
menandakan bahwa pada uji katalase menghasilkan gelembung gas O2. Hal ini menunjukkan enzim
katalase yang dapat memecah H2O2 menjasi H2O dan O2 (Anonim2, 2014).
Suhu juga berperan mempengaruhi pada aktivitas enzim katalase, karena sifat enzim yang
termolabil dan sangat sensitive terhadap perubahan suhu sehingga berdampak langsung pada aktivitas
enzim katalase. Pada praktikum aktivitas enzim yang sedang diinkubasi pada suhu 37 oC dengan
waterbath aktivitas enzim katalase naik. Hal ini dikarenakan pada enzim katalase berkerja optimal
pada suhu ruang disebabkan pada suhu ruang suhu semakin tinggi sehingga aktivitas enzim
katalasepun semakin tinggi. Aktivitas enzim meningkat seiring dengan meningkatnya suhu, namun
perlu diingat bahwa suhu optimum enzim katalase untuk bekerja adalah sekitar 37 oC (Fruton, 1962),
karena itu enzim katalase dapat bekerja cukup optimal di dalam tubuh manusia, karena manusia
memiliki suhu tubuh 36,5 hingga 37,5 oC. sedangkan apabila perlakuan suhu yang terlalu tinggi juga
mempengaruhi aktivitas enzim hal ini dibuktikan ketika enzim diinkubasi pada suhu 100 oC selama
10 menit aktivitas enzim katalase mulai menurun hal ini dikarenakan enzim akan terdenaturasi pada
suhu lebih dari 100 oC (Hermansyah, 2012).
Dari pengamatan tersebut dapat kita simpulkan bahwa konsentrasi enzim berbanding lurus
dengan kecepatan enzim., artinya semakin tinggi konsentrasi serum sampel darah pada larutan, yang
dapat dilihati dengan warna larutan yang semakin gelap/ pekat, maka aktivitas enzim katalase
semakin besar juga. Percobaan ini telah sesuai dengan prinsip yang terdapat pada pustaka yaitu
apabila semakin besar konsentrasi enzim, maka semakin tinggi juga aktivitas enzim dalam memecah
substrat yang dikatalisis. Peningkatan konsentrasi enzim ini akan berpengaruh dalam meningkatkan
kecepatan reaksi enzimatik. Dapat disimpulkan juga bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v) berbanding
lurus dengan konsentrasi enzim [E]. Semakin banyak produk yang terdapat dalam pengamatan
semakin banyak pula produk yang terbentuk dalam tiap waktu pengamatan, maka semakin besar juga
konsentrasi enzim pada produk tersebut. (Shantycha, 2014)
IV.
Daftar Pustaka