Satya
Wacana
I.
Pendahuluan
Enzim termasuk dalam kelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis pada reaksi-reaksi
biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai biokatalisator yang dihasilkan oleh jaringan yang
berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan itu sendiri. Semua enzim yang diketahui hingga
kini hampir seluruhnya adalah protein. Berat molekul enzim pun sangat beraneka ragam, meliputi
rentang yang sangat luas (Suhtanry & Rubianty, 1985).
Pada enzim dikenal beberapa istilah diantaranya holoenzim, apoenzim, kofaktor, gugus prostetik,
koenzim, dan substrat. Apoenzim adalah suatu enzim yang seluruhnya terdiri dari protein, sedangkan
holoenzim adalah enzim yang mengandung gugus protein dan gugus non protein. Gugus yang bukan
protein tadi dikenal dengan istilah kofaktor. Pada kofaktor ada yang terikat kuat pada protein dan
sukar terurai dalam larutan yang disebut gugus prostetik dan adapula yang tidak terikat kuat pada
protein sehingga mudah terurai yang disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim,
keduanya merupakan bagian yang memungkinkan enzim bekerja pada substrat. Substrat merupakan
zat-zat yang diubah atau direaksikan oleh enzim (Poedjadi, 2006).
Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa. Ada tiga macam
enzim amilase, yaitu amilase, amilase dan amylase, yang terdapat dalam saliva (ludah) dan
pankreas adalah amilase. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut
endo amilase karena pada enzim ini memecah bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum
(Poedjiadi, 2006).
Molekul enzim seperti bentuk protein pada umumnya, enzim memiliki struktur tiga dimensi.
jenis-jenis struktur protein tersebut yang mendukung akivitas enzim sebagai biokatalisator. Enzim
akan kehilangan sifat dan kemampuannya bila kedua faktor tidak terpenuhi, seperti jenis-jenis
struktur, suhu dan pH yang tidak sesuai (Sadikin, 2002).
II.
Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui aktivitas enzim amilase
Metode kerja dilakukan dengan dikumpulkan dan tempatkan saliva pada gelas hingga
mencapai volume 5-10 ml. untuk metode Penentuan aktivitas amylase dilakukan 1 ml saliva
diencerkan menjadi 10 ml dengan buffer fosfat 0,1M pH 7. 4tabung reaksi y diberi label A-E, Ke
masing-masing dimasukkan saliva yang telah diencerkan sebesar 1 ml, ditambahkan masing-masing
dengan 1ml larutan pati 0,0; 0,1; 0,2; 0,4; dan 0,8%, lalu diinkubasi selama 15 menit suhu 37 oC
dalam waterbath , pada akhir reaksi, ditambahkan1 ml HCl 1N, pada masing tabung reaksi ditetesi 1
ml lar. yodium(0,2% iodin dan 2% Kalium iodida), ukur absorbansi larutan dengan panjang
gelombang 580 nm, dan digunakan tabung A sebagai blanko.
Lalu dihitung kadar pati sisa ditentukan menggunakan kurva standar dibuat dari data pengukuran
absorbansi deret standar konsentrasi , lalu aktivitas enzim amilase saliva ditentukan dengan rumus :
1U = [S]/ T, penentuan konsentrasi pati pada larutan standar, dibuat seri konsentrasi pati dari
larutan stok pati 1%, menjadi 0; 0,1; 0,2;0,3; 0,4; 0,8; dan 1%, tabung reaksi dimasukan konsentrasi
pati yang dibuat 1 ml larutan pati dan 1 mllarutan yodium, terakhi diukur absorbansi larutan
pada panjang gelombang 580 nm, diplotkan data konsentrasi pati pada sumbu X dan data absorbansi
pada sumbu Y, lalu dibuat persamaan garis lurus.
III.
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas enzim amylase didapatkan hasil sebagai berikut.
Grafik 1. Persamaan Garis Lurus Lineweaver
Lineweaver-Burk Plot
13
11
f(x) = 0.52x + 0.84
9
1/V
1/v
Linear (1/v)
3
1
-5
-10
-3
10
15
20
25
1/[S]
Km
0.612987631
B. Pembahasan
Pada praktikum digunakan 2 parameter untuk mengukur aktivitas enzim,menggunakan
kinetika enzim untuk penentuan Km (Konstanta michaelis) dan Vmax (Kecepatan maksimum). Nilai
Km tidak bergantung besarnya konsentrasi enzim , apabila Vmax besarnya dipengaruhi olek
IV.
Daftar Pustaka