Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN

PENGUKURAN KANDUNGAN KLOROFIL DAN PIGMEN PADA


TUMBUHAN

Nama :
Aldo Pramudya (432015010)
Heleri (432015007)
Marselinda Tamar Nanda (432014018)

Gol/Kel.:
II (Dua)/Pagi

Asisten:
Agus Sulistiyono
Ruth Happy
Eko Budi Santoso

FAKULTAS BIOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017
A. Tujuan

Praktikum ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan kandungan klorofil daun
pada berbagai tahap perkembangan, menentukan jenis pigmen yang ada pada jenis daun
tertentu, serta menentukan kandungan pigmen fotosintesis pada kelompok tanaman tertentu.

B. Dasar Teori

Semua Makhluk hidup yang ada di alam ini memerlukan energi untuk mempertahankan
kehidupannya. Sama halnya dengan tumbuhan yang dalam mempertahankan kehidupannya
memerlukan adanya pemasukan energi yang terjadi secara terus-menerus. Tumbuhan dapat
memperoleh energi melalui serangkaian proses fotosintesis melalui pengubahan energi
cahaya menjadi energi kimia. fotosintesis itu suatu proses penyusunan (anabolisme atau
asimilasi) dimana energi diperoleh dari sumber cahaya dan disimpan sebagai zat kimia,
penggunaan energi kimia terjadi melalui oksidasi senyawa-senyawa organik hasil fotosintesis
atau proses sintesis lain. (Dwidjoseputro, 1985). Umumnya, suatu tumbuhan dapat
melakukan proses fotosintesis karena tumbuhan mengandung pigmen yang mampu menyerap
cahaya yang nantinya digunakan dalam proses fotosintesis. Salah satu pigmen tersebut adalah
klorofil.

Klorofil merupakan zat hijau daun yang terdapat pada semua tumbuhan hijau yang
berfotosintesis. Klorofil adalah pigmen berwarna hijau yang terdapat dalam kloroplas. Pada
tumbuhan tingkat tinggi, kloroplas terutama terdapat pada jaringan parenkim palisade dan
parenkim spons daun. Dalam kloroplas, pigmen utama klorofil serta karotenoid dan xantofil
terdapat pada membran tilakoid (Sumaenda, 2011). Pada tumbuhan tingkat tinggi, klorofil a
dan klorofil b merupakan pigmen utama fotosintetik, yang berperan menyerap cahaya violet,
biru, merah dan memantulkan cahaya hijau. Molekul klorofil adalah suatu derivat porfirin
yang mempunyai struktur tetrapirol siklis dengan satu cincin pirol yang sebagian tereduksi
(Sumenda, 2011).

Klorofil sebagai suatu pigmen pemberi warna hijau pada tumbuhan, alga dan bakteri
fotosintetik. Senyawa ini yang berperan dalam proses fotosintesis tumbuhan dengan
menyerap dan mengubah tenaga cahaya matahari menjadi tenaga kimia. Dengan proses
fotosintesis, terdapat 3 fungsi utama dari klorofil yaitu yang pertama memanfaatkan energi
matahari, kedua memicu fiksasi CO2 menjadi karbohidrat dan yang ketiga menyediakan dasar
energetik bagi ekosistem secara keseluruhan (Yasa, 2009). Pada tanaman tingkat tinggi ada 2
macam klorofil yaitu klorofil-a (C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau tua dan klorofil-b
(C55H70O6N4Mg) yang berwarna hijau muda. Klorofil-a dan klorofil-b paling kuat menyerap
cahaya di bagian merah (600-700 nm), sedangkan yang paling sedikit cahaya hijau (500-600
nm). Sedangkan cahaya berwarna biru dari spektrum tersebut diserap oleh karotenoid.
Adapun pada beberapa jenis tumbuhan yang lain mempunyai klorofil c (diatom, alga perang)
dan klorofil d (alga merah).

Faktor utama pembentuk klorofil adalah nitrogen (N). Unsur N merupakan unsur hara
makro. Unsur ini diperlukan oleh tanaman dalam jumlah banyak. Unsur N diperlukan oleh
tanaman, salah satunya sebagai penyusun klorofil. Klorofil menyebabkan cahaya berubah
menjadi radiasi elektromagnetik pada spektrum kasat mata (visible). Cahaya matahari
mengandung semua warna spektrum kasat mata dari merah sampai violet, tetapi seluruh
panjang gelombang unsurnya tidak diserap dengan baik secara merata oleh klorofil. Klorofil
dapat menampung energi cahaya yang diserap oleh pigmen cahaya atau pigmen lainnya
melali fotosintesisi, sehingga fotosintesis disebut sebagai pigmen pusat reaksi fotosintesis.
Dalam proses fotosintesis tumbuhan hanya dapat memanfaatkan sinar matahari dengan
bentuk panjang gelombang antara 400 700 nm.

C. Metode

Dalam praktikum tentang percobaan pengukuran kandungan klorofil dan pigmen pada
tumbuhan digunakan bahan yakni sampel daun dan alkohol 95%, sedangkan alat yang
digunakan meliputi mortar dan pestel, labu ukur 25 ml, kertas saring, corong pisah, kuvet,
dan spektrofotometer model spektronik-20. Adapun metode kerja dalam praktikum ini
dilakukan dengan cara sampel daun yang akan digunakan ditimbang terlebih dahulu sebanyak
0,04 gram dan diiris kecil. Irisan daun kemudian digerus dalam alkohol 95% dengan mortar
dan pestel. Setelah itu, ekstrak klorofil disaring dengan kertas saring dan filtrat dimasukkan
di dalam labu ukur 25 ml. Selanjutnya ditambahkan alkohol 95% hingga volume 25 ml.
Filtrat kemudian dihomogenkan dan diukur nilai absorbansinya pada panjang gelombang 400
nm, 645 nm, dan 663 nm.

D. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yakni tentang percobaan pengukuran


kandungan klorofil dan pigmen pada tumbuhan, maka didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Kandungan Pigmen Klorofil dan Karoten Pada Sampel Daun


Perlakuan Total klorofil Klorofil a (g/L) Klorofil b (g/L) Karoten
(g/L)
Tanpa K 0,004 (g/L) 0,002 (g/L) 0,022 (g/L) 0,154
Tanpa N 0,002 (g/L) 0,001 (g/L) 0,001 (g/L) 0,107
Tanpa Fe 0,010 (g/L) 0,004 (g/L) 0,005 (g/L) 0,257
Tanpa P 0,001 (g/L) 0,001 (g/L) 0,001 (g/L) 0,049
Medium 0,003 (g/L) 0,002 (g/L) 0,001 (g/L) 0,103
Lengkap
Medium Ca 0,001 (g/L) 0,001 (g/L) 0,001 (g/L) 0,057
Tanpa S 0,003 (g/L) 0,002 (g/L) 0,001 (g/L) 0,152
Tanpa Mg 0,005 (g/L) 0,003 (g/L) 0,001 (g/L) 0,212

Dari hasil yang diperoleh diatas dapat dijelaskan bahwa pada praktikum kali ini
dilakukan pengukuran kandungan klorofil pada sampel daun tomat (Solanum lycopersicum)
yang sebelumnya telah diberi perlakuan beberapa jenis unsur hara. Daun tersebut diekstrak
dengan alkohol hingga semua pigmen klorofil pada daun larut. Dalam hal ini alkohol
digunakan sebagai pelarut untuk melarutkan pigmen-pigmen yang ada pada sampel daun
yang digunakan. Filtrat yang telah diperoleh kemudian diukur nilai absorbansinya dengan
metode yang didasarkan pada prinsip kerja spektrofotometri. Metode ini didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu jalur larutan berwarna pada panjang
gelombang spesifik sehingga dapat diperoleh nilai absorbansi dari ekstrak klorofil yang
diukur (Prastyo dan Laily, 2015).

Pengukuran nilai absorbansi dilakukan pada panjang gelombang 480, 645, dan 663
karena serapan maksimal atau tertinggi dari pigmen klorofil serta karotenoid terjadi pada
panjang gelombang tersebut. Prinsip kerjanya adalah menentukan kadar klorofil dengan
spektrum cahaya (panjang gelombang) tertentu yang dipancarkan ke molekul klorofil didalam
alat tersebut. Senyawa tertentu hanya menyerap foton yang bersesuaian dengan panjang
gelombang tertentu dan oleh karena itu setiap pigmen memiliki spektrum absorbsinya yang
unik. Klorofil a dan klorofil b karena memiliki absorbsi spektrumnya yang kuat pada kisaran
panjang gelombang 600-700 nm. Klorofil-a (C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau tua dan
klorofil-b (C55H70O6N4Mg) yang berwarna hijau muda. Klorofil-a dan b paling kuat menyerap
cahaya di bagian merah (600-700 nm), sedangkan yang paling sedikit cahaya hijau (500-600
nm). Nilai absorbansi (OD) yang diperoleh tersebut selanjutnya akan digunakan untuk
menghitung dan mengetahui kandungan klorofil sampel yang diuji (Nurdin, 2009).

Dari hasil yang diperoleh pada tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah total klorofil
dan karoten tertinggi pada daun tomat dengan perlakuan tanpa pemberian unsur Fe sedangkan
jumlah total klorofil dan karoten terendah pada daun tomat dengan perlakuan tanpa
pemberian unsur hara P dan Ca namun, pada dasarnya setiap perlakuan tidak menunjukkan
perbedaan yang terlalu jauh. Berdasarkan literatur, jika diberi perlakuan yang demikian, maka
medium lengkap seharusnya mengandung total klorofil yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Hal ini dapat disebabkan karena unsur-unsur hara yang digunakan
merupakan komponen inti dalam pembentukan klorofil pada tumbuhan dimana apabila
kekurangan salah satu unsur hara maka akan menghambat pertumbuhan yang juga berimbas
kepada terhambatnya pembentukan klorofil pada daun atau yang biasa disebut sebagai
klorosis. Adapun hasil yang diperoleh berbeda dengan literatur dapat disebabkan karena
faktor eksternal lainnya seperti ketersediaan air pada tumbuhan dimana kekurangan air pada
tumbuhan mengakibatkan desintegrasi dari klorofil dan juga faktor suhu dimana setiap
tumbuhan memerlukan suhu sesuai agar dapat tumbuh dengan optimal sehingga
pembentukan klorofil juga tidak terhambat (Yasa, 2009).
E. Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengukuran


kandungan klorofil pada sampel daun tomat (Solanum lycopersicum) dengan berbagai
perlakuan pemberian unsur hara tidak menunjukkan perbedaan yang terlalu jauh. Pengukuran
kadar klorofil dilakukan berdasarkan prinsip spektrofotometri yang menentukan kadar
klorofil dengan spektrum cahaya (panjang gelombang) tertentu yang dipancarkan ke molekul
klorofil didalam alat tersebut. Dalam pengukuran digunakan panjang gelombang 480, 645,
dan 663 nm karena pada panjang gelombang tersebut serapan maksimal terjadi pada klorofil
dan karoten yang diuji.

F. Daftar Pustaka

Dwidjoseputro, D. 1985. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Cetakan Ketujuh. Jakarta :


Gramedia.
Nurdin, dkk. 2009. Kandungan Klorofil Berbagai Jenis Daun Tanaman dan Cu-Turunan
Klorofil Serta Karakteristik Fisiko-Kimianya. Jurnal Gizi dan Pangan. 4(1) : 13 19
Sumaenda, L. 2011. Analisis Kandungan Klorofil Daun Mangga (Magnifera indica L.) Pada
Tingkat Perkembangan Daun Yang Berbeda. Jurnal Bioslogos. 1 (1)
Prastyo, K. A; dan Laily, A. N. 2015. Uji Konsentrasi Klorofil Daun Temu Mangga
(Curcuma mangga val.), Temulawak (Curcuma xanthorrhiza), dan Temu Hitam
(Curcuma aeruginosa) Dengan Tipe Kertas Saring yang Berbeda Menggunakan
Spektrofotometer. Jurnal Pendidikan Biologi, Pendidikan Geografi, Pendidikan Sains,
PKLH. 1 (3). 188 191
Yasa, I.K.J.S. 2009. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia

Lampiran

Hasil Pengukuran Nilai OD


Perlakuan Ulangan OD 480 OD 645 OD 663
Tanpa K U1 0,183 0,105 0,253
U2 0,181 0,106 0,252
U3 0,185 0,106 0,249
U4 0,184 0,105 0,252
Tanpa N U1 0,111 0,059 0,121
U2 0,106 0,056 0,118
U3 0,114 0,062 0,124
U4 0,104 0,056 0,119
Tanpa Fe U1 0,305 0,330 0,427
U2 0,037 0,332 0,431
U3 0,308 0,332 0,429
U4 0,308 0,326 0,433
Tanpa P U1 0,049 0,027 0,058
U2 0,053 0,031 0,073
U3 0,051 0,027 0,072
U4 0,049 0,028 0,068
Medium U1 0,028 0,069 0,162
lengkap
U2 0,130 0,067 0,158
U3 0,134 0,070 0,170
U4 0,128 0,066 0,162
Medium Ca U1 0,066 0,035 0,076
U2 0,068 0,036 0,075
U3 0,065 0,038 0,076
U4 0,067 0,036 0,075
Tanpa S U1 0,152 0,093 0,183
U2 0,153 0,090 0,185
U3 0,154 0,096 0,186
U4 0,157 0,086 0,187
Tanpa Mg U1 0,213 0,116 0,290
U2 0,216 0,120 0,291
U3 0,213 0,118 0,288
U4 0,220 0,119 0,289

Anda mungkin juga menyukai