OLEH :
NAMA
NIM
: I111 14 317
KELOMPOK
: IV
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Limbah atau buangan dari pengolahan dan proses produksi, baik di rumah
tangga maupun pada industri skala besar, kebanyakan akan menjadi sampah,
sehingga banyak cara yang harus kita lakukan dalam mengolah limbah tersebut.
Dalam kaitannya dengan perkembangan teknologi, banyak cara di mana kita dapat
mengolah hasil limbah tersebut menjadi benda pakai atau bahkan memiliki nilai
jual yang tinggi. Oleh karena itu, dibutuhkan kreatifitas yang tinggi agar kita
mampu memanfaatkan limbah menjadi produk dengan nilai tinggi.
Kulit sapi mentah basah adalah kulit yang diperoleh dari hasil pemotongan
ternak sapi, kulit tersebut telah dipisahkan dari seluruh bagian dagingnya, baik
yang segar maupun yang digarami (SNI,1992). Untuk menghasilkan produk kulit
yang berkualitas baik diperlukan bahan baku kulit yang baik pula. Menurut Untari
(1999) dalam Rossuartini dan Purnama (1999), kualitas kulit dipengaruhi oleh
bermacam-macam faktor yaitu, (1) sejak hewan masih hidup, misalkan faktor cara
pemberian makanan, lingkungan (antara lain temperatur), kebersihan kandang,
penyakit terutama penyakit kulit seperti kudis, kutu dsb, (2) hewan itu sendiri
yaitu ras dan bangsa, (3) cara pemotongan, (4) cara pengawetan.
Salah satu pengolahan kulit skala industri rumah tangga yaitu industri
pengolahan kulit untuk pangan, yang selanjutya dapat diolah menjadi berbagai
macam masakan olahan kulit, seperti kerupuk, kikil, dan sebagainya. Kerupuk
atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka
dicampur bahan perasa seperti udang dan ikan. Hal inilah yang melatarbelakangi
dilakukan praktek lapangan mengenai mutu industri pengolahan kulit.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Kulit
Kulit mentah merupakan bahan baku utama industri kulit. Untuk
menghasilkan produk kulit yang berkualitas baik diperlukan kulit awetan yang
baik pula (Rossuartini dan Purnama 1999). Organ tubuh yang menyelubungi
seluruh permukaan tubuh kecuali kornea mata, selaput lendir serta kuku disebut
kulit. Kulit termasuk organ tubuh ternak yang tersusun atas berbagai macam
jaringan maupun sel. Sifat kulit pada ternak dipengaruhi oleh keadaan ternak
sewaktu hidupnya, kulit ternak juga dipengaruhi oleh umur, dan genetik dari pada
ternak itu sendiri (Asmi, 2010).
Kulit yang baru lepas dari tubuh hewan disebut dengan kulit mentah segar.
Kulit ini mudah rusak bila terkena bahan-bahan kimia seperti asam kuat, basa
kuat, atau mikroorganisme. Kulit mentah segar sebagian besar tersusun dari air
(65%), lemak (1,5%), dan mineral (0,5%). Protein di dalam kulit yang paling
banyak adalah serabut kolagen sekitar 80% - 90% dari total protein. Protein
kolagen berbeda dengan protein lain pada umumnya. Protein kolagen
mengandung asam amino glysine sekitar 33%, imino residues, hydroksiprolin, dan
hydroksilysin Winarno (1992), dalam Asmi (2010).
Menurut Untari (1999) dalam Rossuartini dan Purnama (1999), kualitas
kulit dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor yaitu, (1) sejak hewan masih
hidup, misalkan faktor cara pemberian makanan, lingkungan (antara lain
temperatur), kebersihan kandang, penyakit terutama penyakit kulit seperti kudis,
kutu dsb, (2) hewan itu sendiri yaitu ras dan bangsa, (3) cara pemotongan, (4) cara
pengawetan.
bahan baku nabati (seperti kerupuk singkong, kerupuk bawang, kerupuk puli,
rempeyek, rengginang, kerupuk gendar, kerupuk aci, kemplang, rengginang,
emping melinjo (Gnetum gnemon) dan karak) dan kerupuk dengan tambahan
bahan pangan hewani (seperti kerupuk udang, kerupuk ikan dan kerupuk rambak
kulit (Anonymous, 2010).
Kerupuk kulit atau yang dikenal dengan nama kerupuk rambak adalah
kerupuk yang tidak dibuat dari adonan tepung tapioka, melainkan dari kulit sapi,
kerbau, kelinci, ayam atau kulit ikan yang dikeringkan (Anonymous, 2011).
Tinjauan Umum Mutu Industri Pengolahan Kulit
Mutu sangat penting dalam kehidupan manusia, karena mutu berkaitan
dengan sesuatu yang dapat memberikan kepuasan pada manusia pemakai produk
tersebut. Pengendalian mutu merupakan kegiatan atau program yang tak pernah
terpisahkan dengan semua proses produksi industri dan pemasaran komoditas,
termasuk komoditas pertanian. Industri selalu memerlukan pengendalian mutu
terhadap produk yang dihasilkannya (Susanto dan Suseno, 2004 dalam Saputra,
2012)
Pengendalian mutu bertujuan untuk mencegah terjadinya penyimpangan
mutu dan memperbaiki kesalahan mutu yang mungkin terjadi. Fungsi
pengendalian mutu adalah memeriksa penyimpangan mutu, kemudian melakukan
tindakan perbaikan dan pengendalian. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan,
hendaknya pengendalian dilakukan terhadap tiap-tiap tahap proses. Dengan cara
ini, akan sempat dilakukan pembenahan di tengah jalan jika terjadi penyimpangan
sehingga produk akhir terjamin mutunya (Wibowo, 2012, dalam Saputra, 2012).
diketahui bahwa proses pengolahan kulit dibagi atas tahapan yaitu sebagai berikut.
Pembersihan
Perebusan I (40-45 C)
Pembahasan
Berdasarkan praktek lapangan mengenai Pengawasan Mutu Industri
Pengolahan Kulit pada Industri Pengolahan Kulit UD Nisa, Antang, dengan
narasumber Pak Sofyan sebagai pemilik/direktur Industri UD Nisa maka
diketahui bahwa pengolahan kulit dibagi atas beberapa tahapan, mulai dari
penyiapan kulit segar, perebusan, pembersihan kulit dalam dan luar, perebusan
kedua, sampai pada tahap pengeringan/penjemuran kulit.
Penyiapan Kulit
9
10
11
selama 3-4 hari, namun menghadapi musim hujan saat ini, pengeringan biasa
dilakukan dengan bantuan oven. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar
air pada kulit.hingga 30-35 %. Hal ini sesuai pendapat Saputra (2012) bahwa
fungsi dari pengeringan ini yaitu untuk menghilangkan kadar air yang terkandung
dalam kulit sapi tersebut supaya dalam proses penggorengan mudah
mengembang. Produk akhir dari pengeringan yaitu kulit setengah jadi yang
kemudian akan dikirim ke luar daerah (Jabodetabek dan sekitarnya).
Pengendalian mutu pada proses pengeringan yaitu dengan melakukan
pengecekan keadaan kulit sudah kering atau belum dan membolak-balikan produk
supaya kering merata. Pada proses pengeringan ini hanya mengandalkan panas
dari sinar matahari, jika terjadi cuaca yang tidak mendukung seperti pada musim
hujan maka produk memerlukan waktu lama untuk kering. Maka dilakukan
pengendalian proses dengan melakukan pengeringan menggunakan oven.
Penyimpanan
Penyimpanan produk akhir yang siap dipasarkan yaitu pada gudang yang
terletak dibelakang rumah produksi. Tempat penyimpanan ini hanya berupa ruang
kosong dan sangat sederhana, bertujuan melindungi produk dari terpaan hujan dan
sinar matahari.
12
13
bagian dalam dan luar, perebusan kedua, penjemuran kulit, penyimpanan, hingga
pemasaran dan pendistribusian produk.
Saran
Praktek lapangan sebaiknya dilakukan dengan pengarahan yang lebih jelas
sebelumnya agar praktikan dapat lebih terarah dalam pelaksanaan praktek
lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
Amertaningtyas, Dedes. 2009. Pengolahan Kerupuk Rambak Kulit Di
Indonesia. Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya. Malang. Jurnal Ilmu-ilmu Peternakan 21 (3): 18 29
ISSN: 0852-3581
Anonymous. 2010. Kerupuk Kulit Rambak Haram Bila. Tribunnews.com,
Surabaya.
Anonymous. 2011. KERUPUK. Wikipedia Bahasa Indonesia.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerupuk. Diakses Januari 2011.
14
Rossuartini dan Purnama, Denny R. 1999. Metoda Pengawetan Kulit Bulu (fur)
Kelinci Rex dengan Cara Penggaraman Kering (dry salting). Balai
Penelitian Ternak. Bogor.
Saputra, Anggazani. 2012. Laporan Tugas Akhir Konsep Pengendalian Mutu Dan
Hazard Analysis Critical Control Point (Haccp) Dalam Proses
Pembuatan Rambak Kulit Sapi. Program Studi Diploma Iii Teknologi
Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
Surakarta
15