2004
di
Jakarta
menunjukkan
peningkatan
prevalensi
World
Health
Organization
(WHO)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan
penelitian pre and post test with control group design untuk mengetahui
perbandingan efektivitas ekstrak etanol sambiloto (Andrographis paniculata
Ness) dengan simvastatin terhadap penurunan kadar kolesterol darah pada
mencit putih jantan.
Pembagian sampel dilakukan secara simple random sampling dimana
kelompok I adalah keelompok kontrol, kelompok II adalah kelompok
hiperkolesterolemia yang diberikan simvastatin, kelompok III adalah
kelompok mencit hiperkolesterolemia yang diberikan ekstrak etanol sambiloto
dengan dosis 50 mg/hari, kelompok IV adalah kelompok mencit
hiperkolesterolemia yang diberikan ekstrak etanol sambiloto dengan dosis 75
mg/hari, dan kelompok V adalah kelompok mencit hiperkolesterolemia yang
diberikan ekstrak etanol sambiloto dengan dosis 100 mg/hari7.
Teknik analisis data yang digunakan pada percobaan ini tergantung
distribusi data. Jika distribusi data yang didapatkan normal (p>0.05) dan
homogen maka teknik analisis data yang akan digunakan adalah uji One Way
Anova. Untuk uji normalitas uji Shapiro-wilk karena sampel pada percobaan
50. Namun jika distribusi data tidak normal atau homogen, maka analisis data
dilanjutkan menggunakan metode uji nonparametrik yaitu Kruskall Wallis.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas ekstrak
etanol sambiloto (Andrographis paniculata Ness) dengan simvastatin terhadap
penurunan kadar kolesterol darah pada mencit putih (Mus musculus) jantan
yang telah diberi pakan tinggi lemak.
Rata-rata hasil kadar kolesterol darah mencit yang diperoleh pada setiap
kelompok sebelum diberi pakan tinggi lemak selama seminggu dapat dilihat
pada tabel 3, yaitu:
Kel I (Aquades)
Kel II (Simvastatin)
Kel III (Dosis 50 mg)
Kel IV (Dosis 75 mg)
Kel V (Dosis 100 mg)
Kadar Kolesterol
Darah
Minimal
Maksimal
17
17
16
16
16
26
27
28
27
28
Rata-Rata
21,20
22,40
21,80
20,80
21,80
Kel I (Aquades)
Kel II (Simvastatin)
Kel III (Dosis 50 mg)
Kel IV (Dosis 75 mg)
Kel V (Dosis 100 mg)
Kadar Kolesterol
Darah
Minimal Maksimal
60
71
50
73
59
73
57
72
63
73
Rata-Rata
65,60
62,40
66,40
64,60
68,40
Kel I (Aquades)
Kel II (Simvastatin)
Kel III (Dosis 50 mg)
Kel IV (Dosis 75 mg)
Kel V (Dosis 100 mg)
Kadar Kolesterol
Darah
Minimal
Maksimal
64
73
46
63
40
56
28
39
26
35
Rata-Rata
68,20
55,20
48,20
33,00
30,00
kadar kolesterol darah dengan pemberian ekstrak etanol sambiloto dosis 100
mg/hari (kelompok V) yaitu 30,00.
Untuk mengetahui perbandingan kadar kolesterol darah mencit antar
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada mencit yang telah
diberi pakan tinggi lemak dapat diketahui dengan menggunakan uji Anova.
Uji Anova dapat digunakan bila data terdistribusi normal dan homogeny.Uji
normalitas yang digunakan adalah Shapiro-wilk. Data dikatakan terdistribusi
normal bila nila p>0,05 dan bila nila p<0,05 data dikatakan tidak terdistibusi
normal, maka uji statistik yang digunakan adalah kruskall wallis. Uji
normalitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4, yaitu:
Tabel 4. Uji normalitas Kelima Kelompok Perlakuan
Kelompok
Shapiro-Wilk
(Nilai p)
0,976
0,707
Kel I (Aquades)
Kel II (Simvastatin)
Kel III (Dosis 50 mg)
Kel IV (Dosis 75 mg)
Kel V (Dosis 100 mg)
0,787
P<0,00 (P<0,05 artinya terdapat perbedaan)
Homogeny of Variance
0,118
0,478
0,460
Dari tabel 4 diatas, dapat dilihat bahwa nilap p pada kelima kelompok
perlakuan tersebut memiliki nila p>0,05 yang menunjukkan data tersebut
terdistribusi normal. Nilai p pada Homogeny of Variance pada tabel diatas
adalah 0,118 yang menandakan data telah homogen karena nilai p lebih dari
0,05. Syarat untuk menggunakan uji Anova telah terpenuhi, oleh karena itu uji
Anova sudah dapat digunakan pada penelitian ini.
Hasil uji Anova dapat dilihat pada lampiran 5 , dari hasil tersebut nilai p
yaitu p=0,000 (p<0.05) yang menunjukkan terdapat perbedaan kadar
kolesterol darah setelah diberi perlakuan. Untuk mengetahui kelompok mana
saja yang memiliki perbedaan, penelitian dilanjutkan dengan menggunakan uji
post hoc. Hasil uji post hoc pada penelitian ini dapat dlihat pada lampiran 6.
P value
Kelomp
ok III
(Dosis
50%)
Kelomp
ok II
(Kontro
l
positif0
0,012
0,000
0,562
Kelomp
Kelomp
ok IV
(Dosis
ok V
(Dosis
75%)
0,000
100%)
0,000
0,000
0,000
0,003
0,000
1,00
Dari data hasil uji post hoc dapat disimpulkan bahwa kontrol negatif
(kelompok I) dengan 3 variasi dosis ekstrak etanol (kelompok III, IV dan V)
memiliki nilai p=0,000, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara
pemberian aquades dengan 3 variasi dosis ekstrak etanol sambiloto. Selain
itu, kontrol positif (kelompok II) dengan pemberian ekstrak etanol sambiloto
dosis 75 mg/hari (kelompok IV) dan dosis 100 mg/hari (kelompok V)
memiliki nilai p=0,000 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemberian ekstrak etanol sambiloto memiliki nilai yang signifikan
dibandingkan dengan pemberian simvastatin dosis 0,026 mg/hari dalam
menurunkan kadar kolesterol darah mencit. Perbedaan tersebut terdapat pada
ekstrak etanol sambiloto dosis 75 mg/hari dan dosis 100 mg/hari.
PEMBAHASAN
Ekstrak sambiloto pada penelitian ini mengandung senyawa-senyawa yang
mampu menurunkan kadar kolesterol darah. Hal ini sesuai dengan hasil yang
didapatkan pada penelitian sebelumnya oleh Diandra (2011) yang melaporkan
bahwa infusa sambiloto mampu menurunkan kadar kolesterolemia darah pada
tikus yang dibuat hiperkolesterolemia6. Selain itu Wang et al (1997)
mengobservasi efek komponen sambiloto terhadap nitric oxide, endothelin,
cyclic guanosine monophosphate, lipid peroxide dan super-oxide dismutase,
pada hewan percobaan yang memiliki aterosklerotik dengan cara memberi diet
tinggi kolesterol. Kesimpulannya sambiloto memiliki efek antioksidan dan
menjaga fungsi endothelial, dan mempertahankan keseimbangan nitric
oxide/endothelin8,9.
Menurut penelitian Siripong et al (2003) senyawa yang terkandung dalam
sambiloto beragam, salah satunya adalah flavonoid. Berdasarkan sebuah
literatur mengatakan bahwasanya sambiloto memiliki lebih dari 10 macam
flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa alam yang berpotensi sebagai
antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas yang berperan pada
timbulnya penyakit degeneratif melalui mekanisme perusakan sistem imunitas
tubuh, oksidasi lipid dan ptotein10.11.12.13.
Dari penelitian sebelumnya yang juga pernah dilakukan diduga flavonoid
menurunkan kolesterol dengan mekanisme upregulasi mRNA reseptor LDL.
Efek penurunan kadar kolesterol mungkin berhubungan dengan penurunan
absorbsi kolesterol dan peningkatan sintesis asam empedu14. Efek antioksidan
pada sambiloto juga berpengaruh pada hiperkolesterolemia, Davies (2003)
menyatakan bahwa antioksidan berperan dalam menunda, memperlambat, dan
mencegah proses oksidasi lipid sehingga dapat mencegah kenaikan kadar
kolesterol15. Antioksidan yang berperan dalam penurunan kadar kolesterol
adalah senyawa polifenol. Polifenol dilaporkan dapat menurunkan kadar
KESIMPULAN
8
SARAN
1. Dalam pemberian, hal ini mungkin dikarenakan waktu yang singkat dalam
pemberian pakan. Oleh karena itu peneliti menyarankan untuk
memberikan waktu yang lebih lama dalam pemberian pakan atau
meningkatkan dosis pemberian pakan agar hewan uji benar-benar pada
kondisi hiperkolesterolemia.
2. Bagi dunia kesehatan khususnya farmakologi, diharapkan penelitian ini
dapat digunakan sebagai informasi tambahan pengetahuan untuk memilih
obat herbal sebagai salah satu alternatif pengobatan hiperkolesterol untuk
masyarakat ataupun untuk tenaga kesehatan itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganong, W.F. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Wallace, A.M. 2009. Medical Biochemistry: Biosynthesis Of Cholesterol and
Steroids. Philadelphia: Mosby Elseviers.
3. Harrison. 2012. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Vol 3> Jakarta: Penerbit
Buku kedokteran EGC.
4. Kementrian Kesehatan RI, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010.
http://www.depkes.go.id.
5. Pramono, S. 2010. Kontribusi Bahan Alam dalam Mengatasi Krisi Bahan Obat
di Indonesi, Jurnal Bahan Alam Indonesia, 1 (1), 18-20.
6. Diandra, 2011. Pengaruh Pemberian Infusa Herba Sambiloto (Andrographis
paniculata Ness) Terhadap Menurunkan Kadar Kolesterol Darah pada Tikus
yang dibuat hiperkolesterolemia. Depok: Program Studi Farmasi Universitas
Indonesia.
7. Charan, J.K.N.D. 2013. How to Calculate Sample Size In Animal Studies?.
Journal Pharmacol Pharmacother. 4 (4). 303-306.
8. Wang, H.W., Zhao, H.Y., dan Xiang, S.Q. 1997. Effects of Andrographis
paniculata Component on Nitric Oxide, Endothelin and Lipid Peroxidation in
Experimental Atherosclerotic Rabbits. Zhongguo Zhong Xi Yi Jie He Za Zhi.
17(9): 547549.
9. Widyawati, T. 2007. Aspek Farmakologi Sambiloto (Andrographis paniculata
Ness). Universitas Sumatra Utara : Majalah Kedokteran Nusantara 40 (3),
216-20.
10. Siripong, P., B. Kongkathip, K. Preechanukool, P. Picha, K. Tunsuwan dan
W.C. Taylor. (2003). Andrographis paniculata. Available from: http://www.
vitamin-herbuniversity.com. Accessed: Juli, 2016.
11. Chao, W.W and Lin, B.F. 2010. Isolation and Identification of Bioactive
Compounds in Andrographis paniculata (Chuanxinlian). Chinese Medicine
Journal. 5:1-15.
12. Selawa, W., Runtuwune, M.R.J., dan Citraningtyas, G. 2013. Kandungan
Flavonoid dan Kapasitas Antioksidan Total Ekstrak Etanol Daun Binahong
10
11
12