Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

Kolesterol adalah sterol utama dalam tubuh manusia. Kolesterol adalah


komponen struktural dari membran sel dan lipoprotein plasma, dan merupakan
starting material dari sintesis asam empedu dan hormon steroid 1. Kolesterol
yang diproduksi terdiri atas 2 jenis yaitu kolesterol High Density Lipoprotein
(HDL) dan kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL). Bila kolesterol LDL
jumlahnya berlebih didalam darah akan diendapkan pada dinding pembuluh
darah dan membentuk bekuan yang dapat menyumbat pembuluh darah2.
Hiperkolesterolemia adalah keadaan dimana meningkatnya kadar
kolesterol di dalam darah yang melebihi batas normal, yaitu 240 mg/dl.
Kenaikan kadar kolesterol ( 240 mgdl) memiliki risiko kematian penyakit
jantung koroner (PJK) tiga kali lipat lebih cepat3.
Di Indonesia, prevalensi hiperkolesterolemia cenderung meningkat. Studi
Monitoring trends and determinants of Cardiovascular Disease (MONICA)
tahun

2004

di

Jakarta

menunjukkan

peningkatan

prevalensi

hiperkolesterolemia dari 13,4% menjadi 16,2% pada perempuan dan 11,2%


menjadi 14% pada laki-laki. Dua studi populasi lain dengan karakteristik
sampel lebih kurang sama di Jakarta Timur tahun 1993 dan di Depok tahun
2001 mendapatkan peningkatan rerata kolesterol total dari 133 mg/dl menjadi
173 mg/dl (2011) di kelurahan kebon kelapa, Bogor sebesar 80,5% dengan
proporsi PJK sebesar 27,7%4.
Badan Kesehatan dunia

World

Health

Organization

(WHO)

merekomendasikan pengobatan tradisional herbal untuk mencegah dan


mengobati penyakit, salah satunya hiperkolesterolemia. Tumbuhan obat
sambiloto telah dipercaya dapat menurunkan kadar kolesterol darah maupun
trigliserida dalam darah5. Tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Ness)
memiliki kandungan senyawa flavonoid dan antioksidan, sambiloto juga
merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai alternatif terapi pada
antihipertensi dan hiperkolesterolemia. Penelitian oleh Diandra (2011)
melaporkan bahwa infusa sambiloto mampu menurunkan kadar kolesterol
darah pada tikus yang dibuat hiperkoleterolemia6.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan
penelitian pre and post test with control group design untuk mengetahui
perbandingan efektivitas ekstrak etanol sambiloto (Andrographis paniculata
Ness) dengan simvastatin terhadap penurunan kadar kolesterol darah pada
mencit putih jantan.
Pembagian sampel dilakukan secara simple random sampling dimana
kelompok I adalah keelompok kontrol, kelompok II adalah kelompok
hiperkolesterolemia yang diberikan simvastatin, kelompok III adalah
kelompok mencit hiperkolesterolemia yang diberikan ekstrak etanol sambiloto
dengan dosis 50 mg/hari, kelompok IV adalah kelompok mencit
hiperkolesterolemia yang diberikan ekstrak etanol sambiloto dengan dosis 75
mg/hari, dan kelompok V adalah kelompok mencit hiperkolesterolemia yang
diberikan ekstrak etanol sambiloto dengan dosis 100 mg/hari7.
Teknik analisis data yang digunakan pada percobaan ini tergantung
distribusi data. Jika distribusi data yang didapatkan normal (p>0.05) dan
homogen maka teknik analisis data yang akan digunakan adalah uji One Way
Anova. Untuk uji normalitas uji Shapiro-wilk karena sampel pada percobaan
50. Namun jika distribusi data tidak normal atau homogen, maka analisis data
dilanjutkan menggunakan metode uji nonparametrik yaitu Kruskall Wallis.
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas ekstrak
etanol sambiloto (Andrographis paniculata Ness) dengan simvastatin terhadap
penurunan kadar kolesterol darah pada mencit putih (Mus musculus) jantan
yang telah diberi pakan tinggi lemak.
Rata-rata hasil kadar kolesterol darah mencit yang diperoleh pada setiap
kelompok sebelum diberi pakan tinggi lemak selama seminggu dapat dilihat
pada tabel 3, yaitu:

Tabel 1. Rata-Rata Kadar Kolesterol Darah Mencit Sebelum diberi


Pakan Tinggi Lemak Pada Hari Pertama
Kelompok

Kel I (Aquades)
Kel II (Simvastatin)
Kel III (Dosis 50 mg)
Kel IV (Dosis 75 mg)
Kel V (Dosis 100 mg)

Kadar Kolesterol
Darah
Minimal
Maksimal
17
17
16
16
16

26
27
28
27
28

Rata-Rata

21,20
22,40
21,80
20,80
21,80

Dilihat dari tabel 1 diatas, didapatkan rata-rata kadar kolesterol darah


mencit pada kontrol negatif (kelompok I) dengan perlakuan pemberian
aquades saja yaitu 21,20, sedangkan kontrol positif (kelompok II) dengan
pemberian perlakuan simvastatin dosis 0,026 mg/hari yaitu 22,40. Pada
kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol sambiloto didapatkan
rata-rata kadar kolesterol darah dengan dosis 50 mg/hari (kelompok III) yaitu
21,80, rata-rata kadar kolesterol darah dengan pemberian ekstrak etanol
sambiloto dengan dosis 75 mg/hari (kelompok IV) yaitu 20,80, dan rata-rata
kadar kolesterol darah dengan pemberian ekstrak etanol sambiloto dosis 100
mg/hari (kelompok V) yaitu 21,80.
Rata-rata hasil kadar kolesterol darah mencit yang diperoleh pada setiap
kelompok setelah diberikan pakan tinggi lemak selama seminggu dapat dilihat
pada tabel 2, yaitu:
Tabel 2. Rata-Rata Kadar Kolesterol Darah Mencit Setelah diberi Pakan
Tinggi Lemak Pada Hari ke-7
Kelompok

Kel I (Aquades)
Kel II (Simvastatin)
Kel III (Dosis 50 mg)
Kel IV (Dosis 75 mg)
Kel V (Dosis 100 mg)

Kadar Kolesterol
Darah
Minimal Maksimal
60
71
50
73
59
73
57
72
63
73

Rata-Rata

65,60
62,40
66,40
64,60
68,40

Dilihat dari tabel 2 diatas, didapatkan rata-rata kadar kolesterol darah


mencit pada kontrol negatif (kelompok I) dengan perlakuan pemberian
aquades saja yaitu 65,60, sedangkan kontrol positif (kelompok II) dengan
pemberian perlakuan simvastatin dosis 0,026 mg/hari yaitu 62,40. Pada
kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol sambiloto didapatkan
rata-rata kadar kolesterol darah dengan dosis 50 mg/hari (kelompok III) yaitu
66,40, rata-rata kadar kolesterol darah dengan pemberian ekstrak etanol
sambiloto dengan dosis 75 mg/hari (kelompok IV) yaitu 64,60, dan rata-rata
kadar kolesterol darah dengan pemberian ekstrak etanol sambiloto dosis 100
mg/hari (kelompok V) yaitu 68,40.
Rata-rata hasil kadar kolesterol darah mencit yang diperoleh pada setiap
kelompok setelah diberikan perlakuan selama seminggu dapat dilihat pada
tabel 3, yaitu:
Tabel 3. Rata-Rata Kadar Kolesterol Darah Mencit Pada Hari ke-14
Kelompok

Kel I (Aquades)
Kel II (Simvastatin)
Kel III (Dosis 50 mg)
Kel IV (Dosis 75 mg)
Kel V (Dosis 100 mg)

Kadar Kolesterol
Darah
Minimal
Maksimal
64
73
46
63
40
56
28
39
26
35

Rata-Rata

68,20
55,20
48,20
33,00
30,00

Dilihat dari tabel 3 diatas, didapatkan rata-rata kadar kolesterol darah


mencit pada kontrol negatif (kelompok I) dengan perlakuan pemberian
aquades saja yaitu 68,20, sedangkan kontrol positif (kelompok II) dengan
pemberian perlakuan simvastatin dosis 0,026 mg/hari yaitu 55,20. Pada
kelompok perlakuan dengan pemberian ekstrak etanol sambiloto didapatkan
rata-rata kadar kolesterol darah dengan dosis 50 mg/hari (kelompok III) yaitu
48,20, rata-rata kadar kolesterol darah dengan pemberian ekstrak etanol
sambiloto dengan dosis 75 mg/hari (kelompok IV) yaitu 33,00, dan rata-rata

kadar kolesterol darah dengan pemberian ekstrak etanol sambiloto dosis 100
mg/hari (kelompok V) yaitu 30,00.
Untuk mengetahui perbandingan kadar kolesterol darah mencit antar
kelompok sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada mencit yang telah
diberi pakan tinggi lemak dapat diketahui dengan menggunakan uji Anova.
Uji Anova dapat digunakan bila data terdistribusi normal dan homogeny.Uji
normalitas yang digunakan adalah Shapiro-wilk. Data dikatakan terdistribusi
normal bila nila p>0,05 dan bila nila p<0,05 data dikatakan tidak terdistibusi
normal, maka uji statistik yang digunakan adalah kruskall wallis. Uji
normalitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4, yaitu:
Tabel 4. Uji normalitas Kelima Kelompok Perlakuan
Kelompok

Shapiro-Wilk
(Nilai p)
0,976
0,707

Kel I (Aquades)
Kel II (Simvastatin)
Kel III (Dosis 50 mg)
Kel IV (Dosis 75 mg)
Kel V (Dosis 100 mg)
0,787
P<0,00 (P<0,05 artinya terdapat perbedaan)

Homogeny of Variance
0,118
0,478
0,460

Dari tabel 4 diatas, dapat dilihat bahwa nilap p pada kelima kelompok
perlakuan tersebut memiliki nila p>0,05 yang menunjukkan data tersebut
terdistribusi normal. Nilai p pada Homogeny of Variance pada tabel diatas
adalah 0,118 yang menandakan data telah homogen karena nilai p lebih dari
0,05. Syarat untuk menggunakan uji Anova telah terpenuhi, oleh karena itu uji
Anova sudah dapat digunakan pada penelitian ini.
Hasil uji Anova dapat dilihat pada lampiran 5 , dari hasil tersebut nilai p
yaitu p=0,000 (p<0.05) yang menunjukkan terdapat perbedaan kadar
kolesterol darah setelah diberi perlakuan. Untuk mengetahui kelompok mana
saja yang memiliki perbedaan, penelitian dilanjutkan dengan menggunakan uji
post hoc. Hasil uji post hoc pada penelitian ini dapat dlihat pada lampiran 6.

Tabel 5. Hasil Uji Post Hoc


Perlakuan
Kelomp
ok I
(Kontro
l
negatif)
Kelompo
kI
(Kontrol
negatif)
Kelompo
k II
(Kontrol
positif)
Kelompo
k III
(Dosis
50%)
Kelompo
k IV
(Dosis
75%)
Kelompo
kV
(Dosis
100%)

P value
Kelomp
ok III
(Dosis
50%)

Kelomp
ok II
(Kontro
l
positif0
0,012
0,000

0,562

Kelomp

Kelomp

ok IV
(Dosis

ok V
(Dosis

75%)
0,000

100%)
0,000

0,000

0,000

0,003

0,000

1,00

Dari data hasil uji post hoc dapat disimpulkan bahwa kontrol negatif
(kelompok I) dengan 3 variasi dosis ekstrak etanol (kelompok III, IV dan V)
memiliki nilai p=0,000, sehingga terdapat perbedaan yang signifikan antara
pemberian aquades dengan 3 variasi dosis ekstrak etanol sambiloto. Selain
itu, kontrol positif (kelompok II) dengan pemberian ekstrak etanol sambiloto
dosis 75 mg/hari (kelompok IV) dan dosis 100 mg/hari (kelompok V)
memiliki nilai p=0,000 (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemberian ekstrak etanol sambiloto memiliki nilai yang signifikan
dibandingkan dengan pemberian simvastatin dosis 0,026 mg/hari dalam
menurunkan kadar kolesterol darah mencit. Perbedaan tersebut terdapat pada
ekstrak etanol sambiloto dosis 75 mg/hari dan dosis 100 mg/hari.

PEMBAHASAN
Ekstrak sambiloto pada penelitian ini mengandung senyawa-senyawa yang
mampu menurunkan kadar kolesterol darah. Hal ini sesuai dengan hasil yang
didapatkan pada penelitian sebelumnya oleh Diandra (2011) yang melaporkan
bahwa infusa sambiloto mampu menurunkan kadar kolesterolemia darah pada
tikus yang dibuat hiperkolesterolemia6. Selain itu Wang et al (1997)
mengobservasi efek komponen sambiloto terhadap nitric oxide, endothelin,
cyclic guanosine monophosphate, lipid peroxide dan super-oxide dismutase,
pada hewan percobaan yang memiliki aterosklerotik dengan cara memberi diet
tinggi kolesterol. Kesimpulannya sambiloto memiliki efek antioksidan dan
menjaga fungsi endothelial, dan mempertahankan keseimbangan nitric
oxide/endothelin8,9.
Menurut penelitian Siripong et al (2003) senyawa yang terkandung dalam
sambiloto beragam, salah satunya adalah flavonoid. Berdasarkan sebuah
literatur mengatakan bahwasanya sambiloto memiliki lebih dari 10 macam
flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa alam yang berpotensi sebagai
antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas yang berperan pada
timbulnya penyakit degeneratif melalui mekanisme perusakan sistem imunitas
tubuh, oksidasi lipid dan ptotein10.11.12.13.
Dari penelitian sebelumnya yang juga pernah dilakukan diduga flavonoid
menurunkan kolesterol dengan mekanisme upregulasi mRNA reseptor LDL.
Efek penurunan kadar kolesterol mungkin berhubungan dengan penurunan
absorbsi kolesterol dan peningkatan sintesis asam empedu14. Efek antioksidan
pada sambiloto juga berpengaruh pada hiperkolesterolemia, Davies (2003)
menyatakan bahwa antioksidan berperan dalam menunda, memperlambat, dan
mencegah proses oksidasi lipid sehingga dapat mencegah kenaikan kadar
kolesterol15. Antioksidan yang berperan dalam penurunan kadar kolesterol
adalah senyawa polifenol. Polifenol dilaporkan dapat menurunkan kadar

kolesterol dan mampu menghambat pembentukan aterosklerosis melalui efek


antioksidannya16,17,18.
Pada penelitian ini pemberian aquades tidak dapat menurunkn kadar
kolesterol darah mencit. Hal ini menunjukkan bahwa aquades tidak memiliki
efek dalam menurunkan kadar kolesterol darah mencit. Penurunan kadar
kolesterol darah mencit pada perlakuan terjadi dengan pemberian simvastatin
dan 3 variasi dosis ekstrak etanol sambiloto. Terjadinya penurunan kadar
kolesterol darah dengan ekstrak etanol sambiloto ini dikarenakan senyawasenyawa kimia sambiloto yang terkandung dalam dosis tersebut mampu
menurunkan kadar kolesterol darah mencit.
Hasil yang didapat pada penelitian yang menggunakan ekstrak etanol
sambiloto dengan 3 variasi dosis (dosis 50 mg/hari, dosis 75 mg/hari, dan
dosis 100 mg/hari) memiliki nilai yang signifikan dalam menurunkan kadar
kolesterol darah. Dosis 75 mg/hari dan dosis 100 mg/hari ekstrak etanol
sambiloto memiliki nilai yang lebih signifikan dibandingkan pemberian
simvastatin 0,026 mg/hari dalam menurunkan kadar kolesterol darah mencit.

KESIMPULAN
8

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti dapat


menyimpulkan beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Ekstrak etanol sambiloto memiliki potensi dalam menurunkan kadar
kolesterol darah mencit yang diberi pakan tinggi lemak.
2. Dosis ekstrak etanol sambiloto yang paling adekuat yang dapat
menurunkan kadar kolesterol adalah dosis 75 mg/hari dan dosis 100
mg/hari.
3. Ekstrak etanol sambiloto lebih efektif disbanding simvastatin dalam
menurunkan kadar kolesterol darah mencit dengan dosis 75 mg/hari dan
100 mg/hari (p=0,000).

SARAN
1. Dalam pemberian, hal ini mungkin dikarenakan waktu yang singkat dalam
pemberian pakan. Oleh karena itu peneliti menyarankan untuk
memberikan waktu yang lebih lama dalam pemberian pakan atau
meningkatkan dosis pemberian pakan agar hewan uji benar-benar pada
kondisi hiperkolesterolemia.
2. Bagi dunia kesehatan khususnya farmakologi, diharapkan penelitian ini
dapat digunakan sebagai informasi tambahan pengetahuan untuk memilih
obat herbal sebagai salah satu alternatif pengobatan hiperkolesterol untuk
masyarakat ataupun untuk tenaga kesehatan itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ganong, W.F. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi ke-22. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Wallace, A.M. 2009. Medical Biochemistry: Biosynthesis Of Cholesterol and
Steroids. Philadelphia: Mosby Elseviers.
3. Harrison. 2012. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Vol 3> Jakarta: Penerbit
Buku kedokteran EGC.
4. Kementrian Kesehatan RI, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010.
http://www.depkes.go.id.
5. Pramono, S. 2010. Kontribusi Bahan Alam dalam Mengatasi Krisi Bahan Obat
di Indonesi, Jurnal Bahan Alam Indonesia, 1 (1), 18-20.
6. Diandra, 2011. Pengaruh Pemberian Infusa Herba Sambiloto (Andrographis
paniculata Ness) Terhadap Menurunkan Kadar Kolesterol Darah pada Tikus
yang dibuat hiperkolesterolemia. Depok: Program Studi Farmasi Universitas
Indonesia.
7. Charan, J.K.N.D. 2013. How to Calculate Sample Size In Animal Studies?.
Journal Pharmacol Pharmacother. 4 (4). 303-306.
8. Wang, H.W., Zhao, H.Y., dan Xiang, S.Q. 1997. Effects of Andrographis
paniculata Component on Nitric Oxide, Endothelin and Lipid Peroxidation in
Experimental Atherosclerotic Rabbits. Zhongguo Zhong Xi Yi Jie He Za Zhi.
17(9): 547549.
9. Widyawati, T. 2007. Aspek Farmakologi Sambiloto (Andrographis paniculata
Ness). Universitas Sumatra Utara : Majalah Kedokteran Nusantara 40 (3),
216-20.
10. Siripong, P., B. Kongkathip, K. Preechanukool, P. Picha, K. Tunsuwan dan
W.C. Taylor. (2003). Andrographis paniculata. Available from: http://www.
vitamin-herbuniversity.com. Accessed: Juli, 2016.
11. Chao, W.W and Lin, B.F. 2010. Isolation and Identification of Bioactive
Compounds in Andrographis paniculata (Chuanxinlian). Chinese Medicine
Journal. 5:1-15.
12. Selawa, W., Runtuwune, M.R.J., dan Citraningtyas, G. 2013. Kandungan
Flavonoid dan Kapasitas Antioksidan Total Ekstrak Etanol Daun Binahong
10

(Anredera cardifolia (Ten.)Steenis). Jurnal Ilmiah Farmasi Pharmacon.


Universitas Sam Ratulangi.
13. Jempormase, F., Bodhi, W., dan Kepel, B.J. 2016. Prevalensi
Hiperkolesterolemia Pada Remaja Obes di Kabupaten Minahasa. Jurnal eBiomedik (eBm), Vol 4(1):25-29.
14. Talati, R., William, L.B., Mary, S.P., Michael, W., and Craig, I.C. 2009. The
Effects of Barley-Derived Soluble Fiber on Serum Lipids. Annals of Family
Medicine, Vol 7(2):157-163.
15. Davies. 2003. Black Tea Consumption Reduces Total and LDL cholesterol in
mildly hypercolesterolemic adults. American Society for Nutritional Sciences,
2:31-66.
16. Langseth. 1995. Oxidant, Antioxidant and Disease. Europe: Belgium
Preventation IL SI.
17. Septiana, A.T., Zakana, F.R., dan Sulistiyana. 2002. Ekstrak Jahe (Zingiber
offinate Roscoe) Penghambat Oksidasi LDL. Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan, Vol 1(2):70-77.
18. Hartoyo dan Astuti, M. 2002. Aktivitas Antioksidatif dan Hiperkolesterolemik
Ekstrak The Hijau dan The Wangi pada Tikus yang Diberi Ransum Kaya
Asam Lemak Tak Jenuh Ganda. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan, 1:7885.

11

12

Anda mungkin juga menyukai