Anda di halaman 1dari 22

UJIAN STASE PSIKIATRI

Oleh:
Nama

: Shabrina Sasianti

Pembimbing

: dr. Hilman, Sp.KJ

Rumah Sakit

: RSUD Banjar

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2016

STATUS PASIEN

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama

:Tn. Taufik Hidayat

Jenis Kelamin

:Laki-laki

Usia

:41 tahun

Agama

:Islam

Suku

:Sunda

Pendidikan Terakhir

:Sekolah Menengah Atas

Status Pernikahan

:Belum menikah

Pekerjaan

:Belum bekerja

Alamat

:Desa Sinargalih, RT 38/ RW 18, Nomor 9,


Gunung Cupu, Kecamatan Sinargalih, Ciamis.

II.

RIWAYAT PERAWATAN
a. Rawat Jalan

:1 bulan

SMRS riwayat rawat jalan di bagian

Psikiatri, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Ciamis.


b. Rawat Inap

:4 tahun SMRS riwayat rawat inap di bagian


Psikiatri, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar.

III.

ANAMNESA
Keluhan Utama
Tidak bisa tidur.

Riwayat Penyakit Sekarang


25 tahun sebelum masuk rumah sakit setelah lulus dari sekolah menengah atas pasien
hendak melanjutkan jenjang pendidikan ke Jurusan Bahasa Inggris di Institut Kejuruan
Ilmu Pendidikan oleh karena menurut pasien jurusan tersebut kelak memiliki peluang
pekerjaan yang lebih besar, akan tetapi orang tua pasien menganjurkan agar melanjutkan
jenjang pendidikan ke Jurusan Dakwah di Institut Agama Islam Negeri oleh karena

menurut orang tua pasien jurusan tersebut sesuai dengan kepribadian pasien yang rajin
beribadah. Setelah menjalani proses pendidikan selama beberapa bulan di jurusan
Dakwah tersebut, pasien tetap tidak dapat melupakan keinginan untuk melanjutkan
pendidikan di jurusan Bahasa Inggris, sehingga pasien mulai malas masuk kuliah, malas
beraktivitas, tidak nafsu makan, tidak bisa tidur, mulai merasa sedih, sering menangis,
sering berteriak, hingga sering melukai Bapak, Ibu, dan adik-adiknya. Kemudian pasien
dirawat inap di Rumah Sakit Umum Menur Kota Surabaya hingga mengalami perbaikan
dan melanjutkan pengobatan dengan rawat jalan. Akan tetapi oleh karena pasien sering
berpindah-pindah psikiater maka pasien sering kambuh dan dirawat inap hingga 10 kali.

5 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mendengarkan ceramah oleh ustadz tentang
amalan membaca alquran, pasien merasa tersindir oleh ceramah ustadz tersebut yang
mengatakan bahwa Jangan menolak kalau disuruh mengaji!, kemudian sejak saat itu
pasien mulai sedih, sering menangis, merasa paling bodoh di antara adik-adiknya, merasa
telah menyusahkan orang tua dan keluarganya, merasa tidak ada arti hidupnya di dunia,
dan merasa bahwa pasien adalah sebagai satu-satunya penghuni neraka. Pasien menjadi
tidak nafsu makan, tidak bisa tidur, dan malas beraktivitas.

Riwayat Penyakit Dahulu


Penyakit Psikiatrik
Riwayat penyakit psikiatrik sebelumnya pasien pernah dirawat inap 25 tahun sebelum
masuk rumah sakit, sejak tahun 1991 sampai dengan 2012, sebanyak 10 kali di Rumah
Sakit Umum Menur Kota Surabaya, Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, dan Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Banjar.

Penyakit Medik
Riwayat penyakit diabetes mellitus dan rutin rawat jalan ke dokter penyakit dalam.

Penggunaan Zat Psikoaktif


Riwayat merokok, konsumsi alkohol atau zat psikoaktif lain sebelumnya disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit keluarga yang sedarah dengan gangguan jiwa disangkal.

Riwayat Kehidupan Pribadi


Pasien lahir spontan, normal, riwayat pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan
usia. Riwayat pendidikan sampai tingkat sekolah menengah atas. Riwayat pernikahan
pasien belum menikah karena belum bekerja.

IV.

V.

PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran

: Kompos mentis

Suhu

: 36 0C

Nadi

: 80 x/menit, reguler

Nafas

: 18 x/menit, reguler

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Mata

: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

STATUS MENTAL
A.

Deskripsi Umum
Penampilan
Pasien seorang laki-laki, berkulit sawo matang. Pasien menggunakan pakaian
seragam pasien ruang Tanjung, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Banjar. Cara
berjalan pasien tampak biasa.

Sikap Terhadap Pemeriksa


Pasien cukup akrab dan dapat dipercaya.

B.

Keadaan Umum
Tenang

C.

Roman Muka
Biasa

D.

Kontak/Raport
Ada/ Adekuat

E.

Perhatian
Baik

F.

Persepsi
Halusinasi

Auditorik

: Tidak Ada

Visual

: Tidak Ada

Taktil

: Tidak Ada

Gustatorik

: Tidak Ada

Ilusi

G.

: Tidak ada

Gangguan Pikir
Bentuk Pikir

: Tidak realistik

Proses Pikir

Assosiasi longgar

: Ada

Inkoherensia

: Ada

Neologisme

: Tidak Ada

Flight of Idea

: Tidak Ada

Isi pikir

H.

Waham

Bizarre

: Ada

Paranoid

: Tidak Ada

Kejar

: Tidak ada

Kebesaran

: Tidak ada

Thought of insertion

: Tidak ada

Thought of broadcasting

: Tidak Ada

Thought of withdrawal

: Tidak Ada

Ide Bunuh diri

: Tidak Ada

Emosi
Mood

: Eutimik

Afek

: Biasa

Kesesuaian

: Sesuai

I.

J.

Pembicaraan
Cara berbicara

: Spontan

Volume berbicara

: Sedang

Kecepatan berbicara

: Normal

Gangguan berbicara

: Tidak ada afasia, tidak ada disartria.

Tingkah Laku
Normoaktif

K.

Sensorium dan Kognitif


Kesadaran

: Komposmentis

Orientasi

: Baik

Waktu (pasien mengetahui saat ini pagi)

Tempat (pasien mengetahui saat ini di RSUD Kota Banjar)

Orang (pasien mengetahui saat ini diwawancarai oleh dokter muda).

Daya ingat

L.

: Baik

Jangka panjang (pasien mengingat nama teman sekolah dasar)

Jangka menengah (pasien mengingat oleh siapa dan kapan dibawa ke RS)

Jangka pendek (pasien mengingat menu makan malam hari sebelumnya)

Baru-baru ini terjadi (pasien mengingat menu makan pagi hari ini)

Daya Nilai
Daya Nilai Sosial

: Baik

Uji Daya Nilai

: Baik

M.

Dekorum
Baik

N.

Wawasan terhadap penyakit


Baik

VII. IKHTISAR PENEMUAN PENTING


Keadaan umum

: Tenang

Perhatian

: Baik

Gangguan bentuk pikir

: Tidak realistik

Gangguan proses pikir

: Asosiasi longgar

Gangguan isi pikir

: Bizzare, Ide dosa

Mood

: Eutimik

Afek

: Biasa, sesuai

Tingkah laku

: Normoaktif

Wawasan terhadap penyakit

: Baik

Faktor stressor

: Pendidikan

VIII. FORMULASI DIAGNOSTIK


AKSIS I

: Gangguan Depresi Berat dengan Gejala Psikotik


dalam perbaikan (dalam pengobatan & perawatan)

AKSIS II

: Tidak ada

AKSIS III

: Diabetes Mellitus

AKSIS IV

: Masalah yang berkaitan dengan pendidikan

AKSIS V

: GAF SCALE 90-81

IX. PROGNOSIS
Analisis pasien pada kasus ini adalah bahwa terdapat faktor yang mendukung prognosis
baik yaitu: faktor pencetus jelas, onset kejadian penyakit akut, riwayat gangguan jiwa di
keluarga yang sedarah disangkal. Sedangkan faktor yang mendukung prognosis buruk
yaitu: onset pertama kali terdapat gejala terjadi saat usia muda, pasien belum menikah,
dukungan keluarga lemah sehingga pasien sering berpindah-pindah psikiater dan mudah
terjadi relaps. Maka dapat disimpulkan prognosis pada pasien ini adalah ad malam.

X.

PENATALAKSANAAN

1. Indikasi rawat
a. Risiko membahayakan diri sendiri
b. Risiko tidak makan dan minum

2. Farmakoterapi
a. Clozapine tablet 25 mg (1 tab 0 1 tab)
b. Cepezet tablet 100 mg (0 0 1/2 tab)
c. Triheksifenidil tablet 2 mg (1 tab 0 1 tab)

3. Psikoterapi
a. Suportif individual
b. Konseling keluarga

XI. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG


HDRS (Hamilton-Depression Rating Scale)

WAWANCARA PSIKIATRI

Dilakukan pada 24 Agustus 2016 pukul 08.15 WIB di Ruang Tanjung, RSUD Kota Banjar.
K (KOASS) : Dokter muda
P (PASIEN) : Tn. Taufik
Berikut percakapan antara dokter muda Shabrina dengan pasien.
K : Assalamualaikum, Pak.
P : Waalaikumsalam.
K : Perkenalkan nama saya dokter muda Shabrina. Bapak namanya siapa?
P : Taufik Hidayat.
K : Bapak usianya berapa?
P : 41 tahun.
K : Bapak anak ke berapa?
P : Anak pertama dari empat bersaudara, adik saya laki-laki semua.
K : Bapak cucu ke berapa?
P : Cucu pertama dari keluarga Ibu, cucu kedua dari keluarga Bapak.
K : Bapak agamanya apa?
P : Islam.
K : Bapak sukunya apa?
P : Sunda
K : Bapak alamatnya dimana?
P : Desa Sinargalih, RT 38/ RW 18, Nomor 9, Gunung Cupu, Sinargalih, Ciamis.
K : Bapak tahu atau tidak saat ini sedang pagi/siang/sore/malam?
P : Pagi.
K : Bapak tahu atau tidak saat ini sedang berkomunikasi dengan siapa?
P : Dengan dokter.
K : Bapak tahu atau tidak saat ini sedang ada dimana?
P : Di Rumah Sakit Banjar, bagian Psikiatri.
K : Bapak tahu atau tidak oleh siapa diantar ke tempat ini?
P : Bapak, Ibu, dan Adik saya.

K : Bapak tahu atau tidak kenapa ada di tempat ini?


P : Hari Sabtu, ada ceramah di Taman Kanak-Kanak yang rutin diadakan setiap bulan, saat
saya sedang mendengarkan ceramah oleh ustadz, saya merasa tersindir oleh ustadz tersebut
yang mengatakan Ngaji! Jangan menolak kalau disuruh mengaji!. Kemudian setelah itu
selama perjalanan menuju pulang ke rumah saya mulai merenung, yang ada di kepala saya
hanya Allah, Bapak, dan Ibu saya. Saya merasa sangat sedih. Sesampainya di rumah saya
mulai menangis, menangis, dan terus menangis. Saya merasa paling bodoh di antara adik-adik
saya, saya telah menyusahkan orang tua saya, saya tidak ada artinya hidup di dunia, saya
merasa bahwa saya pantas masuk neraka, bahwa saya adalah satu-satunya penghuni neraka.
Kemudian Ibu saya mendengar suara tangisan saya dan bertanya ada apa, tapi saya bilang tidak
ada apa-apa. Setelah hari itu saya jadi tidak bisa tidur selama berhari-hari, saya mulai merasa
terganggu dan akhirnya saya merasa perlu ke rumah sakit.
K : Bapak saat itu makannya bagaimana?
P : Saya makan jadi sedikit.
K : Bapak saat itu aktivitasnya bagaimana?
P : Saya malas keluar rumah, saat itu yang saya lakukan hanya mencabut rumput seharian.
K : Apakah sebelumnya Bapak pernah atau tidak mengalami hal seperti ini?
P : Saya sering kambuh. Awalnya karena saya ingin kuliah di Jurusan Bahasa Inggris di Institut
Kejuruan Ilmu Pendidikan, menurut saya karena jurusan tersebut di bawah Departemen
Pendidikan dan Budaya maka peluang untuk dapat kerjanya nanti lebih mudah daripada
departemen lain. Saya sudah ikut seleksi, terus beberapa hari setelah itu tetangga saya datang,
suruh saya baca koran, karena nama saya ada di pengumuman kelulusan seleksi di Jurusan
Bahasa Inggris di Institut Kejuruan Ilmu Pendidikan tersebut, saat itu saya sangat senang. Tapi
orang tua saya menyuruh saya kuliah di Jurusan Dakwah di Institut Agama Islam Negeri
karena cocok dengan saya yang rajin ibadah, padahal kalau jurusan tersebut di bawah
Departemen Agama yang peluang untuk kerja lebih susah. Jadi bukan karena saya tidak mau
belajar agama. Terpaksa akhirnya saya nurut Bapak saya, Bapak sudah bayar uang masuk
kuliah, saya sudah ikut ospek, saya sudah sempat beberapa bulan ikut kuliah, tapi saya tetap
kepikiran Institut Kejuruan Ilmu Pendidikan, saya semakin tidak semangat kuliah, saya mulai
tidak masuk, malas ngapa-ngapain, tidak nafsu makan, tidak bisa tidur, saya merasa sangat
sedih, saya jadi sering menangis dan berteriak-teriak, saya sampai mukul-mukul Bapak, Ibu,

dan adik-adik saya. Akhirnya saya dirawat tahun 1991, di Rumah Sakit Menur, Surabaya.
Terus dirawat lagi tahun 1993 dan 1997. Tapi saya pindah-pindah, pernah juga dirawat di
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung tahun 1998, 1999, 2001 dan 2001. Kemudian dirawat di
jalan Riau tahun 2004 dan 2008. Terakhir dirawat di Rumah Sakit Banjar tahun 2012.
K : Bagaimana pengobatan Bapak selama ini?
P : Alhamdulillah saya selalu rutin berobat, terakhir di dr. Iwan spesialis jiwa di Ciamis.
K : Bagaimana kesehatan Bapak selama ini?
P : Saya ada DM, rutin berobat juga di penyakit dalam.
K : Apakah di keluarga Bapak ada atau tidak yang mengalami hal seperti ini?
P : Tidak.
K : Bagaimana hubungan Bapak dengan keluarga?
P : Baik, tapi saya sering merasa tidak enak dengan Ibu dan Bapak karena saya belum bekerja.
Tapi hanya perasaan tidak enak saja, bukan benci. Kadang saya juga kepikiran, ingin seperti
adik-adik saya, sudah pada menikah.
K : Bagaimana hubungan Bapak dengan tetangga?
P : Kalau ketemu di jalan atau mau ke warung tegur sapa saja seperti biasa.
K : Bagaimana hubungan Bapak dengan teman?
P : Saya punya teman, ojek, di sana. Kalau sedang main catur, saya sering nonton teman saya,
tapi saya nonton saja, karena saya tidak bisa main catur, kalau ada yang lucu ya saya ketawa,
bercanda saja sama teman-teman, saya senang humor.
K : Apakah Bapak masih ingat nama teman-teman saat di sekolah dasar?
P : Ada Ujang, Mahfudin, Dedeh, Ijang, Mul, Pudin.
K : Bapak sudah makan atau belum?
P : Sudah, sedikit.
K : Kenapa?
P : Tidak terlalu nafsu.
K : Lauknya apa?
P : Sayur, tempe, ikan.
K : Bapak masih ingat atau tidak kalau lauk tadi malam apa?
P : Telur, tempe, abon.
K : Bapak sudah mandi atau belum?

P : Sudah.
K : Bagaimana aktivitas Bapak sehari-hari selama di sini?
P : Cuci piring, mijit penjaga, lumayan dapat uang.
K : Bagaimana ibadah Bapak sehari-hari selama di sini?
P : Saya sholat, baca alquran.
K : Apakah Bapak pernah atau tidak melihat hal-hal aneh yang tidak dilihat oleh orang lain
atau mendengar hal-hal aneh yang Bapak tidak lihat sumber suaranya?
P : Iya, saya pernah saat di Institut Agama Islam Negeri tahun 1991, malam-malam saya
sendirian naik sepeda dari pondok pesantren, kemudian setelah sampai di kampus, saya tibatiba mendengar suara gamelan, tapi seperti gamelan sunda, lalu saya melihat orang-orang
berjajar sedang tertawa, lalu saya salamin satu per satu sampai orang terakhir, lalu tiba-tiba
semua hilang. Saya juga pernah dulu di rumah tahun 2001, melihat ada kuda putih di dinding,
kuda itu sedang loncat, loncat, loncat, terus loncat tinggi dan jauh, lalu hilang.
K : Apakah Bapak saat ini masih atau tidak melihat dan mendegar hal-hal tersebut?
P : Tidak.
K : Jika Bapak menemukan sebuah tas berisi handphone dan sejumlah uang di dalamnya, apa
yang akan Bapak lakukan?
P : Saya coba cari pemiliknya.
K : Menurut Bapak mengambil kotak amal di masjid termasuk perbuatan yang baik atau tidak?
P : Tidak boleh, itu haram.
K : Bapak masih ingat nama saya?
P : Shabrina.
K : Bapak bisa hitung mundur 10 sampai 1?
P : 10..,9..,8..,7..,6..,5..,4..,3..,2..,1.
K : Baik terima kasih atas waktunya ya Pak.

EMOSI
Emosi adalah suasana perasaan yang dihayati secara sadar, bersifat kompleks, melibatkan
pikiran, persepsi dan perilaku individu. Secara deskriptif fenomenologis emosi dibedakan antara
mood dan afek. Mood: adalah suasana perasaan yang bersifat pervasif dan bertahan lama, yang
mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya.

Mood eutimia: adalah suasana perasaan dalam rentang normal, yakni individu mempunyai
penghayatan perasaan yang luas dan serasi dengan irama hidupnya.

Mood hipotimia: adalah suasana perasaan yang secara pervasif diwarnai dengan kesedihan
dan kemurungan. Individu secara subyektif mengeluhkan tentang kesedihan dan kehilangan
semangat. Secara obyektif tampak dari sikap murung dan perilakunya yang lamban.

Mood disforia: menggambarkan suasana perasaan yang tidak menyenangkan. Seringkali


diungkapkan sebagai perasaan jenuh, jengkel, atau bosan.

Mood hipertimia: suasana perasaan yang secara perfasif memperlihatkan semangat dan
kegairahan yang berlebihan terhadap berbagai aktivitas kehidupan. Perilakunya menjadi
hiperaktif dan tampak enerjik secara berlebihan.

Mood eforia: suasana perasaan gembira dan sejahtera secara berlebihan.

Mood ekstasia: suasana perasaan yang diwarnai dengan kegairahan yang meluap luap. Sering
terjadi pada orang yang menggunakan zat psikostimulansia

Aleksitimia: adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk menghayati suasana


perasaannya. Seringkali diungkapkan sebagai kedangkalan kehidupan emosi. Seseorang
dengan aleksitimia sangat sulit untuk mengungkapkan perasaannya.

Anhedonia: adalah suatu suasana perasaan yang diwarnai dengan kehilangan minat dan
kesenangan terhadap berbagai aktivitas kehidupan.

Mood kosong: adalah kehidupan emosi yang sangat dangkal,tidak atau sangat sedikit
memiliki penghayatan suasana perasaan. Individu dengan mood kosong nyaris kehilangan
keterlibatan emosinya dengan kehidupan disekitarnya. Keadaan ini dapat dijumpai pada
pasien skizofrenia kronis.

Mood labil: suasana perasaan yang berubah ubah dari waktu ke waktu. Pergantian perasaan
dari sedih, cemas, marah, eforia, muncul bergantian dan tak terduga. Dapat ditemukan pada
gangguan psikosis akut.

Mood iritabel: suasana perasaan yang sensitif, mudah tersinggung, mudah marah dan
seringkali bereaksi berlebihan terhadap situasi yang tidak disenanginya.

Afek: adalah respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat ekspresi wajah,
pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuhnya (bahasa tubuh). Afek mencerminkan situasi emosi
sesaat.

Afek luas: adalah afek pada rentang normal, yaitu ekspresi emosi yang luas dengan sejumlah
variasi yang beragam dalam ekspresi wajah, irama suara maupun gerakan tubuh, serasi
dengan suasana yang dihayatinya.

Afek menyempit: menggambarkan nuansa ekspresi emosi yang terbatas. Intensitas dan
keluasan dari ekspresi emosinya berkurang, yang dapat dilihat dari ekspresi wajah dan
bahasa tubuh yang kurang bervariasi.

Afek menumpul: merupakan penurunan serius dari kemampuan ekspresi emosi yang tampak
dari tatapan mata kosong, irama suara monoton dan bahasa tubuh yang sangat kurang.

Afek mendatar: adalah suatu hendaya afektif berat lebih parah dari afek menumpul. Pada
keadaan ini dapat dikatakan individu kehilangan kemampuan ekspresi emosi. Ekspresi wajah
datar, pandangan mata kosong, sikap tubuh yang kaku, gerakan gerakan sangat minimal, dan
irama suara datar seperti robot.

Afek serasi: menggambarkan keadaan normal dari ekspresi emosi yang terlihat dari
keserasian antara ekspresi emosi dan suasana yang dihayatinya.

Afek tidak serasi: kondisi sebaliknya yakni ekspresi emosi yang tidak cocok dengan suasana
yang dihayati. Misalnya seseorang yang menceritakan suasana duka cita tapi dengan wajah
riang dan tertawa tawa.

Afek labil: Menggambarkan perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba tiba, yang tidak
berhubungan dengan stimulus eksternal.

PIKIRAN
Pemikiran: merupakan arus gagasan, lambang / simbol, dan asosiasi bertujuan yang diaktifkan
oleh suatu masalah atau tugas yang menghasilkan kesimpulan berdasarkan kenyataan; ketika
suatu peristiwa logis terjadi, maka secara normal kita akan berpikir; parapraksis ( kehilangan
motivasi logika tanpa disadari, disebut juga Freudian Slip) yang dianggap sebagai bagian dari
pemikiran yang normal. Pemikiran abstrak adalah kemampuan untuk menggapai hal-hal yang
penting secara utuh, untuk memisahkannya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, dan untuk
membedakannya dari pandangan umum.

1. Gangguan umum dalam proses berpikir

Gangguan Mental : secara klinis perilaku yang timbul atau sindrom psikologis yang
terjadi berhubungan dengan penderitaan dan kecacatan, bukan hanya respon yang tidak
diharapkan untuk menjawab peristiwa tertentu atau membatasi hubungan antara
seseorang dan masyarakat sekitar.

Psikosis : Ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dan khayalan; dengan


menciptakan suatu kenyataan baru ( berbeda dengan neurosis: gangguan mental di mana
kenyataan yang sebenarnya tetap utuh; perilaku yang tidak melanggar berbagai norma
sosial, tetapi akan cenderung kumat dan berlangsung kronis bila tanpa perawatan.

Uji realitas : merupakan evaluasi dan penilaian yang obyektif terhadap dunia diluar diri
sendiri.

Gangguan Pikiran formal : lebih mengarah kepada gangguan dalam bentuk pikiran dan
bukan isi pikiran; pemikiran yang ditandai oleh hlangnya asosiasi, pembentukan kata
baru / neologisme, dan hal-hal konstruktif tapi tidak masuk akal; gangguan proses
berpikir, dan orang tersebut dikategorikan sebagai psikosis.

Pemikiran yang tidak masuk akal: pemikiran yang berisi kesimpulan yang salah atau
pertentangan secara internal; dapat dianggap sebagai gangguan psikis bila tanda-tandanya
jelas dan bukan disebabkan oleh defisit intelektual atau nilai-nilai budaya.

Dereisme : Aktivitas mental yang tidak sesuai kenyataan dan pengalaman.

Pemikiran Autistik : Keasyikan dengan diri sendiri, dunia pribadi; istilah yang terkadang
disama artikan dengan dereisme.

Pemikiran gaib : suatu bentuk pikiran dereistik; pemikiran yang serupa dengan pemikiran
pada tahap anak-anak (Jean Piaget), di mana pemikiran, kata-kata, atau tindakan yang
menunjukkan kekuasaan ( sebagai contoh, menjadi penyebab atau pencegah suatu
peristiwa hebat).

Proses berpikir primer : istilah umum untuk pemikiran dereistik, tidak masuk akal, dan
gaib; ditemukan secara normal dalam mimpi, secara tidak normal pada psikosis.

Pengertian emosional yang dalam: tingkat kesadaran atau pemahaman yang tinggi pada
seseorang yang dapat mendorong untuk melakukan hal-hal positif dalam prilaku dan
kepribadiannya.

2. Gangguan spesifik dalam bentuk pikiran

Neologisme : kata-kata baru yang diciptakan oleh pasien, sering dengan kombinasi suku
kata dari kata-kata yang lain, untuk pertimbangan psikologis idiosinkratik

Salad kata-kata : campuran kata-kata yang tidak logis dan tidak bertautan dengan kalimat.

Sirkumstantial : Kalimat yang tak langsung mencapai tujuan / maksud yang sebenarnya
tetapi

berputar-putar pada kalimat yang lain; yang ditandai oleh suatu detail yang

tumpang-tindih dan keterangan sambil lalu.

Tangential : Ketidakmampuan untuk membentuk asosiasi pikiran yang bertujuan;


pembicara tidak mendapat tujuan yang diingankan.

Ketidaksesuaian : pada umumnya apa yang dipikirkan tak dapat dimengerti / dipahami;
pemikiran dan perkataan yang berjalan bersama namun tidak saling berhubungan,
menghasilkan tatabahasa yang tidak beraturan.

Perseverasi : mempertahankan respon terhadap stimulus yang sebelumnya setelah suatu


stimulus baru diberikan; sering berhubungan dengan gangguan kognitif.

Verbigerasi : pengulangan kata-kata atau ungkapan tertentu yang tidak mengandung arti.

Ekolalia : psikopatologis berupa pengulangan kata-kata atau kalimat dari seseorang


kepada
yang lain; pengulangan yang dipertahankan; dapat disampaikan dalam bentuk ejekan
maupun
dengan intonasi yang keras.

Kondensasi : Peleburan berbagai konsep menjadi satu.

Jawaban tidak relevan : Jawaban yang tidak selaras dengan pertanyaan yang diajukan
(seseorang yang mengabaikan atau tidak mempedulikan pertanyaan yang dimaksud ).

Kehilangan asosiasi : arus berpikir di mana berbagai gagasan bergeser dari satu topik ke
topic yang lain dan tidak saling berkaitan; pada keadaan yang lebih berat, terjadi
ketidaksesuaian dalam perkataan.

Penyimpangan : terjadi deviasi mendadak dalam pikiran tanpa dapat dihentikan;


terkadang digunakan sebagai sinonim dari kehilangan asosiasi.

Flight of idea (ide yang berterbangan ): perkataan yang cepat dan beruntun, ide / gagasan
yang berpindah-pindah, dengan tujuan untuk dapat dihubungkan; pada keadaan yang
lebih ringan masih dapat diikuti oleh orang yang mendengarkan.

Asosiasi klang : asosiasi kata-kata dengan bunyi yang sama tetapi tanpa arti; kata-kata
yang tidak mempunya koneksi logis; termasuk sajak dan permainan kata-kata.

Bloking (Ganjalan ) : interupsi / hadangan keras terhadap pikiran sebelum pikiran atau
ide tersebut dapat diselesaikan; setelah jeda itu, orang tersebut tidak dapat mengingat lagi
apa yang sudah dikatakan atau yang baru akan dikatakan ( disebut juga deprivasi pikiran).

Glossolalia : Ungkapan suatu pesan atau pewahyuan melalui kata-kata yang tak dapat
dipahami (dikenal sebagai bahasa lidah); tidak berhubungan dengan suatu gangguan
pikiran jika hal tersebut dilakukan sebagai bagian dari kegiatan spiritual ( Gereja
Pantekosta); dikenal juga sebagai criptolalia, suatu bahasa yang khusus.

3. Gangguan spesifik dalam isi pikiran

Kemiskinan isi : pikiran yang hanya memberi sedikit informasi oleh karena
ketidakjelasan, tidak ada pengulangan kata-kata, atau ungkapan yang tidak jelas.

Ide berlebihan : tidak masuk akal, mempertahankan kepercayan terhadap sesuatu yang
salah, lebih kuat dibandingkan suatu khayalan / delusi.

Delusi ( khayalan ) : kepercayaan palsu, berdasarkan pada kesimpulan salah tentang


kenyataan diluar, tidak sesuai dengan tingkat kecerdasan pasien dan latar belakang
budaya; namun tidak bisa dikoreksi dengan alasan lain.

Delusi Ganjil : tidak masuk akal, sangat mustahil, kepercayaan yang aneh dan salah
(contohnya, penyerbu dari ruang angkasa telah menanamkan elektroda dalam otak
seseorang).

Delusi yang diatur : kepercayaan palsu yang berhubungan dengan tema atau peristiwa
tertentu ( sebagai contoh, seseorang telah dianiaya oleh CIA, FBI, atau Mafia).

Delusi sesuai mood : khayalan yang dihubungkan dengan isi suasana hati seseorang
(contohnya, seorang pasien depresi percaya bahwa dia yang bertanggung jawab atas
kehancuran dunia).

Delusi tidak sesuai mood : Khayalan yang tidak memiliki hubungan dengan isi suasana
hati atau kondisi mood yang stabil ( sebagai contoh, seorang pasien depresi berkhayal
sebagai pemegang kendali pikiran atau pikiran tentang penyiaran).

Delusi nihilistik : perasaan yang salah tentang menyatakan diri sendiri, orang lain, atau
dunia ini adalah hampa atau akan segera berakhir.

Delusi kemiskinan : kepercayaan yang salah dari seseorang bahwa dia telah atau akan
kehilangan semua harta miliknya.

Delusi somatis : kepercayaan yang salah pada seseorang yang berhubungan dengan
fungsi tubuh ( sebagai contoh, ia percaya bahwa otaknya melebur atau meleleh ).

Delusi paranoid : meliputi khayalan tentang penganiayaan, pengendalian, dan kekuasaan


(dibedakan dari pikiran paranoid , yang kecurigaannya lebih sedikit daripada delusional ).

Delusi penyiksaan: kepercayaan palsu dari seseorang bahwa dia telah diganggu, ditipu,
atau dianiaya; sering ditemukan pada pasien yang mempunyai kecenderungan patologis
untuk mengambil tindakan sah secara hukum oleh karena penganiayaan dibayangkan.

Delusi kekuasaan / kehebatan: konsep berpikir yang berlebihan dari seseorang yang
menganggap dirinya penting, berkuasa dan terkenal.

Delusi acuan: kepercayaan palsu dari seseorang bahwa perilaku orang lain lain mengacu
pada dirinya; peristiwa tertentu, obyek, atau orang lain hanya memiliki kemampuan yang
biasa atau kemampuan yang berdampak negatif; berdasarkan ide acuan ini, pasien
menganggap bahwa orang lain sedang membicarakannya ( sebagai contoh, ia percaya
bahwa orang yang bekerja di stasiun televisi maupun radio sedang membicarakan
dirinya).

Delusi tuduhan : perasaan bersalah dan menyesali kesalahan diri sendiri.

Delusi kendali : perasaan bahwa kehendak, pemikiran, bahkan perasaan seseorang


dikendalikan oleh kekuatan diluar dirinya.

Penarikan Pikiran: Khayalan bahwa pikiran seseorang telah dipindahkan oleh orang lain
atau kekuatan tertentu.

Penyisipan Pikiran: Khayalan bahwa pikiran tertentu telah ditanamkan dalam otak
seseorang oleh orang lain atau kekuatan tertentu.

Penyiaran Pikiran: Khayalan bahwa pikiran seseorang dapat didengar oleh orang lain
melalui penyiaran di udara.

Pengendalian Pikiran: Khayalan bahwa pikiran seseorang sedang dikendalikan oleh orang
lain atau kekuatan tertentu.

Delusi ketidaksetiaan ( delusi kecemburuan): kepercayaan palsu yang diperoleh dari


kecemburuan yang patologis tentang ketidaksetiaan seseorang terhadap kekasihnya.

Erotomania : Delusi Kepercayaan, terjadi lebih banyak pada perempuan dibanding lakilaki, yang menganggap bahwa seseorang sangat mencintainya ( dikenal sebagai
Clerembault Kadinsky kompleks ).

Pseudologia Fantasika : suatu tipe kebohongan dimana seseorang percaya bahwa kfantasi
/ khayalannya adalah sesuatu yang nyata dan benar-benar mereka alami; berhubungan
dengan sindrom Munchausen, selalu berpura-pura sakit.

Kecenderungan atau Keasyikan pikiran: memusatkan isi pikiran pada suatu hal tertentu,
berhubungan dengan afek yang kuat, seperti paranoid atau kecenderungan untuk
menyiksa atau membunuh diri sendiri.

Egomania : kecenderungan memikirkan kepentingan sendiri yang patologis.

Monomania : kecenderungan untuk asyik pada suatu obyek tertentu.

Hipokondria : perhatian yang berlebihan terhadap kesehatannya berdasarkan kelainan /


patologi yang tidak nyata, namun membuat interpretasi tentang tanda dan gejala penyakit
yang dibuat-buat.

Obsesi : ketekunan pikiran yang patologis terhadap sesuatu yang dianggap menarik yang
tidak dapat dibatasi oleh akal sehat; berhubungan dengan ansietas.

Kompulsi : kebutuhan untuk melakukan sesuatu karena dorongan hati yang patologis dan
bila tidak terpenuhi akan mengalami ansietas / kecemasan; , tindakan yang dilakukan
berulang-ulang oleh karena obsesi yang tidak akan pernah berakhir bila tidak segera
dihentikan.

Koprolalia : Ucapan-ucapan kompulsif yang berisi kata-kata yang fulgar.

Fobia : perasaan yang tidak masuk akal tapi tetap dipertahankan, berupa ketakutan yang
berlebihan terhadap suatu hal atau situasi tertentu; sehingga berusaha untuk menghindari
sumber ketakutan tersebut.

Fobia spesifik : perasaan ngeri yang terbatas pada suatu situasi atau obyek tertentu
(contoh, perasaan takut pada laba-laba atau ular).

Fobia sosial : Perasaan ngeri dipermalukan didepan umum, seperti takut berbicara dan
tampil bahkan makan di tempat umum.

Akrofobia : Perasaan ngeri berada di tempat tinggi.

Agorafobia : Perasaan ngeri berada di tempat terbuka.

Algofobia : Perasaan ngeri terhadap rasa sakit.

Ailurofobia : Perasaan ngeri pada kucing.

Erythrofobia : Perasaan ngeri terhadap warna merah ( seperti ketakutan menjadi merah
karena malu ).

Panfobia : Perasaan ngeri terhadap segala sesuatu.

Klaustrofobia : Perasaan ngeri berada di tempat tertutup.

Xenofobia : Perasaan ngeri terhadap orang asing.

Zoofobia : Perasaan ngeri terhadap binatang.

Fobia jarum : ketakutan patologik terhadap suntikan; disebut juga fobia suntikan darah.

Noesis : perasaan tentang dibukanya suatu rahasia ( pewahyuan ) bahwa seseorang telah
dipilih menjadi pemimpin untuk memerintah.

Mistis : perasaan tentang adanya kekuatan mistik yang bersatu dengan suatu kekuatan tak
terbatas yang berhubungan dengan agama atau kebudayaan tertentu.

PROGNOSIS
Faktor

Ad bonam

Ad malam

Genetik

Tidak ada

Ada

Usia

Tua

Muda

Onset kejadian penyakit

Akut

Kronis

Dukungan keluarga

Baik

Buruk

Pengobatan

Patuh

Tidak patuh

Faktor pencetus

Jelas

Tidak jelas

Status perkawinan

Sudah menikah

Belum menikah/
Orang tua tunggal

Anda mungkin juga menyukai