Anda di halaman 1dari 10

PERKEMBANGAN KERAJAAN MELAYU KUNO

1. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan

Sriwijaya mulai

berkembang pada

abad ke-7. Pada awal

perkembangannya, rajanya disebut dengan Dapunta Hyang. Dalam Prasasti Kedukan


Bukit dan Talang Tuo telah ditulis sebutan Dapunta Hyang. Pada abad ke-7, Dapunta
Hyang banyak melakukan usaha perluasan daerah.
Daerah-daerah yang berhasil dikuasai antara lain sebagai berikut.
a) Tulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung.
b) Daerah Kedah yang terletak di pantai barat Semenanjung Melayu. Daerah ini
sangat panting artinya bagi usaha pengembangan perdagangan dengan India.
Menurut I-tsing, penaklukan Sriwijaya atas

Kedah

berlangsung antara

tahun 682-685 M.
c) Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan internasional,
merupakan daerah yang sangat penting. Daerah ini dapat dikuasai Sriwijaya
pada

tahun

686

M berdasarkan Prasasti Kota Kapur. Sriwijaya juga

diceritakan berusaha menaklukkan Bhumi Java yang tidak setia kepada


Sriwijaya. Bhumi Java yang dimaksud adalah Jawa, khususnya Jawa bagian
barat.
d) Daerah Jambi terletak di tepi Sungai Batanghari. Daerah ini memiliki
kedudukan yang penting,

terutama untuk memperlancar perdagangan di

pantai timur Sumatra. Penaklukan ini dilaksanakan kira-kira tahun 686 M


(Prasasti Karang Berahi).
e) Tanah Genting Kra merupakan tanah genting bagian utara Semenanjung
Melayu. Kedudukan Tanah Genting Kra sangat penting. Jarak antara pantai
barat dan pantai timur di tanah genting sangat dekat, sehingga para
pedagang dari Cina berlabuh dahulu di pantai timur dan membongkar
barang dagangannya untuk diangkut dengan pedati ke pantai barat. Kemudian
mereka berlayar ke India. Penguasaan Sriwijaya atas Tanah Genting Kra dapat
diketahui dari Prasasti Ligor yang berangka tahun 775 M.

f) Kerajaan Kaling dan

Mataram

Kuno. Menurut berita Cina, diterangkan

adanya serangan dari barat, sehingga mendesak Kerajaan Kaling pindah ke


sebelah timur. Diduga yang melakukan serangan adalah Sriwijaya. Sriwijaya
ingin menguasai Jawa bagian tengah karena pantai utara Jawa bagian tengah
juga merupakan jalur perdagangan yang penting.
Sriwijaya terus melakukan perluasan daerah, sehingga Sriwijaya menjadi
kerajaan yang besar. Untuk lebih memperkuat pertahanannya, pada tahun 775 M
dibangunlah sebuah pangkalan di daerah Ligor. Waktu itu yang menjadi raja adalah
Darmasetra.
Raja yang terkenal dari Kerajaan Sriwijaya adalah

Balaputradewa. Ia

memerintah sekitar abad ke-9 M. Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya berkembang


pesat dan mencapai zaman keemasan.

Balaputradewa

adalah

keturunan dari

Dinasti Syailendra, yakni putra dari Raja Samarotungga dengan Dewi Tara dari
Sriwijaya. Hal tersebut diterangkan dalam Prasasti Nalanda. Balaputradewa adalah
seorang raja yang besar di Sriwijaya. Raja Balaputradewa menjalin hubungan erat
dengan Kerajaan Benggala yang saat itu diperintah oleh Raja Dewapala Dewa.
Raja ini menghadiahkan sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk pendirian
sebuah asrama bagi para pelajar dan mahapeserta didik yang sedang belajar di
Nalanda, yang dibiayai oleh Balaputeradewa, sebagai dharma. Hal itu tercatat dengan
baik dalam Prasasti Nalanda, yang saat ini berada di Universitas Nawa Nalanda, India.
Bahkan bentuk asrama itu mempunyai kesamaan arsitektur dengan Candi Muara
Jambi, yang berada di Provinsi Jambi saat ini. Hal tersebut menandakan Sriwijaya
memperhatikan ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan agama Buddha dan bahasa
Sanskerta bagi generasi mudanya.
Pada

tahun

990

yang

menjadi

Raja

Sriwijaya

adalah

Sudamaniwarmadewa. Pada masa pemerintahan raja itu terjadi serangan


Darmawangsa dari

Jawa

bagian

Timur.

Sri
Raja

Akan tetapi, serangan itu berhasil

digagalkan oleh tentara Sriwijaya. Sri Sudamaniwarmadewa kemudian digantikan


oleh putranya yang bernama Marawijayottunggawarman. Pada masa pemerintahan
Marawijayottunggawarman, Sriwijaya membina hubungan dengan Raja Rajaraya I
dari Colamandala. Pada masa itu, Sriwijaya terus mempertahankan kebesarannya.

Pada masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Sriwijaya cukup Luas. Daerahdaerah kekuasaannya antara lain Sumatra dan pulau-pulau sekitar Jawa bagian barat,
sebagian Jawa bagian tengah, sebagian Kalimantan, Semenanjung Melayu, dan
hampir seluruh perairan Nusantara. Bahkan Mohammad Yamin menyebutkan Sriwijaya
sebagai negara nasional yang pertama
Untuk mengurus setiap daerah kekuasaan Sriwijaya, dipercayakan kepada
seorang Rakryan (wakil raja di daerah). Dalam hal ini Sriwijaya sudah mengenal
struktur pemerintahan.

2. Kerajaan Melaka
Hubungan perdagangan antara Samodra Pasai dengan Malaka yang semakin
ramai telah membawa pengaruh islam di Malaka. Muncullah kemudian masyarakat
islam di Malaka. Pada abad ke-14 M, Malaka menjadi bandar paling penting di Asia
Tenggara. Karena pada saat itu Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan
penyebaran islam. Dalam perkembangannya masyarakat muslim Malaka semakin
banyak sehingga kemudian muncul sebagai kerajaan besar. Dalam menjalankan dan
menyelenggarakan politik negara, ternyata para sultan menganut paham politik hidup
berdampingan secara damai (co-existence policy) yang dijalankan secara efektif.
Politik hidup berdampingan secara damai dilakukan melalui hubungan diplomatik dan
ikatan perkawinan. Politik ini dilakukan untuk menjaga keamanan internal dan
eksternal Malaka. Dua kerajaan besar pada waktu itu yang harus diwaspadai adalah
Cina dan Majapahit. Maka, Malaka kemudian menjalin hubungan damai dengan kedua
kerajaan besar ini. Sebagai tindak lanjut dari politik negara tersebut, Parameswara
kemudian menikah dengan salah seorang putri Majapahit. Sultan-sultan yang
memerintah setelah Prameswara (Muhammad Iskandar Syah)) tetap menjalankan
politik bertetangga baik tersebut.

3. Kerajaan Kandis

Kerajaan ini diperkirakan berdiri pada 1 Sebelum Masehi, mendahului


berdirinya kerajaan Moloyou atau Dharmasraya di Sumatera Tengah. Dua tokoh
yang sering disebut sebagai raja kerajaan ini adalah Patih dan Tumenggung.
Maharaja Diraja, pendiri kerajaan ini, sesampainya di Bukit Bakau membangun
sebuah istana yang megah yang dinamakan dengan Istana Dhamna. Putra Maharaja
Diraja bernama Darmaswara dengan gelar Mangkuto Maharaja Diraja (Putra
Mahkota Maharaja Diraja) dan gelar lainnya adalah Datuk Rajo Tunggal (lebih akrab
dipanggil). Datuk Rajo Tunggal memiliki senjata kebesaran yaitu keris berhulu
kepala burung garuda yang sampai saat ini masih dipegang oleh Danial gelar Datuk
Mangkuto Maharajo Dirajo. Datuk Rajo Tunggal menikah dengan putri yang cantik
jelita yang bernama Bunda Pertiwi. Bunda Pertiwi bersaudara dengan Bunda Darah
Putih. Bunda Darah Putih yang tua dan Bunda Pertiwi yang bungsu. Setelah
Maharaja Diraja wafat, Datuk Rajo tunggal menjadi raja di kerajaan Kandis. Bunda
Darah Putih dipersunting oleh Datuk Bandaro Hitam. Lambang kerajaan Kandis
adalah sepasang bunga raya berwarna merah dan putih.

4. Kerajaan Keritang
Kerajaan keritang mungkin masih terdengar asing di telinga,namun kerajaan
keritang merupkan sebuah kerajaan di riau ,tepat nya dikabupaten indragiri hilir
sekarang ini. Kerajaan keritang pusatnya di pekan tuadi hilir rengat, wilayah nya
meliputi dihilirdari pesikaian-cerenti sampai kuala indragiri dan batang gangsal,
kecamatan reteh diindragiri hilir. Awal berdiri kerajaan keritang(indragiri) raja pertama
nya adalah rajakecik mambang yang memerintah kurang lebih 1298-1337 (T.Arief,
tt:39) . dalam perjalanan sejarah kerajaan keritang dari tahun 1298-1337 masih
tetapmerdeka

dan

berdaulat

.berita

dalam

negara

kertagama

menyebutkan

majapahitsampai tahin 1331 M wilayah kekuasan baru daerah jawa timur dan jawa
tengah . daerah-daerah diluar dari keduanya belum lagi masuk kedalam wilayah
kekuasaan majapahit(muhammad yamin, 1960). Selama berdaulat itu tidak ditemukan
sumber teltulis yang dapat mengungkapkan kembali sejarah kerajaan keritang.

5. Kerajaan Gasib
Perkembangan Kerajaan Gasib sepanjang yang diketahui bahwa Kerajaan Gasib
ini mencakup dua periode. Periode pertama ialah masa Kerajaan Gasib diperintah oleh
raja yang beragama Hindu/Budha dan periode kedua diperintah oleh raja yang telah
memeluk agama Islam. Generasi kerajaan Gasib periode pertama sangat sedikit
diketahui. Salah seorang raja Gasib yang beragama Hindu/Budha itu ialah bernama
Badagai.
Menurut tarikh Cina tahun 1433 M kerajaan Gasib bersama-sama dengan
Indragiri dan Siantan minta perlindungan ke Cina. Tindakan ini mungkin disebabkan
adanya usaha ekspansi kerajaan Melaka dan yang telah memeluk agama Islam yang
berbeda kepercayaan dengan orang Gasib. Majapahit sebagai pelindung selama ini
sudah menjdi lemah.
Sejarah melayu membeitahukan bahwa pada waktu sultan Mansyur Syah
berkuasa di Malaka tahun 1444 1477 M, Melaka menaklukkan kerajaan
Hindu/Budha yang berpusat di Gasib dan rajanya bernama Permaisura ditawan.
Setelah Gasib ditaklukkan oleh Malaka, sultan Mansyur Syah mengangkat anak raja
Siak yang ditaklukkannya bernama Megat Kudu untuk memegang kekuasaan di Siak
dibawah pimpinan Melaka dan juga dijadikan menantu raja Melaka.
Megat Kudu masuk Islam dengan gelar Sultan Ibrahim, kemudian digantikan
oleh anaknya raja Abdullah. Waktu itu raja Melaka ialah Alauddin Riyat Syah I,
kemudian digantikan oleh Sultan Mahmud Syah. Di Siak diangkat raja Husin
menggantikan raja Abdullah. Akhirnya tahun 1511 M Melaka direbut Portugis, raja
Melaka menyingkir ke Johor dan sejarah Siak selanjutnya terganung dalam proses
sejarah melayu yang berpindah-pindah akibat ancaman Portugis.

6. Kerajaan Rokan
Kerajaan Rokan mengalami perkembangan yang cepat, karena didukung oleh
hasil daerahnya yang banyak. Batuhampar termasuk daerah kekuasaannya. Dalam
usaha untuk mengembangkan kekuasaannya, raja Rokan melaksanakan politik hidup
berdampingan secara damai. Mengenai system pemerintahan kerajaan Rokan ini tidak

diketahui, hanya dalam silsilah raja Rokan dinyatakan bahwa raja Rokan adalah
keturunan dari sultan Sidi.
Hubungan persahabatan dijalin dengan Melaka dan raja Melaka sendiri yaitu
Muhammad Syah memperistri putri raja Rokan. Pekawinan ini menghasilkan seorang
putra yaitu Ibrahim, kemudian menjadi raja di Melaka selama satu tahun lima bulan
menggantikan ayahnya. Kemudian raja Ibrahim dibunuh oleh raja Kasim Muhammad
Syah putra Malaka asli. Setelah Malaka dikalahkan oleh Portugis, kerajaan Rokan pun
menjadi mundur karena selalu mendapat ancaman Aru dan kemudian dari Aceh.

7. Kerajaan Segati
Pada masa pemerintahan Tuk Jayo Alam, Kerajaan Segati mencapai puncak
kejayaan

yang

saat

itu

berpusat

Berbagai komoditas diperdagangkan

di

Negeri

Ranah

seperti rempah-rempah,

Gunung
terutama

Setawar.
cabai.

Komoditas-komoditas itu diperdagangkan dalam relasi perdagangan antara Segati


dengan Kuantan dan Sangar. Perkembangan Kerajaan Segati yang begitu pesat
menimbulkan rasa iri pada kerajaan tetangga, yaitu Gassib. Karena perasaan iri itulah,
Gassib menyerang Kerajaan Segati dan dapat menguasai Negeri Ranah Gunung
Setawar yang dipimpin oleh seorangHulubalang Panglima Puto. Raja Segati, Datuk
Jayo Alam beserta para pengikutnya melarikan diri ke hulu Sungai Segati. Di hulu
Sungai Segati inilah Tuk Jayo Alam membangun negeri baru yang disebut Negeri
Segati. Disebut Segati karena saat itu perbekalan Sang Raja tinggal sekati lada. Di
Segati, Raja Tuk Jayo Alam kembali menyusun kekuatan dan menyerang Gassib yang
sedang menguasai negeri kekuasaan Kerajaan Segati. Dalam penyerangan tersebut Tuk
Jayo Alam berhasil merebut kembali Ranah Gunung Setawar, sementara hulubalang
Gassib melarikan diri ke negeri asalnya (Gassib). Walaupun Ranah Gunung Setawar
telah dikuasai kembali, namun pusat pemerintahan tetap di Negeri Segati. Jadi, Raja
Tuk Jayo Alam tetap memerintah dari Negeri Segati.
Setelah Tuk Jayo Alam meninggal, ia digantikan oleh putrinya yang
bernama Tuk Jayo Laut. Putrinya bernama Tuk Jayo Laut konon katanya karena ia
sering berlayar ke laut. Pada masa pemerintahan Tuk Jayo Laut, perdagangan lada

bertambah

ramai. Tuk

Jayo

Laut

digantikan

oleh

putranya, Tuk

Jayo

Tinggi. Kemudian Tuk Jayo Tinggi diganti oleh Tuk Jayo Gagah. Pemerintahan terus
berlanjut hingga Tuk Jayo Gagah digantikan oleh Tuk Jayo Kolombai, dan setelah itu
digantikan oleh Tuk Jayo Bedil. Tuk Jayo Bedil adalah raja yang pertama kali
menggunakan bedil (senjata api).

8. Kerajaan Pekantua
Pada awalnya, kerajaan Pelalawan bernama Pekantua, karena dibangun pertama
kali di daerah Pematang Tuo (sekarang Desa Tolam, kecamatan Pelalawan, kabupaten
Pelalawan). Setelah berhasil mendirikan kerajaan, raja pertama, maharaja Indera (1380
1420) membangun candi hyang di Bukit Tuo (sekarang termasuk wilayah
Pematang Buluh atau pematang Lubuk Emas) sebagai wujud rasa syukur.
Pembangunan candi bisa dianggap sebagai tanda berdirinya suatu kerajaan (ingat
kerajaan Mataram Kuno yang mendirikan candi gunung wukir yang terdapat bangunan
lingga).
Setelah maharaja Indera mangkat, maka secara kronologis para pengganti
sebagai raja adalah Maharaja Pura (1420 1445), Maharaja Laka (1445 1460),
Maharaja

Sysya

(1460

1480),

dan

Maharaja

Jaya

(1480

1505).

Kehidupan kerajaan Pekantua mengandalkan perdagangan. Hasil hutan yang


melimpah menjadikan kerajaan Pekantua terkenal komoditas dagangnya. Hasil hutan
dimaksud kemungkinan damar, lada, cengkih dan sebagainya. Perkembangan
demikian menyebabkan kerajaan Pekantua secara perlahan menjadi pesaing bandar
penting di selat Malaka, yaitu kerajaan Malaka. Oleh karena itu, timbul keinginan
raja Malaka, sultan Mansyur Syah (1459 1477) untuk menguasai kerajaan
Pekantua. Hal ini merupakan bagian penting dalam rangka memperkokoh
kekuasaan Malaka di pesisir timur Sumatra. Dibawah pimpinan Sri Nara Diraja,
Malaka berhasil menguasai Pekantua.

9. Perkembangan Pemerintahan Andiko Nan 44


Pemerintahan Andiko Nan 44 meliputi negeri-negeri yang terdapat di Kampar
Kanan, Tapung Kanan serta Rokan, yang jumlahnya 44 negeri. Federasi dari 44 negeri
itulah yang membentuk Pemerintahan Andiko Nan 44. Akibat daerahnya yang luas dan
makmur, maka Pemerintahan Andiko Nan 44 mempunyai empat buah pangkalan
sebagai tempat memuat hasil-hasil yang terdapat di daerah itu untuk diperdagangkan:
(1) pangkalan indarung terletak di hulu sungai Singingi, (2) pangkalan sarai disebut
juga laras kiri, terletak di batang sebayang, (3) pangkalan kapas, disebut juga laras
kanan terletak pada anak sungai batang sebayang, dan (4) pangkalan kota baru
disebelah hulu batang mahat.

KEPEMIMPINAN DALAM KERAJAAN MELAYU KUNO


Kepemimpinan dalam kehidupan pemerintahan dan kenegaraan zaman Melayu
Kuno pada dasarnya merupakan perkembangan dari kepemimpinan sebelumnya yang
asli. Setelah masuknya pengaruh kebudayaan dari India, demikian pula ketika masuknya
pengaruh Islam maka corak kepemimpinannya akan terpengaruh. Tapi unsure-unsur
kepemimpinannya yang asli itu sudah tentu tidak hilang keseluruhannya.
Dari prasasti-prasasti Sriwijaya dikenal gelar Datuk sebagai raja atau kepala
pemerintahan Negara. Selain itu raja mempunyai para penggawa di istana, yang terdiri
dari panglima, nayaka, pratiaya, haji pratiaya dan dandanayaka, yaitu pemimpin tentara
dan hakim.
Setelah pengaruh Islam masuk ke daerah Riau, pada umumnya raja-raja melayu
menyebut dirinya Sultan, seperti gelar raja Melayu Melaka. Karena kerajaan Melayu
adalah Negara maritim maka jabatan yang sangat penting adalah menjadi panglima di
lautan yaitu Laksamana, misalnya Laksamana Hang Tuah. Demikian besarnya peranan
yang dilakukannya sehingga Laksamana itu disamakan statusnya dengan Datuk,
sehingga ia mempunyai sebutan Datuk Laksamana.
Di kerajaan Kuantan ada daerah yang disebut tanah koto adalah tanah tempat
perumahan dan milik bersama seluruh warga negeri. Dalam setiap negeri itu terdapat
empat suku. Karena itu tanah koto dibagi menjadi empat. Dalam tiap-tiap suku ada

empat orang pemangku adat, yaitu seorang penghulu, seorang monti, seorang dubalang
dan seorang pegawai agama.
Dalam kerajaan Siak-Gasib pejabat yang mewakili raja di suatu daerah disebut
Bendahara, misalnya Bendahara dari Tandun atau Bendahara dari Batu-Gajah.
Pemerintahan dari tiap-tiap negeri terdiri dari penghulu Pucuk sebagai kepala
kerapatan tinggi, yang ditunjuk dari penghulu-penghulu yang ada. Penghulu dibantu
oleh seorang hulubalang, monti dan pendito.

PENGATURAN PEMERINTAHAN DAN HUBUNGAN ANTARA


BANGSA KERAJAAN MELAYU KUNO
Dalam kerajaan Melayu Kepulauan Riau dan Riau tercermin juga adanya
pegaturan dalam tugas antara raja dengan pembantu-pembantunya. Untuk memikul
tanggung jawab keamanan dan pertahanan di lautan maka ditugaskan pada seorang
pejabat yang bergelar laksamana. Misalnya laksamana melayu yang terkenal ialah
Laksamana Hang Tuah, Panglima Angkatan Laut kerajaan Melaka. Pada setiap kerajaan
Melayu di Kepulauan Riau dan Riau jabatan laksamana ini pasti ada dan merupakan
jabatan penting, di samping jabatan-jabatan lainnya.
Sepanjang penyelidikan para ahli, di daerah Riau dan Kepulauan Riau hingga
saat ini hanya di Muaratakus ditemukan sisa-sisa peninggalan sejarah/kebudayaan yang
penting. Di tempat lain dalam lingkungan daerah Kepulauan Riau dan Riau belum
diketemukan peninggalan yang meyakinkan, kecuali prasasti di Pasir Panjang (pulau
Karimun).
Selain factor keturunan hubungan anar Negara itu didasarkan pada faktor agama,
khususnya agama Islam. Sebagai contoh adalah hubungan antara kerajaan Melaka
dengan kerajaan Siak, yaitu semasa Melaka diperintah oleh sultan Mansyur Syah. Anak
raja Siak Maharaja Permaisuri (Hindu/Budha) bernama Megat Kudu dijadikan menantu
oleh sultan Melaka. Kemudian Megat Kudu masuk Islam dan akhirnya menggantikan
ayahnya sebagai raja di Siak dengan gelar sultan Ibrahim. Begitu juga raja Melaka
Muhammad Syah memperistri putri raja Rokan, dan terciptalah hubungan yang erat
antara Melaka dengan Rokan.

Selain itu faktor lain yang turut mempererat hubungan antar itu ialah karena
kepentingan ekonomis/perdagangan. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa terjalinnya
hubungan kerajaan/Negara dalam lingkungan kerajaan-kerajaan Melayu adalah karena
dilandasi faktor keturunan, agama, ekonomi, di samping faktor-faktor lainnya.
Pada hakekatnya system penyelenggaraan hidup dalam masyarakat masa itu
tidak begitu jauh berbeda dengan manusia sekarang. Barangkali kalaupun ada
perbedaan

terletak

pada

organisasi

dan

peralatan

yang

digunakan

untuk

penyelenggaraannya. Organisasi dan peralatannya masa itu tentulah lebih sederhana


dibandingkan dengan masa sekarang ini.
Para ahli berpendapat bahwa sejak awal tarikh masehi Selat Melaka memegang
peranan penting di belahan bumi ini, sebab jalur dagang yang yang terbentang antara
India dan Cina mau tidak mau harus melalui Selat ini, kalau para pedagang tersebut
memerlukan pelayaran melalui laut secara langsung.

Anda mungkin juga menyukai