Budmel
Budmel
1. Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan
Sriwijaya mulai
berkembang pada
Kedah
berlangsung antara
tahun 682-685 M.
c) Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan internasional,
merupakan daerah yang sangat penting. Daerah ini dapat dikuasai Sriwijaya
pada
tahun
686
Mataram
Balaputradewa. Ia
Balaputradewa
adalah
keturunan dari
Dinasti Syailendra, yakni putra dari Raja Samarotungga dengan Dewi Tara dari
Sriwijaya. Hal tersebut diterangkan dalam Prasasti Nalanda. Balaputradewa adalah
seorang raja yang besar di Sriwijaya. Raja Balaputradewa menjalin hubungan erat
dengan Kerajaan Benggala yang saat itu diperintah oleh Raja Dewapala Dewa.
Raja ini menghadiahkan sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk pendirian
sebuah asrama bagi para pelajar dan mahapeserta didik yang sedang belajar di
Nalanda, yang dibiayai oleh Balaputeradewa, sebagai dharma. Hal itu tercatat dengan
baik dalam Prasasti Nalanda, yang saat ini berada di Universitas Nawa Nalanda, India.
Bahkan bentuk asrama itu mempunyai kesamaan arsitektur dengan Candi Muara
Jambi, yang berada di Provinsi Jambi saat ini. Hal tersebut menandakan Sriwijaya
memperhatikan ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan agama Buddha dan bahasa
Sanskerta bagi generasi mudanya.
Pada
tahun
990
yang
menjadi
Raja
Sriwijaya
adalah
Jawa
bagian
Timur.
Sri
Raja
Pada masa kejayaannya, wilayah kekuasaan Sriwijaya cukup Luas. Daerahdaerah kekuasaannya antara lain Sumatra dan pulau-pulau sekitar Jawa bagian barat,
sebagian Jawa bagian tengah, sebagian Kalimantan, Semenanjung Melayu, dan
hampir seluruh perairan Nusantara. Bahkan Mohammad Yamin menyebutkan Sriwijaya
sebagai negara nasional yang pertama
Untuk mengurus setiap daerah kekuasaan Sriwijaya, dipercayakan kepada
seorang Rakryan (wakil raja di daerah). Dalam hal ini Sriwijaya sudah mengenal
struktur pemerintahan.
2. Kerajaan Melaka
Hubungan perdagangan antara Samodra Pasai dengan Malaka yang semakin
ramai telah membawa pengaruh islam di Malaka. Muncullah kemudian masyarakat
islam di Malaka. Pada abad ke-14 M, Malaka menjadi bandar paling penting di Asia
Tenggara. Karena pada saat itu Kerajaan Malaka merupakan pusat perdagangan dan
penyebaran islam. Dalam perkembangannya masyarakat muslim Malaka semakin
banyak sehingga kemudian muncul sebagai kerajaan besar. Dalam menjalankan dan
menyelenggarakan politik negara, ternyata para sultan menganut paham politik hidup
berdampingan secara damai (co-existence policy) yang dijalankan secara efektif.
Politik hidup berdampingan secara damai dilakukan melalui hubungan diplomatik dan
ikatan perkawinan. Politik ini dilakukan untuk menjaga keamanan internal dan
eksternal Malaka. Dua kerajaan besar pada waktu itu yang harus diwaspadai adalah
Cina dan Majapahit. Maka, Malaka kemudian menjalin hubungan damai dengan kedua
kerajaan besar ini. Sebagai tindak lanjut dari politik negara tersebut, Parameswara
kemudian menikah dengan salah seorang putri Majapahit. Sultan-sultan yang
memerintah setelah Prameswara (Muhammad Iskandar Syah)) tetap menjalankan
politik bertetangga baik tersebut.
3. Kerajaan Kandis
4. Kerajaan Keritang
Kerajaan keritang mungkin masih terdengar asing di telinga,namun kerajaan
keritang merupkan sebuah kerajaan di riau ,tepat nya dikabupaten indragiri hilir
sekarang ini. Kerajaan keritang pusatnya di pekan tuadi hilir rengat, wilayah nya
meliputi dihilirdari pesikaian-cerenti sampai kuala indragiri dan batang gangsal,
kecamatan reteh diindragiri hilir. Awal berdiri kerajaan keritang(indragiri) raja pertama
nya adalah rajakecik mambang yang memerintah kurang lebih 1298-1337 (T.Arief,
tt:39) . dalam perjalanan sejarah kerajaan keritang dari tahun 1298-1337 masih
tetapmerdeka
dan
berdaulat
.berita
dalam
negara
kertagama
menyebutkan
majapahitsampai tahin 1331 M wilayah kekuasan baru daerah jawa timur dan jawa
tengah . daerah-daerah diluar dari keduanya belum lagi masuk kedalam wilayah
kekuasaan majapahit(muhammad yamin, 1960). Selama berdaulat itu tidak ditemukan
sumber teltulis yang dapat mengungkapkan kembali sejarah kerajaan keritang.
5. Kerajaan Gasib
Perkembangan Kerajaan Gasib sepanjang yang diketahui bahwa Kerajaan Gasib
ini mencakup dua periode. Periode pertama ialah masa Kerajaan Gasib diperintah oleh
raja yang beragama Hindu/Budha dan periode kedua diperintah oleh raja yang telah
memeluk agama Islam. Generasi kerajaan Gasib periode pertama sangat sedikit
diketahui. Salah seorang raja Gasib yang beragama Hindu/Budha itu ialah bernama
Badagai.
Menurut tarikh Cina tahun 1433 M kerajaan Gasib bersama-sama dengan
Indragiri dan Siantan minta perlindungan ke Cina. Tindakan ini mungkin disebabkan
adanya usaha ekspansi kerajaan Melaka dan yang telah memeluk agama Islam yang
berbeda kepercayaan dengan orang Gasib. Majapahit sebagai pelindung selama ini
sudah menjdi lemah.
Sejarah melayu membeitahukan bahwa pada waktu sultan Mansyur Syah
berkuasa di Malaka tahun 1444 1477 M, Melaka menaklukkan kerajaan
Hindu/Budha yang berpusat di Gasib dan rajanya bernama Permaisura ditawan.
Setelah Gasib ditaklukkan oleh Malaka, sultan Mansyur Syah mengangkat anak raja
Siak yang ditaklukkannya bernama Megat Kudu untuk memegang kekuasaan di Siak
dibawah pimpinan Melaka dan juga dijadikan menantu raja Melaka.
Megat Kudu masuk Islam dengan gelar Sultan Ibrahim, kemudian digantikan
oleh anaknya raja Abdullah. Waktu itu raja Melaka ialah Alauddin Riyat Syah I,
kemudian digantikan oleh Sultan Mahmud Syah. Di Siak diangkat raja Husin
menggantikan raja Abdullah. Akhirnya tahun 1511 M Melaka direbut Portugis, raja
Melaka menyingkir ke Johor dan sejarah Siak selanjutnya terganung dalam proses
sejarah melayu yang berpindah-pindah akibat ancaman Portugis.
6. Kerajaan Rokan
Kerajaan Rokan mengalami perkembangan yang cepat, karena didukung oleh
hasil daerahnya yang banyak. Batuhampar termasuk daerah kekuasaannya. Dalam
usaha untuk mengembangkan kekuasaannya, raja Rokan melaksanakan politik hidup
berdampingan secara damai. Mengenai system pemerintahan kerajaan Rokan ini tidak
diketahui, hanya dalam silsilah raja Rokan dinyatakan bahwa raja Rokan adalah
keturunan dari sultan Sidi.
Hubungan persahabatan dijalin dengan Melaka dan raja Melaka sendiri yaitu
Muhammad Syah memperistri putri raja Rokan. Pekawinan ini menghasilkan seorang
putra yaitu Ibrahim, kemudian menjadi raja di Melaka selama satu tahun lima bulan
menggantikan ayahnya. Kemudian raja Ibrahim dibunuh oleh raja Kasim Muhammad
Syah putra Malaka asli. Setelah Malaka dikalahkan oleh Portugis, kerajaan Rokan pun
menjadi mundur karena selalu mendapat ancaman Aru dan kemudian dari Aceh.
7. Kerajaan Segati
Pada masa pemerintahan Tuk Jayo Alam, Kerajaan Segati mencapai puncak
kejayaan
yang
saat
itu
berpusat
di
Negeri
Ranah
seperti rempah-rempah,
Gunung
terutama
Setawar.
cabai.
bertambah
ramai. Tuk
Jayo
Laut
digantikan
oleh
putranya, Tuk
Jayo
Tinggi. Kemudian Tuk Jayo Tinggi diganti oleh Tuk Jayo Gagah. Pemerintahan terus
berlanjut hingga Tuk Jayo Gagah digantikan oleh Tuk Jayo Kolombai, dan setelah itu
digantikan oleh Tuk Jayo Bedil. Tuk Jayo Bedil adalah raja yang pertama kali
menggunakan bedil (senjata api).
8. Kerajaan Pekantua
Pada awalnya, kerajaan Pelalawan bernama Pekantua, karena dibangun pertama
kali di daerah Pematang Tuo (sekarang Desa Tolam, kecamatan Pelalawan, kabupaten
Pelalawan). Setelah berhasil mendirikan kerajaan, raja pertama, maharaja Indera (1380
1420) membangun candi hyang di Bukit Tuo (sekarang termasuk wilayah
Pematang Buluh atau pematang Lubuk Emas) sebagai wujud rasa syukur.
Pembangunan candi bisa dianggap sebagai tanda berdirinya suatu kerajaan (ingat
kerajaan Mataram Kuno yang mendirikan candi gunung wukir yang terdapat bangunan
lingga).
Setelah maharaja Indera mangkat, maka secara kronologis para pengganti
sebagai raja adalah Maharaja Pura (1420 1445), Maharaja Laka (1445 1460),
Maharaja
Sysya
(1460
1480),
dan
Maharaja
Jaya
(1480
1505).
empat orang pemangku adat, yaitu seorang penghulu, seorang monti, seorang dubalang
dan seorang pegawai agama.
Dalam kerajaan Siak-Gasib pejabat yang mewakili raja di suatu daerah disebut
Bendahara, misalnya Bendahara dari Tandun atau Bendahara dari Batu-Gajah.
Pemerintahan dari tiap-tiap negeri terdiri dari penghulu Pucuk sebagai kepala
kerapatan tinggi, yang ditunjuk dari penghulu-penghulu yang ada. Penghulu dibantu
oleh seorang hulubalang, monti dan pendito.
Selain itu faktor lain yang turut mempererat hubungan antar itu ialah karena
kepentingan ekonomis/perdagangan. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa terjalinnya
hubungan kerajaan/Negara dalam lingkungan kerajaan-kerajaan Melayu adalah karena
dilandasi faktor keturunan, agama, ekonomi, di samping faktor-faktor lainnya.
Pada hakekatnya system penyelenggaraan hidup dalam masyarakat masa itu
tidak begitu jauh berbeda dengan manusia sekarang. Barangkali kalaupun ada
perbedaan
terletak
pada
organisasi
dan
peralatan
yang
digunakan
untuk