Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengertian pendidikan anak usia dini


Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pada
hakekatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan Indonesia untuk
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan
pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak.
Pendidikan bagi anak Usia Dini (PAUD) menurut kurikulum berbasis komputensi
(KBK) adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian
kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan ketrampilan pada anak.
PAUD dalam undang-undang sisdiknas NO.20 Tahun 2003 yaitu:

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

(Pasal1,Ayat 14)
Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman KanakKanak (TK), Raudathul Athfal, atau bentuk lain yang sederajat (Pasal 28, Ayat 3)

Defenisi PAUD menurut para ahli:

Menurut Bredecamp (1997) Pendidikan anak Anak usia Dini, mencakup berbagai
program yang melayani anak dari lahir sampai dengan delapan tahun yang dirancang

untuk meningkatkan perkembangan intelektual,sosial,emosi, bahasa dan fisik anak.


Bihler dan Snowman, dalamDiah Hartati (1996) Pendidikan Anak Usia
Dini,menekankan kepada anak usia dua setengah tahun sampai dengan enam tahun.

Pandangan ahli tentang PAUD:

Pestalozzi : Anak berpembawaan baik, dan perkembangan anak berlangsung secara


teratur ,maju setahap demi setahap. Keluarga merupakan cikal bakal pendidikan yang
pertama sehingga memiliki andil yang cukup besar dalam membentuk kepribadian
seorang anak
pada awal kehidupannya. Pendidikan harus maju bertahap, menyediakan pengalaman
inderawi dan sesuai dengan sifat bawaan anak (Child Nature)

Motessori: Anak bukan sekedar suatu fase kehidupan yangharus dilalui oleh seseorang
untuk mencapaikedewasaan. Kualitas pengalaman kehidupan anakakan
mempengaruhi pola prilaku dankehidupannya di masa dewasa. Sebaliknya
polakehidupan dan perlakuan orang dewasa terhadapanak akan mempengaruhi pola
perkembangan yang dialami oleh anak, Pendidikan merupakan suatu upaya untuk

membantu perkembangan anak secara menyeluruh.


Froebel: anak sebagai individu yang pada kodratnya bersifat baik. Sifat yang buruk
timbul karena kurangnya pendidikan atau pengertian yang dimiliki oleh anak tersebut.
Setiap tahap perkembangan yang dialami oleh anak harus dipandang sebagaisuatu

kesatuan yang utuh.


Rousseau : anak sebagai individu yang pada kodratnya bersifat baik. Sifat yang buruk
timbul karena kurangnya pendidikan atau pengertian yang dimiliki oleh anak tersebut.
Setiap tahap perkembangan yang dialami oleh anak harus dipandang sebagai suatu
kesatuan yang utuh.

Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah aspek perkembangan
perilaku dan pembiasaan yang meliputi nilai moral dan agama serta pengembangan
kemampuan dasar yang meliputi pengembangan fisik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional.
Pada usia TK pengembangan bahasa sangat penting karena masa peka dan juga masa
keemasan (golden age) anak sedang berlangsung serta mengingat kedudukan bahasa Inggris
itu sendiri sebagai first foreign language.
Anak perlu menguasai bahasa asing terutama bahasa Inggris, maka seyogyanya bahasa
Inggris dikenalkan sejak usia dini, khususnya di lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD).
Bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa asing yang populer. Bahasa Inggris merupakan
salah satu bahasa internasional yang digunakan oleh orang-orang diberbagai belahan dunia
untuk berkomunikasi.
Di Indonesia bahasa Inggris menjadi bahasa asing pertama yang dipelajari setelah
bahasa asli (bahasa ibu). Pengajaran bahasa inggris di Indonesia sudah di mulai pada saat
setelah kemerdekaan Indonesia. Berbagai kurikulum dan metode telah dikembangkan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai bahasa inggris. Walaupun demikian
hasilnya masih belum dirasakan maksimal dalam membuat siswa dapat berkomunikasi
dengan baik melalui bahasa tersebut. Berbagai masalah dan factor yang melatarbelakangi
mengapa hasil yang dicapai belum sesuai yang diharapkan. Salah 1 cara pemerintah dalam
meningkatkan kemampuan siswa dalam berbahasa inggris adalah memperkenalkan bahasa
inggris lebih dini, yaitu dimulai dari usia dini.

Namun dalam mengajarkan bahasa inggris kepada anak usia dini, terdapat hambatan
atau kendala yang di alami entah itu kendala yang di alami guru maupun anak-anak itu
sendiri. Masalah atau kendala yang di hadapi antara lain :
2. Masalah/kendala dalam mengajar bahasa inggris di PAUD
a. Masalah yang di hadapi guru
Keahlian Profesi
Dari data yang diperoleh para guru menyatakan rasa percaya dirinya bahwa mereka
layak dan mempunyai keahlian profesi untuk mengajarkan bahasa Inggris di sekolah dasar.
Pada umumnya responden telah mempunyai kualifikasi pendidikan bahasa Inggris dan
melalui pelatihan serta kursus bahasa Inggris. Hal ini penting dan sesuai yang dikemukakan
oleh Brook (1967) bahwa seorang guru bahasa Inggris di sekolah dasar haruslah mempunyai
keahlian dalam bahasa Inggris atau telah mengikuti pelatihan untuk mengajar siswa di
sekolah dasar. Walaupun demikian saya sendiri berpendapat bahwa mereka masih harus
meningkatkan kemampuannya khususnya dalam hal memahami kebiasaan anak dalam belajar
bahasa asing. Oleh karena itu pelatihan atau lokakarya masih sangatlah mereka butuhkan. Di
sisi yang lain perhatian pemerintah, sekolah dan masyarakat haruslah ditingkatkan khususnya
mengenai status guru honor sehingga program ini bisa berlangsung dengan baik.
Padatnya siswa dikelas bahasa inggris.
Dalam pengajaran bahasa jumlah siswa seharusnya dibatasi agar menciptakan suasana
yang ideal. Menurut Dunn (1983), berpendapat bahwa dalam satu kelas sebaiknya dihuni
antara 12 dan 20 siswa. Untuk siswa PAUD biasanya memerlukan perhatian yang lebih.
Siswanya mengharapkan agar mereka bisa lebih diperhatikan secara individu mengingat usia
mereka yang masih sangat mudah.
Kurang tersediax buku ajar
Masalah lainnya yaitu kurang tersediax buku pelajaran di sekolah dasar.
Ketidaksedianya buku pelajaran di sekolah dapat menghambat atau menurunkan motivasi
siswa dan guru. Salah 1 cara mengurangi masalah tersebut yaitu memberikan materi yang
sangat mereka kenali sebelumnya. Sebagai contoh bahan pelajaran yang berkaitan dengan
kegiatan mereka sehari-hari.

Menurut Ratte (1967) yang mengatakan pembelajaran bahasa asing akan sangat
berguna apabila bahan pengajaran berkaitan dengan hal-hal kegiatan sehari-hari atau
menggunakan media yang sesungguhnya sehingga meningkatkan rasa ingin tahu
siswa serta motivasi belajarnya.
Hal lain yang penting diperhatikan ialah masalah penempatan meja dan kursi di kelas.
Pada kelas tradisional siswa biasanya duduk di bangku yang berbaris dan guru
menerangkan pelajaran di depan kelas. Dunn (1983) mengatakan penempatan meja
dan kursi di kelas harus bisa di atur sedemikian rupa sehingga interaksi siswa dengan
guru dan siswa dengan siswa dapat berlangsung dengan baik.
Kurangnya sumber daya dan bahan
Sumber daya dan bahan dsini merujuk pada berbagai benda yang dapat digunakan
untuk mengajar seperti model, kartu, computer, laboratorium bahasa dan sebagainya. Mereka
memainkan peran penting selama proses belajar- mengajar, karena mereka mewakili elemen
di dunia nyata, dimaksudkan untuk membantu siswa memahami dan menjelaskan realitas.
Dengan kata lain, mereka membantu untuk mengubah sesuatu yang kompleks menjadi
sederhana. Misalnya, ketika guru ingin menhajar tentang binatang, maka akan sulit untuk
membuat siswa memahami hanya dengan kata-kata, sehingga perlu sumber-sumber dan
bahan.
b. masalah yang di hadapi anak-anak
Bosan
Anak yang dituntut untuk belajar suatu hal sejak usia dini, suatu saat akan mengalami
rasa bosan. Apalagi, jika sang anak belajar dalam lingkungan yang sama, maka rasa ini bisa
datang lebih cepat. Hal ini biasanya terlihat dari anak yang mulai malas untuk datang ke
tempat kursus, berusaha mencari alasan agar bisa tidak datang. Untuk mengatasinya, orangtua
bisa berdiskusi dengan anak tentang yang diinginkannya. Jika anak sudah benar-benar merasa
bosan, maka orangtua bisa membiarkan anak berhenti kursus untuk sementara waktu, dan
melanjutkan kegiatan belajarnya dengan cara yang lain.
Lelah
Selain kursus bahasa inggris, tidak jarang seorang anak harus mengikuti kursus
lainnya. Tanpa mengikuti berbagai kursus, terkadang anak akan tertinggal dengan teman-

temannya ketika belajar di kelas. Namun, berbagai kursus ini tentunya akan berdampak pada
fisik anak, yang akan membuat anak merasa kelelahan. Untuk mengatasinya, orangtua harus
pintar mengatur jadwal kursus anak, dan membatasi kegiatan anak.
Lingkungan
Naluri alami seorang anak adalah senang bermain. Ketika seorang anak menemukan
teman bermain yang cocok dengannya, dan tiba-tiba diminta berhenti bermain karena harus
kursus, tidak jarang anak ini akan memberontak. Untuk mengatasi masalah ini, dibutuhkan
kesabaran dari orangtua untuk menjelaskan pada anak mengenai pentingnya kegiatan kursus

Anda mungkin juga menyukai