Anda di halaman 1dari 28

KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH

IKAN SIDAT Anguilla marmorata UKURAN 1 GRAM


PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN PADAT
PENEBARAN BERBEDA

HERU AHEN PRIATNA

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ABSTRAK
HERU AHEN PRIATNA. Kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan sidat
Anguilla marmorata ukuran 1 gram pada sistem resirkulasi dengan padat
penebaran berbeda. Dibimbing oleh TATAG BUDIARDI dan YANI
HADIROSEYANI.
Ikan sidat A. marmorata merupakan komoditas perikanan yang memiliki nilai jual
tinggi, tetapi produksinya masih belum dapat memenuhi permintaan pasar. Untuk
itu diperlukan upaya peningkatan produksi benih ikan sidat pada kegiatan
pendederan secara intensif melalui peningkatan padat penebaran. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh padat penebaran terhadap produksi benih
ikan sidat A. marmorata yang dipelihara dalam sistem resirkulasi melalui kajian
kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Benih yang digunakan berbobot 1,24
0,02 gram/ekor yang dipelihara pada akuarium berukuran 80 cm x 40 cm x 40 cm
dan diisi air sebanyak 64 L. Penelitian ini menggunakan metode rancangan acak
lengkap dengan 3 perlakuan padat penebaran yaitu 1, 2, dan 3 ekor/L dan masingmasing 3 ulangan. Pakan berupa cacing sutera diberikan secara ad libitum. Data
yang diambil meliputi kelangsungan hidup, pertumbuhan, koefisien keragaman
bobot, dan konversi pakan. Padat penebaran ikan sidat 1, 2, dan 3 ekor/L pada
sistem resirkulasi tidak mempengaruhi kelangsungan hidup, yaitu menghasilkan
derajat kelangsungan hidup sebesar 76,92-77,95%. Peningkatan padat tebar
meningkatkan pertumbuhan dan menurunkan konversi pakan. Padat tebar 3
ekor/L menghasilkan pertumbuhan tertinggi dan konversi pakan terendah.
Kata kunci: Anguilla marmorata, padat penebaran, kelangsungan hidup,
pertumbuhan

ABSTRACT
HERU AHEN PRIATNA. Survival rate and growth of eel Anguilla marmorata
fry at size of 1 g in weight in recirculating system of different rearing density.
Supervised by TATAG BUDIARDI and YANI HADIROSEYANI.
Eel Anguilla marmorata is one of fish comodity that has high value, but its
production level is not met with the market demand yet. The effort is needed to be
done in order to increase production of eel fry by an intensive rearing system
through high rearing density. This study was performed to analyze the effect of
rearing density on eel Anguilla marmorata fry production in recirculation system
by analizing survival rate and growth of fry. Fry used was 1,24 0,02 g in weight
and were reared in aquaria 80 cm x 40 cm x 40 cm filled with 64 liters water in
recirculation system. This study used the completely randomized design with 3
treatments that were rearing density those are 1, 2, and 3 fry/liter and 3
replication. This were feed by Tubifex ad libitum. Collected data were survival
rate, growth, standard deviation of weight, and feed conversion ratio. The result of
study showed that survival rate and standard deviation of weight did not affected
by rearing density, while growth and feed conversion ratio were did. Survival rate
of fish was high; 76,92-77,95%. Growth were increased, while feed conversion
ratio were decreased by increasing of rearing density.
Keyword: Anguilla marmorata, rearing density, survival rate, growth

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kelangsungan
hidup dan pertumbuhan benih ikan sidat Anguilla marmorata ukuran 1 gram pada
sistem resirkulasi dengan padat penebaran berbeda adalah benar merupakan hasil
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2013

Heru Ahen Priatna


C14080032

KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH


IKAN SIDAT Anguilla marmorata UKURAN 1 GRAM
PADA SISTEM RESIRKULASI DENGAN PADAT
PENEBARAN BERBEDA

HERU AHEN PRIATNA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi

: Kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan sidat


Anguilla marmorata ukuran 1 gram dalam sistem resirkulasi
pada padat penebaran berbeda
Nama
: Heru Ahen Priatna
NIM
: C14080032
Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya

Disetujui oleh

Dr Ir Tatag Budiardi, MSi


Pembimbing I

Diketahui oleh

Dr Ir Sukenda, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Ir Yani Hadiroseyani, MM
Pembimbing II

PRAKATA
Tiada kata terindah untuk membuka pengantar ini selain mengucapkan
syukur yang sedalam-dalamnya kepada Allah SWT sehingga karya ilmiah dengan
judul Kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan sidat Anguilla
marmorata ukuran 1 gram pada sistem resirkulasi dengan padat penebaran
berbeda dapat diselesaikan. Penelitian dilaksanakan dari bulan September sampai
dengan bulan November 2012 di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen
Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ayahanda Karsim dan Ibunda Wiwin Taswinah serta Adik-adik, Herdi Dwi
Purwanto, dan Herlan Tri Wahyudi atas doa, kasih sayang, dan dukungannya.
2. Dr Ir Tatag Budiardi, MSi selaku Pembimbing I dan Ir Yani Hadiroseyani,
MM selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis sampai menyelesaikan skripsi ini.
3. Dr Dinamella Wahjuningrum, SSi, MSi selaku Pembimbing Akademik yang
telah memberikan semangat dan motivasi kepada penyusun.
4. Kang Dama, Pak Ranta, Kang Abe, Pak Wasjan, Mbak Retno atas
kerjasamanya yang baik dalam menyelesaikan skripsi.
5. Owo, Randi, Yoga, Joey, Dina, Adit, Ima, Bayu, Mamon, Titi, Wahyu,
Asbul, Ojan, Dendi, Jeanni, Daus, terima kasih atas bantuan dan
kerjasamanya
6. Keluarga besar BDP 45 terima kasih atas kebersamaan dan persahabatannya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan juga semua
pihak yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2013

Heru Ahen Priatna

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

vii

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tujuan Penelitian

METODE

Prosedur Penelitian

Persiapan Wadah

Penebaran Benih

Pemberian Pakan

Pengelolaan Kualitas Air

Pengambilan dan Pengumpulan Data

Derajat Kelangsungan Hidup

Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Laju Pertumbuhan Bobot Mutlak

Koefisien Keragaman Bobot

Konversi Pakan

Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil

4
5
5

Derajat Kelangsungan Hidup

Laju Pertumbuhan Bobot Harian

Laju Pertumbuhan Bobot Mutlak

Koefisien Keragaman Bobot

Konversi Pakan

Kualitas Air

Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan

8
10
10

Saran

10

DAFTAR PUSTAKA

11

LAMPIRAN

13

RIWAYAT HIDUP

18

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik derajat kelangsungan hidup ikan sidat Anguilla marmorata padat


tebar () 1, () 2, dan () 3 ekor/L yang dipelihara selama 56 hari

2 Grafik laju pertumbuhan bobot harian ikan sidat Anguilla marmorata


padat tebar () 1, () 2, dan () 3 ekor/L yang dipelihara selama 56 hari.

3 Grafik laju pertumbuhan bobot mutlak ikan sidat Anguilla marmorata


padat tebar () 1, () 2, dan () 3 ekor/L yang dipelihara selama 56 hari

4 Histogram koefisien keragaman bobot ikan sidat Anguilla marmorata


padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L yang dipelihara selama 56 hari

5 Grafik konversi pakan ikan sidat Anguilla marmorata padat tebar () 1,


() 2, dan () 3 ekor/L yang dipelihara selama 56 hari

DAFTAR LAMPIRAN
1 Skema sistem resirkulasi dalam pemeliharaan ikan sidat Anguilla
marmorata dengan padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L

13

2 Sistem resirkulasi dalam pemeliharaan ikan sidat Anguilla marmorata


dengan padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L

14

3 Rancangan tempat akuarium

14

4 Analisis statistik derajat kelangsungan hidup (%) ikan sidat Anguilla


marmorata dengan padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L yang dipelihara dalam
sistem resirkulasi

14

5 Analisis statistik laju pertumbuhan bobot mutlak (g/hari) ikan sidat


Anguilla marmorata dengan padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L yang
dipelihara dalam sistem resirkulasi

15

6 Analisis statistik laju pertumbuhan bobot harian (%/hari) ikan sidat


Anguilla marmorata dengan padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L yang
dipelihara dalam sistem resirkulasi

16

7 Analisis satistik koefisien keragaman bobot (%) ikan sidat Anguilla


marmorata dengan padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L yang dipelihara dalam
sistem resirkulasi

16

8 Analisis statistik konversi pakan ikan sidat Anguilla marmorata dengan


padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L yang dipelihara dalam sistem resirkulasi

17

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan sidat Anguilla marmorata merupakan ikan katadromus, yaitu ikan yang
memijah di laut, tumbuh berkembang di air tawar dan setelah dewasa kembali ke
laut untuk memijah (Rusmaedi et al. 2010). Setelah tumbuh dan berkembang
dalam waktu yang panjang di perairan tawar, ikan sidat dewasa yang lebih dikenal
dengan yellow eel berkembang menjadi silver eel (matang gonad) kemudian akan
bermigrasi ke laut untuk memijah (Setiawan et al. 2003). Ikan sidat termasuk ikan
air tawar dengan bentuk tubuh panjang, berdaging putih, dan bertekstur lembut.
Ikan sidat memiliki nilai gizi tinggi. Hati ikan sidat mengandung vitamin A
sebanyak 15.000 IU/100 g. Kandungan EPA ikan sidat 1.337 mg/100 g
mengalahkan ikan salmon yang hanya 820 mg/100 g atau tenggiri 748 mg/100 g.
Kandungan DHA ikan sidat 742 mg/100 g, lebih tinggi dari ikan salmon dan
tenggiri yang hanya 492 mg/100 g dan 409 mg/100 g (Suitha 2008).
Ikan sidat merupakan komoditas perikanan yang memiliki nilai jual tinggi.
Permintaan terhadap ikan sidat juga sangat tinggi, baik pasar lokal maupun
internasional. Permintaan untuk daerah Jakarta saja mencapai 3 ton per bulan,
belum terhitung permintaan daerah lainnya (Subiakto 2012). Ukuran konsumsi
ikan sidat sekitar 125-200 g/ekor dan diekspor dalam bentuk hidup, segar, dan
beku ke Asia, Amerika, Eropa, dan Australia. Pasar ikan sidat di Asia terutama
adalah Jepang, Korea Selatan, China, dan Taiwan. Jepang merupakan konsumen
ikan sidat terbesar di dunia, membutuhkan 150 ribu ton dari 250 ribu kebutuhan
dunia (Aji 2010).
Sampai saat ini telah ditemukan 18 spesies ikan sidat dengan distribusi
geografi yang luas meliputi wilayah Indi-Pasifik, Atlantik, dan Oseania. Dari 18
spesies di dunia, sebanyak 6 spesies hidup di Indonesia, yaitu A. borneensis, A.
cebesensis, A. interioris, A. obicura. A. bicolor, dan A. marmorata. A.borneensis
merupakan spesies ikan sidat yang paling tua berdasarkan dendrogram filogeni
(Aoyama, 2001). Itulah sebabnya perairan Indonesia disebut the origin of the
eels (Tsukamoto 1999). Dari keenam spesies yang hidup di Indonesia, dua di
antaranya sudah mulai dibudidayakan, yaitu A. bicolor yang terdapat di wilayah
Pulau Jawa dan Sumatera, serta A. marmorata yang terdapat di wilayah Pulau
Kalimantan dan Sulawesi.
Dalam budidaya ikan sidat, ada tiga tahap yang perlu dilakukan yaitu
pendederan I yang merupakan pemeliharaan elver selama 1,5-2 bulan
(memperoleh benih 1-2 g), pendederan II (benih 1-2 g) selama 2-3 bulan untuk
mencapai benih siap tebar 10-20 g, dan pembesaran selama 7-9 bulan untuk
mencapai ukuran konsumsi (150-200 g) (Affandi dan Suhenda 2003). Rusmaedi
(2010) melakukan pemeliharaan ikan sidat dengan bobot rata-rata 1,8 g/ekor
menghasilkan pertumbuhan bobot harian sebesar 2,04%, konversi pakan 2,47.
Pemeliharaan dilakukan dengan padat tebar 500 ekor/1.600 L atau setara dengan
0,31 ekor/L. Untuk dapat hidup dan tumbuh, ikan sidat membutuhkan kondisi
lingkungan yang optimal dan pakan yang cukup, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Selain itu, upaya untuk meningkatkan produksi ikan sidat dapat
dilakukan dengan meningkatkan padat penebaran. Menurut Hepher dan Pruginin

2
(1981), peningkatan padat penebaran akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan
dan pertumbuhan akan berhenti pada padat penebaran tertentu. Peningkatan padat
penebaran harus sesuai dengan daya dukung (carrying capacity).
Faktor-faktor yang mempengaruhi carrying capacity antara lain kualitas air,
pakan, dan ukuran ikan. Dengan pemberian pakan yang tepat, oksigen yang
mencukupi, serta pemeliharaan pada media suhu yang optimal, maka akan
didapatkan performa produksi yang maksimal (Huisman 1987). Selain itu.
peningkatan padat penebaran akan meningkatkan hasil produksi pada kondisi
lingkungan optimal dan pakan yang mencukupi.
Sistem resirkulasi adalah suatu wadah pemeliharaan ikan yang
menggunakan sistem perputaran air, yang mengalirkan air dari wadah
pemeliharaan ikan ke wadah filter (treatment), lalu dialirkan kembali ke wadah
pemeliharaan (Timmons dan Losordo 1994). Keuntungan dari sistem resirkulasi
adalah tidak membutuhkan lahan yang luas, dapat dibuat di daerah-daerah
pemukiman penduduk, efektif dalam pemanfaatan air dan lebih ramah lingkungan,
karena kondisi air yang digunakan dapat dikontrol dengan baik. Untuk itu perlu
dilakukan penelitian untuk menentukan padat penebaran optimal ikan sidat yang
dapat menghasilkan produksi maksimal dalam sistem resirkulasi.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh padat penebaran
terhadap produksi benih ikan sidat Anguilla marmorata yang dipelihara dalam
sistem resirkulasi melalui kajian kelangsungan hidup dan pertumbuhan.

METODE
Prosedur Penelitian
Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan untuk pemeliharaan ikan sidat adalah akuarium
berukuran 80 cm x 40 cm x 40 cm sebanyak 9 unit menggunakan sistem
resirkulasi (Lampiran 1). Persiapan penelitian meliputi pembuatan konstruksi
sistem resirkulasi, pembersihan wadah, penempatan wadah, pengisian air, dan
stabilisasi sistem. Filter yang digunakan adalah satu unit filter yang berfungsi
sebagai filter fisik, kimia, dan biologi.
Bahan filter yang digunakan terdiri dari busa, karang jahe, pasir, karbon
aktif, zeolit, dan bioball. Pada sistem resirkulasi, air dari akuarium pemeliharaan
masuk ke dalam filter melalui pipa pengeluaran. Air yang keluar langsung
memasuki lamela separator kemudian memasuki bak fiber 1 yang berfungsi
sebagai filter melalui saringan yang dilengkapi busa untuk menyaring air sebelum
memasuki bak fiber 1. Bak fiber 1 telah dilengkapi oleh susunan karang jahe,
pasir, dan karbon aktif sebanyak 50% dari volume bak. Air yang telah melewati
bak fiber 1 memasuki bak fiber 2 dengan sistem bejana berhubungan. Bak fiber 2
telah dilengkapi dengan bioball, zeolit, dan termostat. Air dari bak fiber 2
dipompa ke masing-masing akuarium melalui pipa inlet.
Sebelum digunakan, akuarium pemeliharaan didisinfeksi dengan kalium
permanganat (KMnO4) selama 24 jam kemudian dibilas, dicuci, dikeringkan, dan

3
ditutup plastik hitam (Lampiran 2). Akuarium yang telah siap digunakan
kemudian diisi air sampai ketinggian 20,3 cm sehingga volume air 65 liter. Air
yang digunakan telah diendapkan selama 2 hari. Sistem resirkulasi yang telah
selesai disusun kemudian dijalankan selama 7 hari untuk menstabilkan debit air,
pemeriksaan komponen yang belum berfungsi, dan untuk menumbuhkan bakteri
nitrifikasi pada filter biologi. Untuk menstimulasi tumbuhnya bakteri nitrifikasi,
pelet ikan sebagai sumber nitrogen dimasukkan ke dalam filter biologi.
Penebaran Benih
Benih ikan sidat yang digunakan dalam penelitian ini memiliki bobot
1,240,02 g/ekor yang berasal dari pendederan ikan sidat di Cimanggu, Bogor,
Jawa Barat. Bobot benih ikan sidat diukur dengan mengambil 30 sampel sehingga
dapat diperoleh bobot rata-rata. Benih diaklimatisasi terlebih dahulu sebelum
ditebar. Penebaran dilakukan setelah 7 hari stabilisasi sistem resirkulasi. Benih
ditebar pada masing-masing akuarium sesuai dengan rancangan percobaan
(Lampiran 3). Jumlah benih yang ditebar pada setiap akuarium sebanyak 65 ekor
pada padat tebar 1 ekor/liter, 130 ekor pada padat tebar 2 ekor/liter, dan 195 ekor
pada padat tebar 3 ekor/liter, kemudian dipelihara selama 56 hari.
Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan berupa cacing sutera yang dibersihkan terlebih
dahulu. Pakan selalu tersedia di dalam akuarium (ad libitum). Pakan direndam
terlebih dahulu dalam larutan kalium permanganat untuk mencegah penyebaran
penyakit maupun bakteri dari asal habitat cacing tersebut. Setelah itu, ditimbang
dan diberikan pada benih ikan sidat yang dipelihara.
Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan penyifonan yang dilakukan pada
pagi hari. Air yang berkurang akibat penguapan selama pemeliharaan diganti
dengan penambahan volume air pada sistem pemeliharaan. Untuk mengetahui
kualitas air, dilakukan pengukuran parameter kualitas air pada pagi hari setiap 14
hari sekali yang meliputi parameter suhu, pH, DO, amoniak, dan nitrit dengan
menggunakan alat, serta alkalinitas dengan menggunakan metode titrasi.
Pengambilan dan Pengumpulan Data
Derajat Kelangsungan Hidup
Derajat kelangsungan hidup adalah perbandingan jumlah ikan yang hidup
sampai akhir pemeliharaan dengan jumlah ikan pada awal pemeliharaan. Derajat
kelangsungan hidup dihitung menggunakan rumus dari Goddard (1996) yaitu:
N
DK t x 100%
N0
Keterangan:

DK= Derajat kelangsungan hidup (%)


N0 = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan (ekor)

4
Laju Pertumbuhan Bobot Harian
Bobot ikan diukur dengan pengambilan contoh sebanyak 30 ekor per
akuarium menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,01 g. Laju
pertumbuhan bobot harian dihitung dengan menggunakan rumus dari Busacker et
al. (1990):
ln(t ) ln(o)
=
100%
t
Keterangan :

= Laju pertumbuhan bobot harian individu (%/hari)

t = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g/ekor)


o = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (g/ekor)
t

= Periode pemeliharaan (hari)

Laju Pertumbuhan Bobot Mutlak


Pertumbuhan bobot mutlak adalah perubahan bobot rata-rata individu dari
awal sampai akhir pemeliharaan. Pertumbuhan bobot mutlak dihitung dengan
menggunakan rumus dari Goddard (1996):
t o
LPM =
t
Keterangan:

LPM = Laju pertumbuhan bobot mutlak (g/hari)


t = Bobot rata-rata pada akhir pemeliharaan (g)
o = Bobot rata-rata pada awal pemeliharaan (g)
t
= Periode pemeliharaan (hari)

Koefisien Keragaman Bobot


Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi panjang ikan yang
dinyatakan dalam koefisien keragaman, yang dihitung menggunakan rumus Steel
dan Torrie (1981):
Keterangan:

KK = Koefisien keragaman (%)


S
= Simpangan baku
Y = Rata-rata contoh

Konversi Pakan
Pada penelitian ini perhitungan konversi pakan (feed conversion ratio, FCR)
menggunakan rumus dari Goddard (1996):

F
FCR

Wt Wd W0
Keterangan :

FCR = Konversi pakan


Wt = Biomassa total ikan pada akhir pemeliharaan (g)

Wd = Biomassa total ikan mati selama pemeliharaan (g)


W0 = Biomassa total ikan pada awal pemeliharaan (g)
F = Jumlah total pakan selama pemeliharaan (g)

Analisis Data
Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis sesuai dengan
tujuan. Data parameter derajat kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot

5
harian, laju pertumbuhan bobot mutlak, koefisien keragaman bobot, dan konversi
pakan dianalisis menggunakan Analisis Ragam (ANOVA) dengan uji F pada
selang kepercayaan 95% dari program SPSS 16.0. Analisis ini digunakan untuk
menentukan apakah perlakuan berpengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan
hidup, laju pertumbuhan bobot harian, laju pertumbuhan bobot mutlak, koefisien
keragaman bobot, dan konversi pakan. Apabila berpengaruh nyata, untuk melihat
perbedaan antar perlakuan akan diuji lanjut menggunakan uji Tukey. Analisis
deskripsi kuantitatif digunakan untuk menjelaskan kelayakan media pemeliharaan
bagi kehidupan benih ikan ikan sidat selama penelitian, yang disajikan dalam
bentuk tabel dan gambar.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah derajat kelangsungan hidup,
laju pertumbuhan bobot harian, laju pertumbuhan bobot mutlak, koefisien
keragaman bobot, dan rasio konversi pakan.
Derajat Kelangsungan Hidup
Derajat kelangsungan hidup rata-rata ikan ikan sidat yang dipelihara
dengan perlakuan padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L berturut-turut sebesar 76,92%,
77,95%, dan 76,92% (Gambar 1). Perbedaan padat tebar ikan sidat tidak
berpengaruh secara nyata terhadap derajat kelangsungan hidup (P>0,05)
(Lampiran 4).

Keterangan: Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Gambar 1 Grafik derajat kelangsungan hidup ikan sidat Anguilla marmorata padat
tebar () 1, () 2, dan () 3 ekor/L yang dipelihara selama 56 hari
Laju Pertumbuhan Bobot Harian
Laju pertumbuhan bobot harian ikan sidat yang dipelihara dengan
perlakuan padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L berturut-turut sebesar 0,66%/hari,
1,11%/hari, dan 1,36%/hari (Gambar 2) dengan bobot rata-rata akhir sebesar
1,800,24 g, 2,320,28 g, dan 2,660,06 g. Semakin tinggi padat tebar, maka laju
pertumbuhan bobot harian semakin tinggi (Lampiran 5). Perlakuan padat tebar 1
ekor/L berbeda nyata dengan perlakuan padat tebar 2 ekor/L dan 3 ekor/L.

6
Sementara itu perlakuan padat tebar 2 ekor/L tidak berbeda nyata dengan
perlakuan 3 ekor/L (Lampiran 5)

Keterangan: Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Gambar 2 Grafik laju pertumbuhan bobot harian ikan sidat Anguilla marmorata
padat tebar () 1, () 2, dan () 3 ekor/L yang dipelihara selama 56
hari.
Laju Pertumbuhan Bobot Mutlak
Laju pertumbuhan bobot mutlak ikan sidat yang dipelihara pada perlakuan
padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L berturut-turut sebesar 0,010 g/hari, 0,019 g/hari, dan
0,025 g/hari (Gambar 3). Semakin tinggi padat tebar, maka laju pertumbuhan
bobot harian semakin tinggi (Lampiran 6). Perlakuan padat tebar 1 ekor/L berbeda
nyata dengan perlakuan padat tebar 2 ekor/L dan 3 ekor/L.

Keterangan: Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)


Gambar 3 Grafik laju pertumbuhan bobot mutlak ikan sidat Anguilla marmorata
padat tebar () 1, () 2, dan () 3 ekor/L yang dipelihara selama 56
hari
Koefisien Keragaman Bobot
Koefisien keragaman bobot ikan sidat yang dipelihara pada perlakuan padat
tebar 1, 2, dan 3 ekor/L berturut-turut sebesar 22,89%, 22,85%, dan 20,91%
(Gambar 4). Perbedaan padat tebar ikan sidat tidak memberikan pengaruh yang
berbeda nyata terhadap koefisien keragaman bobot (P>0,05) (Lampiran 7).

Keterangan: Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Gambar 4 Histogram koefisien keragaman bobot ikan sidat Anguilla marmorata


padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L yang dipelihara selama 56 hari
Konversi Pakan
Konversi pakan ikan sidat yang dipelihara pada perlakuan padat tebar 1, 2,
dan 3 ekor/L berturut-turut sebesar 19,20; 8,36; dan 6,03 (Gambar 5). Perbedaan
padat tebar ikan sidat mempengaruhi konversi pakan (P<0,05) yaitu semakin
tinggi padat tebar, maka laju pertumbuhan bobot harian semakin tinggi (Lampiran
8). Perlakuan padat tebar 1 ekor/L berbeda nyata dengan perlakuan padat tebar 2
ekor/L dan 3 ekor/L. Sementara itu perlakuan padat tebar 2 ekor/L tidak berbeda
nyata dengan perlakuan 3 ekor/L (Lampiran 8).

Keterangan: Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)

Gambar 5 Grafik konversi pakan ikan sidat Anguilla marmorata padat tebar () 1,
() 2, dan () 3 ekor/L yang dipelihara selama 56 hari

8
Kualitas Air
Data kualitas air dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil analisis menunjukkan
bahwa nilai kualitas air relatif homogen antar perlakuan dan masih dalam batas
toleransi untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan sidat.
Tabel 1 Kisaran kualitas air media pemeliharaan ikan sidat Anguilla marmorata
pada padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L
Parameter
Suhu (C)
pH
DO (mg/L)
Amoniak (mg/L)
Nitrit (mg/L)
Alkalinitas (mg/L
CaCO3 )

1 ekor/L
26,7-28,7
7,78-8,44
3,8-5,7
0,00050,0384
0,01-0,04

Perlakuan
2 ekor/L
26,8-28,7
7,70-8,49
3,7-5,7
0,00050,0620
0,01-0,04

3 ekor/L
26,7-28,7
7,98-8,44
3,4-5,7
0,00050,0997
0,01-0,04

52-108

52-108

52-108

Kisaran Optimal
23-30 (Usui 1974)
6,5-8,0 (Usui 1974)
>3 (Bieniarz et al. 1978)
<0,1 (Yamagata dan
Niwa 1982)
<0,5 (Knosche 1994)
30-500 (Boyd 1988)

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, derajat kelangsungan hidup ikan sidat yang
dipelihara pada semua perlakuan tidak berbeda nyata. Kematian yang terjadi
diduga karena stres secara alami sebagai akibat dari sistem budidaya. Dampak
dari stres mengakibatkan daya tahan tubuh ikan menurun bahkan terjadi kematian
(Effendi et al. 2006). Wedemeyer (1996) menyatakan bahwa peningkatan padat
penebaran akan mengganggu proses fisiologi dan tingkah laku ikan terhadap
ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan
fisiologis sehingga pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan derajat kelangsungan
hidup mengalami penurunan.
Laju pertumbuhan bobot harian dan laju pertumbuhan bobot mutlak
mengalami peningkatan dengan meningkatnya padat penebaran. Hal ini terjadi
karena nafsu makan ikan sidat lebih tinggi pada padat penebaran yang tinggi
(Sasongko et al. 2005). Pada padat penebaran tinggi, ikan sidat mengkonsumsi
pakan lebih banyak.
Secara umum energi dari pakan yang dikonsumsi ikan akan digunakan
untuk energi pemeliharaan dan sisanya untuk pertumbuhan. Hal ini yang
menyebabkan pertumbuhan ikan sidat pada padat penebaran tinggi lebih tinggi
dari padat penebaran rendah. Nilai laju pertumbuhan bobot harian dan bobot
mutlak yang rendah pada kepadatan rendah diakibatkan adanya pengalihan energi.
Stres yang muncul pada padat penebaran rendah akan meningkatkan energi
pemeliharaan. Hal tersebut akan mengurangi energi yang seharusnya digunakan
untuk pertumbuhan. Menurut Facey dan Avyle (1987) ikan sidat di alam hidup
bergerombol dan cenderung berada di dasar perairan. Diduga, ikan sidat yang
dipelihara pada padat tebar yang terlalu rendah mengalami stres sehingga
mempengaruhi penggunaan energi untuk pertumbuhan.
Konversi pakan mengalami penurunan dengan meningkatnya padat
penebaran. Semakin besar nilai konversi pakan maka semakin banyak pakan yang
dibutuhkan untuk memproduksi 1 kg daging ikan kultur. Konversi pakan sering

9
dijadikan indikator kinerja teknis dalam mengevaluasi suatu usaha akuakultur
(Effendi 2004). Berdasarkan pengamatan visual, ikan sidat pada padat tebar
rendah tidak terlalu respons terhadap pakan yang diberikan. Semakin tinggi padat
tebar, respons ikan sidat terhadap pakan semakin tinggi. Ikan sidat mempunyai
bagian yang sangat sensitif terhadap getaran terutama di bagian samping. Bagian
tubuh yang sensitif ini membantu pergerakan ikan sidat karena kemampuan
penglihatannya kurang baik (Tesch 2003). Kemampuan inilah yang dimanfaatkan
oleh ikan sidat pada saat diberi pakan. Ikan sidat mengikuti pergerakan ikan sidat
lainnya ketika diberi pakan. Menurut Facey dan Avyle (1987) ikan sidat di alam
hidup bergerombol dan cenderung berada di dasar perairan. Diduga, ikan sidat
yang dipelihara pada padat tebar yang terlalu rendah mengalami stres. Dalam
kondisi stres, nafsu makan ikan semakin menurun dan terjadi peningkatan
gangguan fungsi fisiologis yang selanjutnya akan meningkatkan konversi pakan.
Secara terintegrasi, kedua hal tersebut menyebabkan penurunan pertumbuhan
sehingga mempengaruhi ukuran panen.
Peningkatan padat tebar tidak mempengaruhi koefisien keragaman bobot
ikan sidat (P>0,05). Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan padat tebar
hingga 3 ekor/L tidak mempengaruhi variasi ukuran ikan sidat selama kualitas air
terjaga dan pakan yang tersedia dalam jumlah yang cukup.
Kualitas air selama penelitian masih layak untuk kegiatan pemeliharaan ikan
sidat karena sistem pengelolaan air yang digunakan adalah sistem resirkulasi.
Menurut Timmons dan Losordo (1994) sistem resirkulasi adalah suatu wadah
pemeliharaan ikan yang menggunakan sistem perputaran air, yang mengalirkan air
dari wadah pemeliharaan ikan ke wadah filter, lalu dialirkan kembali ke wadah
pemeliharaan sehingga kualitas air tetap terkontrol.
Suhu media pemeliharaan ikan sidat selama penelitian berkisar antara 26,728,7C sehingga masih dalam kisaran normal (Usui 1974). Semakin tinggi suhu,
maka laju metabolisme semakin tinggi. Suhu merupakan salah satu faktor fisika
perairan yang sangat penting dan berpengaruh bagi pertumbuhan ikan. Ikan
merupakan hewan berdarah dingin sehingga suhu berpengaruh langsung pada laju
metabolisme ikan. Perubahan suhu dapat menyebabkan perubahan laju
metabolisme ikan, yaitu semakin tinggi suhu media, maka laju metabolisme ikan
juga akan meningkat sehingga nafsu makan ikan meningkat.
Nilai pH selama penelitian berlangsung berkisar antara 7,70-8,49. Nilai ini
diluar nilai kisaran pH yang baik untuk pemeliharaan ikan sidat menurut Usui
(1974). Namun demikian, nilai tersebut masih dapat ditoleransi oleh ikan sidat
karena ikan masih dapat hidup dengan baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa
ikan sidat dapat beradaptasi dengan pH yang lebih tinggi dari seharusnya.
Kandungan oksigen terlarut selama pemeliharaan ikan sidat berkisar antara
3,4-5,7 mg/L. Kandungan oksigen terlarut membantu oksidasi bahan buangan dan
pembakaran makanan untuk menghasilkan energi bagi kehidupan dan
pertumbuhan ikan sidat. Nilai kandungan oksigen terlarut selama pemeliharaan
masih dalam kisaran normal untuk pemeliharaan ikan sidat yaitu >3 mg/L
(Bieniarz et al. 1978).
Organ pernafasan ikan sidat adalah insang. Ikan sidat memiliki empat
pasang insang yang terletak di dalam rongga branchial. Setiap lembar insang
terdiri atas beberapa filamen insang dan setiap filamen terbentuk dari sejumlah
lamela yang di dalamnya terdapat jaringan pembuluh darah. Dengan kemampuan

10
mengambil oksigen langsung dari udara, menyebabkan ikan ini dapat bertahan
selama beberapa saat di udara terbuka yang memiliki kelembaban cukup tinggi.
Keistimewaan lainnya adalah ikan sidat mempunyai kemampuan mengabsorpsi
oksigen melalui seluruh permukaan tubuhnya. Ikan sidat dilengkapi dengan tutup
insang untuk mempertahankan kelembaban di rongga branchial. Tutup insang ini
berupa celah yang sangat kecil yang terletak di bagian belakang kepala dan agak
sulit dilihat jika diperhatikan secara sepintas (Tesch 2003).
Kandungan amoniak selama pemeliharaan ikan sidat berkisar antara 0,00050,0997 mg/L. Konsentrasi ini masih dalam kisaran normal untuk pemeliharaan
ikan sidat yaitu <0,1 mg/L (Yamagata dan Niwa 1982). Amoniak yang
terakumulasi dalam media pemeliharaan sangat beracun bagi ikan karena dapat
merusak jaringan insang ikan. Konsentrasi amoniak yang sangat tinggi dalam
perairan dapat mengakibatkan penurunan ekskresi amoniak oleh ikan, sehingga
amoniak terakumulasi di dalam darah dan insang. Akumulasi amoniak dalam
darah dapat menyebabkan kemampuan darah dalam mentransportasikan oksigen
berkurang (Boyd 1982). Kandungan amoniak di dalam perairan juga dipengaruhi
oleh nilai suhu dan pH. Semakin tinggi nilai pH dan suhu maka nilai amoniak
juga semakin tinggi. Amoniak yang terakumulasi pada media air pemeliharaan
akan teroksidasi menjadi nitrit. Nitrit bersifat lebih tidak beracun dibandingkan
amoniak dan tidak mematikan bagi ikan, dengan kadar toleransi sampai 0,5 mg/L
(Knosche 1994). Nilai nitrit selama pemeliharaan berkisar antara 0,01-0,04 mg/L.
Nilai ini masih di bawah kisaran maksimal bagi pemeliharaan ikan sidat.
Nilai alkalinitas selama pemeliharaan berkisar antara 52-108 mg/L CaCO3.
Nilai tersebut masih dalam kisaran toleransi bagi kehidupan ikan sidat yaitu
berkisar antara 30-500 mg/L CaCO3 (Boyd 1988). Nilai alkalinitas selama
pemeliharaan menunjukkan kondisi media pemeliharaan yang masih stabil.
Perairan beralkalinitas > 20 mg/L mempunyai kapasitas bufer yang relatif tinggi
sehingga perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam dan basa (Boyd
1990).

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Padat penebaran ikan sidat 1, 2, dan 3 ekor/L pada sistem resirkulasi tidak
mempengaruhi kelangsungan hidup, yaitu menghasilkan derajat kelangsungan
hidup sebesar 76,92-77,95%. Peningkatan padat tebar meningkatkan pertumbuhan
dan menurunkan konversi pakan. Padat tebar 3 ekor/L menghasilkan pertumbuhan
tertinggi dan konversi pakan terendah.
Saran
Untuk tujuan produksi, sebaiknya dilakukan pendederan ikan sidat secara
intensif dengan menggunakan padat tebar 3 ekor/L. Untuk tujuan penelitian perlu
dilakukan peningkatan padat tebar lebih dari 3 ekor/L untuk memperoleh
informasi kepadatan optimal benih ikan sidat.

11

DAFTAR PUSTAKA
Affandi R, Suhenda N. 2003. Teknik Budidaya Ikan Sidat (Anguilla bicolor).
Prosiding Sumberdaya Perikanan Sidat Tropik. UPT Baruna Jaya, BPPT-DKP,
Jakarta. Hlm. 47-54.
Aji RS. 2010. Potensi Budidaya Ikan Sidat: Desa Panikel Cilacap Jadi
Percontohan
Budidaya
Sidat
(Rabu,
19
Mei
2010).
http://www.timlo.net/baca/2012/desa-panikel-cilacap-jadi-percontohanbudidaya-sidat [26 Mei 2012].
Aoyama J, Nishida M, Tsukamoto K. 2001. Molecular phylogeny and evolution
of the freshwater eel, genus Anguilla. Mol. Phylogen Evol., 20: 450-459.
Bieniarz K, Cedrowski A, Bogdan E. 1978. The influence of water temperature on
the growth of European eel (elver and two years old) was investigated.
Raczniki Nauk Ralniczych 1978. Seri H. T. 9828.
Boyd CE. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier Sci.
Publ. Comp, Amsterdam, Oxford, New York. 313 halaman.
Boyd CE. 1988. Water Quality in Warm Water Fish Ponds. Fourth Printing.
Auburn University Agriculture Experiment Station. Alabama. 359 p.
Boyd CE. 1990. Water Quality in Pond for Aquaculture. Auburn University,
Alabama.
Busacker GP, Adelman IR, Goolish EM. 1990. In Schreck CB and Moyle PB
(Editors): Methods for Fish Biology. American Fisheries Society, Bethesda,
Maryland, USA. p.: 363-387.
Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Effendi I, Bugri HJ, Widanarni. 2006. Pengaruh padat penebaran terhadap
kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih ikan gurami Osphronemus
gouramy Lac. Ukuran 2 cm. Jurnal Akuakultur Indonesia, 5(2): 127-135.
Facey ED, Avyle MJ. 1987. American Eel. Spesies profiles: Life Histories and
Environmental Requirements of Coastal Fishes and Invertebrater (North
Atlantic). Biology Reproduction. Academic Press, Inc. USA.
Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. Chapman and
Hall. New York. 194 hal.
Hepher B, Pruginin Y. 1981. Commercial Fish Farming with Special Reference to
Fish Culture in Israel. John Willey and Sons, New York. 261 hal.
Huisman EA. 1987. Principles of Fish Production. Wageningen Agricultural
University Press, Netherland.
Knosche R. 1994. An effective biofilter type for eel culture in resirculation
system. Aquaculture Engineering. 13: 71-82.
Rusmaedi, Praseno O, Rasidi, Subamia IW. 2010. Pendederan sidat (Anguilla
bicolor) sistem resirkulasi dalam bak beton. Prosiding Forum Inovasi
Teknologi Akuakultur 2010. Loka Riset Pemuliaan Teknologi Budidaya
Perikanan Air Tawar. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta. Hal 107-111.
Sasongko AY, Mundayana S, Muminah, Bastian T. 2005. Teknik Pembesaran
Sidat. Tinjauan Hasil BBATS 2004, BBAT Sukabumi. Sukabumi.
Setiawan IE, Amarullah H, Mochioka N. 2003. Kehidupan awal dan waktu
berpijah sidat tropik, Anguilla sp. Prosiding Sumberdaya Perikanan Sidat
Tropik, UPT Baruna Jaya, BPPT. Hal. 11-17.

12
Steel GD, Torrie JH. 1981. Prinsip-prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan
PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 747 halaman.
Subiakto S. 2012. Budidaya Sidat Janjikan Omzet Menggiurkan (Senin, 23 April
2012).
http://indonesia.go.id/in/kementerian/kementerian/kementeriankelautan-dan-perikanan/823-perikanan/10997-budidaya-sidat-janjikan-omzetmenggiurkan.html. [25 Mei 2012].
Suitha IM. 2008. Teknik Pendederan Glass Eel/Elver Ikan Sidat. Makalah yang
Disampaikan dalam Indonesian Aquaculture 2008 Tanggal 17-20 November
2008 di Hotel Inna Garuda, Daerah Istimewa Yogyakarta. Departemen
Kelautan dan Perikanan.
Tesch FW. 2003. The eel. Oxford: Blackwell Science Ltd.
Timmons MB, Losordo TM. 1994. Aquaculture Water Reuse System:
Engineering Design and Management. Amsterdam: Elsevier Science.
Tsukamoto K. 1999. The Eel: Mystery of the great migration. In International
Ocean Symposium (IOC), p. 164-187.
Usui A. 1974. Eel culture. Fishing News (Books) Ltd. London.
Wedemeyer GA. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture Systems.
Northwest Biological Science Center National Biological Service U. S
Departement of the Interior. Chapman and Hall. 232 hal.
Yamagata Y, Niwa M. 1982. Acute and chronic toxicity of ammonia to eel
Anguilla japonica. Bull.Jap. Soc. Sci. Fish. 48 (2), 171-176.

13

LAMPIRAN
Lampiran 1 Skema sistem resirkulasi dalam pemeliharaan ikan sidat Anguilla marmorata dengan padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L
Keterangan gambar:
: rak besi
: akuarium
: lamella separator
: bak fiber-1
: bak fiber-2
:saluran air bersih
: saluran air kotor
: saluran aerasi
: blower
: pompa air
: selang aerasi
: shelter
: termostat

13
13

14

Lampiran 2 Sistem resirkulasi dalam pemeliharaan ikan sidat Anguilla marmorata


dengan padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L

Lampiran 3 Rancangan tempat akuarium

A1 B1 C1 C2 A2 C2 B2 B3 A3
Lampiran 4 Analisis statistik derajat kelangsungan hidup (%) ikan sidat Anguilla
marmorata dengan padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L yang dipelihara
dalam sistem resirkulasi
a. Deskripsi
Ulangan

Perlakuan
1 ekor/L

2 ekor/L

3 ekor/L

72,31

79,23

76,92

81,54

80,77

81,54

76,92

73,85

72,31

Rata-rata

76,92 4,62

77,95 3,64

76,92 4,62

14

15

b. Anova
Sumber Keragaman

JK

DB

KT

Perlakuan

2,108

1,054

0,057

0,945

Sisa

111,594

18,599

Total
113,702
8
P>0,05, berarti perlakuan padat tebar tidak berpengaruh nyata terhadap derajat
kelangsungan hidup.

Lampiran 5 Analisis statistik laju pertumbuhan bobot mutlak (g/hari) ikan sidat
Anguilla marmorata dengan padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L yang
dipelihara dalam sistem resirkulasi
a. Deskriptif
Ulangan

Perlakuan
1 ekor/L

2 ekor/L

3 ekor/L

0,006

0,014

0,025

0,013

0,022

0,025

0,012

0,022

0,026

Rata-rata

0,010 0,004

0,019 0,005

0,025 0,001

b. Anova
Sumber Keragaman

JK

DB

KT

Perlakuan

0,000

0,000

14,250

0,005

Sisa

0,000

0,000

Total

0,000

P<0,05, berarti perlakuan padat tebar berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan bobot mutlak
ikan sidat
c. Uji Tukey
= 0,05
Perlakuan
1
2
3
P

N
3
3
3

a
0,01033

1,000

B
0,0193
0,0253
0,165

16
Lampiran 6 Analisis statistik laju pertumbuhan bobot harian (%/hari) ikan sidat
Anguilla marmorata dengan padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L yang
dipelihara dalam sistem resirkulasi
a. Deskriptif
Ulangan
1 ekor/L
0,411
0,802
0,775
0,663 0,218

1
2
3
Rata-rata

Perlakuan
2 ekor/L
0,862
1,227
1,243
1,111 0,215

3 ekor/L
1,354
1,360
1,358
1,357 0,003

b. Anova
Sumber keragaman

JK

DB

KT

Perlakuan

0,744

0,372

11,869

0,008

Sisa

0,188

0,031

Total
0,932
8
P<0,05, berarti perlakuan padat tebar berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan bobot spesifik
ikan sidat
c. Uji Tukey
= 0,05
Perlakuan

1
2
3

3
3
3

0,66284

B
1,11083
1,35749

1,000

0,278

Lampiran 7 Analisis satistik koefisien keragaman bobot (%) ikan sidat Anguilla
marmorata dengan padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L yang dipelihara
dalam sistem resirkulasi
a. Deskriptif
Ulangan
1
2
3
Rata-rata

1 ekor/L
19,95
21,03
27,70
22,89 4,20

Perlakuan
2 ekor/L
25,57
19,51
23,47
22,85 3,08

3 ekor/L
21,79
20,54
20,39
20,91 0,77

17
b. Anova
Sumber keragaman

JK

DB

KT

Perlakuan

7,703

3,851

0,418

0,676

Sisa

55,315

9,219

Total
63,018
8
P>0,05, berarti perlakuan padat tebar tidak berpengaruh nyata terhadap koefisien keragaman bobot
ikan sidat

Lampiran 8 Analisis statistik konversi pakan ikan sidat Anguilla marmorata


dengan padat tebar 1, 2, dan 3 ekor/L yang dipelihara dalam sistem
resirkulasi
a. Deskriptif
Ulangan

Perlakuan
1 ekor/L

2 ekor/L

3 ekor/L

29,80

10,19

6,35

12,77

7,76

5,89

15,03

7,12

5,85

Rata-rata

19,20 9,25

8,36 1,62

6,03 0,28

b. Anova (Trans LN)


Sumber Keragaman

JK

DB

KT

Perlakuan

1,871

0,936

Sisa

0,476

0,079

Total

2,347

11,800

P
0,008

P<0,05, berarti perlakuan padat tebar berpengaruh nyata terhadap konversi pakan ikan sidat
c. Uji Tukey
= 0,05
Perlakuan

1
2
3

3
3
3

2,8837

B
2,1206
1,7958

1,000

0,393

18

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kuningan tanggal 29 April 1990 dari bapak Karsim


dan ibu Wiwin Taswinah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah TK Bina Tunas Warga III
(1995-1996), SDN Taraju II (1996-2002), SLTPN 1 Sindangagung (2002-2005),
dan SMAN 3 Kuningan (2005-2008). Penulis diterima menjadi mahasiswa
Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Departemen
Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI)
pada tahun 2008.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi pengurus di
Himpunan Mahasiswa Aria Kamuning-Kuningan (2008-2011), UKM LISES
Gentra Kaheman sebagai Ketua Divisi Drama (2008-2009) dan sebagai Staf
Divisi Hubungan Eksternal (2009-2010), Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan sebagai Staf PBOS (2009-2010) dan Kepala Biro
Corporation (2010-2011), asisten praktikum mata kuliah Dasar-dasar Akuakultur
(2010/2011 dan 2011/2012), Ketua Divisi Pertandingan PORIKAN 2010, Badan
Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB sebagai staf Kementerian BOS
(2011-2012), serta Kepala Divisi Pertandingan OMI 2012. Selama kuliah, penulis
mendapatkan beasiswa dari program Beasiswa Bank Jabar dan Beasiswa PPA.
Penulis juga aktif di berbagai karya tulis dan artikel ilmiah. Lomba yang
pernah dimenangkan penulis antara lain pendanaan PKMP DIKTI 2011,
pendanaan PKMP DIKTI 2012, serta juara 2 PKM GT PIMNAS 2012. Penulis
melaksanakan Praktik Lapangan Akuakultur pada tahun 2011 di PT Sejati Minat
Tahta (Semata), Tasikmalaya, Jawa Barat dengan judul Pembenihan ikan gurami
Osphronemus goramy di PT Sejati Minat Tahta, Singaparna, Tasikmalaya, Jawa
Barat.
Tugas Akhir dalam pendidikan tinggi sarjana diselesaikan oleh penulis
dengan menyusun skripsi yang berjudul Kelangsungan hidup dan pertumbuhan
benih ikan sidat Anguilla marmorata ukuran 1 gram pada sistem resirkulasi
dengan padat penebaran berbeda.

Anda mungkin juga menyukai