Anda di halaman 1dari 3

TUGAS NEUROIMUNOLOGI

Rivan

1. Major Histocompatibility Complex atau yang biasa disebut MHC merupakan satu set gen
yang terdapat dalam kromosom 17 pada manusia dan kromosom 6 pada mencit. Kelompok
gen ini sangat polimorfik, produknya dipaparkan pada permukaan beberapa sel. Gen-gen
MHC mempunyai peran yang sangat penting dalam respon-respon imun terhadap protein
antigen. Hal ini karena limfosit T dengan antigen spsifik tidak dapat mengenali antigen
dalam bentuk bebas atau terlarut, tetapi hanya mengenali antigen dalam bentuk peptida
yang terikat secara kovalen dengan molekul MHC. Dengan kata lain, MHC membantu
memaparkan peptida-peptida antigen kepada limfosit T.
1. Molekul MHC kelas I
Molekul MHC kelas I terdiri atas rantai peptida berat dengan berat molekul (BM) 43 kDa
terikat secara kovalen dengan peptida yang lebih kecil, yaitu 11 kDa yang disebut
mikroglobulin. Bagian yang paling besar dari rantai berat terdiri atas tiga domain yaitu 1,
2 dan 3 yang menonjol ke permukaan sel. Bagian hidrofobik masuk kedalam membran
dan sekuens hidrofobiknya membawa C-terminal kedalam sitoplasma. Molekul MHC
kelas I mengkodekan antigen yang terdapat pada semua sel dan dikenali dalam
hubungannya dengan antigen, yaitu oleh sel sitotoksik
2. Molekul MHC kelas II
Molekul MHC kelas II juga merupakan glikoprotein transmembran, yang terdiri dari rantai
polipeptida dan dengan masing-masing berat molekul 34 kDa dan 28 kDa. Bagian
ekstraseluler dari rantai dan molekul MHC kelas II masing-masing terlipat membentuk
sepasang globulair domain yaitu 1 dan 2 atau 1 dan 2.
3. Molekul MHC kelas III
Molekul MHC kelas III terdiri atas gen-gen komplemen. Gen komplemen C4, C2 dan
faktor B (bagian aktif dari C3), serta TNF dan dikodekan oleh gen MHC kelas III.
Molekul ini merupakan 70 kDa heat shock protein.
Mikroorganisme yang bersifat intraseluler kebanyakan proses fragmentasi antigen
melibatkan proses retikulum endoplasmik, sehingga peptida antigenik dipresentasikan
melalui MHC I. Sedang peptida yang diproses eksogenus dipresentasikan melalui MHC II,
maka respon imun yang menonjol adalah respon imun humoral, sedang MHC I akan
memicu respon imun seluler.

2. Interferon- dihasilkan oleh leukosit yang telah terinduksi virus dan berperan sebagai

molekul antiviral (molekul yang berperan menangkal virus). Interferon- juga diketahui
memiliki efek antiproliferatif dan antifibrosis pada sel mesenkim.
TNF- dahulu dikenal dengan berbagai nama, yaitu cachetin, necrosin, sitotoksin
makrofag atau faktor sitotoksik. Bersama-sama dengan interferron (IFN) gama, TNF-
bersifat sitotoksin bagi banyak jenis sel tumor. TNF- terbukti juga merupakan modulator
respon imun kuat yang memperantarai induksi molekul adhesi, sitokin lain dan aktivasi
netrofil. Disamping berfungsi meningkatkan ekspresi molekul adhesi yang memudahkan
leukosit melekat pada permukaan endotel, dan merangsang sel fagosit mononuclear untuk
mensekresi chemokine, serta mengaktivasi leukosit, TNF yang diproduksi dalam jangka
panjang dengan konsentrasi rendah dapat mengakibatkan tissue remodeling. TNF dapat
berfungsi sebagai faktor angiogenesis dan membentuk pembuluh darah baru, dan dapat
berfungsi sebagai faktor pertumbuhan fibroblast yang mengakibatkan pembentukan
jaringan ikat. Bila produksi TNF tetap berlanjut, jaringan-jaringan tersebut dapat
merupakan jaringan limfoid baru dimana berkumpul limfosit B dan limfosit T.
Sekresi TNF- yang berlebih akan merusak sel endotel, menyebabkan oklusi pembuluh
darah, mengurangi aliran darah regional, dan meningkatkan permeabilitas endothelium.
Aktivasi TNF- dimediasi oleh sistem kekebalan tubuh yang dapat mengakibatkan sekresi
zat vasoaktif oleh karena cedera endotel dan menyebabkan permeabilitas vaskular dan
koagulasi intravaskular. TNF- merupakan sitokin pro inflamasi.

3. Nekrosis merupakan perubahan morfologi yang menyebabkan kematian sel. Merupakan


kejadian yang sering terjadi setelah stimulus eksogen dan ditampakkan dengan
pembengkakan, denaturasi dan koagulais protein, berkurangnya organel serta cell rupture.
Dua proses yang menyebabkan perubahan morfologi pada nekrosis adalah :
a. Denaturasi protein
b. Pencernaan enzim dari organel dan sitosol, dengan kata lain lisosom mengeluarkan
enzimnya ke dalam sitoplasma yang mengakibatkan enzim melahap seluruh organel
dan komponen sel.
Nekrosis sel terlihat sangat eosin, gambaran seperti kaca ( homogeny ), dan sitoplasma
bervakuola serta membrane sel terpotong-potong. Nukleus berubah menjadi :
a. Kariolisis : inti menghilang akibat hidrolisis kromatin
b. Piknosis : menyusutnya inti sel, batas tidak teratur serta peningkatan basofil sehingga
tampak hyperkromatin.
c. Karioreksis : inti terpecah-pecah membentuk granula-granula yang menggumpal

Apoptosis adalah kematian sel yang terprogram yang dirancang tubuh untuk
menghilangkan populasi sel yang tidak diinginkan. Biasanya disebut aksi bunuh diri .
Proses fisiologik dan patologisnya meliputi :
Kerusakan sel terprogram selama embryogenesis seperti terjadi pada implantasi,
organogenesis dan terjadinya involusi.

Delesi sel pada populasi yang berproliferasi seperti epitel kripta usus / kematian sel
pada tumor
Kematian sel oleh sel T sitotoksik
Rangsangan cedera ringan ( panas, radiasi, obat kanker sitotoksik ) yang
menyebabkan kerusakan DNA.
Gambaran morfologi dari apooptosis meliputi :
a. Pengerutan sel
b. Kondensasi dan fragmentasi kromatin
c. Terbentuk gelembung-gelembung sitoplastik dan badan-badan apoptotic
d. Fagositosis sel-sel sehat ( makrofag ) di sekitarnya dengan tidak melibatkan proses
inflamasi
4. Peran sistem imun ada atogenesis Stroke Iskemik: Sitokin adalah mediator peptida

molekuler merupakan protein atau glikoprotein yang dikeluarkan oleh suatu sel dan
mempengaruhi sel lain dalam suatu proses inflamasi. Respon inflamasi yang timbul segera
setelah stroke iskemik juga melibatkan berbagai sitokin utamanya sitokin pro-inflamasi
yaitu IL- 1, IL-6, IL-8 , TNF alfa. Pada stroke iskemik akut pada umumnya didapati
peningkatan sitokin proinflamasi seperti IL-1 dan TNF alfa sedangkan sitokin anti
inflamasi tidak berubah seperti IL4 atau justru malah menurun seperti TGF Beta 1.
Sitokin-sitokin seperti misalnya TNF alfa dan IL1 bertanggungjawab untuk akumulasi dari
sel-sel inflamasi dalam otak yang mengalami kerusakan dan dapat mempengaruhi
kelangsungan hidup dari neuron-neuron yang rusak. Selama iskemik, sitokin-sitokin
menarik leukosit-leukosit serta menstimulasi produksi dari reseptor-reseptor adesi pada
leukosit dan sel-sel endothelial.Sitokin proinflamasi seperti TNF alfa dan IL-1 mengalami
peningkatan ekspresi dalam beberapa jam setelah terjadi lesi iskemik. TNF terekspresikan
pada neuron pada pusat iskemik dan penumbra segera setelah iskemik dan setelahnya
sitokin ini ditemukan juga pada makrofag pada jaringan infark.
5. Fenomena Molecular Mimicry yaitu dimana Sebuah eksogen antigen dapat berbagi
kesamaan struktural dengan antigen host tertentu, dengan demikian, antibodi apapun
dihasilkan terhadap antigen ini (yang meniru antigen diri) juga bisa, secara teori, mengikat
antigen host, dan memperkuat respon imun. Ide mimikri molekuler muncul dalam konteks
Demam rematik , yang mengikuti infeksi dengan Grup A beta-hemolitik streptokokus .
Meskipun demam rematik telah dikaitkan dengan mimikri molekuler selama setengah
abad antigen belum ada secara resmi diidentifikasi (jika ada terlalu banyak telah
diusulkan). Selain itu, jaringan distribusi yang kompleks penyakit (jantung, sendi, kulit,
basal ganglia) berpendapat melawan antigen tertentu jantung. Masih mungkin bahwa
penyakit ini disebabkan misalnya interaksi yang tidak biasa antara kompleks imun,
komponen komplemen dan endotelium. Contohnya: Guillain Barre Syndrom (GBS), Acute
Inflamatorry Demyelinating Polyradiculopathy (AIDP)

Anda mungkin juga menyukai