Anda di halaman 1dari 24

Gangguan Fungsi

Eksekutif
Rivan

Dr. dr. J. Maja PS, Sp.S(K)


Fungsi ektekutif suatu proses kompleks
seseorang dalam kesadaran memecahkan
masalah/persoalan baru

Proses ini meliputi kesadaran akan


keberadaan suatu masalah,
mengevaluasinya, menganalisa serta
memecahkan/mencari jalan keluar dari
suatu persoalan.
Fungsi eksekutif dimediasi oleh korteks
prefrontal dorsolateral dan struktur
subkortikal yang berhubungan dengan
daerah tersebut

Sindrom diseksekutif dapat terjadi


gangguan neuropsikiatrik termasuk
demensia frontotemporal, gangguan lobus
frontal local, penyakit basal ganglia,
skizofrenia, dan beberapa pasien depresi

Anatomi
Fungsi eksekutif terganggu bila sirkuit
frontal-subkortikal terputus

Pasien akan tampak seperti menderita


sindroma lobus frontal, meskipun lobus
frontal masih intak
Frontal (terutama korteks
prefrontal) subkortikal

Fungsi :
Inisiasi
Problem solving
Planning
Perseverasi (shifting of idea)
Abstraksi

Fungsi Eksekutif
Komponen fungsi Eksekutif:

1. Kemauan (volition)

2. Perencanaan ( Planning)

3. Bertujuan (Purposive Action)

4. Pelaksanaan yg efektif ( Effective


Performance)
1. Kemauan (volition):
Apatis
Memburuknya penampilan dan kebersihan diri
Hilang rasa keingintahuan
Hilang rasa kesadaran terhadap diri sendiri
Kesadaran yang buruk terhadap pikiran dan
perilakunya
Hilangnya minat terhadap aktivitas yang dahulu
disukainya
Hilangnya rasa social
Kebutuhan yang tinggi terhadap struktur
eksternal
Tidak adanya kemampuan menikmati hidup dan
sex
Tidak adanya rencana masa depan
Tidak adanya motivasi
2. Perencanaan (planning):
Tidak adanya pikiran abstrak dan konseptual
Pikiran dan perilaku yang tidak terarah
Pikiran yang kaku
Kemampuan perencanaan yang buruk
Tidak adanya rencana masa depan
Perilaku social yang tidak pantas
3. Bertujuan (purposive action):
Kemampuan mengacaukan
Tidak ada inisiatif
Kesulitan menjalankan satu atau lebih aktivitas secara simultan
Tidak adanya kemampuan mempertahankan respon kognitif
atau respon motoric yang sedang berjalan
Pikiran dan perilaku yang tidak terarah
Emosi labil
Tidak sabar
Tidak ada asosiasi antara apa yang diucapkan dan yang
dilakukan
Kesulitan mempertahankan rangkaian pikiran
Pikiran-pikiran yang circumstantial/tangential
Kesulitan mengerjakan tugas-tugas baru
Kesulitan beradaptasi dengan situasi baru
Kebiasaan buruk dalam bekerja (sering tidak tuntas)
4. Pelaksanaan yang efektif (Effective
performance)
Keras hati
Pikiran yang kaku
Ketidakmampuan mengerjakan tugas dengan
tuntas
Ketidakmampuan mengenali atau meralat
kesalahan
Riwayat kebiasaan bekerja yang buruk
Kesulitan dalam memecahkan masalah
Ketidakmampuan memanfaatkan
rencana/strategi yang dulu berguna
Lesi Fokal otak dan kondisi yang
berhubungan

Stroke dan Cerebrovascular Diseases


Infark serebral 80% dari angka kejadian
cerebrovascular
Hemoragik intraserebral primer 10%
SAH 5%
Tidak diketahui 5%

Sekitar 40% dari infark serebral mengalami


transformasi hemoragik dalam 2minggu setelah infark.
Sindrom Neurobehavior dan
Neuropsikiatri yang tergabung
dgn infark fokal otak
Gejala neuropsikiatri biasanya merupakan
manifestasi post stroke
Depresi mayor 10-25%
Depresi minor 10-40%
Ancietas 20%
Tanpa depresi 7-10%
Apatis 20%
Ansognosia dgn denial of illness 25-45% (lesi
posterior kanan)
Reaksi katastropik 20%
Emosi yg labil 20%
MS adalah penyakit SSP demyelinisasi
inflamatori multifocal
Penyebab primer dari MS bkm diketahui,
factor lingkungan, lokus genetic multiple,
mempunyai kontribusi terhadap penyebab
penyakit.
Prevalensi: AS, Canada da Eropa utara:
100 per 100ribu, daerah tropic 5 per
100ribu
Usia 15-50tahun

Multiple Skerosis dan Penyakit


substantia alba
A. Klinis pasti MS
1. Dua serangan dan bukti klinis dari dua lesi terpisah
2. Dua serangan dengan bukti klinis dari 1lesi dan bukti paraklinis dari 1 lesi yang
lain

B. Laboratorium penunjang pasti MS


1. Dua serangan dengan klinis lain atau bukti paraklinis dari 1lesi dan terlihat
pada SSP, IgG OB atau peningkatan sintesis IgG dari SSP
2. Satu serangan, bukti klinis dari 2lesi terpisah dan terlihat pada SSP OB/IgG
3. Satu serangan, bukti klinis dari 1lesi, bukti paraklinis dari lesi lain, terlihat
pada CNS OB/IgG

C. Kemungkinan klinis MS
1. Dua serangan dan bukti klinis dari 1 lesi
2. Satu serangan dan bukti klinis dari 2 lesi terpisah
3. Satu serangan, bukti klinis dari 1 lesi dan bukti paraklinis dari lesi lain

D. Laboratorium penunjang kemungkinan MS


1. Dua serangan dan terdapat OB/IgG

Kriteria untuk diagnosis pasti dan


kemungkinan MS
Kategori sumber klinis dari MS
Kategori Gambaran
Relaps remitting Serangan diskret berikut
penyembuhan dengan sedikit atau
tidak ada sisa deficit neurologis
diantara serangan. Beberapa pasien
memiliki langkah sempurna dalam
peningkatan deficit neurologis
Progresiv sekunder (relaps progresiv) Onset dengan serangan tetapi pasien
dengan perkembangan deficit
neurologis yang meningkat selama
follow up kebanyakan pasien
mengalami perburukan yang lambat
Primer kronik progresiv Progresiv lambat dan mantap dari
deficit neurologic dari onset tanpa
episode diskret
Acut (Malignant) Penyakit polisimptomatis yang
berkembang menjadi Diasability berat
atau kematian dalam beberapa bulan.
Benign Sumber relaps tanpa perkembangan
deficit neurologis klinis sisa yang
Tanda motor neuron, abnormalitas sensorik,
perubahan visual, dan bukti disfungsi
cerebellar banyak ditemukan pada pasien
MS:
Hiperefleks (75%)
Ataxia ekstremitas bawah (57%)
Tanda Babinski bilateral (54%)
Sensari getar (47%)
Gangguan koordinasi satu atau lebih tungkai (40%)
Neuritis optic (38%)
Nistagmus (35%)
Penurunan sensasi posisi sendi (33%)
Spastisitas satu atau lebih tungkai (31%)
Berkurangnya rasa diskriminasi 2 titik (22%)
Disartria (19%)
Paraparesis (17%)
Opthalmoplegia internuklear (11%)
Tanda-tanda Neurogenik bladder (10%)
Penyakit Substantia Alba
Demyelinating Genetik
MS Metachromatic leukodystrophy
Acut disseminated adrenoleukodystrophy
encephalomyelitis
Acut hemorrhagig Krabbe disease (Globoid cell
encephalomyelitis leukodystrophy)
Infeksi Pelizaeus Merzbacher disease
HIV encephalopathy Alexanders disease
Progresiv multifocal Canavin disease
encephalopathy
Subakut sklerosing encephalitis Hereditary diffuse
leukoencephalopathy with
spheroids
Progresiv rubella panencephalitis Membranous leukodystrophy
Varicella zoster encephalitis Methylenetetrahydroflate
reductase deficiency
Cytomegaliivirus encephalitis Leukodystrophy dengan
dysgenesis ovarium
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai