Lapkas Pre Eklampsia Berat
Lapkas Pre Eklampsia Berat
Disusun Oleh :
Sarah Shabrina
26.49-1109-2012
Pembimbing :
dr. Edy Purwanta, Sp.OG
BAB I
PENYAJIAN KASUS
A. Indentitas Pasien
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
: Ny. F
: 38 tahun
: Perempuan
: Jln. Peritis Kemerdekaan No8 RT11/04 Kel. Kelapa Gading
Barat Kota Jakarta Utara
Pekerjaan
: IRT
Agama
: Islam
Tanggal Masuk
: 12.45 WIB, 20 November 2016
Tanggal Keluar
: 23 November 2016
Ruangan
: Pav. Annisa, Gedung Mina lt. 3
Dokter yang merawat: dr. A. Rauf, SpOG
B. Identitas Suami
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Pekerjaan
Agama
: Tn. H
: 40 tahun
: Laki-laki
: Jln. Peritis Kemerdekaan No8 RT11/04 Kel. Kelapa Gading
Barat Kota Jakarta Utara
: Buruh
: Islam
A. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
Pasien mengaku hamil datang dengan keluhan mules-mules
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengaku hamil yang ke-7 dengan usia kehamilan 9 bulan datang
dengan keluhan mules-mules. Pasien merupakan rujukan dari bidan dengan
G7P5A1hamil 39 minggu (per HPHT) dengan pembukaan 8-9 cm, ketuban
sudah pecah dari jam 10.00 dan letak sungsang.
Pasien mengeluh mules-mules sejak semalaman yang makin lama makin
sering dan teratur. Pasien sampai tidak bisa tidur. Intensitasnya makin lama
makin panjang. Jam 10.00 pagi terasa ada air yang merembes keluar dari jalan
lahir, banyak dan berwarna bening. Pasien merasa kesakitan pada perut dan
bagian kemaluan terasa seperti ingin mengedan. Tidak keluar darah dan lendir.
Kedua kaki pasien bengkak. Keluhan BAK dan BAB tidak ada. Pusing
disangkal. Mata berkunang-kunang disangkal. Mual muntah disangkal.
Pasien dibawa ke rumah bidan saat air merembes keluar, karena tekanan
darah yang terlalu tinggi dan letak sungsang pasien langsung dirujuk ke RSIJ
Cempaka Putih.
3. Riwayat penyakit dahulu :
Keluhan hipertensi terjadi pada kehamilan-kehamilan sebelumnya tapi tidak
jika sedang tidak hamil. DM disangkal, asma disangkal. Riwayat dirawat di
Rumah Sakit dan operasi sebelumnya disangkal.
4. Riwayat penyakit keluarga :
Keluhan yang sama pada keluarga disangkal. DM pada keluarga disangkal,
asma pada keluarga disangkal. Penyakit jantung pada keluarga disangkal.
5. Riwayat Alergi:
Makanan disangkal, obat-obatan: disangkal
6. Riwayat Psikososial
Pasien biasa makan 3 kali dalam 1 hari, pasien biasa makan nasi dengan daging,
jarang makan sayur dan buah. Riwayat mengkonsumsi alkohol disangkal,
Olahraga jarang.
7. Riwayat Pengobatan
Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan yang rutin seperti obat darah tinggi.
Pasien hanya mengkonsumsi obat-obatan dari bidan seperti penambah darah
dan vitamin.
RIWAYAT OBSTETRI
8. Riwayat perkawinan :
Pasien menikah sudah sejak 18 tahun yang lalu, ini merupakan pernikahan yang
pertama dan masih menikah hingga sekarang.
9. Riwayat haid :
Menarche pada usia 14 tahun, haid teratur, tidak nyeri selama haid, siklus lama
haid 7 hari dan siklus 28 hari.
HPHT: 19 Februari 2016
Taksiran persalinan: 26 November 2016
10. Riwayat ANC:
ANC tidak rutin ke rumah bidan
11. Riwayat Persalinan:
Gravida (7), Aterm (5), Prematur (0), Abortus (1), Anak Hidup (5), SC (0)
No
Tempat
Penolong
Tahun
1.
bersalin
RM
Bidan
m
7 April Aterm
persalinan
Spontan
2.
RM
Bidan
2000
22 Nov Aterm
3.
RM
Ater
Jenis JK
BB / PB
Keadaan
Lk
3300 gram
Baik
Spontan
Lk
2000 gram
Baik
Bidan
2003
24 Nov Aterm
Spontan
Pr
3000 gram
Baik
4.
RM
Bidan
2004
8Agus
Aterm
Spontan
Pr
3100 gram
Baik
5.
RM
Bidan
2008
9 Juli Aterm
Spontan
Pr
3100 gram
Baik
2010
6.
7.
Abortus
Hamil
ini
B. Pemeriksaan Fisik
4
Keadaan Umum
Skala nyeri : 5
a. Nyeri dimulai sejak <24 jam
b. Frekuensi: hilang timbul
c. Pencetus yang memperberat: saat kontraksi
d. Yang dapat meredakan nyeri: saat relaksasi
Kesadaran
Berat Badan
Panjang Badan
IMT
: Composmentis
: 57 Kg
: 145 cm
: 27.14 (Obese Class I)
Status Generalis
Kepala
: Normocephal
Mata
: Sklera ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-, refleks pupil +/+
Mulut
:Mukosa lembab, sianosis (-)
Leher
: KGB dan tiroid tidak membesar
Thorax
:
Jantung ;
o Inspeksi: iktus cordis tidak terlihat
o Palpasi: iktus cordis tidak teraba
o Auskultasi: BJ 1,2 reguler, murmur -, gallop Paru
;
o Inspeksi: gerak napas kedua lapang paru tidak ada yang tertinggal,
retraksi (-)
o Palpasi: gerak napas teraba simetris, vokal fremitus sama (+/+)
o Perkusi: sonor (+/+)
o Auskultasi: vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/Abdomen :
lihat status obstetri
5
Status Obstetri
Pemeriksaan Abdomen
o Inspeksi : perut membesar tampak cembung, linea nigra (+), striae gravidarum (+)
o Palpasi
:
Leopold I
: Teraba bagian keras, bundar dan melenting
Leopold II : Bagian sisi kanan teraba datar memanjang, bagian sisi kiri teraba
melenting, bagian bawah sudah tidak dapat digoyangkan seperti ada tahanan
Leopold IV : divergen, sudah masuk PAP
Kesan: Letak sungsang (bokong)
Tinggi Fundus Uteri: 33 cm
Kesan Panggul: luas
Taksiran Berat Janin: 3410 gr
Denyut Jantung Janin: 146 x/m
His: 3x10 40 kuat
Pemeriksaan Dalam: Vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 9
cm, ketuban (-), presentasi bokong murni teraba sacrum, BS (+)
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal : 20/11/2016 11:51 SHAFA ANNISA
PEMERIKSAAN
HEMATOLOGI RUTIN
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Eritrosit
MCV / VER
MCH / HER
HASIL
RUJUKAN
11, 6 g/dL
11.85 103/ul
451 103/ul
34 %
3.93 103/ul
87 fL
30 pg
11.7 15.5
3.60 11.00
150 440
35 47
3.80 5.20
80 100
26 34
6
MCHC / KHER
FAAL HEMOSTASIS
Masa Pendarahan (IVY)
Masa Pembekuan
IMUNOSEROLOGI HEPATITIS
HBsAg (Kualitatif)
URINALISIS
Protein
34 g/dL
32 36
2.00 menit
4.00 menit
1.00 3.00
4.00 6.00
(-) negatif
(-) negatif
2+
Resume
Ny F 38th G7P5A1 hamil 39 minggu datang dengan keluhan mules-mules dan keluar air
yang merembes dari jalan lahir sejak 1 jam SMRS. Perut terasa kencang (+), nyeri (+) tarasa
seperti ingin mengedan. Pusing (-), mata berkunang-kunang (-). Pasien merupakan rujukan dari
rumah bidan karena darah tinggi dan letak sungsang. Keluhan darah tinggi pada kehamilan
sebelumnya (+). HPHT 19/02/2016, TP 26/11/2016.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: tampak sakit sedang (skala nyeri : 5)
TTV:
o TD: 160/110 mmHg, tanpa obat
o HR: 88x/m, reguler, kuat angkat
o RR: 18x/m
o S: 36,7 0C
Ekstremitas: kedua kaki edema (+/+)
Status Obstetri:
Kesan Leopold: letak sungsang, TFU: 33cm, TBJ: 3410 gram, DJJ: 146x/m, His: 3x10
40, PD: v/v t.a.k, portio tipis lunak, pembukaan 9cm, ketuban (-), presentasi bokong
murni, BS (+)
Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium
o Hematologi Rutin:
Hb: 11,6 g/dL
Ht: 34%
.
WORKING DIAGNOSIS :
7
Ibu: G7P5A1 hamil 39 Minggu dengan PEB dan Letak Sungsang, Inpartu Kala I Fase
Aktif
RENCANA TINDAKAN:
Jalankan ke protap PEB: Inj MgSO4 40% 4gr IV bolus pelan
Pasang DC dan evaluasi produksi urin
Observasi setiap 15 menit
Tolong Persalinan
PROGNOSIS:
G7P5A1
11
KU
tampak
hamil 39
sakit
sedang,
minggu
TD:
160/110,
fase
datang
N: 84, S: 36,5,
aktif
dengan
RR: 20
denga
mules-mules,
Partus
kala I
PD:
portio
perut
tipis
lunak,
PEB
kencang
pembukaan
ingin
mengedan,
teraba bokong
murni
keluar air-air
produksi urin
Observasi setiap
menit
merembes
dari jalan
lahir (+).
Hipertensi
(+)
Observasi:
TD
a
m
1
Keterangan
160
/11
6,
DJJ: 148x/m
5
1
140
15
/90
6,
3
0
1
140
/90
6,
4
5
Os ingin
mengedan
KU
baik
Partus
tampak
sakit
Kala
sedang,
TD:
II
140/90 mmHg,
denga
N: 80, S:36,7,
PEB
pembukaan
lengkap,
(-),
Ket
teraba
bokong murni
Pimpin persalinan
Laporan Persalinan:
Tang
gal/Ja
m
20/11/
2016
12.00
pembukaan lengkap
A : Partus Kala II
KU: baik
Perdarahan: (-)
Os
KU
mu
Baik,
les
Kes CM,
Nadi: 88x/m
RR: 18 x/m
Partus
Kala III
lahir
spontan
lengkap,
massage uterus
TD:
Mu
120/90
KU baik,
Partus
les
Kes CM,
Kala
(+)
TD
IV
110/70
Penjahitan
Observasi perdarahan
Kontraksi uterus baik, TFU: 3 jari
dibawah pusat, perdarahan kala III-IV =
250 cc
Ny
KU baik,
Post
eri
Kes CM,
partum,
luk
kontraksi
kontrak
jelek
si jelek
O2 4 liter/menit
Amlodipin 10 mg 1x1 PO
Cefixim 200 mg 1x1 PO
Panadol 3x1 PO
Infus RL guyur
O2 4 lpm
Menghubungi dokter jaga
per
ine
um
,
mu
les
(-)
Ny
TD:
eri
110/70,
(+)
84x/m, S
le
36C,
ma
RR:
18x/m
(+)
Berikan terapi oral
Os
mu
TD
70/40
Post
partum
al
(+)
syok
pre
,
le
ma
s
(+)
Os
TD
Post
le
120/80,
partum
ma
N 82, S:
36,4C,
syok
(+)
RR:
perbaik
Os
18x/m
TD
an
Post
pu
40/pp
partum
cat
nadi
+ syok
lemah
nafas
22x/m
pre
yang
mungkin
Os pindah HCU
Line II tambahkan IVFD Asering guyur
bokong sebesar 4-5 kali dibanding presentasi kepala. Sebab kematian perinatal pada persalinan
presentasi bokong yang terpenting adalah prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang
sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak. Trauma lahir pada
presentasi bokong banyak dihubungkan dengan usaha untuk mempercepat persalinan dengan
tindakan-tindakan untuk mengatasi macetnya persalinan.Letak sungsang merupakan keadaan
dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri. Tipe letak sungsang yaitu: Frank breech (50-70%) yaitu kedua tungkai fleksi
; Complete breech (5-10%) yaitu tungkai atas lurus keatas, tungkai bawah ekstensi ; Footling
(10-30%) yaitu satu atau kedua tungkai atas ekstensi, presentasi kaki.Letak sungsang terjadi pada
3-4% dari seluruh persalinan. Kejadian letak sungsang berkurang dengan bertambahnya usia
kehamilan. Letak sungsang pada usia kehamilan kurang dari 28 minggu sebesar 25%, pada
kehamilan 32 minggu 7% dan, 1-3% pada kehamilan aterm.
Kehamilan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana bayi letaknya
sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri, sedangkan bokong merupakan
bagian terbawah di daerah pintu atas panggul atau simfisis (Manuab,1998).Pada letak kepala,
kepala yang merupakan bagian terbesar lahir terlebih dahulu, sedangkan pesalinan letak
sungsang justru kepala yang merupakan bagian terbesar bayi akan lahir terakhir. Persalinan
kepala pada letak sungsang tidak mempunyai mekanisme Maulage karena susunan tulang
dasar kepala yang rapat dan padat, sehingga hanya mempunyai waktu 8 menit, setelah badan
bayi lahir. Keterbatasan waktu persalinan kepala dan tidak mempunyai mekanisme maulage
dapat menimbulkan kematian bayi yang besar (Manuaba,1998).
Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan bentuk letak
a. Letak Bokong Murni Frank Breech: sendi lutut ekstensi dan sendi paha fleksi
1.
2.
3.
4.
Teraba bokong
Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi
Kedua kaki bertindak sebagai spalk
Flexi pada paha, extensi pada lutut, ini merupakan jenis yang tersering dan meliputi
hampir 2/3 presentasi bokong.
1. Teraba bokong
2. Kedua kaki berada di samping bokong
3. Flexi pada paha dan lutut (Frant Greech).
c. Letak Bokong Tak Sempurna Incomplete Breech : (bokong tak sempurna) letak satu
atau kedua kaki dibawah bokong (presentasi kaki atau footling breech)
1. Teraba bokong
2. Disamping bokong teraba satu kaki
3. Satu atau dua kaki dengan ekstensi pada kaki merupakan bagian terendah
(Fn Complek Breech).
d. Letak Kaki
1.
2.
Bila bagian terendah teraba salah satu dan atau kedua kaki atau lutut
Dapat dibedakan letak kaki bila kaki terendah ; letak bila lutut terendah
Presentasi sungsang pada kehamilan tunggal dengan berat badan < 2500 gram:
Presentasi sungsang pada kehamilan tunggal dengan Berat Badan Janin > 2500 gram:
Posisi janin pada presentasi sungsang ditentukan dengan menggunakan sacrum sebagai
denominator ( fetal point of reference to the maternal pelvis )
Station janin pada presentasi sungsang adalah ketinggian sacrum terhadap spina
ischiadica.
C. ETIOLOGI
Faktor-faktor presentasi bokong meliputi prematuritas, air ketuban yang
berlebihan. Kehamilan ganda, plasenta previa, panggul sempit, fibra, myoma,hydrocepalus
dan janin besar. Banyak yang diketahui sebabnya, ada pesentasi bokong membakal.
Beberapa ibu melahirkan bayinya semua dengan presentasi bokong menunjukkan bahwa
bentuk panggulnya adalah sedemikian rupa sehingga lebih cocok untuk presentasi bokong
daripada presentasi kepala.. Implantasi plasenta di fundus atau di tonus uteri cenderung
untuk mempermudah terjadinya presentasi bokong ( Harry oxorn,1996)
a. Keadaan rahim
1) Rahim arkuatus
2) Septum pada rahim
3) Uterus dupleks
4) Mioma bersama kehamilan
b. Keadaan plasenta
1) Plasenta letak rendah
2) Plasenta previa
2. Sudut janin
terdapat kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin merupakan bagian terbesar dan
keras serta paling lambat. Melalui hukum gaya berat, kepala janin akan menuju kearah pintu atas
panggul. Dengan gerakan kaki janin, ketegangan ligamentum fatundum dan kontraksi braxson
hicks, kepala janin berangsur-angsur masuk ke pintu atas panggul.
1) Persalinan bokong
2) Persalinan bahu
3) Persalinan kepala
Bokong masuk pintu atas panggul dapat melintang atau miring mengikuti jalan
lahir dan melakukan putaran paksi dalam sehingga trochanter depan berada di bawah simfisis.
Dengan trochanter depan sebagai hipomoklion akan lahir trochanter belakang dan selanjutnya
seluruh bokong lahir untuk melakukan putaran paksi dalam sehingga bahu depan berada dibawah
simfisis. Dengan bahu depan sebagai hipomoklion akan lahir bahu belakang bersama dengan
tangan belakang diikuti kelahiran bahu depan dan tangan depan. Bersamaan dengan kelahiran
bahu, kepala bayi memasuki jalan lahir dapat melintang atau miring, serta melakukan putaran
paksi dalam sehingga suboksiput berada di bawah simfisis. Suboksiput menjadi hipomuklion,
berturut-turut akan lahir dagu, mulut, hidung, muka dan kepala seluruhnya. Persalinan kepala
mempunyai waktu terbatas sekitar 8 menit, setelah bokong lahir. Melampaui batas 8 menit dapat
menimbulkan kesakitan /kematian bayi (Manuaba, 1998).
F. DIAGNOSA KEDUDUKAN
1. Pemeriksaan abdominal
a. Letaknya adalah memanjang.
b. Di atas panggul terasa massa lunak mengalir dan tidak terasa seperti kepala.
Dicurigai bokong. Pada presentasi bokong murni otot-otot paha teregama di atas
tulang-tulang dibawahnya, memberikan gambaran keras menyerupai kepala dan
menyebabkan kesalahan diagnostic.
c. Punggung ada di sebelah kanan dekat dengan garis tengah bagian-bagian kecil ada di
sebelah kiri, jauh dari garis tengah dan di belakang.
d. Kepala berada di fundus uteri. Mungkin kepala cukup diraba bila kepala ada di
bawah tupar/iga-iga. Kepala lebih keras dan lebih bulat dari paha bokong dan
kadang-kadang dapat dipantulkan (Balloffablle) dari pada bokong uteri teraba terasa
massa yang dapat dipantulkan harus dicurigai presentasi bokong.
e. Tonjolan kepala tidak ada bokong tidak dapat dipantulkan
2. Denyut jantung janin
Denyut jantung janin terdengar paling keras pada atau di atas umbilicus
dan pada sisi yang sama pada punggung. Pada RSA (Right Sacrum Antorior) denyut
jantung janin terdengar paling keras di kuadrat kanan atas perut ibu kadang-kadang
denyut jantung janin terdengar di bawah umbilicus
3. Pemeriksaan vaginal
1) Bagian terendah teraba tinggi
2) Tidak teraba kepala yang keras, rata dan teratur dengan garis-garis sutura dan
fantenella. Hasil pemeriksaan negatif ini menunjukkan adanya mal presentasi.
3) Bagian terendahnya teraba lunak dan ireguler. Anus dan tuber ichiadicum terletak
pada satu garis. Bokong dapat dikelirukan dengan muka.
4) Kadang-kadang pada presentasi bokong murni sacrum tertarik ke bawah dan teraba
oleh jari-jari pemeriksa. Ia dapat dikelirukan dngan kepala oleh karena tulang yang
keras.
5) Sakrum ada di kuadran kanan depan panggul dan diameter gitochanterika ada pada
diameter obligua kanan.
4. Pemeriksaan Sinar X
Sinar X menunjukkan dengan tepat sikap dan posisi janin, demikian pula
1. Persalinan Pervaginam
a. Spontaneous breech (Bracht)
Persalinan Pervaginam
Presentasi Frank Breech
Sectio Caesar
Taksiran berat janin 3500 g atau
<1500 gr
Panggul sempit atau ukuran dalam
nilai borderline
Kepala
janin
Kepala fleksi
Ukuran panggul adekuat (berdasarkan
hiperekstensi
Etuban pecah dini lama
Bagian terendah janin belum engage
x-ray pelvimetry)
Partus lama
Primitus
diameter
anterposterior
10.5
cm;
11.5 cm
Tidak ada indikasi sectio caesar pada
defleksi
atau
buruk
tanpa
kongenital
disertai
(untuk
kelainan
mencegah
prolapsus talipusat)
Presentasi kaki
Metode lain untuk menentukan cara persalinan adalah dengan menggunakan Zahtuni
Andros Breech Scoring seperti pada tabel dibawah:
Paritas
Usia
(minggu)
kehamilan
0
0
39 +
1
1
38
2
2
< 37
>35
00
300
<3000
0350
Riwayat
sungsang
Dilasi
Stasion
Paritas
persalinan
0
1
2
-3
0
3
-2
1
4
-1
2
Persalinan sungsang pervaginam dengan prognosis baik bila skoring antara 0-4
1. Tahap lambat : mulai lahirnya bokong sampai pusar merupakan fase yang tidak
berbahaya.
2. Tahap cepat : dari lahirnya pusar sampai mulut, pada fase ini kepala janin masuk PAP,
3.
Langkah klinik
Instrumen :
a)
b)
c)
d)
Persiapan Penolong
1.
2.
3.
4.
Pakai baju dan alas kaki ruang tindakan, masker dan kaca mata pelindung
Cuci tangan hingga siku dengan di bawah air mengalir
Keringkan tangan dengan handuk DTT
Pakai sarung tangan DTT / sterile) Memasang duk (kain penutup)
a) Lakukan periksa dalam untuk menilai besarnya pembukaan, selaput ketuban dan
penurunan bokong serta kemungkinan adanya penyulit.
b) Intruksikan pasien agar mengedan dengan benar selama ada his.
c) Pimpin berulang kali hingga bokong turun ke dasar panggul, lakukan episiotomi saat
bokong membuka vulva dan perineum sudah tipis.
Melahirkan bayi :
I.
Cara Bracht
i. Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam secara bracht (kedua ibu jari penolong
sejajar dengan panjang paha, jari-jari yang lain memegang daerah panggul).
ii. Jangan melakukan intervensi, ikuti saja proses keluarnya janin.
iii. Longgarkan tali pusat setelah lahirnya perut dan sebagian dada.
iv. Lakukan hiperlordosis janin pada saat anguluc skapula inferior tampak di bawah
simfisis (dengan mengikuti gerak rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan ke
arah perut ibu tanpa tarikan) disesuaikan dengan lahirnya badan bayi.
v. Gerakkan ke atas hingga lahir dagu, mulut, hidung, dahi dan kepala.
vi. Letakkan bayi di perut ibu, bungkus bayi dengan handuk hangat, bersihkan jalan nafas
bayi, tali pusat dipotong.
II.
Cara Klasik
Pengeluaran bahu dan tangan secara klasik dilakukan jika dengan Bracht baht dan
tangan tidak bisa lahir.
Prosedur :
i. Segera setelah bokong lahir, bokong dicekam dan dilahirkan sehingga bokong dan kaki
lahir.
ii. Tali pusat dikendorkan.
iii. Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan dan tarik ke atas
Dengan tangan kiri dan menariknya ke arah kanan atas ibu untuk melahirkan bahu
Cara Muller
Pengeluaran bahu dan tangan secara Muller dilakukan jika dengan cara Bracht
III.
bahu dan tangan tidak bisa lahir.Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik
kedua kaki dengan cara yang sama seperti klasik, ke arah belakang kontra lateral dari letak
bahu depan.Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk
melahirkan bahu dan lengan belakang.
Cara Lovset
(Dilakukan bila ada lengan bayi yang terjungkit di belakang kepala / nuchal arm)
a. Setelah bokong dan kaki bayi lahir memegang bayi dengan kedua tangan. Memutar
IV.
bayi 180o dengan lengan bayi yang terjungkit ke arah penunjuk jari tangan yang
muchal.
b. Memutar kembali 180o ke arah yang berlawanan ke kiri atau ke kanan beberapa kali
hingga kedua bahu dan lengan dilahirkan secara Klasik atau Muller.
V.
Ekstraksi Kaki
Dilakukan bila kala II tidak maju atau tampak gejala kegawatan ibu-bayi. Keadaan bayi /
ibu mengharuskan bayi segera dilahirkan.
i. Tangan kanan masuk secara obstetrik melahirkan bokong, pangkal paha sampai lutut,
kemudian melakukan abduksi dan fleksi pada paha janin sehingga kaki bawah menjadi
fleksi,tangan yang lain mendorong fundus ke bawah. Setelah kaki fleksi pergelangan
kaki dipegang dengan dua jari dan dituntun keluar dari vagina sampai batas lutut.
ii. Kedua tangan penolong memegang betis janin, yaitu kedua ibu jari diletakkan di
belakang betis sejajar sumbu panjang paha dan jari-jari lain di depan betis, kaki ditarik
turun ke bawah sampai pangkal paha lahir.
iii. Pegangan dipindah ke pangkal paha sehingga mungkin dengan kedua ibu jari di
belakang paha, sejajar sumbu panjang paha dan jari lain di depan paha.
iv. Pangkal paha ditarik curam ke bawah sampai trokhanter depan lahir kemudian pangkal
paha dengan pegangan yang sama dievaluasi ke atas hingga trokhanter belakang lahir.
Bila kedua trokhanter lahir berarti bokong telah lahir.
v. Sebaliknya bila kaki belakang yang dilahirkan lebih dulu, maka yang akan lahir lebih
dahulu ialah trokhanter belakang dan untuk melahirkan trokhanter depan maka pangkal
paha ditarik terus cunam ke bawah.
vi. Setelah bokong lahir maka dilanjutkan cara Clasik , atau Muller atau Lovset.
VI.
Cara Mauriceu (dilakukan bila bayi dilahirkan secara manual aid bila dengan Bracht
kepala belum lahir).
1. Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-olah memegang kuda
(Untuk penolong kidal meletakkan badan bayi di atas tangan kanan).
2. Satu jari dimasukkan di mulut dan dua jari di maksila.
3. Tangan kanan memegang atau mencekam bahu tengkuk bayi
4. Minta seorang asisten menekan fundus uteri.
5. Bersama dengan adanya his, asisten menekan fundus uteri, penolong persalinan melakukan
tarikan ke bawah sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing jari yang dimasukkan untuk
menekan dagu atau mulut.
G. PROGNOSIS
Dibandingkan persalinan pervaginam pada presentasi belakang kepala, morbiditas dan
mortalitas ibu dan atau anak pada persalinan sungsang pervaginam lebih besar.
Morbiditas maternal : lebih tingginya frekuensi persalinan operatif pada presentasi
sungsang termasuk sectio caesar menyebabkan peningkatan morbiditas ibu:
1) Morbiditas infeksi.
2) Ruptura uteri.
3) Laserasi servik.
4) Luka episiotomi yang meluas.
5) Atonia uteri akibat penggunaan analgesi sehingga terjadi perdarahan pasca persalinan.
Morbiditas dan mortalitas perinatal : lebih tinggi dibandingkan pada presentasi belakang
kepala (vertex).
Trauma persalinan :
1) Fraktura humerus dan klavikula.
2) Cedera pada muskulus sternocleiodomastoideus.
3) Paralisa tangan akibat cedera pada pleksus brachialis saat melahirkan bahu.
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
teori dikemukakan, tetapi belum ada yang mampu memberi jawaban yang memuaskan. Oleh
karena itu, preeklampsia sering disebut sebagai the disease of theory. Teori yang dapat
diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut:
1. Peningkatan angka kejadian preeklampsia pada primigravida, kehamilan ganda,
2.
3.
4.
5.
Sedikitnya terdapat empat hipotesis mengenai etiologi preeklampsia hingga saat ini,
yaitu:
1. Iskemia plasenta, yaitu invasi trofoblas yang tidak normal terhadap arteri spiralis
sehingga menyebabkan berkurangnya sirkulasi uteroplasenta yang dapat berkembang
menjadi iskemia plasenta.
C. KLASIFIKASI
Preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia ringan dan preeklampsia berat (PEB):
1. Preeklampsia ringan Dikatakan preeklampsia ringan bila :
a.Tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah
b.
diastolik 90-110 mmHg
c.Proteinuria minimal (< 2g/L/24 jam)
d.
Tidak disertai gangguan fungsi organ
2. Preeklampsia berat Dikatakan preeklampsia berat bila :
a.Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik > 110
mmHg
b.
Proteinuria (> 5 g/L/24 jam) atau positif 3 atau 4 pada pemeriksaan
kuantitatif
c.Bisa disertai dengan :
i.
Oliguria (urine 400 mL/24jam)
ii.
Keluhan serebral, gangguan penglihatan
iii.
Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas atau daerahepigastrium
iv.
Gangguan fungsi hati dengan hiperbilirubinemia
v.
Edema pulmonum, sianosis
vi.
Gangguan perkembangan intrauterine
vii.
Microangiopathic hemolytic anemia, trombositopenia
3. Jika terjadi tanda-tanda preeklampsia yang lebih berat dan disertai dengan adanya
kejang, maka dapat digolongkan ke dalam eklampsia.
Insidens preeklampsia sebesar 45 kasus per 10.000 kelahiran hidup pada negara
maju. Di negara berkembang insidensnya bervariasi antara 610 kasus per 10.000 kelahiran
hidup. Angka kematian ibu akibat kasus preeklampsia bervariasi antara 0-4%.
Angka kematian ibu meningkat karena komplikasi yang dapat mengenai berbagai
sistem tubuh. Penyebab kematian terbanyak wanita hamil akibat preeklampsia adalah perdarahan
intraserebral dan edema paru. Efek preeklampsia pada kematian perinatal berkisar antara 1028%. Penyebab terbanyak kematian perinatal disebabkan prematuritas, pertumbuhan janin
terhambat, dan solutio plasenta. Sekitar 75% eklampsia terjadi antepartum dan sisanya terjadi
pada postpartum. Hampir semua kasus (95%) eklampsia antepartum terjadi pada trimester ketiga.
primigravida terutama primigravida pada usia muda daripada multigravida. Penelitian mengenai
prevalensi preeklampsia dan PEB di Indonesia dilakukan di Rumah Sakit Denpasar. Pada
primigravida frekuensi preeklampsia/eklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan
multigravida, terutama primigravida muda. Hasil penelitian tersebut menunjukkan insidensi
preeklampsia pada primigravida 11,03%. Angka kematian maternal akibat penyakit ini 8,07%
dan angka kematian perinatal 27,42%. Sedangkan pada periode Juli 1997 s/d Juni 2000
didapatkan 191 kasus (1,21%) PEB dengan 55 kasus di antaranya dirawat konservatif.
nullipara
kehamilan ganda
obesitas
riwayat keluarga dengan preeklampsia atau eklampsia
riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
abnormalitas uterus yang diperoleh pada Doppler pada usia kandungan 18 dan 24
minggu
g. diabetes melitus gestasional
h. trombofilia
i. hipertensi atau penyakit ginjal
E. PATOFISIOLOGI
Turunnya tekanan darah pada kehamilan normal ialah karena vasodilatasi perifer
yang diakibatkan turunnya tonus otot polos arteriol. Hal ini kemungkinan akibat meningkatnya
kadar progesteron di sirkulasi, dan atau menurunnya kadar vasokonstriktor seperti angiotensin II,
adrenalin, dan noradrenalin, dan atau menurunnya respon terhadap zat-zat vasokonstriktor.
Semua hal tersebut akan meningkatkan produksi vasodilator atau prostanoid seperti PGE2 atau
PGI2. Pada trimester ketiga akan terjadi peningkatan tekanan darah yang normal seperti tekanan
darah sebelum hamil.
1. Regulasi volume darah
Terjadi perubahan arus darah ginjal dan fungsi ginjal yang sering
menjadi penanda pada kehamilan muda. Pada preeklampsia arus darah efektif
ginjal rata-rata berkurang 20%, dari 750 ml menjadi 600ml/menit, dan filtrasi
glomerulus berkurang rata-rata 30%, dari 170 menjadi 120ml/menit, sehingga
terjadi penurunan filtrasi. Pada kasus berat akan terjadi oligouria, uremia dan
pada sedikit kasus dapat terjadi nekrosis tubular dan kortikal.
F. MANIFESTASI KLINIS
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia adalah hipertensi dan
proteinuria. Gejala ini merupakan keadaan yang biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Pada
waktu keluhan lain seperti sakit kepala, gangguan penglihatan, dan nyeri epigastrium mulai
timbul, hipertensi dan proteinuria yang terjadi biasanya sudah berat.
Kenaikan berat badan. Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-tiba dan
kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan tanda pertama preeklampsia. Peningkatan
berat badan sekitar 0,45 kg per minggu adalah normal, tetapi bila lebih dari 1 kg dalam seminggu
atau 3 kg dalam sebulan maka kemungkinan terjadinya preeklampsia harus dicurigai.
Nyeri kepala. Gejala ini jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi semakin
sering terjadi pada kasus yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa pada daerah frontalis dan
oksipitalis, dan tidak sembuh dengan pemberian analgesik biasa. Pada Universitas Sumatera
Utara wanita hamil yang mengalami serangan eklampsia, nyeri kepala hebat hampir selalu
mendahului serangan kejang pertama.
Nyeri epigastrium. Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas merupakan
keluhan yang sering ditemukan pada preeklampsia berat dan dapat menjadi presiktor serangan
kejang yang akan terjadi. Keluhan ini mungkin disebabkan oleh regangan kapsula hepar akibat
edema atau perdarahan.
G. PENATALAKSANAAN
1.
maupun janin
2. kelahiran bayi yang dapat bertahan
3. pemulihan kesehatan lengkap pada ibu
Term
inasi
Keha
mila
n
Ibu
Fetus
Dijumpai gambaran
NST yang non-reaktif
Biophysic profile <4
pada 2 pemeriksaan
yang berbeda
Jumlah cairan amnion
<2cm
Pena
ngan
an
Eksp
ektat
if
Gangguan penglihatan
Hipertensi terkontrol
Fungsi hati >2x batas atas nilai
normal dengan adanya nyeri
epigastrium
penanganan aktif dan penanganan ekspektatif. Wanita hamil dengan PEB umumnya dilakukan
persalinan tanpa ada penundaan. Pada beberapa tahun terakhir, sebuah pendekatan yang berbeda
pada wanita dengan PEB mulai berubah. Pendekatan ini mengedepankan penatalaksanaan
ekspektatif pada beberapa kelompok wanita dengan tujuan meningkatkan luaran pada bayi yang
dilahirkan tanpa memperburuk keamanan ibu.
Adapun terapi medikamentosa yang diberikan pada pasien dengan PEB antara
lain adalah:
a.
b.
c.
d.
tirah baring
oksigen
kateter menetap
cairan intravena.
Cairan intravena yang dapat diberikan dapat berupa kristaloid maupun koloid
dengan jumlah input cairan 1500 ml/24 jam dan berpedoman pada diuresis, insensible
water loss, dan central venous pressure (CVP). Balans cairan ini harus selalu diawasi.
e. Magnesium sulfat (MgSO4).
Obat ini diberikan dengan dosis 20 cc MgSO4 20% secara intravena loading dose dalam
4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40% sebanyak 30 cc dalam 500 cc
ringer laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/menit (bolus intravena diencerkan). Magnesium
sulfat ini diberikan dengan beberapa syarat, yaitu:
jam, atau tiga jam sesuai kebutuhan. Penurunan tekanan darah pada PEB tidak boleh
terlalu agresif yaitu tekanan darah diastol tidak kurang dari 90 mmHg atau maksimal
30%. Penggunaan nifedipin ini sangat dianjurkan karena harganya murah, mudah didapat,
dan mudah mengatur dosisnya dengan efektifitas yang cukup baik.
g. Kortikosteroid
oleh adanya komplikasi kehamilan antara lain hipertensi dalam kehamilan yang
berlangsung lama. Hal yang sama juga dilaporkan Chiswick (1976) dan Morrison (1977)
yaitu rasio L/S yang matang lebih tinggi pada penderita hipertensi dalam kehamilan yang
lahir prematur. Sementara itu, Owen dkk (1990) menyimpulkan bahwa komplikasi
kehamilan terutama hipertensi dalam kehamilan tidak memberikan keuntungan terhadap
kelangsungan hidup janin. Banias dkk dan Bowen dkk juga melaporkan terjadi
peningkatan insidens respiratory distress syndrome (RDS) pada bayi yang lahir dari ibu
yang menderita hipertensi dalam kehamilan.
Dalam lebih dari dua dekade, kortikosteroid telah diberikan pada masa
antenatal dengan maksud mengurangi komplikasi, terutama RDS, pada bayi prematur.
Apabila dilihat dari lamanya interval waktu mulai saat pemberian steroid sampai
kelahiran, tampak bahwa interval 24 jam sampai tujuh hari memberi keuntungan yang
lebih besar dengan rasio kemungkinan (odds ratio/OR) 0,38 terjadinya RDS. Sementara
apabila interval kurang dari 24 jam OR 0,70 dan apabila lebih dari 7 hari OR 0,41.
insiden RDS dengan pemberian steroid antenatal pada kehamilan 30-34 minggu dengan
interval antara 24 jam sampai dengan tujuh hari. Sementara penelitian Liggins dan Howie
mendapati insidens RDS lebih rendah apabila interval waktu antara saat pemberian
steroid sampai kelahiran adalah dua hari sampai kurang dari tujuh hari dan perbedaan ini
bermakna. Mereka menganjurkan steroid harus diberikan paling tidak 24 jam sebelum
terjadi kelahiran agar terlihat manfaatnya terhadap pematangan paru janin. Pemberian
steroid setelah lahir tidak bermanfaat karena kerusakan telah terjadi sebelum steroid
bekerja. National Institutes of Health (NIH) merekomendasikan:
a. Semua wanita hamil dengan kehamilan antara 2434 minggu yang dalam
persalinan
prematur
mengancam
merupakan
kandidat
untuk
pemberian
Loading dose
MgSO4 40 % 4 g iv
Maintenance dose
Syarat pemberian SM :
Reflex patella harus positif
Respiration rate > 16 /m
Produksi urine dalam 4 jam 100cc
Tersedia calcium glukonas 10 %
Antidotum :
Bila timbul gejala intoksikasi SM
Bila refrakter
terhadap SM
berikut :
1. Sodium thiopental 100 mg iv
2. Diazepam 10 mg iv
3. Sodium amobarbital 250 mg iv
dapat
diberikan preparat
H. KEPERAWATAN
a.
Perawatan konservatif
1.
Tujuan :
Mempertahankan kehamilan hingga tercapai usia kehamilan yang
memnuhi syarat janin dapat hidup di luar rahim
2.
Indikasi :
eklampsia
3.
4.
Antihipertensi
5.
6.
Cara perawatan :
Mengukur protein urin pada saat MRS dan tiap 2 hari sesudahnya
Bila pasien telah terbebas dari kriteria PEB dan telah masuk kriteria PER,
pasien tetap dirawat selama 2 3 hari baru diperbolehkan rawat jalan.
Kunjungan rawat jalan dilakukan 1 minggu sekali setelah KRS.
7.
Terminasi kehamilan
b.
Perawatan aktif
1.
2.
Indikasi :
Terjadi oligohidramnion
3.
4.
Terminasi kehamilan :
Kala II diperingan
sesar
Penyulit Ibu
a. SSP
o Perdarahan Intrakranial
o DIC
o Trombositopenia
o Hipertensi ensephalopati
e. Kardiopulmonal:
o Edema cerebri
o Edema paru
o Edema retina
o Arrest napas
o Cardiac arrest
o Kebutaan cortex
o Iskemia miokardium
b. Gastrointestinal-hepatik:
o Subcapsular hematoma hepar
Penyulit Janin
a. PJT
o Ascites
b. Solusio plasenta
c. Ginjal :
o Gagal ginjal akut
c. IUFD
d. Kematian neonatal
e. Prematuritas
DAFTAR PUSTAKA
Prof.Dr.Ida Bagus Gede Manuaba,SpOG;1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan.Jakarta,EGC.
Oxorn,Harry&Forte,William R;1996.Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi.Jakarta,Yayasan
Essentia Medica.
Prawirohardjo, Sarwono;2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
Neonatal.Jakarta,JNPKKR_POGI.
Cunningham FG et al. Premature Rupture of the Membrane. Williams Obstetric, 22st ed.
Mc.Graw Hill Publishing Division, New York, 2005.
Wiknjosastro H. Distosia Pada Kelainan Letak Serta Bentuk Janin. Ilmu Kebidanan. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005.
Fischer Richard et al, Breech Presentation, e medicine, January 2002.
Angsar, 2008. Hipertensi dalam Kehamilan dalam Buku Ilmu Kebidanan Edisi keempat halaman
534-559, editor: Saifudin, Abdul Bari, Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Cunningham FG, Mac Donald PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hankins GD et al. 2001,
Hypertension Disorders in Pregnancy. Williams Obstetrics. 21th ed. London: Prentice-Hall
International, 2001: 567-618.
Dekker GA, Sibai BM, Etiology and Pathogenesis of Preeclampsia: Current Concepts. Am J
Obstet Gynecol 1998; 179: 1359-1375.
Roberts JM, Redman CWG. Preeclampsia: More Than Pregnancy-induced Hypertension. Lancet
1993; 341: 1447-1454.
Roberts JM, Taylor RN, Musci TJ, Rodgers GM, Hubel CA, McLaughlin. Preeclampsia: An
Endothelial Cell Disorder. Am J Obstet Gynecol 1989; 161: 1200-1204.
Wang Y, Alexander JS. Placental Pathophysiology in Preclampsia. Pathophysiology 2000; 6:
261-270.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBPS, Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. YBPS. Jakarta
Ida
Bagus,
Manuaba.
1998. Ilmu
Kebidanan
Penyakit
Kandungan
dan
Keluarga