Anda di halaman 1dari 7

Paragraf 1

Dokter Tenar yang praktik di Jalan Ramai sejak 2 tahun yang lalu adalah seorang
dokter umum yang memiliki pasien cukup banyak, terutama pada hari Sabtu dan
Minggu. Dengan ruangan praktik yang cukup luas dr. Tenar menempatkan 2 bed dalam
kamar praktiknya yang dibatasi dengan gorden sehingga dr. Tenar dapat leluasa
memeriksa pasiennya dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun di sisi lain terdapat
kesulitan bila ada pasien yang datang dengan kelainan kulit dimana ia harus memeriksa
pasien dalam keadaan setengah telanjang.
Klasifikasi Istilah
Question :
- Kelainan kulit (Ikke)
- Praktik (Bagus)
Answer :
- Kelainan kulit adalah kondisi abnormal pada kulit (Shabrina)
- Kelainan kulit adalah kondisi abnormal pada kulit sehingga terjadi disfungsi kulit
(Bagus)
- Praktik adalah pelaksanaan secara nyata atas teori yang sudah didapatkan
(Nadiah)
Daftar Masalah
Question :
-

Penempatan 2 bed dalam 1 ruang praktik, apakah sudah sesuai standar ruang
pemeriksaan? (Tomy)
Menurut pandangan etika, bagaimana dengan praktik yang dibuka pada hari
Sabtu & Minggu? (Sita)
Apa kelebihan dan kekurangan dari penggunaan 2 bed dalam 1 ruang praktik?
(Iola)
Apakah boleh ditempatkan 2 bed secara langsung dalam suatu ruangan dengan
hanya dibatasi gorden? (Bagus)
Apakah dokter dapat melayani banyak pasien sekaligus dalam sehari? (Andi)

Answer :
-

Anggap tata letak ruangan seperti berikut.

Ruang sekat kanan

Ruang sekat kiri

Keterangan :
Sekat kanan untuk pasien kondisi sakit ringan
Sekat kiri untuk pasien dengan perlakuan
khusus (mis. penyakit parah atau penyakit
menular)

Penempatan 2 bed dalam ruangan jika


berdasarkan kaidah justice diperbolehkan, karena
akan mempercepat pemeriksaan dan penanganan pasien, hal ini didasarkan pada
prinsip equality (Qyara).
Selain itu, pemisahan tempat pemeriksaan antara penyakit ringan dan parah
dapat mencegah terjadinya penularan penyakit kepada sesama pasien (Rianza).
Hal ini menitikberatkan juga pada kaidah non-malefincence, yakni mencegah
pasien dari bahaya (Iola).
Melanggar KODEKI Th. 2004, Pasal 12 : Setiap dokter wajib merahasiakan segala
sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan juga setelah pasien
itu meninggal dunia. Jika ruangan hanya dibatasi oleh gorden, kemungkinan hasil

pemeriksaan seorang pasien dapat terdengar oleh pasien di bed yang lain.
Sehingga hak atas privasi pasien belum benar-benar didapatkan, hal ini
melanggar kaidah autonomy (Nadiah).
Yang dimaksud dengan informasi tentang privasi pasien dalam KODEKI Th. 2004
Pasal 12, biasanya berupa rekam medis (Krany).
Biasanya dalam sebuah tempat praktik dokter, terdapat ruang pemeriksa dan
juga meja tempat dokter menyampaikan hasil pemeriksaan. Di bed dokter hanya
melihat keadaan pasien tanpa menjelaskan, komunikasi dokter-pasien terjadi di
meja pemeriksa. Sehingga kebocoran informasi jarang terjadi (Rifdah).
Secara kontekstual, hanya ada 1 area untuk menempatkan bed dan melakukan
anamnesis, yakni di ruang periksa. Meja tempat administrasi berada di area lain,
yang mana tidak ada sekat permanen antar ruang. Melanggar Pasal KUHP 322,
yaitu memungkinkan terjadinya pembocoran rahasia medis. Karena tidak tahu,
apakah dalam meng-anamnesis pasien dokter menggunakan intonasi
tinggi/rendah. (Bagus)
Jika kondisi ruangan memungkinkan terjadinya kebocoran rekam medis (rekam
medis tidak hanya dalam bentuk tertulis, melainkan juga berupa hasil
pemeriksaan yang disampaikan langsung), dokter bisa disalahkan. Akan tetapi,
jika pasien tidak mem-blow up masalah kebocoran privasinya, dokter tidak akan
mendapat masalah. Hal ini juga perlu dilihat dari sisi kaidah bioetik yang lain
sebagai dasar atas tindakan yang diambil dokter (dr. Lena).
Praktik yang dibuka pada hari Sabtu & Minggu sebenarnya adalah hak dokter, dan
hal ini diperbolehkan. Tetapi, dokter tetap harus memerhatikan kondisinya.
Berdasarkan KODEKI No. 16 Th. 2004, dokter harus mengatur waktu agar tidak
sakit dan menerapkan kaidan non-maleficence terhadap dirinya dan juga pasien.
Jika tujuan membuka praktik pada hari Sabtu & Minggu didasarkan pada prinsip
altruisme, yakni menolong tanpa pamrih, maka dokter seharusnya sudah
mempersiapkan diri. Dalam hal ini menerapkan kaidah beneficence terhadap
pasien.
Keuntungan dari penggunaan sekat gorden pada 2 bed dalam 1 ruang praktik
antara lain :
a. Memudahkan dalam hal pemeriksaan (mobilisasi dokter mudah)
beneficence
b. Jika ada pasien yang mengindap penyakit parah/menular, terpisahnya tempat
pemeriksaan pasien dapat meminimalisir terjadinya penularan penyakit.
non-maleficence
Kerugian dari penggunaan sekat gorden pada 2 bed dalam 1 ruang praktik antara
lain :
a. Rawan terjadi kebocoran info medis dan privasi pasien, melanggar autonomy

Paragraf 2
Pada hari Sabtu minggu lalu, sudah ada 10 antrean pasien pada saat beliau datang.
Dengan tujuan memasyarakatkan budaya antre dr. Tenar memeriksa pasien sesuai
nomor urut pendaftaran. Sesuai dengan dugaan, pasien pertama, kedua dan ketiga
datang dengan keluhan batuk pilek. Maka dr. Tenar pun memberikan puyer batuk pilek
pada ketiganya serta nasehat untuk istirahat cukup, banyak minum air putih serta
mengkonsumsi buah-buahan.
Klasifikasi istilah
Question :
-

Batuk (Rifdah)
Puyer (Shabrina)
Pilek (Qyara)

Answer :
-

Batuk adalah gangguan pada organ pernapasan. (Nadiah)

Batuk adalah gatal pada tenggorokan sehingga menimbulkan bunyi keras yang
khas. (Sita)
Batuk adalah mekanisme pembersihan dalam cabang bronkus. (Iola)
Puyer adalah obat berupa serbuk/bubuk (Ikke)
Puyer adalah obat yang didapatkan dari penghalusan minimal 2 buah tablet yang
kemudian dicampurkan. (Rifdah)
Pilek adalah demam disertai lendir karena peradangan di lapisan hidung &
tenggorokan sehingga produksi lendir menjadi berlebih. (Tomy)
Pilek bisa disebabkan oleh cuaca dingin/sakit flu. (Andi)

Daftar Masalah
Question :
-

Sudah sesuaikah dengan kaidah bioetik jika dr. Tenar menerapkan budaya antre
pada pasiennya?
Bolehkah seorang dr. Tenar langsung memberikan obat puyer kepada ketiga
pasiennya?
Apakah dibenarkan memasukkan 3 orang pasien dengan keluhan sama sekaligus
dan langsung diberikan obat?

Answer :
-

Ya, sudah sesuai dengan kaidah justice karena memberikan kesempatan yang
sama terhadap setiap pasien, sehingga pemeriksaan bersifat adil. Namun
terkadang dokter mengalami situasi dimana ada pasien dalam keadaan darurat,
sementara giliran antrenya masih panjang. Dalam hal ini dokter harus bijak dalam
mengambil keputusan. Solusinya, dokter dapat meminta suster untuk menganamnesis gejala-gejala penyakit pasien terlebih dulu untuk mengetahui pasien
mana saja yang dalm kondisi gawat. Pasien yang dalam keadaan gawat
hendaknya diobati lebih dulu, dengan cara ini dokter tetap dapat menerapkan
kaidah justice serta beneficence. (Qyara)
Ketiga pasien sama-sama datang dengan keluhan batuk pilek, oleh karena itu
dokter telah memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien
yakni saran dan obat yang diperlukan. Dokter telah menerapkan kaidah justice.
(Qyara)

Paragraf 3
Pasien keempat sore itu adalah seorang ibu berusia 60 tahun diantar oleh anak lakilakinya datang dengan keluhan nyeri ulu hati yang menjalar ke punggung. Merasa tidak
yakin dengan kemungkinan sakit maag yang diderita ibu ini, maka dr. Tenar melakukan
pemeriksaan EKG (elektrodiagrafi) karena kecurigaan terjadi penyempitan pembuluh
darah jantung. Hasil yang diperoleh tidak ada kelainan. Melihat usia, kondisi fisik ibu
yang cukup gemuk serta tekanan darah 140 / 90 mmHg, dr. Tenar memberikan surat
rujukan beberapa pemeriksaan laboratorium. Dr. Tenar merujuk ibu tersebut ke
Laboratorium Titrasi Cepat langganannya yang tidak begitu jauh dari tempat praktiknya.
Dr. Tenar mendapat bingkisan kue dari Laboratorium Klinik tersebut. Setelah ia
perhatikan, ternyata jumlah bingkisan kue sesuai dengan jumlah pasien yang ia kirim.
Sekitar 2 bulan yang lalu, ia memperoleh voucher belanja Rp 400.000,- di supermarket
terkenal di kotanya setelah mengirim 20 orang pasien.
Klasifikasi Istiah
Question :
-

EKG
Maag

Answer :
-

Maag adalah penyakit dalam organ pencernaan (lambung) yang diakibatkan oleh
kelebihan asam lambung. Terjadi peradangan pada selaput lendir (mukosa)
lambung (gastritis) atau luka mukosa lambung (gastric ulcer) yang dikenal
dengan istilah tukak lambung (ulcus pepticum).

Daftar Masalah

Question :
-

Apakah boleh seorang dokter langsung merujuk pasien tanpa meminta


persetujuan pasien lebih dulu?
Bagaimana
hukumnya
seorang
dokter
memeroleh
imbalan
berupa
(voucher/bingkisan kue) dari laboratorium langganannya?

Answer :
a. Boleh
- Dokter menerapkan prinsip mencegah dari bahaya/kehilangan serta minimalisasi
akibat buruk kaidah non-maleficence dan mengutamakan kepentingan pasien
serta maksimalisasi akibat baik kaidah beneficence. Ia memberikan surat
rujukan untuk lebih memastikan penyakit yang diderita oleh pasien tersebut.
Dokter akan lebih cepat memberikan penanganan jika telah diketahui secara pasti
penyakit pasien, dan apabila penyakit pasien tersebut tidak bisa ditanganinya
langsung, karena merasa bukan kompetensinya sebagai dokter umum, dokter
dapat memberikan surat rujukan ke dokter spesialis yang lebih mampu. (Qyara)
b. Tidak boleh
- Dokter yang menerima imbalan dari laboratorium langganannya dapat dikatakan
melanggar KODEKI Th. 2012 Pasal 3: Dalam melakukan pekerjaan
kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang
mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Dokter sebagai perseorangan praktisi wajib menolak pemberian segala bentuk
apapun bila dikaitkan atau patut diduga dikaitkan dengan kapasitas
profesionalnya dalam meresepkan obat/alat/produk/barang industri kesehatan
tertentu dan anjuran penggunaan jasa kesehatan tertentu, termasuk berniat
mempengaruhi kehendak pasien/keluarganya untuk membeli atau mengkonsumsi
obat/alat/produk/barang/jasa tertentu karena ia telah menerima atau dijanjikan
akan menerima komisi/keuntungan dari perusahaan farmasi/alat/produk/jasa
kesehatan tersebut. (Qyara)
Paragraf 4
Pasien pulang dengan membawa obat maag, penenang dan surat permintaan
laboratorium serta minta datang kembali setelah memperoleh hasil laboratorium. Setelah
menyelesaikan administrasi, ibu tersebut masuk kembali ke kamar periksa karena
merasa ada yang kurang yaitu belum disuntik seperti yang biasa ia dapatkan bila
berobat ke dokter. Pada saat masuk, tanpa sengaja ia tadi melihat pasien laki-laki muda
bertato di perut bagian bawah sedang menutup kembali celana dalamnya. Anak muda
tadi tidak mengikuti nomor antrean karena mengaku teman SMP dr. Tenar, sehingga
suster memasukkan lebih dahulu ke ruang sekat kiri, ruang tempat pasien yang
memerlukan perlakuan khusus. Ibu tersebut sempat melihat sepintas celana dalam tadi
bervlek-vlek putih kekuningan. Anak muda tadi memelototi si ibu, yang kemudian dr.
Tenar meminta sang ibu keluar sebentar menunggu giliran sehabis anak muda tersebut.
Ibu yang agak cerewet tadi minta maaf, namun tanpa segan-segan ia menanyakan apa
penyakit anak muda tadi. Dr. Tenar agak terpana untuk menjawab pertanyaan awam si
ibu ini. Ah, cuma panas dalam perut, jawab Tenar. Saya suntiknya sambil berdiri saja
dok, kalau tiduran takut ketularan penyakit kelaminnya anak tadi cerocos sang pasien.
Klasifikasi Istiah
Question :
-

Laboratorium
Suntik

Daftar Masalah
Question :
-

Adakah kaidah yang dilanggar oleh anak muda yang tidak mengikuti nomor
antrean karena mengaku teman SMP dr. Tenar?
Bagaimana pendapat tentang membiarkan pasien lain masuk?
Bagaimana sikap dokter terhadap seorang pasien yang terlanjur mengetahui
kondisi dari pasien lainnya?

Answer :
-

Ya ada, yakni kaidah justice. Jika sejak awal dr. Tenar telah menerapkan budaya
antre dimana seluruh pasien harusnya mendapat perlakuan yang sama, dan
seharusnya pasien tersebut tidak mendapat perlakuan khusus, kecuali jika
penyakit yang dideritanya parah sehingga perlu segera ditangani. Dampaknya
dari segi kaidah autonomy, anak muda tersebut telah kehilangan privasinya
ketika ada pasien lain yang mengetahui tentang kondisi medisnya. (Qyara)
Ketika kondisi pasien diketahui oleh orang lain tanpa sengaja, hal ini dapat
dijadikan kesalahan dari dokter karena telah melanggar beberapa hal berikut.
1. Kaidah autonomy
2. KODEKI Th. 2012 Pasal 16 dimana setiap dokter wajib merahasiakan segala
kondisi pasiennya bahkan ketika pasien telah meninggal dunia.
3. Lafal Sumpah Dokter: Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya
ketahu karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter.
4. UUPK No. 29 Th. 2004
5. Peraturan Pemerintah No. 10 Th. 1966 tentang wajib simpan rahasia
kedokteran
Dalam hal ini, dokter perlu menerapkan komunikasi medik yang baik agar
kerahasiaan penyakit pasien tetap terjaga. (Qyara)

Paragraf 5
Pasien kelima dan keenam seorang wanita muda dan setengah baya. Sebut saja
Mbak Modis dan Ibu Menor. Mbak Modis mengeluh beberapa hari ini badannya panas
dingin, mual dan beberapa kali muntah. Sedangkan Ibu Menor mengeluh kepala pusing
yang hilang timbul. Dia sudah beberapa kali datang ke dokter yang berbeda-beda dan
dikatakan tidak ada apa-apa, hanya pusing biasa. Dokter terakhir yang ia kunjungi
menyarankan dilakukan CT scan kepala. Kemudian ia datang ke dr. Tenar dengan
membawa hasil CT scan. Surat keterangan yang terdapat di dalam amplop CT scan
tersebut menyatakan kecurigaan adanya SOL (space occupying lesion). Tanpa penjelasan
mengenai isi di dalam surat keterangan tersebut, dr. Tenar memberikan surat rujukan ke
RS Bagian Saraf. Sementara Ibu Menor, tidak sempat dilakukan pengukuran tekanan
darahnya, langsung diberikan resep sakit kencing yang sudah langganan ia derita 5
tahun ini. dr. Tenar hanya memeriksa sekilas dan menyalin resep dari catatan medis yang
disodorkan suster.
Klasifikasi Istiah
Question :
-

SOL
CT Scan

Answer :
-

CT scan adalah pemeriksaan/pemetaan tubuh atau beberapa organ melalui


pengumpul informasi menggunakan alat pendeteksi komputer (Kamus Dorland,
edisi 29 hal 681) (Qyara)

Daftar Masalah
Question :
-

Prinsip apa yang dilanggar oleh dokter ketika tidak memberikan penjelasan pada
pasien mengenai hasil CT Scannya?
Apakah boleh langsung memberikan resep tanpa dilakukannya pemeriksaan?

Answer :
-

Prinsip yang dilanggar dokter dalam hal tidak memberikan penjelasan mengenai
hasil CT Scan adalah prinsip dalam kaidah autonomy, dimana pasien berhak
mengetahui hasil rekam medisnya. Sesuai dengan UUPK No. 29 Th. 2004 Pasal 46
& 47 tentang rekam medis, serta pasal 52E tentang hak pasien mendapat isi
rekam medis. (Qyara)

Tidak boleh. Dalam hal ini terjadi pelanggaran atas kaidah justice, dimana setiap
pasien berhak atas perlakuan yang sama, yakni mendapat pemeriksaan sebelum
diberikan resep obat. (Qyara)

Paragraf 6
Suster telah mengingatkan dua pasien berikutnya adalah Tn. Garputala 46 tahun
dengan muntah berak belasan kali dan satu lagi seorang pelajar putri, 15 tahun sebut
saja Nn. Rana Omnivora yang ia kenal sebagai anak pertama OKB (orang kaya baru)
tetangganya, yang anggota DPRD salah satu parpol besar, serta baru saja menerima
telepon ada pasien langganannya yang gawat mau datang. Garputala adalah hansip
setempat yang merasa tidak afdol kalau belum dipegang dr. Tenar. Ia melongok
sebentar ke pasien tadi, memegang nadinya yang terasa kecil dan lemah, mencubit kulit
perutnya yang ternyata sudah mengendur. Suster carikan bajaj! instruksinya ke suster
setelah meyakinkan sang hansip agar cepat dirawat. Tak lupa ia menitipkan amplop
berisi Rp. 25.000, - bagi hansip. Untuk transpornya, ya Pak Tala. Cepat sembuh deh
sambil memberi sebungkus oralit dan lalu mengirimkannya ke RS setempat.
Klasifikasi Istilah
Question :
-

Nadi
Oralit

Daftar Masalah
Question :
-

Apakah tindakan seorang dokter yang memberikan amplop berisi uang transport
dan oralit sudah sesuai dengan kaidah dasar bioetik?
Apakah tindakan dokter yang langsung meyakinkan pasien dan mengirimnya ke
RS setempat sudah benar?

Answer :
-

Ya. Dokter telah menerapkan prinsip altruisme (menolong tanpa pamrih) dan
minimalisi akibat buruk. Hal ini sesuai dengan kaidah beneficence dan nonmalefience. (Qyara)
Jika didasarkan pada kaidah autonomy, dokter telah melakukan pelanggaran,
yakni tidak memperhatikan keputusan dari pasien. Namun benar atau tidaknya
dapat ditentukan setelah melihat kondisi pasien. Apabila kondisi pasien saat itu
buruk dan dapat mengancam nyawanya jika terlambat ditangani, maka tindakan
dokter yang langsung merujuk pasien ke RS sudah tepat. Dasar dari tindakan ini
adalah kaidah beneficence (wajib menolong pasien gawat darurat) dan nonmalefincence (mampu mencegah pasien dari bahaya, manfaat bagi pasien lebih
banyak) (Qyara)

Paragraf 7
Saat mempersilahkan Nn. Rana masuk ke ruang sekat kanan, dr. Tenar terkejut
karena serombongan orang menyela masuk sambil menggendong pasien anak laki-laki 9
tahun. Pasien tersebut bernama Malthus bin Darwin yang tadi pagi ia khitan, ternyata
datang kembali dalam keadaan berdarah. Ia menolong Malthus terlebih dulu selama 45
menit, sementara Rana terpana sendirian karena suster juga sibuk membantu dr. Tenar
mengatasi pendarahan si Malthus di ruang sekat kiri. dr. Tenar tak sempat bicara ke Nn.
Rana. Para pengantar Malthus justru yang meminta Rana agar bersabar sambil mencuri
pandang, karena walaupun bukan bernama menor, Rana memang menor malam itu.
Klasifikasi Istiah
Question :
-

Khitan
Pendarahan

Daftar Masalah

Question :
-

Apakah benar tindakan dokter yang menolong Malthus terlebih


sedangkan Nn. Rana sudah lebih dulu berada dalam ruang periksa?

dahulu,

Answer :
-

Dokter telah menerapkan prinsip menolong pasien emergency sesuai dengan


kaidah non-maleficence karena dokter tersebut telah memberikan pertolongan
pada pasien yang keadaannya jauh lebih gawat daripada pasien yang masih
dapat menunggu untuk diperiksa kemudian. Meskipun sudah bertindak sesuai
dengan SOP, dokter seharusnya mengkomunikasikan dulu kepada Nn. Rana untuk
menunggu sebentar karena ada pasien gawat darurat yang harus segera
ditangani. (Qyara)

Paragraf 8
Sambil bersimbah peluh, Tenar akhirnya mendengarkan keluhan Rana. Ia stres karena
baru saja mengambil uang ayahnya tanpa ijin demi menolong sahabatnya seumuran
untuk aborsi di klinik Antah Berantah. dr. Tenar menawarkan untuk menjadi mediator
menyampaikan apa adanya kepada bapak Rana. Toh menurutnya dan menurut Rana,
sang anggota DPRD ini cukup mampu menolong sahabat Rana. Biar uang saku saya
dipotong deh dok asal papi tak nyap-nyap ama saya, kata si manis Rana.
Klasifikasi Istiah
Question :
-

Aborsi
Mediator

Answer :
Daftar Masalah
Question :
-

Apakah seorang dokter boleh menjadi mediator bagi seorang pasien dalam
mengatasi masalahnya?
Apakah tindakan dokter yang mengetahui ada tindak aborsi yang tidak melakukan
apa-apa dapat dibenarkan?

Anda mungkin juga menyukai