Anda di halaman 1dari 1

Selamat Pagi Saudara sekalian yang saya hormati,

Banyak orang beranggapan bahwa cinta tanah air itu harus turun ke jalan, ikut
berdemo, menyuarakan kegelisahan rakyat. Banyak yang berkata bahwa cinta
tanah air adalah menolak mentah-mentah budaya asing dan menutup diri dari
perkembangan dunia. Ada juga yang bilang kalau menggunakan bahasa asing
dalam kehidupan sehari-hari berarti tidak mengakui Indonesia, dan sudah dicuci
otaknya oleh bangsa lain.
Saudara sekalian, nasionalisme tidak bisa diukur dengan seberapa sering kita
turun ke jalan. Pegawai kantoran yang tiap hari duduk di belakang komputer;
yang bekerja keras demi keluarga dan dengan rajin membayar pajak dan
kewajibannya mungkin lebih cinta Indonesia dibanding mereka yang turun ke
jalan namun tidak mengerti apa yang mereka orasikan dan di akhir hari
menerima bayaran.
Seorang pedagang di pasar tradisional yang tiap hari menjual produk hasil bumi
Indonesia mungkin lebih nasionalis daripada para pejabat politik yang tiap hari
menyerukan nasionalisme tapi selalu berbelanja barang bermerek di luar negeri.
Saudara sekalian, marilah kita tidak menilai orang dari luarnya saja. Janganlah
kita mencampuri urusan lain dan menghakimi kalau orang tersebut tidak cinta
Indonesia hanya karena pilihan-pilihan yang diambilnya yang kita pun tidak
tahu alasan dibalik itu semua. Marilah kita berkaca. Marilah kita mencintai
Indonesia dengan cara yang berbeda-beda.
Salam sejahtera untuk kita semua.

Anda mungkin juga menyukai