diatas, kekayaan yang dimiliki manajer adalah kekayaan motivasi yang menginspirasikan
dan memberi semangat bawahannya.
4.2 Proses Motivasi
Proses timbulnya motivasi seseorang :
1. Kebutuhan yang belum terpenuhi
2. Mencari dan memilih cara cara memuaskan kebutuhan
3. Perilaku yang diarahkan pada tujuan
4. Evaluasi prestasi
5. Imbalan atau hukuman
6. Kepuasan
7. Menilai kembali kebutuhan yang belum terpenuhi
Proses dari suatu motivasi secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
Kebutuhan
yang
dirasakan
Timbulnya
ketegangan
Dorongan
Upaya
mencari
Kebutuhan
dipuaskan
Ketegangan
berkurang
atau lambat akan timbul kemudian, mungkin dalam bentuk yang baru dan mungkin
pula dengan intensitas yang berbeda.
4.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Herzberg dalam Siagian (2005), bahwa karyawan termotivasi untuk bekerja
disebabkan oleh dua faktor, yaitu :
1. Faktor Intrinsik yaitu faktor daya dorong yang timbul dari dalam diri masingmasing
karyawan, berupa :
a. Pekerjaan itu sendiri (the work it self).
Berat ringannya tantangan yang dirasakan tenaga kerja dari pekerjaannya.
b. Kemajuan (advancement).
Besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja berpeluang maju dalam pekerjaannya
seperti naik pangkat.
c. Tanggung jawab (responsibility).
Besar kecilnya yang dirasakan terhadap tanggung jawab diberikan kepada
seorang tenaga kerja.
d. Pengakuan (recognition).
Besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada tenaga kerja atas hasil kerja.
e. Pencapaian (achievement).
Besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja mencapai prestasi kerja tinggi
.
2. Faktor Ekstrinsik yaitu faktor pendorong yang datang dari luar diri seseorang terutama
dari organisasi tempatnya bekerja. Faktor ekstrinsik ini mencakup :
a. Administrasi dan kebijakan perusahaan.
Tingkat kesesuaian yang dirasakan tenaga kerja terhadap semua kebijakan dan
peraturan yang berlaku dalam perusahaan.
b. Penyeliaan.
Tingkat kewajaran penyelia dirasakan yang oleh tenaga kerja.
c. Gaji.
Tingkat kewajaran gaji yang diterima sebagai imbalan terhadap tugas pekerjaan.
d. Hubungan antar pribadi.
Tingkat kesesuaian yang dirasakan dalam berinteraksi antar tenaga kerja lain.
e. Kondisi kerja.
b.
1.
2.
Kebjakan perusahaan
3.
Supervisi
4.
5.
6.
Budaya organisasi
Teori hierarki terbaik yang diketahui adalah teori hierarki kebutuhan dari
Maslow. Maslow membuat hipotesis bahwa di dalam setiap manusia terdapat
hierarki lima kebutuhan:
1. Fisiologis. Meliputi kelaparan, kehausan, tempat perlindungan, seks, dan
kebutuhan fisik lainnya.
2. Rasa aman. Keamanan dan perlindungan dari bahaya fisik dan emosional.
3. Sosial. Kasih sayang, rasa memiliki, penerimaan dan persahabatan.
4. Penghargaan. Faktor-faktor internal misalnya rasa harga diri, kemandirian dan
pencapaian, serta faktor-faktor eksternal misalnya status, pengakuan, dan
perhatian.
5. Aktualisasi diri. Dorongan yang mampu membentuk seseorang untuk menjadi
apa; meliputi pertumbuhan, mencapai potensi kita, dan pemenuhan diri.
Maslow memisahkan lima kebutuhan ke dalam urutan yang lebih tinggi
dan yang lebih rendah. Kebutuhan fisiologis dan rasa aman merupakan kebutuhan
paling awal hdala urutan kebutuhan yang lebih rendah (coger-order need);
sosial, penghargaan, serta aktualisasi diri hdala urutan kebutuhan yang lebih
tinggi (higher-order need). Urutan kebutuhan yang lebih tinggi dipenuhi secara
internal (di dalam diri seseorang), sedangkan urutan kebutuhan yang lebih rendah
sebagian besar akan dipuaskan secara eksternal (dengan imbalan, misalnya gaji,
kontrak serikat, dan kedudukan tetap).
Teori X dan Y
Douglas McGregor mengusulkan dua sudut pandang berbeda mengenai
manusia: satu sisi secara mendasar negatif, diberi label Teori X, dan yang satunya
secara mendasar positif, diberi label Teori Y.
Dibawah teori X, para manajer meyakini bahwa para pekerja pada
dasarnya tidak menyukai bekerja sehingga harus diarahkan atau bahkan dipaksa
untuk melakukan pekerjaannya. Namun dibawah teori Y, manajer beranggapan
bahwa para pekerja memandang pekerjannya sebagai suatu hal yang alamiah
seperti beristirahat atau bermain, dan maka dari itu rata-rata orang dapat belajar
untuk menerima, dan bahkan mencari tanggung jawab.
Suatu kesan yang bisa ditangkap dari teori X dan Y ini adalah bahwa para
manajer yang menerima asumsi teori X tentang manusia dapat mempergunakan
5
penetapan
tujuan
mengasumsikan
bahwa
individu
yang
Teori ini memberikan suatu sarana yang ampuh untuk menganalisis apa yang
mengendalikan perilaku. Teori pengondisian perilaku mungkin merupakan
komponen yang paling relevan dari teori penguatan bagi manajemen. Ada tiga
jenis penguatan yang dapat digunakan manajer untuk memodifikasi motivasi
anak buahnya yaitu :
1) Penguatan positif yaitu memberikan penghargaan plus kenaikan
imbalan atas prestasi bagus karyawan.
2) Penguatan negatif/ penghindaraaan yaitu mencegah, menghilangkan
akibat yang tidak menyenangkan. Karyawan bekerja keras karena
menghindari hal-hal yang bisa membuatnya tidak menyenangkan.
3) Hukuman, menghindari pengulangan perilaku yang tidak diinginkan.
Misalnya terhadap karyawan yang datang terlambat diberi peringatan,
agar tidak mengulang lagi.
B.F. Skinner, salah satu pendukung pengondisian perilaku yang paling
menonjol, menyatakan bahwa menciptakan konsekuensi yang menyenangkan
untuk mengikuti bentuk perilaku tertentu akan meningkatkan frekuensi perilaku
tersebut.
Dia
mendemonstrasikan
bahwa
orang-orang
yang
memiliki
kecenderungan yang besar untuk terlibat dalam perilaku yang diinginkan jika
mereka ditegakkan secara positif untuk melakukan demikian; bahwa imbalan
merupakan yang paling efektif jika mereka dengan segera mengikuti tanggapan
yang diinginkan; dan bahwa perilaku tersebut tidak akan diberikan imbalan, atau
dihukum, sedikit kecenderungan untuk diulangi kembali. Manfaat yang dapat
diambil dari teori ini adalah para manajer dapat mempengaruhi perilaku
anggoranya dengan memperkuat tindakan-tindakan yang mereka anggap
menguntungkan.
Teori Keadilan/Keadilan Organisasi
Teori keadilan dikembangkan oleh J. Stacey Adam. Teori ini menyatakan
bahwa setiap orang akan membandingkan masukan dan keluaran pekerjaan
mereka dengan masukan/keluaran orang lain , dan akan berespon untuk
menghilangkan setiap ketidakadilan yang dirasakan.
O/IA < O/IB
O/IA = O/IB
Keterangan :
O/IA = karyawan itu sendiri.
O/IB = orang lain sebagai pembanding.
Teori ini mengatakan lebih jauh bahwa para karyawan dapat :
a) Mengubah baik masukan atau keluaran mereka sendiri atau orang lain.
b) Berperilaku sedemikian rupa guna mendorong orang lain untuk
mengubah masukan dan keluaran mereka.
c) Berperilaku sedemikian rupa mengubah masukan atau keluaran mereka
sendiri.
d) Memilih pembanding yang lain atau
e) Meninggalkan pekerjaannya.
Beberapa dari proposisi ini didukung, namun yang lainnya belum. Pertama,
ketidakadilan diciptakan oleh pembayaran lebih yang tidak terlihat memengaruhi
perilaku secara signifikan dalam banyak situasi kerja. Kedua, setiap orang peka
dengan keadilan.
Meskipun proposisi teori keadilan tidak seluruhnya dipertahankan,
hipotesis berperan sebagai pelopor penting pada studi keadilan organisasi
(organizational justice), atau lebih sederhana lagi keadilan di tempat kerja.
Keadilan organisasi merupakan persepsi keseluruhan mengenai apa itu keadilan
di tempat kerja, terdiri dari keadilan distributif, prosedural, informasional, dan
interpersonal.
Keadilan distributif memusatkan perhatian pada kewajaran hasil,
misalnya gaji dan pengakuan yang diterima oleh para pekerja. Keadilan
prosedural meneliti bagaimana hasil akan dialokasikan, bagaimana keadilan
yang dirasakan pada proses yang digunakan untuk menentukan distribusi
penghargaan. Keadilan informasional adalah suatu keadaan dimana para pekerja
diberikan penjelasan yang jujur dari setiap keputusan. Keadilan interpersonal
adalah keadaan dimana pekerja diperlakukan dengan rasa hormat dan
bermartabat.
11
Teori Ekspektansi
Teori ekspektansi adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Victor Vroom,
yang menyatakan bahwa kekuatan kecenderungan kita untuk bertindak dengan
cara tertentu bergantung pada kekuatan ekspektasi terhadap hasil dari tindakan itu
dan ketertarikan individu kepada hasil tersebut. Teori ini memusatkan perhatian
pada tiga hubungan:
1. Hubungan upaya-kinerja. Probabilitas dirasakan oleh individu yang
mengerahkan sejumlah upaya yang diberikan akan mengarahkan pada kinerja.
2. Hubungan kinerja-imbalan. Keadaan yang mana individu meyakini untuk
melaksanakan pada suatu tingkat tertentu akan mengarahkan pada pencapaian
hasil yang diinginkan.
3. Hubungan
imbalan-tujuan
pribadi.
Keadaan
yang
mana
imbalan
mendasarkan
penghargaan-penghargaan
pada
kinerja
seharusnya
Semakin
nyaman
lingkungan
kerja,
semakin
tinggi
motivasi
kinerja
karyawannya.
4. Sistem Nilai.
Nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir
yang diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam
hidupnya.
14
Konflik yang terjadi antara manajer dan karyawan bisa jadi karena dipengaruhi
perbedaan nilai tentang ukuran kinerja pekerjaan; apakah dilihat dari proses
ataukah hasil; ataukah gabungan keduanya. Sistem nilai sangat memengaruhi
motivasi kinerja karyawan.
5. Preferensi.
Yang dimaksud adalah derajad kesukaan atau preferensi terhadap pekerjaan
tertentu. Karyawan yang tergolong teori Y (suka bekerja, disiplin, dan bertangung
jawab), jenis pekerjaan apapun cenderung siap untuk dilaksanakan.
Namun ada sebagian kecil karyawan tergolong teori X (tak suka bekerja, malas,
dan tak bertanggung jawab), maka proses dan motivasi kinerja karyawannya
menjadi rendah. Manajer hendaknya dapat mengidentifikasi derajad preferensi
karyawan terhadap pekerjaan yang diberikan.
6. Penghargaan.
Setiap manusia membutuhkan penghargaan dari orang lain. Dalam bidang
pekerjaan, penghargaan yang dibutuhkan karyawan berbentuk kompensasi
finansial dan non-finansial. Kompensasi finansial dapat berupa gaji, upah,
insentif, dan bonus. Kompensasi non-finansial bisa berupa jenjang karir, piagam
penghargaan prestasi, dan ucapan terimakasih. Penghargaan adalah unsur vital
dalam membangun motivasi kinerja dan kepuasan karyawan.
Implikasi Manajerial
Manusia sebagai unsur inti dari organisasi , merupakan faktor yang paling
penting sekaligus paling sulit pengelolaannya. Dalam rangka memotivasi mereka, para
manajer perlu melakukan tindakan kongkrit sehingga memungkinkan termanfaatkannya
segala potensi yang dimiliki anggota organisasi demi terwujudnya tujuan organisasi dan
kepuasaan anggotanya.
Beberapa langkah kongkrit yang bisa digunakan untuk memotivasi karyawan
antara lain sebagai berikut:
1) Kenali baik baik anggota organisasi dsan identifikasi kebutuhan mereka.
2) Tetapkan sasaran yang harus dicapai berdasarkan prinsip prinsip penetapan
sasaran yang tepat.
3) Kembangkan sistem pengukuran kinerja yang realiable, dan berikan umpan balik
kepada mereka secara periodik.
15
16
Daftar Pustaka
Robbins, Stephen P. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta: Erlangga
Ardana,Komang,dkk.Perilaku Keorganisasian Edisi 2. 2009. Yogyakarta: Graha Ilmu
Siagian P.Sondang. 2005. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Haji
Mas Agung : Jakarta.
www.slideshare.net
http://www.bookoopedia.com/
http://sandynugros.blogspot.co.id/2012/11/pentingnya-motivasi.html
17