Chapter II - 2 PDF
Chapter II - 2 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Sistem Pernapasan
Bagian Konduksi
Bagian konduksi terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus, dan
bronkiolus. Bagian ini berfungsi untuk menyediakan saluran udara untuk mengalir ke dan
dari paru-paru untuk membersihkan, membasahi, dan menghangatkan udara yang
diinspirasi.
2.
Bagian Respirasi
Bagian ini terdiri dari alveoli, dan struktur yang berhubungan. Pertukaran gas antara
udara dan darah terjadi dalam alveoli. Selain struktur diatas terdapat pula struktur yang
lain, seperti bulu-bulu pada pintu masuk yang penting untuk menyaring partikel-partikel
i
Universitas Sumatera Utara
yang masuk. Sistem pernafasan memiliki sistem pertahanan tersendiri dalam melawan
setiap bahan yang masuk yang dapat merusak (Alsagaff, 2002).
Terdapat tiga kelompok mekanisme pertahanan yaitu :
a. Arsitektur saluran nafas; bentuk, struktur, dan caliber saluran nafas yang berbeda-beda
merupakan saringan mekanik terhadap udara yang dihirup, mulai dari hidung, nasofaring,
laring, serta percabangan trakeobronkial. Iritasi mekanik atau kimiawi merangsang reseptor
disaluran nafas, sehingga terjadi bronkokonstriksi serta bersin atau batuk yang mampu
mengurangi penetrasi debu dan gas toksik kedalam saluran nafas (Tabrani Rab, 1996).
b. Lapisan cairan serta silia yang melapisi saluran nafas, yang mampu menangkap partikel debu
dan mengeluarkannya.
c. Mekanisme pertahanan spesifik, yaitu sistem imunitas di paru yang berperan terhadap
partikel-partikel biokimiawi yang tertumpuk di saluran nafas (Tabrani Rab, 1996).
2.1.2. Anatomi Paru
Saluran pernafasan terdiri dari rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, dan
paru. Laring membagi saluran pernafasan menjadi 2 bagian, yakni saluran pernafasan atas dan
saluran pernafasan bawah. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan external, oksigen
di pungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernafas, oksigen masuk melalui trakea dan
pipa bronchial ke alveoli dan dapat erat hubungan dengan darah didalam kapiler pulmunaris.
Hanya satu lapis membran yaitu membran alveoli, memisahkan oksigen dan darah
oksigen menembus membran ini dan dipungut oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke
jantung. Dari sini dipompa didalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru-paru
pada tekanan oksigen 100 mm hg dan tingkat ini hemoglobinnya 95%. Di dalam paru-paru,
i
Universitas Sumatera Utara
karbon dioksida, salah satu hasil buangan. Metabolisme menembus membran alveoli, kapiler dari
kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronchial, trakea, dinafaskan keluar melalui
hidung dan mulut.
SISTEM SALURAN PERNAFASAN
i
Universitas Sumatera Utara
namun tidak dibersihkan oleh makrofag ; akan tetapi partikel ini mungkin pula ditelan lebih dari
satu makrofag dan dibungkus dengan bahan protein kaya besi sehingga terbentuk badan-badan
besar asbes yang khas.
Sebab-sebab utama penyakit pernafasan adalah :
1. Mikroorganisme pathogen yang mampu bertahan terhadap fagositosis
2. Partikel-partikel mineral yang menyebabkan kerusakan atau kematian makrofag yang
menelannya, sehingga menghambat pembersihan dan merangsang reaksi jaringan.
3. Partikel-partikel organik yang merangsang respon imun.
4. Kelebihan beban sistem akibat paparan terus-menerus terhadap debu respirasi berkadar tinggi
yang menumpuk di sekitar saluran nafas terminal.
Stimulasi saluran nafas berulang (bahkan mungkin juga oleh partikel-partikel inert),
menyebabkan penebalan dinding bronki, meningkatkan sekresi mucus, merendahkan ambang
refleks penyempitan dan batuk, meningkatkan kerentanan terhadap infeksi pernafasan dan
gejala-gejala asmatik. Daerah perifer paru-paru terutama dirusak oleh debu fibrogenik.
Umumnya partikel fibrogenik yang masuk paru-paru dibersihkan sebagian dan diendapkan pada
kelenjar-kelenjar limfe hilus. Di sana, partikel-partikel tersebut merangsang reaksi jaringan,
penebalan dan pembentukan jaringan parut pada kelenjar-kelenjar tersebut. Drainase limfatik
menjadi tersebut, sehingga partikel-partikel pada paparan lebih lanjut akan menumpuk di dekat
kelenjar-kelenjar yang berparut tersebut, dan secara progresif memperbesar daerah parut.
Pembentukan jaringan parut dengan berbagai cara ini mengakibatkan pengerutan paru-paru,
peregangan berlebihan pada jaringan paru-paru yang tersisa, ventilasi tidak merata dan tipe
emfisema tertentu (Amin, 1992).
i
Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
b. Sesak
Keadaan ini merupakan akibat kurang lancarnya pemasukan udara saat inspirasi ataupun
pengeluaran udara saat ekspirasi, yang disebabkan oleh adanya penyempitan ataupun
penyumbatan pada tingkat bronkeolus/bronkus/trakea/larings.
c. Pengeluaran Dahak
Dahak orang dewasa normal membentuk sputum sekitar 100 ml per hari dalam saluran
nafas, sedangkan dalam keadaan gangguan pernafasan sputum dihasilkan melebihi 100
ml per hari.
d. Batuk Darah
Adanya lesi saluran pernafasan dari hidung paru yang juga mengenai pembuluh darah.
e. Nyeri Dada
Nyeri dada terjadi dari berbagai penyebab, tetapi yang paling khas dari penyakit paruparu adalah akibat radang pleura.
2. Gejala Umum
Gejala-gejala yang disebut di atas bersifat setempat. Beberapa penyakit memberi juga
gejala umum, seperti suhu badan meninggi, pusing dan mabuk kepala, tidak suka makan, rasa
lesu/lemah, keringat dingin dan sebagainya (Danosantoso, 1998). Masalah pernafasan pada
pekerja di tempat pengolahan telah dikenal selama 2 dekade ini. Gejala-gejala dada akut seperti
batuk, sesak, dada terasa berat dan iritasi saluran nafas atas muncul pada saat kerja biasa
(Alsagaff, 2002).
i
Universitas Sumatera Utara
individu berupa mekanisme pertahanan selain itu faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya
gangguan paru dapat berupa jenis debu, ukuran partikel, konsentrasi partikel, lama pajanan, dan
kerentanan individu.Tingkat kelarutan debu pada air, kalau debu larut dalam air, bahan dalam
debu larut dan masuk pembuluh darah kapiler alveoli. Bila debu tidak mudah larut tetapi
ukurannya kecil maka partikel-partikel tersebut dapat masuk ke dinding alveoli. Konsentrasi
debu, makin tinggi konsentrasinya makin besar kemungkinan menimbulkan keracunan. Jenis
debu ada dua (2) macam yaitu debu organik ( debu padi/ kulit padi), dan debu anorganik (debu
yang berasal dari mesin penggilingan padi). (Faridawati, 1997).
2
Masa kerja
Masa kerja menunjukkan suatu masa berlangsungnya kegiatan seseorang dalam waktu
tertentu. Seseorang yang bekerja di lingkungan industri yang menghasilkan debu akan memiliki
resiko gangguan kesehatan. Makin lama seseorang bekerja pada tempat yang mengandung debu
akan makin tinggi resiko terkena gangguan kesehatan, terutama gangguan saluran pernafasan.
Debu yang terhirup dalam konsentrasi dan jangka waktu yang cukup lama akan membahayakan.
Akibat penghirupan debu, yang langsung akan kita rasakan adalah sesak, bersin, dan batuk
karena adanya gangguan pada saluran pernafasan. Paparan debu untuk beberapa tahun pada
i
Universitas Sumatera Utara
kadar yang rendah tetapi di atas batas limit paparan menunjukkan efek toksik yang jelas (Irga,
2009)
3
Umur
Umur merupakan salah satu karateristik yang mempunyai resiko tinggi terhadap gangguan
paru terutama yang berumur 40 tahun keatas, dimana kualitas paru dapat memburuk dengan
cepat. Menurut penelitian Juli Soemirat dan kawan-kawan dalam Rosbinawati (2002),
mengungkapkan bahwa umur berpengaruh terhadap perkembangan paru-paru. Semakin
bertambahnya umur maka terjadi penurunan fungsi paru di dalam tubuh. Menurut hasil
penelitian Rosbinawati (2002) ada hubungan yang bermakna secara statistik antara umur dengan
gejala pernapasan. Faktor umur berperan penting dengan kejadian penyakit dan gangguan
kesehatan. Hal ini merupakan konsekuensi adanya hubungan faktor umur dengan : potensi
kemungkinan untuk terpapar terhadap suatu sumber infeksi, tingkat imunitas kekebalan tubuh,
aktivitas fisiologis berbagai jaringan yang mempengaruhi perjalanan penyakit seseorang.
Bermacam-macam perubahan biologis berlangsung seiring dengan bertambahnya usia dan ini
akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam bekerja.
4
bahaya yang dapat mengganggu kesehatan yang ada di lingkungan kerja. Alat yang dipakai disini
untuk melindungi sistem pernapasan dari partikel-partikel berbahaya yang ada di udara yang
dapat membahayakan kesehatan. Perlindungan terhadap sistem pernapasan sangat diperlukan
terutama bila tercemar partikel-partikel berbahaya, baik yang berbentuk gas, aerosol, cairan,
ataupun kimiawi. Alat yang dipakai adalah masker, baik yang terbuat dari kain atau kertas wol
(Irga, 2009)
i
Universitas Sumatera Utara
Riwayat merokok
Riwayat merokok merupakan faktor pencetus timbulnya gangguan pernapasan, karena asap
rokok yang terhisap dalam saluran nafas akan mengganggu lapisan mukosa saluran napas.
Dengan demikian akan menyebabkan munculnya gangguan dalam saluran napas. Merokok dapat
menyebabkan perubahan struktur jalan nafas. Perubahan struktur jalan nafas besar berupa
hipertrofi dan hiperplasia kelenjar mukus. Sedangkan perubahan struktur jalan nafas kecil
bervariasi dari inflamasi ringan sampai penyempitan dan obstruksi jalan nafas karena proses
inflamasi, hiperplasia sel goblet dan penumpukan secret intraluminar. Perubahan struktur karena
merokok biasanya di hubungkan dengan perubahan/kerusakan fungsi. Perokok berat dikatakan
apabila menghabiskan rata-rata dua bungkus rokok sehari, memiliki resiko memperpendek usia
harapan hidupnya 0,9 tahun lebih cepat ketimbang perokok yang menghabiskan 20 batang
sigaret sehari (Antaruddin, 2003).
6
Riwayat penyakit
Riwayat penyakit merupakan faktor yang dianggap juga sebagai pencetus timbulnya
gangguan pernapasan, karena penyakit yang di derita seseorang akan mempengaruhi kondisi
kesehatan dalam lingkungan kerja. Apabila seseorang pernah atau sementara menderita penyakit
sistem pernafasan, maka akan meningkatkan resiko timbulnya penyakit sistem pernapasan jika
terpapar debu.
i
Universitas Sumatera Utara
2.3. Spirometri
Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur sebagian terbesar
volume dan kapasitas paru- paru. Spirometri merekam secara grafis atau digital volume ekspirasi
paksa dan kapasitas vital paksa. Volume Ekspirasi Paksa atau Forced Expiratory Volume (FEV)
adalah volume dari udara yg dihembuskan dari paru- paru setelah inspirasi maksimum dengan
usaha paksa minimum, diukur pada jangka waktu tertentu. Biasanya diukur dalam 1 detik
(FEV1) . Kapasitas Vital paksa atau Forced Vital Capacity (FVC) adalah volume total dari udara
yg dihembuskan dari paru- paru setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa
minimum. Pemeriksaan dengan spirometer ini penting untuk pengkajian fungsi ventilasi paru
secara lebih mendalam. Jenis gangguan fungsi paru dapat digolongkan menjadi dua yaitu
gangguan fungsi paru obstruktif (hambatan aliran udara) dan restriktif (hambatan pengembangan
paru). Seseorang dianggap mempunyai gangguan fungsi paru obstruktif bila nilai FEV1 kurang
dari 75% dan menderita gangguan fungsi paru restriktif bila nilai kapasitas vital kurang dari
80% dibanding dengan nilai standar. (Alsagaf, dkk, 2005).
i
Universitas Sumatera Utara
Volume tidal (VT) = jumlah udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernapas
pada saat istirahat. Volume tidal normalnya adalah 350-400 ml.
Volume residu (RV) = jumlah gas yang tersisa di paru-paru setelah menghembuskan
napas secara maksimal atau ekspirasi paksa. Nilai normalnya adalah 1200 ml.
Kapasitas vital (VC) = jumlah gas yang dapat di ekspirasi setelah inspirasi secara
maksimal. VC = VT + IRV + ERV (seharusnya 80% TLC) Besarnya adalah 4800 ml.
Kapasitas total paru-paru (TLC) = yaitu jumlah total udara yang dapat dimasukkan ke
dalam paru-paru setelah inspirasi maksimal. TLC = VT + IRV + ERV + RV. Besarnya
adalah 6000 ml.
Kapasitas residu fungsional (FRC) = jumlah gas yang tertinggal di paru-paru setelah
ekspirasi volume tidal normal. FRC = ERV + RV. Besarnya berkisar 2400 ml.
i
Universitas Sumatera Utara
Kapasitas inspirasi (IC) = jumlah udara maksimal yang dapat diinspirasi setelah ekspirasi
normal. IC = VT + IRV. Nilai normalnya sekitar 3600 ml.
Volume cadangan inspirasi (IRV) = jumlah udara yang dapat diinspirasi secara paksa
sesudah inspirasi volume tidal normal.
Volume cadangan ekspirasi (ERV) = jumlah udara yang dapat diekspirasi secara paksa
sesudah ekspirasi volume tidal normal.
Jalan napas yang menyempit akan mengurangi volume udara yang dapat dihembuskan pada
satu detik pertama ekspirasi.
i
Universitas Sumatera Utara
FEV1 dan FVC menurun, karena jalan napas tetap terbuka, ekspirasi bisa cepat dan selesai
dalam waktu 2-3 detik. Rasio FEV1/FVC tetap normal atau malah meningkat, tetapi volume
udara yang terhirup dan terhembus lebih kecil dibandingkan normal.
3
Mixed
Ekspirasi diperlama dengan peningkatan kurva perlahan mencapai plateau. Kapasitas vital
berkurang signifikan dibandingkan gangguan obstruktif. Pola campuran ini, jika tidak terlalu
parah, sulit dibedakan dengan pola obstruktif (http://Lung function.pdf.2009).
i
Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
dengan oksidasi kimiawi sehingga terjadi zat-zat seperti logam (Cadmium) dan timbal (
Plumbum).
c. Smoke
Smoke atau asap adalah produk dari pembakaran bahan organik yang tidak sempurna dan
berukuran sekitar 0,5 mikron
2.4.2. Sifat-sifat Debu
Sifat-sifat debu tidak berflokulasi, kecuali oleh gaya tarikan elektris, tidak berdifusi, dan
turun karena tarikan gaya tarik bumi. Debu di atmosfer lingkungan kerja biasanya berasal dari
bahan baku atau hasil produksi (Depkes RI, 1990)
Sifat-sifat debu adalah sebagai berikut :
1. Sifat Pengendapan
Yaitu debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya gravitasi bumi. Debu yang
mengendap dapat mengandung proporsi partikel yang lebih besar dari debu yang terdapat di
udara.
2. Permukaan cenderung selalu bersih
Permukaan debu yang cenderung selalu bersih disebabkan karena permukaannya selalu
dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis. Sifat ini menjadi penting sebagai upaya
pengendalian debu di tempat kerja.
i
Universitas Sumatera Utara
3. Sifat Penggumpalan
Debu bersifat menggumpal karena permukaan debu yang selalu basah maka debu satu
dengan yang lainnya cenderung menempel membentuk gumpalan. Tingkat kelembaban di
atas titik saturasi dan adanya turbelensi di udara mempermudah debu membentuk gumpalan.
4. Debu Listrik Statik
Debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang berlawanan dengan
demikian partikel dalam larutan debu mempercepat terjadinya penggumpalan.
5. Sifat Opsis
Opsis adalah partikel yang basah/lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang dapat
terlihat dalam kamar gelap.
Partikel debu melayang (Suspended Particulated Metter) adalah suatu kumpulan senyawa
dan bentuk padatan maupun cair yang tersebar di udara dengan diameter yang sangat kecil,
kurang dari 1 mikron sampai maksimal 500 mikron. Ukuran partikel debu yang membahayakan
kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai 10 mikron. Partikel debu tersebut akan
berada di udara dalam waktu yang relative lama dalam keadaan melayang-layang dan dapat
masuk melalui saluran pernafasan. Konsentrasi debu dengan ukuran 5 mikron akan dikeluarkan
seluruhnya bila jumlah yang masuk ke saluran nafas kurang dari 10 partikel, sedangkan
seluruhnya bila yang masuk 1.000 partikel maka 10% dari jumlah tersebut akan ditimbun di
dalam jaringan paru (WHO, 1990).
Debu yang berukuran antara 5 10 mikron bila terhisap akan tertahan dan tertimbun pada
saluran nafas bagian atas; yang berukuran antara 3 5 mikron tertahan dan tertimbun pada
saluran nafas tengah. Partikel debu dengan ukuran 1 3 mikron disebut debu respirabel
i
Universitas Sumatera Utara
merupakan yang paling berbahaya karena tertahan dan tertimbun mulai dari bronkhiolus
terminalis sampai alveoli. Debu yang ukurannya kurang dari 1 mikron tidak mudah mengendap
di alveoli, debu yang ukurannya antara 0,1 0,5 mikron berdifusi dengan gerak Brown keluar
masuk alveoli; bila membentur alveoli ia dapat tertimbun disitu. Meskipun batas debu respirabel
adalah 5 mikron, tetapi debu dengan ukuran 5 10 mikron dengan kadar berbeda dapat masuk ke
dalam alveoli. Debu yang berukuran lebih dari 5 mikron akan dikeluarkan semuanya bila
jumlahnya kurang dari 10 partikel per milimeter kubik udara. Bila jumlahnya 1.000 partikel per
milimeter kubik udara, maka 10% dari jumlah itu akan ditimbun dalam paru (WHO, 1990).
2.4.3. Jenis debu
Menurut macamnya, debu diklasifikasikan atas 3 jenis yaitu :
1
Debu organik adalah debu yang berasal dari makhluk hidup (debu kapas, debu daundaunan, tembakau dan sebagainya).
Debu metal adalah debu yang di dalamnya terkandung unsur-unsur logam (Pb, Hg, Cd, dan
Arsen)
Debu mineral ialah debu yang di dalamnya terkandung senyawa kompleks ( SiO2, SiO3,
dll).
Debu memiliki karakter atau sifat yang berbeda-beda, antara lain debu fisik (debu tanah, batu,
dan mineral), debu kimia (debu organik dan anorganik), dan debu biologis (virus, bakteri, kista),
debu eksplosif atau debu yang mudah terbakar (batu bara, Pb), debu radioaktif (uranium,
tutonium), debu inert (debu yang tidak bereaksi kimia dengan zat lain).
i
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
* = Partikel debu > 5,0
i
Universitas Sumatera Utara
Isolasi sumber agar tidak mengeluarkan debu di ruang kerja dengan Local Exhauster atau
dengan melengkapi water sprayer pada cerobong asap.
2
i
Universitas Sumatera Utara
Perokok hendaklah berhenti merokok terutama bila bekerja pada tempat-tempat yang
mempunyai risiko terjadi penyakit bronkitis industri dan kanker paru, karena asap rokok cepat
meninggikan risiko timbulnya penyakit. Penderita yang atopik idealnya dianjurkan menghindari
tempat yang jelas tepat mencetuskan serangan asma, seperti produksi sutra, deterjen, dan
pekerjaan yang mempunyai paparan garam platinum. Industri dan tempat kerja yang mempunyai
risiko tinggi menimbulkan serangan asma hendaklah tidak menerima pegawai yang atopik.
Pekerja yang menderita asma kerja hendaklah dihindari dan paparan zat di tempat kerja. Tidak
ada pengobatan spesifik dan efektif pada penyakit paru yang disebabkan oleh debu industri.
Penyakit biasanya memberikan gejala bila kelainan telah lanjut. Pada silikosis dan asbestosis bila
diagnosis telah ditegakkan penyakit dapat terus berlanjut menjadi fibrosis masif meskipun
paparan dihilangkan ( Irga, 2009).
2.4.7. Nilai Ambang Batas (NAB) Untuk Debu
Sumamur (1998) menyatakan Nilai Ambang Batas (NAB adalah kadar yang pekerja
sanggup menghadapinya dengan tidak menunjukkan penyakit atau kelainan dalam pekerjaan
mereka sehari-hari untuk waktu 8 jam sehari dan 40 jam seminggunya. Debu-debu yang hanya
mengganggu kenikmatan kerja (nuisance dust) adalah debu-debu yang tidak berakibat fibrosis
kepada paru-paru, melainkan bereffek sangat sedikit atau tidak sama sekali pada penghirupan
normal. Dahulu debu-debu demikian disebut debu inert (lamban), tetapi ternyata tidak ada debu
yang sama sekali tanpa reaksi selluler, sehingga istilah inert tidak dipakai lagi.
Reaksi jaringan paru-paru terhadap penghirupan debu-debu yang demikian adalah :
a. Susunan saluran udara tetap utuh.
b. Tidak berbentuk jaringan parut.
i
Universitas Sumatera Utara
i
Universitas Sumatera Utara
penyakit-penyakit
yang
diderita
para
oleh
pekerja.sedangkan
Bernardine
i
Universitas Sumatera Utara
Meskipun bahaya kesehatan paru pekerja disebabkan oleh debu biji-bijian dari hasil
pertanian yaitu padi telah dikenal secara dini, tetapi penanggulangannya tidak diperhatikan
secara baik. Pemeriksaan terhadap bahaya-bahaya kesehatan paru pada pertanian telah jauh
ketinggalan dibanding bahaya-bahaya industri baja dan industri-industri lainnya. Masalah klinis
pada pekerja-pekerja pertanian saat ini adalah masalah penyakit saluran pernapasan.
(Antaruddin, 2003)
Debu Padi
Umur
Masa Kerja
Alat Pelindung Diri (APD)
Riwayat Merokok
Riwayat Penyakit
Faal Paru
i
Universitas Sumatera Utara