130241304-LASERASI-PALPEBRA Editt
130241304-LASERASI-PALPEBRA Editt
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Sejumlah mekanisme trauma tumpul dan tajam wajah dapat menyebabkan
laserasi kelopak mata. Bahkan benda tumpul yang tampaknya tidak berbahaya di
tempat kerja dapat menyebabkan laserasi kelopak mata.
Cedera yang melibatkan kelopak mata dan daerah periorbital umumnya
terjadi setelah trauma tumpul atau penetrasi pada wajah. Luka tersebut dapat
bervariasi dari lecet kulit sederhana sampai kasus yang lebih kompleks yang
menyebabkan kehilangan jaringan yang luas serta fraktur tulang-tulang wajah.
Pada saat awal pemeriksaan yang menjadi prioritas utama adalah memperhatikan
faktor yang mengancam jiwa secara sistemik.Setelah kondisi yang dapat
mengancam jiwa stabil, perhatian dapat diarahkan ke luka yang spesifik pada
adnexa okular. Pada proses pengembalian struktur dan fungsi harus tetap
mengarah pada prinsip-prinsip estetika dasar yang menjadi perhatian utama dari
ahli bedah rekonstruksi.
Kejadian cedera mata dalam trauma kraniofasial tinggi, berkisar antara 15
dan 60% dalam berbagai penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
2.5.1.
ANATOMI
PALPEBRA
Kelopak mata berfungsi sebagai pelindung yang menutupi mata.
Palpebra superior sangat tipis sedangkan palpebra inferior sedikit lebih tebal.
Muskulus orbicularis berfungsi sebagai sfingter pada kelopak mata. Muskulus
ini diinervasi oleh cabang temporal dan zygomatic dari syaraf wajah. Otot ini
dibagi menjadi tiga bagian: pretarsal, preseptal, dan preorbital.
SISTEM LAKRIMALIS
Kelenjar lakrimal terletak dikuadran superolateral anterior dari orbita
difosa lakrimalis. Air mata mencapai hidung karena adanya tarikan kedalam
punctum dari canaliculi oleh tekanan negatif. Tekanan ini dihasilkan oleh
kontraksi otot-otot orbiculalis oculi preseptal saat berkedip. Sistem lakrimal
ekskretoris terdiri dari canaliculi superior dan inferior, sakus lakrimalis, dan
duktus nasolacrimalis. Canaliculi terdiri dari bagian vertikal yang pendek,
bagian horizontal, dan area gabungan yang dikenal sebagai common
canaliculus. Bagian vertikal yang pendek biasanya berukuran sekitar 2 mm
sedangkan bagian horizontal berukuran 6-8 mm. Sakus lakrimalis dibagi
menjadi fundus dan corpus. Fundus terletak bagian atas canaliculis (4mm) dan
corpus terletak bagian bawah canaliculis (10mm). Duktus nasolacrimal berjalan
dikanal tulang sepanjang 12-15mm kearah inferior dan posterior sebelum
bermuara ke meatus inferior.
2.2.
BATASAN
Berbagai mekanisme trauma seperti kecelakaan mobil, perkelahian, gigitan
binatang, dan berbagai mekanisme lain dapat merusak kelopak mata dan sistem
drainase air mata. Sedangakan yang disebut sebagai laserasi kelopak mata
merupakan rudapaksa pada kelopak mata akibat benda tajam yang mengakibatkan
luka robek/laserasi.
2.3.
KLASIFIKASI
Kerusakan pada kelopak mata di klasifikasikan berdasarkan ukuran dan
lokasi:
Small - 25-35%
Medium - 35-45%
Small - 35-45%
Medium - 45-55%
PATOFISIOLOGI
TRAUMA TUMPUL
Echimosis dan edema termasuk dalam manifestasi klinis trauma tumpul.
tepi luka yang tidak baik. Banyak teknik teknik sudah diperkenalkan tapi pada
prinsip pentingnya adalah aproksimasi tarsal harus dibuat dalam garis lurus.
adanya tarikan horizontal pada palpebra menyebabkan avulsi dari palpebra pada
titik lemah medius atau lateral dari tendon kantus. Avulsi dari tendon kantus
medial harus dicurigai bila terjadi di sekitar medial tendon kantus dan
telekantus.Harus diperhatikan juga posterior dari tendon sampai dengan
posterior kelenjar lakrimalis. Penanganan avulsi dari tendon medial kantus
tergantung pada jenis avulsinya. Jika pada bagian atas atau bagian bawah terjadi
avulsi tetapi pada bagian posterior masih intake avulsi dapat di jahit. Jika
terdapat avulsi pada posterior tetapi tidak ada fracture pada nasoorbital tendon
yang mengalami avulsi harus di lakukan wirering melalui lubang kecil di dalam
kelenjar lakrimal ipisi lateral posterior. Jika avulsi tendon disertai dengan
fraktur nasoorbital,wirering transnasal atau platting diperlukan setelah reduksi
dari fraktur.
2.5.6.
manusia. Laserasi palpebra pada sebagian kulit luar dan kulit secara
menyeluruh, avulsi kantus, laserasi kanalikulus paling sering terjadi. Trauma
pada wajah dan intracranial mungkin dapat terjadi terutama pada bayi.
Irigasi dan penutupan luka secara dini harus segera dilakukan dan
kemungkinan terjadinya tetanus dan rabies harus dipikirkan serta memerlukan
observasi, direkomendasikan untuk pemberian antibiotik.
yang mengalami luka bakar yang luas. Sering terjadi pada pasien dengan
keadaan setengah sadar atau di bawah pengaruh sedatif yang berat dan
memerlukan perlindungan pada mata untuk mencegah ekspose kornea,ulserasi
dan infeksi. Pemberian antibiotic tetes dan salep serta pelembab. Evaluasi secara
rutin pada palpebra merupakan penanganan dini pada pasien-pasien tersebut.
2.5.
2.5.1.
PENATALAKSANAAN
EVALUASI
PREOPERATIVEDANPENDEKATANDIAGNOSTIK
A. Stabilisasi Sistemik
Evaluasi luka periorbital di mulai setelah pasien trauma telah stabil dan
cedera yang mengancam hidup ditangani. Peran dokter mata dalam evaluasi dan
manajemen adalah sangat penting - harus ada komunikasi yang baik antara tim
trauma dan dokter mata.
B. Riwayat Penyakit
Sebuah riwayat penyakit yang lengkap diperoleh untuk menentukan
waktu
kejadian
dan
mekanisme
cedera.
Untuk
anak-anak,
harus
baseline
bola
mata
didokumentasikan
dengan
10
Waktu perbaikan ini ditentukan oleh beberapa faktor. Setiap upaya harus
dilakukan untuk merekonstruksi jaringan terluka sesegera mungkin setelah
pasien telah sepenuhnya dievaluasi dan data pemeriksaan penunjang tambahan
telah diperoleh. Jika terpaksa dilakukan penundaan perbaikan, maka penting
untuk selalu menjaga jaringan agar selalu dalam kondisi lembab.
2.5.2.
ANESTESI
Pemilihan anestesi untuk perbaikan luka adnexal tergantung pada
beberapa faktor. Umur pasien sangat penting karena hampir semua anak
memerlukan anestesi umum untuk mencapai hasil rekonstruksi terbaik. Luka
besar dengan kerusakan jaringan lunak yang luas dan keterlibatan osseous
terbaik jika dilakukan dengan anatesi umum. Meskipun dengan menggunakan
anestesi umum, infiltrasi lokal epinefrin (adrenalin) sangat penting untuk
hemostasis. Mayoritas cedera dewasa dapat diperbaiki dengan anestesi infiltrasi
atau regional lokal lidokain 1-2% (lignocaine) dengan 1:100000 epinefrin.
Anestesi infiltrasi dapat menyebabkan distorsi jaringan yang signifikan; ini
dapat diminimalkan dengan penggunaan asam hyaluronic (hyaluronidase), yang
memfasilitasi penyebaran cairan anestesi.
2.5.3.
TEKNIK UMUM
Teknik-teknik rekonstruksi kelopak mata dan orbital setelah trauma
sangat banyak dan beragam, yang digunakan sangat tergantung pada sejauh
mana cedera dan struktur adnexal spesifik yang terlibat. Pendekatan yang umum
adalah untuk mengatasi setiap struktur anatomi secara independen dan
menghormati prioritas yang tepat, pertama sebagai pelindung mata, kemudian
fungsinya, dan akhirnya kosmetik. Dalam banyak kasus, sejumlah teknik
rekonstruksi digabungkan untuk mencapai hasil yang maksimal.
Beberapa metode dapat dipergunakan untuk melakukan rekontruksi
defek palpebra pilihan ahli bedah tergantung pada umur pasien, karakter
palpebra, ukuran dan posisi defek serta pengalaman ahli bedah.
Prioritas pada rekontruksi palpebra adalah :
yang sempit.
Memilh teknik yang simple pada saat rekonstruksi.
Jangan membuat defek bila tidak dapat di tutup.
Mintalah konsultasi pada sub spesialis bila diperlukan.
TEKNIK SPESIFIK
12
malposisi margin palpebra. Semua bagian tarsal yang iregular di tepi luka harus
dibuang untuk memungkinkan pendekatan tarsal-ke-tarsal yang lebih baik
padamargin palpebra yang diperbaiki. Hal ini dilakukan sepanjang ketinggian
vertikal seluruh tarsus untuk mencegah tarsal buckling, meskipun laserasi
primer mungkin hanya melibatkan tarsus marginal. Perbaikan dimulai dengan
penempatan benang 6-0 pada bidang kelenjar meibom di margin palpebra, kirakira 2mm dari tepi luka dan dengan kedalaman 2mm.Dulunya, sering dilakukan
penjahitan margin menggunakan benang nonabsorbable. Namun, Jeffrey P,
George C dan Robert AG telah secara rutin menggunakan jahitan dengan
menggunakan benang absorbable dan belum mengalami komplikasi dari
penyerapan jahitan yang prematur.
Gambar 1.7 Teknik penjahitan pada laserasi yang melibatkan margin palpebra
Pentupan margo palpebra dapat dilakukan dengan 2 atau 3 jahitan untuk
mensejajarkan tepi luka. Untuk menghindari kerusakan pada epitel kornea
jahitan tarsal tidak boleh meluas sampai dipermukaan konjungtiva,terutama
pada palpebra superior. Penutupan tepi palpebra harus menghasilkan tepi luka
yang baik.
13
kelopak
mata
yang
mengakibatkan
kehilangan
jaringan
memberikan tantangan rekonstruksi yang lebih sulit. Ini adalah kewajiban bagi
ahli bedah untuk mengevaluasi pasien dengan trauma kelopak mata, untuk
menentukan tidak hanya apakah dan berapa banyak dari kelopak mata yang
hilang tetapi juga lapisan kelopak mata tidak ada. Dalam evaluasi pasien, sangat
penting untuk mempertimbangkan kelopak mata sebagai struktur yang memiliki
lamela anterior dan posterior, kulit dan muskulus orbicularis akan menjadi
lamela anterior, sedangkan tarsus dan konjungtiva menjadi lamela posterior.
Jika full-thickness loss of eyelid tissue mengarah ke lagophthalmos dan eksposur
kornea, pelumasan agresif dengan salep antibiotik harus diberikan atau
dilakukan tarsorrhaphy sementara sampai perbaikan pasti dapat dicapai.
14
15
d. Sakus Lakrimais
Jika terjadi cedera pada sakus lakrimalis, maka dakriosistorinostomi harus
dilakukan.
2.6.
KOMPLIKASI
Epiforakronis
Konjungtivitis kronis, konjungtivitis bakterial
Exposure keratitis
Abrasi kornea berulang
Entropion/ ektropion sikatrikal
B. Akibat teknik pembedahan yang buruk, terutama dalam hal akurasi penutupan
luka,dapat berupa:
Jaringan parut
Fibrosis
Deformitas palpebra sikatrikal
C. Keadaan luka yang memburuk akibat adanya infeksi atau karena penutupan
luka yang tertunda.
D. Laserasi dekat canthus medial dapat merusak sistem nasolacrimal.
2.7.
PROGNOSIS
Prognosis sangat tergantung pada luasnya laserasi atau kerusakan palpebra
17
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
laserasi kelopak mata merupakan rudapaksa pada kelopak mata akibat
benda tajam yang mengakibatkan luka robek/laserasi. Dapat disebabkan oleh
trauma benda tumpul, trauma benda tajam, gigitan hewan atau manusia, luka
bakar.
Berdasarkan areanya laserasi terbagi menjadi laserasi yang tidak
melibatkan margo palpebra, laserasi yang melibatkan margo palpebra, laserasi
yang melibatkan jaringan lunak kantus.
Dalam penatalaksanaannya harus diobservasi secara menyeluruh, dan
diberikan profilaksis antibiotik pada kasus gigitan hewan ataupun manusia.
Teknik rekonstruksi yang digunakan disesuaikan berdasrkan area laserasi.
Kehati-hatian dalam melakukan rekonstruksi harus diperhatikan untuk
mencegah berbagai macam komplikasi yang terjadi setelah operasi. Prognosa
ditentukan oleh berbagai mavam faktor.
3.2. SARAN
Mahasiswa diharapkan memahami secara benar apa yang harus
dilakukan pada kasus laserasi palpebra.
18
DAFTAR PUSTAKA
1.
Edsel I.Laceration, Eyelid (serial online). Last update Apr 26, 2012. [cited
Dec/20/2012,06.18].
Available
from:
URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1212531-overview
2.
Jeffrey
P,
George
C,
Robert
AG.
Eyelid
Trauma
and
Available
from:
URL:
http://medtextfree.wordpress.com/2010/12/29/chapter-94-eyelid-traumaand-reconstruction-techniques/
3.
Francis B, Quinn. Anatomy of the Ocular Adnexa and Orbit, In: Orbital
Trauma(serial
online).
Dec/24/2012,06.20].
Last
update
Jun/03/1998.
Available
[cited
from:
URL:
http://www.utmb.edu/otoref/grnds/orbital-trauma.html
4.
Robert
G.
Reconstructive
Marc/03/2008.
[cited
Surgery
(serial
Dec/24/2012,06.20].
online).
Available
Last
update
from:
URL:
http://www.drfante.com/reconstructive_surgery.html
5.
6.
7.
8.
of
periocular
19
10.
Available
from:
URL:
http://www.faceandeye.co.uk/eye/wateringeyes2.html
11.
Graham M, Paul EM. Eyelid: Trauma Repair (serial online). Last update
Jan/16/2010.
[cited
Jan/4/2013,02.24].
Available
from:
URL:
http://www.vetstream.com/equis/Content/Technique/teq00106
12.
20