2. Kakao Forastero
Kakao forastero menghasilkan biji dengan kualitas sedang. Kakao dari jenis
ini juga dikenal dengan istilah kakao bulk, bulk cacao, dan ordinary cocoa.buah
kakao forastero biasanya berwarna hijau dengan kulit yang lebih tebal. Biji berbentuk
gepeng dan tipis dengan kotiledon berwarna ungu saat basah.
3. Kakao Trinitario
Kakao trinitario adalah kakao hybrid dari persilangan kakao criollo dan
forastero secara alami, sehingga jenis kakao ini memiliki bentuk yang heterogan dan
beragam. Berdasarkan keadaan itu, maka kakao trinitario dibedakan ke dalam 4
golongan yakni angoleta, cundeamor, amelonado, dan calabicillo.
mutu
yang
karakteristik fisik dan pencemaran atau tingkat kebersihan. Selain itu, beberapa
pembeli juga menghendaki uji organoleptik yang terkait dengan aroma dan citarasa
sebagai persyaratan tambahan. Karakter fisik merupakan persyaratan paling utama
karena menyangkut randemen lemak (yield) yang akan dinikmati oleh pembeli.
Karakter fisik ini mudah diukur dengan tata-cara dan peralatan baku yang disepakati
oleh institusi international. Dengan demikian pengawasan mutu berdasarkan sifatsifat fisik ini dapat dengan mudah dikontrol oleh konsumen. Sebaliknya, persyaratan
tambahan merupakan kesepakatan khusus antara eksportir dan konsumen (pembeli).
Jika persyaratan ini dapat dipenuhi, maka eksportir akan mendapat harga jual biji
kakao lebih tinggi (premium) (Tjitrosoepomo,1988). Beberapa karakteris fisik biji
kakao yang masuk dalam standar mutu meliputi:
a) Kadar Air Biji
Kadar air merupakan sifat fisik yang sangat penting dan sangat diperhatikan
oleh pembeli. Selain sangat berpengaruh terhadap randemen hasil (yield), kadar air
berpengaruh pada daya tahan biji kakao terhadap kerusakan terutama saat
penggudangan dan pengangkutan. Biji kakao, yang mempunyai kadar air tinggi,
sangat rentan terhadap serangan jamur dan serangga, keduanya sangat tidak disukai
oleh konsumen karena cenderung menimbulkan kerusakan cita-rasa dan aroma dasar
yang tidak dapat diperbaiki pada proses berikutnya. Standar kadar air biji kakao
mutu ekspor adalah 6 - 7 %. Jika lebih tinggi dari nilai tersebut, biji kakao tidak
aman disimpan dalam waktu lama, sedang jika kadar air terlalu rendah biji kakao
cenderung menjadi rapuh (Haryadi dan Supriyanto,2001
b) Ukuran Biji
Ukuran biji kakao merupakan karakteristik fisik penentuan randemen hasil
lemak, dimana semakin besar ukuran biji kakao, maka semakin tinggi randemen
lemak dari dalam biji. Ukuran biji kakao dinyatakan dalam jumlah biji (beans
account) per 100 gram contoh uji yang diambil secara acak pada kadar air 6 - 7 %.
Ukuran biji rata-rata yang masuk kualitas ekspor adalah antara 1,0 - 1,2 gram atau
setara dengan 85 - 100 biji per 100 gram. Ukuran biji kakao kering sangat
dipengaruhi oleh jenis bahan tanaman, kondisi kebun (curah hujan) selama
perkembangan buah, perlakuan agronomis dan cara pengolahan (Sunanto,1994).
c) Kadar Kulit Biji
Biji kakao terdiri atas keping biji (nib) yang dilindungi oleh kulit (shell).
Kadar kulit dihitung atas dasar perbandingan berat kulit dan berat total biji kakao
(kulit + keping) pada kadar air 6 - 7 %. Standar kadar kulit biji kakao yang umum
adalah antara 11 - 13 %. Namun, nilai kadar kulit umumnya tergantung pada
permintaan konsumen. Beberapa konsumen bersedia membeli biji kakao dengan
kadar kulit di atas nilai tersebut. Mereka akan memperhitungkan koreksi harga jika
kadar kulit lebih tinggi dari ketentuan karena seperti halnya ukuran biji, kadar kulit
berpengaruh pada randemen hasil lemak. Biji kakao dengan kadar kulit yang tinggi
cenderung lebih kuat atau tidak rapuh saat ditumpuk di dalam gudang sehingga biji
tersebut dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Sebaliknya, jika kadar kulit
terlalu rendah, maka penjual (eksportir) biji kakao akan mengalami kerugian dalam
bentuk kehilangan bobot. Kadar kulit biji kakao dipengaruhi oleh jenis bahan
tanaman dan cara pengolahan (fermentasi dan pencucian). Semakin singkat waktu
fermentasi, kadar kulit biji kakao semakin tinggi karena sebagian besar sisa lendir
(pulp) masih menempel pada biji. Namun demikian, kandungan kulit biji tersebut
dapat dikurangi dengan proses pencucian (Haryadi dan Supriyanto, 2001).
Satuan
Persyaratan
1.
Serangga hidup
Tidak ada
2.
Kadar air
% fraksi massa
Maks 7,5
3.
Tidak ada
4.
Tidak ada
Persyaratan
Kadar
Lindak biji
berjamur
Kadar
Kadar
biji Kadar
Kadar
biji
kotoran
berkecambah
(biji/biji)
Waste
(biji/biji)
(biji/biji)
(biji/biji)
(biji/biji)
I-F
I-B
Maks 2
Maks 3
Maks 1
Maks 1,5
Maks 2
II-F
II-B
Maks 4
Maks 8
Maks 2
Maks 2
Maks 3
III-F
III-B
Maks 4
Maks 20
Maks 2
Maks 3
Maks 3
Keterangan:
AA =Maksimal 85 biji per 100 gram
A = 86 - 100 biji per 100 gram
B = 101 110 biji per 100 gram
C = 111 120 biji per 100 gram
S => 120 biji per 100 gram.
Menurut jenis tanaman, biji kakao digolongkan dalam :
1) Jenis mulia (fine cocoa/F)
2) Jenis lindak (bulk cocoa/B)
Menurut jenis mutunya, biji kakao digolongkan dalam 3 jenis mutu :
1). Mutu I
2). Mutu II
3). Mutu III