PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein merupakan zat makanan yang penting dan dibutuhkan oleh tubuh.
Bahan makanan yang memiliki kandungan protein yang banyak dan sering
dijumpai yaitu tahu. Tahu merupakan salah satu bahan pangan olahan kedelai
yang sangat populer di Indonesia. Pembuatan tahu pada dasarnya terdiri dari dua
bagian yaitu pembuatan susu kedelai dan penggumpalan protein. Proses
penggumpalan protein kedelai berdasarkan titik isoelektrisnya (Suprapti, 2005).
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan praktikum ini yaitu untuk mengetahui
karakteristik tahu dengan perbedaan komposisi campuran bahan dasar.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tahu
Tahu merupakan salah satu bahan pangan olahan kedelai yang sangat
populer di Indonesia. Pembuatan tahu pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu
pembuatan susu kedelai dan penggumpalan protein. Proses penggumpalan protein
kedelai berdasarkan titik isoelektrisnya (Suprapti, 2005). Secara umum proses
pembuatan tahu meliputi proses pencucian kedelai dan perendaman kedelai,
penghancuran kedelai, pemasakan, pembuatan susu kedelai, penggumpalan
protein kedelai, pencetakan, pengepresan dan pengemasan (Winarno, 1993).
Kualitas tahu dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu mutu, rendemen, kadar
protein dan daya simpan tahu. Kadar air dan kandungan gizi tahu yang cukup
tinggi merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme penyebab
kerusakan pada produk tahu (Suprapti, 2005). Kandungan protein yang tinggi
pada tahu juga menjadi penyebab kerusakan pada produk tahu. Kerusakan tersebut
karena adanya populasi mikroba perusak. Dengan berkembangnya populasi
mikroba ini dapat menyebabkan pelendiran, bau busuk, tekstur menjadi lunak,
rasa asam dan kadang berjamur pada permukaannya (Suprapti, 2005).
2.3 Kedelai
Kedelai (Glycine max L. Merr) adalah tanaman semusim yang diusahakan
pada musim kemarau, karena tidak memerlukan air dalam jumlah besar. Kedelai
merupakan sumber protein, dan lemak, serta sebagai sumber vitamin A, E,K, dan
beberapa jenis vitamin B dan mineral K, Fe, Zn, dan P. Kadar protein kacang-
kacangan berkisar antara 20-25%, sedangkan pada kedelai mencapai 40%. Kadar
protein dalam produk kedelai bervariasi misalnya, tepung kedelai 50%, konsentrat
protein kedelai 70% dan isolat protein kedelai 90% (Winarsi, 2010) .
Protein kedelai sebagian besar 85-95% terdiri dari globulin. Dibandingkan
dengan kacang-kacang lain, susunan asam amino pada kedelai lebih lengkap dan
seimbang.
Tabel 2. Kandungan asam amino esensial kedelai per 100 gram
Asam Amino Essensial Kandungan/100 gram
Isoleusin (mg) 47,3
Leusin (mg) 77,4
Lisin (mg) 56,9
Metionin (mg) 11,0
Sistin (mg) 8,6
Fenilalanin (mg) 49,4
Tirosin (mg) 32,3
Treonin (mg) 41,3
Triptophan (mg) 11,5
Valin (mg) 47,6
Sumber: Hermana (1993)
Protein kedelai juga dapat digolongkan ke dalam 4 fraksi berdasarkan
kelarutannya, yaitu albumin (larut dalam air), globulin (larut dalam larutan
garam), prolamin (larut dalam alkohol 70%) dan glutelin (larut dalam basa encer)
(Belitz dan Grosch 1999). Globulin 7S dan 11S merupakan dua komponen utama
protein cadangan biji kedelai. Kedua fraksi ini disebut sebagai protein cadangan
karena tidak mempunyai aktivitas biologis kecuali sebagai asam amino cadangan
untuk germinasi biji. Protein 7S dan 11S merupakan dua protein utama yang
menyusun globulin dengan jumlah masing-masing sekitar 37% dan 31% dari total
protein kedelai. Baik globulin 7S maupun globulin 11S terdiri atas subunit-subunit
protein. Glisinin atau protein 11S tersusun atas polipeptida asam dan basa yang
saling dihubungkan oleh ikatan disulfida. Sedangkan -konglisinin atau protein
7S, merupakan protein dengan struktur trimer yang terdiri atas 3 tipe subunit (,
dan ) (Wolf dan Cowan 1975).
Keragaman protein kedelai berdasarkan fraksi 11s dan 7s pada 10 varietas
kedelai di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Fraksi protein 7s dan 11s pada sepuluh varietas kedelai di Indonesia
Varietas Fraksi 7s Fraksi 11s
Cikurai 10,20 13,70
Raung 12,80 14,70
Petek 14,70 12,00
Galunggung 14,60 13,40
Tidar 16,30 17,00
Jayawijaya 17,50 13,60
Loko 8,70 21,90
Malabar 14,30 14,80
Rinjani 8,60 28,20
Tampomas 14,30 14,70
Sumber: Widowati et al (1998)
Gel yang diperoleh dari isolasi glisinin (11S) memberikan karakter gel yang
lebih keras dibandingkan gel yang diperoleh dari -konglisinin (7S), dan struktur
jaringan yang terbentuk memiliki perbedaan antar keduanya, tergantung dari
komposisi protein. Blazek (2008) melaporkan bahwa rasio 11S/7S mempengaruhi
karakter kekerasan dan elastisitas gel. Glisinin berkontribusi terhadap peningkatan
kekerasan dan kekokohan gel, sedangkan -konglisinin memberikan pengaruh
terhadap elastisitas gel yang dihasilkan.
3.1.2 Bahan
Kedelai 90 % dan
1. Kedelai Kedelai 100%
kacang hijau 10 %
2. Kacang hijau
3. Asam asetat
4. Air
Perendaman 8 jam
Bubur
kedelai
Pemasakan, 15 menit
Penyaringan Ampas
Filtrat
Pemanasan, suhu 800C
Penyaringan Whey
Gumpala
n
Pengepresan
Tahu
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
4.1 Hasil Pengamatan
1. Rendemen Tahu
Kedelai 90% dan
Kedelai 100% kacang hijau 10%
Berat kedelai awal 250 gram 250 gram
Air 2.000 ml 2.000 ml
Berat kedelai setelah
467,49 gram 162,14 gram
perendaman
Berat tahu 357,55 gram 295,17 gram
Rendemen 76,48% 73,59%
2. Warna (Lightness)
Kedelai 90% dan kacang hijau
Kedelai 100%
Ulangan ke- 10%
Da db dL Da db Dl
1 +2,6 +8,2 -6,5 +2,4 +8,0 -4,8
2 +2,6 +7,5 -10,0 +2,1 +6,9 -4,8
3 +1,0 +5,2 -12,6 +2,4 +7,4 -4,4
Rata-rata 80,12 87,50
Standar lightning keramik
Lightning
Standar belakang keramik (Lk) 94,35
Standar uji keramik (La) 64,3
3. Tekstur (Pnetrometer)
Kedelai 90% dan kacang hijau
Kedelai 100% (mm/10 s)
10% (mm/10 s)
Ulangan ke-
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
dikukus dikukus dikukus dikukus
1 105 103 108 105
2 100 100 108 108
3 104 102 107 106
Rata-rata 103 101,67 107,67 106,33
5.2.2 Kecerahan
Semakin tinggi nilai derajat warna, maka semakin tinggi pula nilai putihnya dan
semakin kecil nilai maka semakin gelap. Nilai kecerahan yang tinggi ini
dikarenakan bahan baku yang digunakan adalah bahan yang memiliki nilai L yang
tinggi pula.
Tahu yang baik merupakan tahu yang memiliki karakteristik sesuai syarat mutu
tahu berdasarkan Standar Nasional Indonesia yaitu putih normal.
tahu dengan bahan kedeai 100% memiliki derajat keputihan lebih rendah
dibanding tahu dengan penambhan kacang hijau 10% hal tersebut dapat
dikarenakan pada saat pembuatan tahu masih adanya kulit ari yang terikut saat
proses pengolahan.
5.2.3
Kenampakan irisan