Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, MEKANISME

CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDIT DAN MANAJEMEN


LABA TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2010 - 2012)
Mirda Ratna Sari1), Sri Rahayu2)
1)

Program Studi Akuntansi, Universitas Telkom


Jl. Telekomunikasi No. 1 Bandung
mirdafumi@gmail.com
2)
Program Studi Akuntansi, Universitas Telkom
Jl. Telekomunikasi No. 1 Bandung
srirahayu@telkomuniversity.ac.id

Abstrak - Laporan keuangan dinyatakan berintegritas apabila laporan keuangan tersebut memenuhi kualitas
reliability dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umun sehingga menampilkan kondisi keuangan
yang sebenarnya. Laporan keuangan yang reliable dapat digunakan dalam pengambilan keputusan baik bagi
manajemen maupun pihak investor untuk pengambilan kepustusan yang benar. Faktanya pada saat ini banyak
terjadi kasus manipulasi yang dapat membuktikan bahwa kurang integritasnya laporan keuangan dalam
penyajian informasi bagi para pengguna. Beberapa diantaranya, terdapat kasus yang melibatkan Kantor
Akuntan Publik sebagai pihak ekternal, belum diterpakannya mekanisme Good Corporate Governance yang
baik, kualitas audit serta manajemen laba.
Pada penelitian ini integritas laporan keuangan diukur dengan menggunakan indeks conservatism. Dengan
populasi perushaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai tahun 2012,
dan sampel dipilih berdasarkan purposive sampling sebanyak 30 perusahaan. Analisis data digunakan analisis
regresi berganda dengan menggunakan pendekatan Common Effect (PLS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa independensi auditor, mekanisme corporate governance, kualitas audit dan
manajemen laba secara simultan tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Dalam hal ini,
lamanya tingkat auditor dalam memberikan jasa kepada klien, banyaknya komisaris independen, kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, komite audit, kualitas audit, serta manajemen laba tidak mencerminkan
pengaruhnya terhadap integritas laporan keuangan. Dilihat secara parsial menunjukkan bahwa hanya variabel
manajemen laba yang memiliki pengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan variabel
lain seperti independensi auditor, komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Penelitian ini bermanfaat untuk
memberikan masukan bagi auditor agar selalu meningkatkan independensi serta pemahamannya pada suatu
industry tertentu, bagi perusahaan selalu meningkatkan kinerjanya yang berpedoman pada corporate
governance, serta bagi BAPEPAM untuk lebih tegas memberikan sanksi terkait dengan lamanya hubungan KAP
dengan perusahaan.
Kata kunci : Corporate governance, Independensi auditor, Integritas laporan keuangan, Manajemen laba

Proceedings SNEB 2014: Hal. 1

PENDAHULUAN
Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Belkaoui (2006:212) menjelaskan bahwa laporan
keuangan merupakan salah satu sumber utama
informasi keuangan yang penting bagi sejumlah
pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Pada tahun 2009, kasus overstead dialami oleh PT
Waskita Karya. Kasus ini bermula ketika auditor
menemukan adanya kelebihan pencatatan laba
bersih sejak 2004-2007 berkisar Rp 400 milyar.
Akibatnya tiga direksi dari PT Waskita Karya
dinonaktifkan oleh Kementrian Negara BUMN (
www.tempo.com, 2013).
Manipulasi data akuntansi mengindikasikan bahwa
belum diterapkannya mekanisme good corporate
governance yang baik dalam perusahaan tersebut.
Selain itu kasus pada PT. KAI yang mengalami
kerugian karena PT. Kereta Api Indonesia telah tiga
tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga.
Tetapi, dalam laporan keuangan itu, pajak pihak
ketiga dinyatakan sebagai pendapatan. Padahal,
berdasarkan standar akuntansi keuangan, ia tidak
dapat dikelompokkan dalam bentuk pendapatan
atau asset. Dengan demikian, kekeliruan dalam
pencatatan transaksi atau perubahan keuangan telah
terjadi di sini. Di lain pihak, PT Kereta Api
Indonesia memandang bahwa kekeliruan pencatatan
tersebut hanya terjadi karena perbedaan persepsi
mengenai pencatatan piutang yang tidak tertagih.
Terdapat pihak yang menilai bahwa piutang pada
pihak ketiga yang tidak tertagih itu bukan
pendapatan. Sehingga, sebagai konsekuensinya PT
Kereta Api Indonesia seharusnya mengakui
menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar.
Sebaliknya, ada pula pihak lain yang berpendapat
bahwa piutang yang tidak tertagih tetap dapat
dimasukkan sebagai pendapatan PT Kereta Api
Indonesia sehingga keuntungan sebesar Rp. 6,90
milyar dapat diraih pada tahun tersebut (
www.tempo.com, 2013). Kasus tersebut
mengindikasikan bahwa belum adanya mekanisme
corporate governance yang baik dalam perusahaan.
Karena masing-masing pihak manajemen
mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Selain dari
pihak perusahaan, eksternal auditor juga
mendapatkan perhatian lebih terhadap banyaknya
kasus-kasus manipulasi akutansi seperti ini.

Akuntan publik dalam setiap penugasan audit sering


terjadi benturan-benturan kepentingan yang dapat
mempengaruhi independensi dan obyektifitasnya
(Salfauz dan Muid, 2012).
Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008
tentang pemberian jasa audit umum atas laporan
keuangan dari suatu entitas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) bahwa pemberian jasa audit
dilakukan oleh KAP paling lama untuk enam tahun
buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan
Publik paling lama tiga
tahun buku berturut-turut. Seluruh perusahaan yang
telah go public dan terdaftar dalam Bursa Efek
Indonesia wajib memenuhi kewajiban untuk
menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit
oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) sebelum
dipublikasikan kepada publik sesuai dengan
keputusan BAPEPAM No. Kep. 17/PM/2002. Dari
kedua peraturan diatas dapat diketahui bahwa fungsi
dari auditor eksternal bagi perusahaan yang telah go
public sangatlah signifikan sehingga perlu dijaga
dan diawasi tentang independensi dan kompetensi
dari auditor tersebut (Hardiningsih, 2010).
Independensi seorang auditor berarti auditor harus
mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang
diperiksa. Auditor dianggap mandiri apabila dapat
melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan
objektif. Kemandirian auditor sangat penting
terutama dalam memberikan penilaian yang tidak
memihak (Herry, 2010:73).
Adanya hubungan positif antara kualitas audit dan
KAP berdasarkan dua hal, yang pertama adalah
alasan reputasi dan yang kedua adalah alasan
kelayakan (deeppocket) yang dimiliki oleh KAP
(Salfauz dan Muid, 2012:2). Auditor spesialis
industri mempunyai intensif yang lebih besar untuk
mengaudit lebih akurat karena mereka memiliki
lebih banyak hubungan spesifik dengan klien yang
akan hilang apabila mereka memberikan laporan
yang tidak akurat. Selain itu auditor spesialis
industri memiliki sumber daya yang lebih baik dan
kompeten daripada auditor umumnya, maka mereka
terancam oleh tuntutan hukum pihak ketiga yang
lebih besar pula bila mereka tidak menghasilkan
laporan audit yang tidak akurat (Lennox, 1999
dalam Astria, 2011). Masyarakat sangat
membutuhkan independensi seorang auditor atas

pendapatnya dalam penyajian laporan keuangan


karena sangat berpengaruh dalam pengambilan
keutusan dalam berinvestasi. Sehingga dalam
memberikan jasa auditnya KAP dituntut untuk
meningkatkan profesionalitasnya.
Hardiningsih (2010 : 69) menyebutkan bahwa
tingginya independensi auditor tidak berpengaruh
terhadap integritas laporan keuangan, sedangakan
dalam Salfauz dan Muid (2012 : 9), independensi
auditor berpengaruh secara signifikan terhadap

integritas laporan keuangan. Mekanisme corporate


governance yang mempunyai variabel berupa
komisaris independen, kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional tidak berpengaruh
terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan
komite audit berpengaruh terhadap integritas
laporan keuangan (Christiantie dan Christiawan,
2013). Untuk variabel kualitas audit dan manajemen
laba menurut Hardiningsih (2010 : 71) tidak
berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan,
sedangkan menurut penelitian Salfauz dan Muid
(2012 : 10) kualitas audit dan manajemen

Proceedings SNEB 2014: Hal. 2

laba berpengaruh terhadap integritas laporan


keuangan
Dari hasil penelitian sebelumnya yang telah
disebutkan diatas, terdapat inkonsistensi penelitian
pada beberapa variabel. Sehingga penelitian ini
masih relevan untuk diteliti kembali. Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan diatas, peneliti
ingin menganalisa lebih jauh mengenai beberapa
variabel yang berpengaruh terhadap integritas
laporan keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk
membuktikan secara empiris independensi auditor,
mekanisme corporate governance (komisaris
independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, komite audit), kualitas audit dan
manajemen laba berpengaruh terhadap integritas
laporan keuangan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 20102012.
II.

LANDASAN TEORI

2.1 Independensi Auditor


Elder, R.J., et. al, (2010: 5) Auditor harus memiliki
kualifikasi untuk memahami kriteria yang
digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui
jenis serta jumlah bukti yang akan
dikumpulkanguna mencapai kesimpulan yang tepat
setelah memeriksa bukti tersebut. Independent
auditors are usually CPAs who are either
individual practitioners or members of public
accounting firms who render professional auditing
services to clients (Boynton, 2006:10).
Independensi seorang auditor berarti auditor harus
mandiri dan terpisah dari berbagai kegiatan yang
diperiksa. Auditor dianggap mandiri apabila dapat
melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan
objektif. Kemandirian auditor sangat penting
terutama dalam memberikan penilaian yang tidak
memihak (Herry, 2010:73). Tolok ukur yang dapat
digunakan untuk mengukur independensi seorang
auditor adalah lamanya hubungan antara klien dan
auditor dalam menjalankan tugas pengauditannya.
Dalam hubugan auditor-klien terdapat tendensi
bahwa seiring dengan berjalannya waktu, auditor
secara berangsur menyesuaikan dengan berbagai

keinginan manajemen dan kemudian tidak bertindak


sepenuhnya independen (Hardininsih, 2010).
Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan No.
17/PMK.01/2008 tentang pemberian jasa audit
umum atas laporan keuangan dari suatu entitas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
bahwa pemberian jasa audit dilakukan oleh KAP
paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturutturut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama
3 (tiga) tahun buku berturut-turut. Sehingga
independensi diukur dengan menggunakan lamanya
hubungan Kantor Akuntan Publik (KAP) menjadi
auditor pada perusahaan klien dengan variabel
dummy angka 1 untuk KAP yang melakukan audit
dalam waktu 6 tahun atau kurang dari 6 tahun,
sedangkan angka 0 jika KAP melakukan audit lebih
dari 6 tahun.
2.2 Corporate Governance
Menurut Organizaton for Economic Cooperation
and Development (OECD) dalam Wulandari (2011:
9) Corporate governance merupakan seperangkat
tata hubungan diantara manajemen perseroan,
direksi, komisaris, pemegang saham dan para
pemangku kepentingan lainnya. Corporate
governance merupakan salah satu elemen kunci
dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang
meliputi serangkaian hubungan antara manajemen
perusahaan, dewan komisaris, para pemegang
saham dan stakeholders lainnya yang memberikan
suatu struktur yang memfasilitasi penentuan
sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai
sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja
(Komsiyah, 2004). Dalam mekanisme corporate
governance terdapat beberapa proksi yang akan
dibahas diantaranya komisaris independen,
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional
dan komite audit. Komisaris Independen adalah
anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi
dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya
dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari
hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak
independen atau bertindak semata-mata demi
kepentingan perusahaan. Kepemilikan manajerial
adalah proporsi pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam

pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan


komisaris) (Diyah dan Erman, 2009). Kepemilikan
institusional adalah kepemilikan saham perusahaan
yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti
perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi
dan kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008). Komite
audit memiliki tanggung jawab yang besar dalam
menyiapkan audit, melakukan ratifikasi terhadap
sistem pengendalian internal, dan memecahkan
perselisihan dalam peraturan akuntansi (George,
2003 dalam Jamaan, 2008).
2.3 Kualitas Audit

Audit adalah proses sistematis mengenai


mendapatkan dan mengevaluasi secara objektif
bukti yang berkaitan dengan penilaian mengenai
berbagai kegiatan dan peristiwa ekonomi untuk
memastikan tingkat kesesuaian antara penilaianpenilaian tersebut dan membentuk kriteria serta
menyampaikan hasilnya kepada pengguna yang
berkepentingan (Hall dan Singleton (2009: 3).

Kualitas audit menurut Financial


Accounting Committee (2000) dalam
Hardiningsih (2010) menyatakan
bahwa kualitas audit ditentukan oleh
dua hal yaitu kompetensi dan

Proceedings SNEB 2014: Hal. 3

independensi. Kualitas audit sebagai


suatu kemungkinan (joint
probability) dimana seorang auditor
akan menemukan dan melaporkan
pelanggaran yang ada dalam sistem
akuntansi kliennya. Auditor spesialis
industri menggambarkan keahlian
dan pengalaman audit seorang
auditor pada bidang industri
tertentu yang diproksikan dengan
jasa audit pada bidang industri
tertentu. Auditor tersebut memiliki
pengetahuan yang spesifik dan
mendalam serta berpengalaman
dalam suatu bidang industri tertentu
(Hardinignsih, 2010). Penelitianpenelitian sebelumnya
membedakan kualitas auditor
berdasarkan perbedaan big four dan
non big four dan ada juga yang
menggunakan spesialisasi industri
auditor untuk memberi nilai bagi
kualitas audit ini seperti penelitian
(Mayangsari, 2003). Kualitas audit
dapat menunjukkan betapa
pentingnya peran auditor dalam
melakukan tugasnya untuk
mengaudit laporan keuangan
perusahaan sehingga diperoleh
laporan keuangan yang dapat
diandalkan dan wajar.

Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan tindakan yang sulit
dihindari. Manajemen laba terjadi ketika para
manajer menggunakan pertimbangan mereka
dalam pelaporan keuangan dan struktur transaksi
untuk mengubah laporan keuangan dengan tujuan
menyesatkan beberapa pemangku kepentingan
mengenai kondisi kinerja ekonomi perusahaan

atau untuk memengaruhi hasil-hasil kontraktual yang


bergantung pada angka-angka akuntansi yang
dilaporkan (Belkaoui, 2006: 75). Manajemen laba
diukur dengan menggunakan Discrectionary
accruals yang dihitung dengan menselisihkan total
accruals dan nondiscretionary accruals dengan
menggunakan model Jones
Integritas Laporan Keuangan
Integritas laporan keuangan adalah laporan
keuangan yang menampilkan kondisi suatu
perusahaan yang sebenarnya tanpa ada yang ditutuptutupi atau disembunyikan. Laporan keuangan
dinyatakan berintegritas apabila laporan keuangan
tersebut memenuhi kualitas reability dan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang diterima umum, Kieso
et.al.(2008 : 6). Laporan keuangan
yang reliable dapat digunakan dalam pegambilan
keputusan baik bagi manajemen maupun pihak
investor untuk melakukan pengambilan keputusan
yang benar.
Pengukuran integritas laporan keuangan yang
diproksikan dengan konservatisme ditentukan
menggunakan asumsi metode perusahaan yang
digunakan yaitu metode persediaan, penyusutan,
metode amortisasi, dan pengakuan biaya riset
(Widya, 2005). Conservatism sebagai praktik untuk
mengurangi earning dan menurunkan net asset
Penman dan Zhang (2002) menggunakan
conservatism index (C-score) sebagai proksi
konservatisme neraca. C-score menunjukkan tingkat
estimasi cadangan akibat penggunaan metoda
akuntansi konservatif. Dalam penelitian ini integritas
laporan keuangan diukur dengan menggunakan
indeks conservatism yang dikemukan Penman dan
Zhang (2002) dalam
Jamaan (2008) yang menjelaskan akuntansi
konservatif dan kualitas laba bergantung pada
pertumbuhan investasi perusahaan.
III. PEMBAHASAN

Berdasarkan pengujian statistic F nilai probability


(F-statistic) lebih besar dari taraf signifikansi 0,05.
Sehingga variabel bebas yaitu Indepensi auditor,
komisaris independen, kpemilikan manajerial,
kepemilikan insttitusional, komite audit, kualitas
audit dan manajemen laba secara simultan tidak
berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen yaitu integritas laporan keuangan. Uji
statistic t yang dilakukan dpat dilihat pada table
berikut :
Tabel 2. Uji t-Parsial
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.

INDP?
0.052679
0.375536
0.140278
0.8888
KOMI?
1.937885
1.610216
1.203493
0.2322
KPMJ?
1.286796
1.046319
1.229832
0.2223
KPIN?

0.217073
0.630494
0.344290
0.7315
K_AUD?
1.702773
1.795506
0.948352
0.3457
KU_AUD?
0.331201
0.587285
0.563952
0.5743
MNJ_LB?
-0.819666
0.332036
-2.468606
0.0156

Sumber : Data diolah 2013


Variabel independensi auditor tidak memiliki pegaruh
yang signfikan terhadap integritas laporan keuangan
pada perusahaan manufaktur. Hal ini terjadi karena
tidak semua perusahaan dalam sampel penelitian
sudah patuh terhadap peraturan pemerintah berkaitan
dengan lama hubungan KAP dan auditor. Bahwa
masih ada perusahaan yang dalam kurun waktu tahun
2010 sampai 2012 yang belum berganti KAP selama
lebih dari 6 tahun atau akuntan publik lebih dari 3
tahun. Hasil penelitian tersebut menunjukkan arah
koefisien positif yang berarti bahwa jika
independensi seorang auditor

Proceedings SNEB 2014: Hal. 4

semakin tinggi, maka integritas laporan keuangan


perusahaan akan semakin baik.
Komisaris independen tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap integritas laporan keuangan
emiten industri manufaktur. Kondisi ini terjadi
karena dewan komisaris pada sampel perusahaan
dalam penelitian ini relatif kecil yaitu 0,37 orang,
sehingga kurang mampu memberikan pengawasan
yang terlalu besar dari tindakan manajemen,
termasuk di dalamnya tindakan integritas laporan
keuangan. Arah koefisien positif menunjukkan
bahwa semakin tinggi presentase dari komisaris
independen dalam perusahaan akan berdampak
pada integritas laporan keuangan yang semakin
baik.

Kepemilikan manajerial tidak memiliki pengaruh


signifikan terhadap integritas laporan keuangan
emiten industri manufaktur secara parsial. Kondisi
ini terjadi karena kepemilikan manajerial dalam
penelitian ini terlalu kecil, yaitu rata-rata 0,1 persen,
sehingga kurang berperan dalam pengambilan
keputusan tentang manajemen perusahaan,
termasuk di dalamnya integritas laporan keuangan.
Koefisien menunjukkan arah positif yang berarti
bahwa jika presentase kepemilikan manajerial
tinggi maka integritas laporan keuangan perusahaan
akan semakin baik. Secara teoritis ketika
kepemilikan manajemen rendah, maka insentif
terhadap kemungkinan terjadinya perilaku
oportunistik manajer akan meningkat.

Kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh


signifikan terhadap integritas laporan keuangan
emiten industri manufaktur. Kondisi ini terjadi
karena kepemilikan institusional banyak berperan
di luar manajemen perusahaan, sehingga kebijakan
manajemen seperti integritas laporan keuangan
kurang bisa dipengaruhi oleh kepemilikan
institusional. Arah koefisien positif menunjukkan
bahwa jika semakin tinggi kepemilikan institusional
maka akan semakin baik pula integritas laporan
keuangan suatu perusahaan tersebut.
Komite audit tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap integritas laporan keuangan emiten
industri manufaktur. Hasil pengujian ini
bertentangan dengan Keputusan Ketua BAPEPAM,
Keputusan Menteri BUMN, dan Undang-undang
BUMN yang menyatakan bahwa pembentukan
komite audit merupakan suatu keharusan, dimana
komite audit merupakan salah satu komite yang
memiliki peranan penting dalam corporate
governance. Data hasil perhitungan menunjukkan
bahwa sudah semua perusahaan mempunyai komite
audit, namun pada kenyataannya peran komite audit
belum efektif. Hal ini dimungkinkan karena
perusahaan hanya menekankan pada kepatuhan
terhadap peraturan dan belum mengevaluasi tingkat
keefektifan dari komite audit tersebut.
Kualitas audit tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap integritas laporan keuangan emiten
industri manufaktur. Arah positif menunjukkan ada
kecenderungan bahwa semakin tinggi tingkat
kualitas audit menunjukkan semakin tinggi keahlian
auditor (spesialisasi) maka semakin tinggi pula
tingkat integritas laporan keuangan, dimana dalam
penelitian ini variabel kualitas audit diproksikan
dengan auditor spesialis industri yang berkaitan
dengan kompetensi auditor dalam mengaudit satu
bidang industri. Penelitian ini menemukan hasil
yang menyatakan bahwa hanya 7 perusahaan dari
perusahaan sampel telah menggunakan auditor
spesialis industri. Hal ini terjadi karena ukuran 15%
suatu KAP disebut sebagai auditor spesialis industri
belum dapat mencerminkan keseluruhan dari proses

bisnis suatu industri terhadap ukuran integritas


laporan keuangan suatu perusahaan.
Manajemen laba memiliki pengaruh signifikan
terhadap integritas laporan keuangan emiten
industri manufaktur. Kondisi ini terjadi karena
manajeman laba merupakan suatu tindakan oleh
manajemen sehingga dapat mempengaruhi laba
yang dilaporkan dalam leporan keuangan.
Manajemen laba merupakan campur tangan
manajemen dalam pelaporan keuangan ekaternal
dengan tujuan menguntungkan dirinya sendiri
(manajer). Ini dapat menyebabkan pengguna
laporan keuangan salah eprsepsi dalam
pengambilan keputusan investasi, karena laporan
keuangan tersebut menjadi tidak berintegritas
tinggi. Arah koefisien negatif menunjukkan bahwa
jika tingkat manajemen laba yang dilakukan
manajemen dalam suatu perusahaan semakin kecil,
maka integritas laporan keuangan akan semakin
baik.
IV. KESIMPULAN
Berapa lama tingkat auditor dalam memberikan jasa
audit kepada klien selama berganti dalam kurun
waktu 6 tahun, banyak tidaknya jumlah komisaris
independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, serta komite audit, dan kualitas audit
maka tidak akan berpengaruh pada integritas
laporan keuangan. Sedangkan manajemen laba
memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap
integritas laporan keuangan. Artinya jika
manajemen laba semakin kecil maka integritas
perusahaan akan semakin baik.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan input
alternatif terhadap berbagai pertimbangan kebijakan
peraturan perundang-undangan untuk lebih
meningkatkan independensi seorang auditor serta
pemahaman auditor terhadap suatu industri tertentu
sehingga berdampak positif pada kualitas audit yang
diberikan. Hal ini berkaitan dengan independensi
auditor serta kualitas audit yang bertujuan agar
auditor selalu memberikan jasa yang

Proceedings SNEB 2014: Hal. 5

berkualitas serta sikap profesional dan kompeten.


Pandangan kepada BAPEPAM-LK agar lebih tegas
dalam memberikan sanksi berkaitan dengan
peraturan Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008
tentang lamanya hubungan KAP dengan perusahaan
klien yang tercermin dalam variabel independensi
auditor yang menunjukkan bahwa masih ada
beberapa perusahaan yang belum patuh terhadap
peraturan. Dan bagi Perusahaan di Indonesia dapat
meningkatkan kinerja usahanya dengan
berpedoman pada corporate governance yang baik,
berkaitan dengan variabel mekanisme corporate
governance diantaranya komisaris independen,
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional

dan komite audit serta dapat meningkatkan


pengawasan manajemen dengan memperhitungkan
tingkat manajemen laba pada perusahaan.
REFERENSI
Astria T. (2011). Analisis Pengaruh Audit Tenure,
Struktur Corporate Governance, dan Ukuran KAP
terhadap Integritas Laporan Keuangan. Universitas
Diponegoro.
Belkaoui, Ahmed R. (2006). Accounting Theory.
Jakarta: Salemba Empat.
Boynton C.William, Raymon N. Johnson. (2006).

Modern Auditing. Eighth Edition. New York: John


Wiley & Sons, Inc.
Brigham, Eugene F.F dan Houston. (2006).
Manajemen Keuangan Buku I Edisi 8. Jakarta:
Erlangga.
Christiantie, Jane dan Yulius Jogi. (2013). Analisis
Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan
Reputasi KAP terhadap Aktivitas Manajemen Laba.
Business Accounting Review Vol 1.
Daniel Salfauz T.P, Dul Muid. (2012). Pengaruh
Independensi, Mekanisme Corporate Governance,
Kualitas Audit dan Manajemen Laba terhadap
Integritas Laporan Keuangan.
Diponegoro Journal of Accounting Vol 1 No 2.
Diah dan Erman. (2009). Pengaruh Dewan
Komisaris, Kepemilikan Institusional dan Ukuran
Perusahaan terhadap Integritas Laporan Keuangan.
Universitas Padang.
Elder J. Randal., Mark S. Beasley, Alvin A. Arens.,
dan Amir Abadi Jusuf. (2011). Jasa Audit dan
Assurance. Jakarta: Salemba Empat.
Enoch, Kenneth Okpala. (2012). Audit Commite
and Integrity of Financial Statement: A Preventive
Mechanism for Corporate Failure. Australian
Jounal of Business and Management Research
Vol.2 No.8.

Jamaan. (2008). Pengaruh Mekanisme Corporate


Governance, dan Kualitas Kantor Akuntan Publik
Terhadap Integritas Informasi Laporan Keuangan.
Universitas Diponegoro.
Kieso, Donald. E, Jerry J. Waygandt, dan Terry D.
Warfield. (2008). Akuntansi Intermediate Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance.
(2004). Pedoman Good Corporate Governance.
Jakarta.
Mayangsari, Sekar. (2003). Pengaruh Independensi,
Kualitas Audit, Mekanisme Corporate Governance
terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium
Nasional Akuntansi VI.
Mentri Keuangan. (2008). Peraturan Mentri
Keuangan Republik Indonesia No.17/PMK.01/2008
tentang Jasa Akuntan Publik. Jakarta.
Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian.
Bandung: Alfabeta.
Tarjo. (2008). Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan
Institusional dan Leverage terhadap Manajemen
Laba. Universitas Negeri Semarang.
Widya. (2005). Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pilihan Perusahaan Terhadap
Akuntansi Konservatisme. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, Vol 8 No 2. Hal 138-157.

Hall A. James., Tommie Singleton. (2009). Audit


Teknologi Informasi dan Assurance. Jakarta:
Salemba Empat.

Wulandari, Retno Etty. (2011). Good Corporate


Governance. Jakarta: LKDI.

Hardiningsih, Pancawati. (2010). Pengaruh


Independensi, Corporate Governance, dan

www.idx.co.id (7 November 2013)


www.tempo.com (20 November 2013)

Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan


Keuangan. Kajian Akuntansi, ISSN: 1979-4886
Vol.2 No.1.

Biodata Penulis

Herawaty Arleen dan Susiana. (2007). Analisis


Pengaruh Independensi, Mekanisme
Corporate Governance, dan Kualitas Audit
Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Simposium
Nasional Akuntansi X Makasar.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2012). Standar
Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan
Indonesia.

Proceedings SNEB 2014: Hal. 6

Mirda Ratna Sari, memperoleh gelar Sarjana


Ekonomi (SE), Program Studi S1 Akuntansi,
Universitas Telkom Bandung, lulus tahun 2014
Sri Rahayu, memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
(SE), Jurusan Akuntansi Universitas Widyatama
Bandung, lulus tahun 1999. Memperoleh gelar
Magister Akuntansi (M. Ak.) Program Pasca
Sarjana Magister Akuntansi Universitas Padjadjaran
Bandung, lulus tahun 2008. Serta gelar Akuntan
(Ak.) pada program PPAk. Universitas Widyatama
Bandung. Saat ini menjadi Dosen di

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Telkom

Bandung.

Proceedings SNEB 2014: Hal. 7

Anda mungkin juga menyukai